I. LATAR BELAKANG
Pisew sebagai salah satu program Inti PNPM Mandiri yang selanjutnya dikenal PNPM-PISEW,
telah dikembangkan dengan memperhatikan beberapa peraturan perundang-undangan yang
diterbitkan terkait desentralisasi, diantaranya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Berikutnya peraturan terkait reformasi system keuangan Negara,
diantaranya UU No. 17 Tahun 2003tentang Keuangan Negara dan UU No. 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Sedangkan pertimbangan terkait pengembangan
wilayah, diantaranya UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP No. 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).
Pengembangan PNPM-PISEW juga didasari pada substansi kebijakan yang tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) 2009-2014 yang
menempatkan upaya penanggulangan kemiskinan dan pengurangan ketimpangan pembangunan
antar wilayah sebagai biagian dari prioritas utama pembangunan nasional dalam agenda
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat.
Tujuan PNPM-PISEW adalah mempercepat pembangunan ekonomi masyarakat pedesaan
dengan berbasisi pada sumber daya lokal untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah,
pengentasan kemiskinan, memperbaiki pengelolaan pemerintahan daerah di tingkat kabupaten,
kecamatan, dan desa (lokal governance), serta penguatan institusi lokal di tingkat desa.
Terdapat 5 (lima) sasaran yang ingin dicapai dalam PNPM-PISEW tersebut, yaitu :
a) Pengurangan tingkat kemiskinan penduduk pedesaan melalui penciptaan lapangan kerja.
b) Peningkatan pelayanan infrastruktur social ekonomi pedesaan yang meliputi pembangunan
infrastruktur pada enam (6) kategori, yaitu (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii)
pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan.
c) Terbentuknya kawasan kabupaten (KSK) sebagai pusat pengembangan ekonomi, kelompok
usaha mikro (KUM), dan forum kelompok diskusi sektor (KDS).
d) Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam berperan sebagai fasilitator dalam
melaksanakan pembangunan melalui penyelenggaraan Pelatihan Perencanaan
Pembangunan, dan Pelatihan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Pedesaan.
e) Meningkatnya kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, yang
tercermin dari menguatnya fungsi KDS, melalui serangakaian pelaksanaan musyawarah
pembangunan dari tingkat desa hingga ketingkat kabupaten.