Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL PENELITIAN

I. JUDUL PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP SEHAT KELUARGA DENGAN

KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

LIUKANG KALMAS KABUPATEN PANGKEP

II. RUANG LINGKUP

KEPERAWATAN KOMUNITAS

III. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia saat ini berada pada pertengahan transisi epidemologi dimana

penyakit menular masih ada, akan tetapi penyakit tidak menular meningkat

drastis. Indonesia juga berada diantara sepuluh negara di dunia dengan

penderita diabetes terbesar. Disaat bersamaan penyakit menular dan bersifat

parasit menjadi penyebab dari sekitar 22% kematian. Peningkatan penyakit

tidak menular ini banyak terjadi di negara berkembang karena perkembangan

ekonominya mulai meningkat. Karena itulah maka terjadi peralihan bentuk

penyakit yang harus dihadapi, yaitu dari penyakit menular dan infeksi

menjadi penyakit tidak menular dan kronis (Widyanto C.F & Triwibowo C,

2013).

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dengan angka kesakitan dan

kematian yang tinggi, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB)

(Kemenkes R.I, 2013).

1
Malaria adalah penyakit yang telah diketahui sejak zaman yunani.

Penyakit ini khas, mudah dikenal, dengan demam yang naik turun dan teratur

dan disertai menggigil. Penyakit ini dapat menyebabkan limfa membesar dan

mengeras atau splenomegali (Sorontou Y, 2013). Selain itu, penyakit malaria

dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu

bayi, anak balita, ibu hamil, malaria juga secara langsung menyebabkan

anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja (Kemenkes R.I, 2014).

Walaupun penyakit malaria telah lama dikenal, namun penyebabnya

belum diketahui. Penyakit malaria banyak ditemukan di daerah rawa yang

mengeluarkan bau busuk disekitarnya. Pada abad ke-19 diketahui bahwa

penyakit malaria disebabkan oleh Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk

yang banyak terdapat di daerah rawa (Sorontou Y, 2013).

Malaria merupakan penyakit dengan penyebaran yang sangat luas dan

hampir terjadi di seluruh dunia baik yang beriklim tropis maupun sub tropis.

Tercatat 109 negara endemik malaria, dengan 45 negara berada di kawasan

Afrika. Selebihnya malaria menyebar di kawasa Asia, Amerika Latin, Timur

Tengah dan beberapa negara Eropa. Penyebaran penyakit malaria sangat

ditentukan oleh 3 faktor rantai penularan yaitu host intermediate (siklus

seksual pada manusia), host definitive (siklus seksual nyamuk), agen

(Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan

Plasmodium malariae), dan lingkungan yang mencakup; lingkungan fisik,

kimiawi biologi, dan sosial budaya (Widyanto C.F & Triwibowo C, 2013).

2
World Malaria Report (2015), menyebutkan bahwa malaria telah

menyerang 106 negara di dunia. Komitmen global pada Millenium

Development Goals (MDGs) menempatakan upaya pemberantasan malaria ke

dalam salah satu tujuan bersama yang harus dicapai sampai dengan tahun

2015 melalui tujuan ketujuh yaitu memberantas penyakit HIV/AIDS, malaria

dan tuberkolosis (Kemenkes R.I, 2016).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka kesakitan dan

kematian akibat malaria cenderung menurun pada periode 2005-2015.

Meskipun demikian, masih ada lebih kurang 3,2 milyar jiwa atau hampir

separuh penduduk dunia yang berisiko tertular penyakit malaria. Pada tahun

2015, WHO memperkirakan ada sekitar 214 juta kasus baru malaria dengan

kematian sekitar 438.000 orang di seluruh dunia. Dari seluruh jumlah

kematian akibat malaria di dunia, sekitar sepertiga atau 306.000 terjadi pada

balita (Kemenkes R.I, 2016).

Di Indonesia, penyakit malaria masih merupakan penyakit infeksi

utama yang berbasis lingkungan. Perkembangan teknologi yang canggih dan

transportasi serta adanya perpindahan penduduk dari suatu kota ke kota yang

lain atau dari suatu daerah ke daerah lain dapat mempercepat perkembangan

penyakit malaria. Angka kematian akibat malaria berat sangat berkaitan

dengan resistensi obat, diagnosis dini, dan cara penanganan pasien yang tidak

memadai (Sorontou Y, 2013).

Secara nasional angka kesakitan malaria pada tahun 2013 sebanyak

1,38/1.000 penduduk berisiko. Sementara target Rencana Strategi

3
Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan malaria (API/annual parasite

incidence) tahun 2013 < 1,25/1.000 penduduk berisiko. Dengan demikian

cakupan API 2013 tidak mencapai target Renstra 2013 (Kemenkes R.I, 2014).

Pada tahun 2014 sebanyak 0,99/1.000 penduduk berisiko. Sementara target

Rencana Strategi Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan malaria

(API/annual parasite incidence) tahun 2014 <1/1.000 penduduk berisiko.

Dengan demikian cakupan API 2014 mencapai target Renstra 2014

(Kemenkes R.I, 2015). Sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 0,85/1.000

penduduk berisiko. Sementara target Rencana Strategi Kementerian

Kesehatan untuk angka kesakitan malaria (API/annual parasite incidence)

tahun 2015 <1/1.000 penduduk berisiko. Dengan demikian cakupan API 2015

mencapai target Renstra 2015 (Kemenkes R.I, 2016).

Hasil Riskesdas tahun 2013 insiden malaria pada penduduk Sulawesi

Selatan tahun 2013 adalah 3,1% meningkat dibanding tahun 2007 (1,4%),

kecuali di Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Selayar mengalami sedikit

penurunan jumlah penderita malaria. Prevalensi malaria tahun 2013 adalah

8,1%. Lima Kabupaten/Kota dengan insiden dan prevalensi tertinggi adalah

Kabupaten Bantaeng (6,8% dan 15,0%), Kabupaten Sinjai (6,7% dan 15,3%),

Kabupaten Tana Toraja (5,5% dan 20,3%), Kabupaten Bulukumba (5,2% dan

12,1%), dan Kabupaten Luwu (5,2% dan 13,2%). Dari 24 Kabupaten/Kota di

Sulawesi Selatan, 15 Kabupaten/Kota mempunyai prevalensi malaria di atas

angka nasional (Dinkes Pemprov Sulsel, 2015).

4
Berdasarkan laporan dari Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar

kasus malaria di tahun 2013 ditemukan 196 kasus (63 kasus di temukan di

Puskesmas dan 133 kasus di Rumah Sakit) dengan angka kesakitan (API)

yaitu 0,046 per 1.000 penduduk. Pada tahun 2014, ditemukan 98 kasus positif

malaria, 34 kasus diperiksa di Puskesmas dan 64 kasus dilakukan

pemeriksaan di RS. Pada tahun 2015 sampai bulan Maret, ditemukan 34

kasus positif malaria, 14 kasus telah diperiksa Puskemas dan 20 sisanya

diperiksakan ke Rumah Sakit (Dinkes Pemkot Makassar, 2015).

Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria masih sering terjadi, pada tahun

2012 terjadi dua kejadian KLB malaria yaitu di Provinsi Sumatera Utara

dengan 57 kasus dan di Provinsi Yogyakarta dengan 85 kasus. Hal ini

disebabkan antara lain karena adanya perubahan lingkungan, tingginya

mobilisasi penduduk dan kewaspadaan yang belum optimal (Kemenkes R.I,

2013).

Penanggulangan malaria dilakukan secara komprehensif dengan upaya

promotif, preventif, dan kuratif, hal ini bertujuan untuk menurunkan angka

kesakitan, kematian dan Kejadian Luar Biasa (KLB) (Kemenkes R.I, 2014).

Program pengendalian malaria difokuskan untuk mencapai eliminasi

malaria yang dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah,

pemerintah daerah bersama mitra kerja pembangunan dan masyarakat.

Eliminasi malaria tersebut dilakukan secara bertahap dari kabupaten/kota,

provinsi, dari satu pulau ke pulau yang lain sampai seluruh wilayah

5
Indonesia, sesuai dengan situasi malaria dan ketersediaan sumber daya yang

ada (Kemenkes R.I, 2013).

Tantangan yang paling mendasar dalam menghadapi penyakit menular

utama seperti malaria adalah membuat individu dan keluarga mau

mengadopsi dan memelihara perilaku sehat. Seringkali orang beranggapan

bahwa perilaku ini akan muncul pada saat pelayanan kesehatan dan intervensi

kesehatan sudah tersedia. Tetapi kenyataan di lapangan tidak menunjukkan

hal yang demikian, sehingga diperlukan upaya berupa komunikasi dan

mobilisasi sosial untuk menarik perhatian masyarakat agar dapat berperilaku

sehat dalam upaya penanggulangan penyebaran penyakit malaria (Hartono B,

2011).

Derajat kesehatan individu, kelompok atau masyarakat dipengaruhi oleh

4 faktor utama yakni; lingkungan (fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan

sebagainya), perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan (H.L. Blum, 1974,

dikutip dalam Notoatmodjo S, 2014). Perilaku kesehatan merupakan bentuk

respons seseorang terhadap stimulus yang berupa; sakit dan penyakit,

makanan dan minuman, lingkungan dan juga pelayanan kesehatan. Perilaku

hidup sehat sangat berkontribusi terhadap terjadinya penyakit menular

maupun tidak menular (Notoatmodjo S, 2014).

Determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi untuk

meningkatkan derajat kesehatan individu adalah perilaku masyarakat atau

keluarga. Perilaku dalam bentuk tindakan merupakan suatu respon terhadap

rangsangan atau stimulus dalam bentuk nyata yang dapat diobservasi secara

6
langsung melalui kegiatan wawancara dan kegiatan responden, misalnya:

pemakaian kelambu, kebiasaan keluar malam, pemakaian obat anti nyamuk

dan sebagainya (Arsin, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aulia R.A (2016), dengan judul

penelitian Hubungan Perilaku Hidup Bersih Sehat Dengan Kejadian Malaria

di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Sorong Propinsi Papua Barat Tahun 2015,

menunjukkan bahwa responden yang mempunyai perilaku hidup bersih sehat

yang baik (54,5%) lebih banyak dibandingkan perilaku hidup bersih sehat

yang buruk (45,5%). Hasil uji Chi-square didapatkan nilai p sebesar 0,000

(<0,005), dimana terdapat hubungan perilaku hidup bersih sehat dengan

kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Kota Sorong Propinsi Papua

Barat tahun 2015.

Survei awal yang dilakukan di Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten

Pangkep, diperoleh data kejadian malaria pada tahun 2014 dengan jumlah

kasus sebanyak 1.013 orang, 340 orang diantaranya positif menderita

penyakit malaria, pada tahun 2015 jumlah kasus sebanyak 332 orang, 139

orang diantaranya positif menderita penyakit malaria, dan pada tahun 2016

jumlah kasus sebanyak 205 orang, 119 orang diantaranya positif menderita

penyakit malaria (SP2TP Puskesmas Liukang Kalmas Kab. Pangkep, 2017).

Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang hubungan perilaku hidup sehat keluarga dengan kejadian

penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten

Pangkep.

7
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas dirumuskan masalah penelitian

apakah ada hubungan antara perilaku hidup sehat keluarga dengan kejadian

penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten

Pangkep?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan perilaku hidup sehat keluarga dengan

kejadian penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Liukang Kalmas

Kabupaten Pangkep.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran perilaku hidup sehat keluarga di wilayah kerja

Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep.

b. Untuk mengetahui gambaran kejadian penyakit malaria di wilayah kerja

Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep.

c. Untuk mengetahui hubungan perilaku hidup sehat keluarga dengan kejadian

penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten

Pangkep.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi khasanah ilmu

pengetahuan dan menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya bagi siapa saja

yang memiliki minat yang tinggi pada ilmu pengetahuan terutama tentang

8
hubungan perilaku hidup sehat keluarga dengan kejadian penyakit malaria di

wilayah kerja Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep.

2. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi instansi terkait

dan dapat meningkatkan motivasi dan perhatian masyarakat terutama

mengenai hubungan perilaku hidup sehat keluarga dengan kejadian penyakit

malaria di wilayah kerja Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep.

3. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini merupakan pengalaman berharga bagi peneliti

dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh, serta memperluas

wawasan di bidang kesehatan khususnya mengenai upaya pencegahan

kejadian penyakit malaria.

4. Manfaat Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk

menambah wawasan dan pengetahuan keluarga dalam upaya mencegah

kejadian penyakit malaria.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Penyakit Malaria

1. Definisi

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit

Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah

manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat

9
menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua

golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa (Kemenkes R.I, 2016).

Menurut Vannaphan (2009), dikutip dalam Widyanto C.F & Triwibowo

C (2013), menjelaskan bahwa malaria merupakan penyakit menular yang

disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus Plasmodium.

Malaria ditularkan oleh nyamuk anopheles betina yang dapat menyerang

semua jenis kelamin dan golongan umur.

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh berbagai jenis

parasit malaria: P. vivax, P. malariae, P. Falciparum dan P. ovale; parasit

golongan sporozoa (Kemenkes R.I, 2013).

2. Etiologi

Penyebab malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui

gigitan nyamuk anopheles betina (Kemenkes R.I, 2014). Penyakit malaria di

Indonesia disebabkan oleh 4 jenis spesies parasit yaitu sebagai berikut

(Widyanto C.F & Triwibowo C, 2013) :

a. Plasmodium falciparum, merupakan penyebab malaria tropika yang sering

menimbulkan malaria berat sampai terjadi kematian. Gejalanya muncul

berselang setiap 2 hari (48 jam) sekali.

b. Plasmodium malariae, merupakan penyebab malaria quartana. Gejalanya

muncul berselang setiap 4 hari.

c. Plasmodium vivax, merupakan penyebab malaria tertian. Gejalanya muncul

berselang setiap 3 hari.

10
d. Plasmodium ovale, merupakan jenis yang jarang dijumpai di Indonesia dan

umumnya banyak terdapat di Afrika.

3. Gejala Klinis Malaria

Gejala klinis utama yang disebabkan oleh parasit Palsmodium malaria

yang menginfeksi manusia adalah demam, anemia, dan splenomegali

(Sorontou Y, 2013).

a. Demam

Demam yang terjadi secara periodik pada infeksi malaria berhubungan

dengan masa pemecahan sejumlah skizon matang yang mengeluarkan

merozoit, kemudian memasuki aliran darah yang disebut sporulasi. Demam

biasanya bersifat intermiten (febris kontinu). Serangan demam malaria

biasanya dimulai dengan gejala prodromal, yaitu lesu, sakit kepala, tidak

nafsu makan, kadang-kadang disertai dengan mual dan muntah.

Serangan demam yang khas terdiri atas beberapa stadium yaitu :

1) Stadium menggigil. Stadium ini dimulai dengan perasaan dingin sekali

hingga menggigil. Nadi penderita cepat, namun lemah, bibir dan jari

tangannya menjadi membiru, kulit kering dan pucat, kadang-kadang disertai

muntah. Kejang-kejang sering menyertai gejala ini pada anak. Stadium ini

berlangsung 15 menit sampai 1 jam.

2) Stadium puncak demam. Stadium ini dimulai saat klien merasa dingin sekali,

kemudian berubah menjadi panas sekali. Muka menjadi merah, kulit kering

dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala hebat, disertai mual dan

muntah, nadi penuh dan berdenyut keras. Perasaan haus sekali, terutama pada

11
saat suhu tubuh naik sampai 41 C (106 F) atau lebih. Stadium ini

berlangsung selama 2 sampai 6 jam.

3) Stadium berkeringat. Stadium ini dimulai dengan penderita berkeringat

banyak. Suhu tubuh turun dengan cepat, kadang-kadang sampai di bawah

ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan saat terbangun

penderita merasa lemah meskipun sehat. Stadium ini berlangsung 2 sampai 4

jam. Serangan demam yang khas ini sering dimulai pada siang hari dan

berlangsung 8 sampai 12 jam.

b. Anemia

Anemia pada penderita malaria terjadi karena pecahnya sel darah merah

yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Plasmodium falciparum

menginfeksi semua jenis sel darah merah. Anemia dapat terjadi pada infeksi

akut dan kronis. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale yang hanya

menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2 dari seluruh

jumlah sel darah merah, sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi sel

darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah. Jenis

anemia yang disebabkan oleh penyakit malaria adalah anemia hemolitik,

anemia normokrom, dan anemia normositik. Pada serangan akut, kadar

hemoglobin turun secara mendadak.

Anemia disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1) Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung

parasit, terjadi di dalam limfa yang sangat dipengaruhi oleh faktor autoimun.

12
2) Reduced survival time atau eritrosit normal yang tidak mengandung parasit

yang tidak dapat hidup lama.

3) Diseritripoiesis atau gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi

eritripoiesis dalam sum-sum tulang, retikulosit tidak dilepaskan dalam

peredaran darah tepi atau perifer.

c. Splenomegali

Limfa merupakan organ retikuloendotelial. Plasmodium yang

menginfeksi organ ini dapat difagosit oleh sel-sel makrofag dan limfosit.

Penambahan sel-sel radang ini dapat menyebabkan limfa membesar yang

merupakan gejala khas terutama ada malaria kronis. Perubahan pada limfa

biasanya disebabkan oleh kongesti, tetapi kemudian limfa berubah berwarna

hitam karena pigmen yang ditimbun dalam eritroist yang mengandung parasit

dan granula hemozoin tampak dalam histiosit di vulva dan sel epitel sinusoid

hati.

4. Masa Inkubasi

Waktu antara gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis sekitar 7-14

hari untuk Plasmodium falciparum, 8-14 hari untuk Plasmodium vivax dan

Plasmodium ovale, dan 7-30 hari untuk Plasmodium malariae. Masa inkubasi

ini dapat memanjang antara 8-10 bulan terutama terutama pada beberapa

strain untuk Plasmodium vivax di daerah tropis (Kemenkes R.I, 2013).

5. Patofisiologi

Perubahan patofisiologi pada penderita malaria mungkin berhubungan

dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit

13
yang mengandung parasit pada endotelium kapiler. Perubahan ini

berlangsung cepat dan bersifat reversibel pada mereka yang dapat bertahan

hidup (survive). Peran beberapa mediator humoral masih belum pasti, tetapi

peran ini terlibat dalam proses patogenesis demam dan peradangan. Skizogoni

eksoeritrositik mungkin dapat menyebabkan reaksi leukosit dengan fagosit,

sedangkan sporozoit dan gametosit tidak menimbulkan perubahan

patofisiologik. Patofisiologi malaria merupakan multifaktorial dan mungkin

berhubungan dengan hal-hal berikut (Sorontou Y, 2013) :

a. Penghancuran eritrosit

Eritrosit dihancurkan tidak saja oleh pecahnya eritrosit yang

mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosit yang mengandung

parasit dan yang tidak mengandung parasit sehingga menyebabkan anemia

dan anoksia jaringan. Dengan adanya hemolisis intravaskuler yang berat,

dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater fever) dan dapat mengakibatkan

gagal ginjal.

b. Mediator endotoksin-makrofag

Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu

makrofag yang sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang

rupanya menyebabkan perubahan patofisiologi yang berhubungan dengan

malaria. Tumor Necric Factor (TNF) adalah suatu monokin yang ditemukan

dalam perederan darah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit malaria.

TNF dan sitokin lain yang berhubungan menimbulkan demam, hipoglikemia,

dan sindrom penyakit pernapasan pada orang dewasa disebut adult

14
respiratory disease syndrome atau ARDS dengan sekuestrasi sel neutrofil

dalam pembuluh darah paru. TNF dapat juga menghancurkan P. falciparum

secara in vivo dan dapat meningkatkan perlekatan parasit pada eritrosit dan

pada endotelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum pada anak dengan

malaria falciparum akut dapat menyebabkan malaria berat yang berakibat

kematian.

c. Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi

Eritrosit yang terinfeksi pada stadium lanjut P. falciparum dapat

membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya yang mengandung

antigen malaria. Selain itu, antigen tersebut bereaksi dengan antibodi malaria

yang berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung P. falciparum

terhadap endotelium kapiler darah dalam alat dalam. Eritrosit yang terinfeksi

menempel pada endotelium kapiler darah dan membentuk gumpalan (sludge)

yang membentuk kapiler alat-alat dalam. Protein dan cairan merembes

melalui membran kapiler yang bocor dan menimbulkan anoksia serta edema

jaringan. Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat dapat menyebabkan

kematian.

6. Siklus Hidup Plasmodium

Siklus hidup Plasmodium terdiri dari dua fase yaitu fase aseksual dan

fase seksual (Widyanto C.F & Triwibowo C, 2013) :

a. Fase aseksual, terjadi di dalam tubuh manusia. Fase ini diawali dari nyamuk

Anopheles yang infektif mengeluarkan sporozit yang selanjutnya masuk ke

dalam peredaran darah manusia. Sporozit akan masuk ke dalam sel-sel

15
parenkim hati dalam waktu 30 menit. Sporozit yang telah masuk akan

membelah diri secara aseksual dan berubah menjadi sizon di dalam hati. Sizon

yang telah matang bersama sel hati yang telah terinfeksi akan pecah dan

mengeluarkan merozit sebanyak 5.000 sampai 30.000 tergantung jenis

spesies. Merozit yang keluar akan masuk ke dalam sel-sel darah merah dan

berubah menjadi tropozit muda kemudian menjadi tropozit dewasa. Tropozit

dalam sel darah merah tersebut kemudian membelah diri menjadi merozit-

merozit yang menyebabkan sel darah merah terinfeksi. Sizon-sizon yang

pecah dalam sel darah merah tersebut menyebabkan munculnya gejala

malaria yang ditandai dengan demam dan menggigil secara periodik.

b. Fase seksual, dimulai dari gametosit yang matang dihisap oleh nyamuk

Anopheles kemudian masuk ke lambung dan terjadilah proses eksflagelasi

gametosit jantan. Pembuahan terjadi ketika gametosit jantan dan betina

bertemu dan menghasilkan zigot. Zigot tersebut akan berubah menjadi

ookinet dan bergerak aktif menembus mukosa lambung. Ookinet berubah

menjadi kista ookista, kemudian menghasilkan puluhan ribu sporozoit dan

dalam waktu beberapa jam sporozoit akan menumpuk ke dalam kelenjar

ludah nyamuk.

Siklus hidup Plasmodium tersebut akan melewati masa inkubasi

penyakit malaria yang dibedakan menjadi masa inkubasi ekstrinsik dan masa

inkubasi intrinsik. Masa inkubasi ekstrinsik adalah mulai masuknya gametosit

ke dalam tubuh nyamuk sampai terjadinya sporogani dalam tubuh nyamuk

yang ditandai dengan terbentuknya sporozoit yang masuk ke dalam kelenjar

16
ludah nyamuk. Sedangkan masa inkubasi intrinsik adalah waktu mulai

masuknya sporozoit ke dalam darah sampai timbulnya gejala klinis seperti

demam atau sampai pecahnya sizon darah (Widyanto C.F & Triwibowo C,

2013).

7. Perkembangan Parasit Dalam Tubuh Nyamuk dan Manusia

a. Perkembangan Parasit Dalam Tubuh Nyamuk

Setelah nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung

parasit pada stadium seksual (gametosit), gamet jantan (mikrogametosit) dan

betina (makrogametosit) bersatu membentuk ookinet di perut nyamuk yang

kemudian menembus dinding perut nyamuk dan membentuk kista (oocyst)

yang berada pada lapisan luar, yang nantinya akan memproduksi ribuan

sporosit, ini membutuhkan waktu 8-35 hari tergantung pada jenis parasit dan

suhu lingkungan tempat dimana vektor berada. Sporosit yang telah diproduksi

berpindah ke seluruh organ tubuh nyamuk dan beberapa sporozit mencapai

kelenjar ludah nyamuk, menjadi matang dan apabila nyamuk menggigit orang

tersebut, maka sporosit siap ditularkan (Kemenkes R.I, 2013).

b. Perkembangan Parasit Dalam Tubuh Manusia

Dalam tubuh manusia, sporozit yang berasal dari nyamuk saat

menghisap darah manusia, akan memasuki sel-sel hati dan membentuk

stadium yang disebut skison eksoeritrositer. Sel-sel hati akan pecah dan

parasit aseksual (skison) memasuki aliran darah, berkembang dalam sel darah

(eritrosit) dari bentuk tropozit immeture menjadi tropozit matur (siklus

eritrositik). Sel darah merah kemudian pecah, dan skison akan menyerang sel

17
darah merah yang lain. Umumnya perubahan dari troposit menjadi skison

yang matang dalam darah memerlukan waktu 48-72 jam, sebelum

melepaskan 8-30 merosoit eritrositik (tergantung spesies) untuk menyerang

eritrosit-eritrosit yang lain. Gejala klinis terjadi pada tiap siklus karena

pecahnya sebagian besar skison-skison eritrositik. Di dalam eritrosit-eritrosit

yang terinfeksi, beberapa merosit berkembang menjadi bentuk seksual yaitu

gamet jantan (mikrogametosit) dan gamet betina (makrogametosit)

(Kemenkes R.I, 2013).

8. Cara Penularan

Malaria ditularkan ke manusia melalui vektor nyamuk Anopheles. Dari

sekitar 400 spesies nyamuk Anopheles yang ada, 67 telah ditemukan dapat

menularkan malaria dan hanya 24 diantaranya ditemukan di Indonesia.

Penyakit malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina yang infektif.

Sebagian besar spesies nyamuk menggigit pada sore hari menjelang malam.

Gigitan pada beberapa spesies akan memuncak sekitar tengah malam atau

menjelang pagi. Penularan melalui nyamuk ini disebut sebagai penularan

secara alamiah (natural infection).

Penularan juga dapat terjadi secara tidak alamiah seperti malaria

bawaan (congenital), secara mekanik, maupun secara oral. Malaria bawaan

terjadi pada bayi baru dilahirkan dari ibu yang menderita malaria. Penularan

melalui tali pusat atau plasenta. Secara mekanik, malaria dapat menular

langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar udara

(Widyanto C.F & Triwibowo C, 2013).

18
9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan malaria dapat dilakukan dengan menggunakan Rapid

diagnostic test (RDTs). Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen

parasit malaria dengan menggunakan metode imunokromatografi.

Pemeriksaan dengan RDTs mampu mendiagnosis adanya infeksi parasit

Plasmodium falsifarum (single) atau juga non Plasmodium falsifarum

(combo).

Pemeriksaan penunjang lain yang dilakukan pada malaria berat antara

lain pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit, hitung jenis leukosit dan

trombosit, kimia darah, EKG, foto thoraks, analisis cairan serebrospinalis,

biakan darah dan uji serologis atau uranilisis. Pemeriksaan kimia darah yang

dilakukan seperti gula darah, serum bilirubin, SGOT, SGPT, alkali fostafase,

albumin atau globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium serta gas darah

(Widyanto C.F & Triwibowo C, 2013).

10. Pencegahan

Pencegahan penularan penyakit malaria dilakukan terhadap perorangan

maupun masyarakat, dengan cara sebagai berikut (Widyanto C.F &

Triwibowo C, 2013) :

a. Promosi Kesehatan dan Perubahan Perilaku

Promosi kesehatan merupakan faktor penting yang harus diberikan

kepada individu yang akan bepergian atau tinggal di daerah endemis. Konten

promosi kesehatan yang diberikan adalah mengajarkan tentang tata cara

penularan, pengenalan gejala, pengobatan dan upaya pencegahan penularan

19
malaria. Tindakan promosi kesehatan tidak hanya bertujuan memberikan

pengetahuan kepada individu berisiko, namun juga diharapkan dapat terjadi

perubahan perilaku yang dapat menurunkan risiko penularan malaria.

Perilaku yang dianjurkan adalah dengan proteksi diri dengan menggunakan

pakaian lengkap, tidur menggunakan kelambu, memakai obat anti nyamuk,

dan menghindari untuk mengunjungi daerah endemis malaria. Selain itu juga

dapat mengurangi aktivitas di luar rumah mulai senja sampai subuh saat

nyamuk Anopheles umumnya menggigit.

b. Biologi

Pencegahan secara biologi dilakukan dengan menggunakan makhluk

hidup yang bersifat parasitik terhadap nyamuk atau penggunaan hewan

predator (pemangsa). Pencegahan ini dilakukan secara alami sehingga tidak

mengganggu keseimbangan ekologi. Pencegahan dapat dilakukan dengan

penebaran ikan pemakan jentik di daerah endemis malaria, penggunaan

bakteri Bacillus thuringienesis dan cacing Heterorhabditis yang mampu

memberantas serangga. Cara lain adalah dengan memelihara hewan ternak di

luar rumah karena jenis nyamuk Anophele saconitus juga menyukai darah

ternak, sehingga diharapkan nyamuk akan mendapatkan darah dari hewan

ternak bukan dari manusia.

c. Kimiawi

Pencegahan kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida

dengan larvasidasi. Selain itu juga dapat dilakukan dengan kemoprofilaksis

20
atau obat kimia, yang bertujuan mengurangi risiko infeksi parasit dan

menurunkan gejala klinis yang timbul ketika infeksi malaria masih terjadi.

11. Pengobatan

Pengobatan malaria dilakukan kepada seorang yang telah menunjukkan

gejala malaria serta menunjukkan hasil yang positif adanya parasit dalam

darah melalui pemeriksaan darah tepi. Obat yang diberikan adalah obat anti

malaria (OAM) yaitu Artemisinin Combination Therapy (ACT). Pengobatan

diberikan selama 3 hari. Pengobatan malaria berat atau malaria dengan

komplikasi adalah OAM berupa Arthemeter Injeksi atau Arhesunate Injeksi

sampai penderita minum ACT tablet (Widyanto C.F & Triwibowo C, 2013).

a. Pengobatan malaria tanpa komplikasi

1) Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks

Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT

ditambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan

malaria vivaks 1 kali perhari selama 3 hari, primakuin untuk malaria

falsiparum diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kgBB, dan

untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg/kgBB.

2) Pengobatan malaria vivaks yang relaps

Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan

regimen ACT yang sama tapi dosis primakuin ditingkatkan menjadi 0,5

mg/kgBB/hari.

21
3) Pengobatan malaria ovale

Pengobatan malaira ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP atau

kombinasi Artesunat + Amodiakuin. Dosis pemberian obatnya sama dengan

untuk malaria vivaks yaitu 1 kali perhari selama 3 hari.

4) Pengobatan malaria malariae

Pengobatan P. malariae yaitu diberikan ACT 1 kali perhari selama 3

hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya hanya tidak

diberikan primakuin.

5) Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax / P. ovale

Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari

serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.

b. Pengobatan malaria pada ibu hamil

Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan

pengobatan pada orang dewasa lainnya, perbedaan adalah pada pemberian

obat malaria berdasarkan umur kehamilan. Pada ibu hamil tidak diberikan

primakuin (Kemenkes R.I, 2014).

Tabel 1
Pengobatan malaria falsiparum pada ibu hamil
Umur Kehamilan Pengobatan
Kina 3x2 tablet + Klindamisin
Trimester I (0-3 bulan)
2x300 mg selama 7 hari
Trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Trimester III (7-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Sumber : (Kemenkes R.I, 2014)

22
Tabel 2
Pengobatan malaria vivaks pada ibu hamil
Umur Kehamilan Pengobatan
Trimester I (0-3 bulan) Kina 3x2 tablet selama 7 hari
Trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Trimester III (7-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari
Sumber : (Kemenkes R.I, 2014)

B. Tinjauan Tentang Perilaku Hidup Sehat Keluarga

1. Konsep Perilaku Hidup Sehat Keluarga

a. Definisi

Perilaku adalah perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang

sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain yang

melakukannya (Maryunani A, 2013).

Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan

upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya atau pola/gaya hidup sehat (healthy life stye) (Notoatmodjo S,

2012).

Masalah perilaku masyarakat merupakan penyebab timbulnya berbagai

masalah kesehatan, salah satunya adalah penyebab terjadinya penyakit

malaria. Para ahli kesehatan masyarakat sepakat bahwa untuk mengatasi

perilaku masyarakat diperlukan suatu upaya dalam proses pendidikan

kesehatan masyarakat, sehingga melalui proses tersebut diharapkan terjadinya

perubahan perilaku menuju tercapainya perilaku hidup sehat di masayarakat

(Benih A, 2014).

Pada proses perubahan ini, perlu ditunjang perubahan sikap agar

menjadi suatu perbuatan (tindakan) nyata dengan dukungan dari pihak

23
keluarga, teman dekat ataupun masyarakat sekitarnya sehingga dapat

terwujud perilaku hidup sehat di masyarakat yang dapat mencegah kejadian

penyakit malaria (Benih A, 2014).

b. Indikator Perilaku Hidup Sehat

Beberapa indikator untuk mengukur perilaku hidup sehat di tatanan

rumah tangga, keluarga dan masyarakat dalam upaya mencegah kejadian

penyakit malaria antara lain sebagai berikut :

1) Perilaku (Aktivitas) Fisik

Batasan aktivitas fisik adalah penduduk umur 15 tahun ke atas

melakukan aktivitas berat, sedang, maupun berjalan paling sedikit 10

menit tanpa berhenti untuk setiap kegiatan dan kumulatif > 150 menit selama

5 hari dalam seminggu.

Aktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku hidup sehat terkait

dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, karena dengan aktivitas

fisik bermanfaat dalam mengatur berat badan dan menguatkan sistem jantung

dan pembuluh darah, serta membantu sistem metabolisme tubuh sehingga

dengan aktivitas atau olahraga yang teratur dapat mencegah berbagai macam

penyakit (Notoatmodjo S, 2014).

2) Perilaku Menjaga Lingkungan Sehat

Pencegahan penyakit malaria yang harus di lakukan agar tidak banyak

nyamuk yang bisa menyebabkan penyakit malaria salah satu nya dengan

menjaga kebersihan. Menjaga kebersihan lingkungan bisa di lakukan untuk

pencegahan penyakit malaria, karena akibat lingkungan yang kotor maka

24
akan ada banyak nyamuk dan bisa menggigit dan menyebabkan penyakit

malaria. Lingkungan rumah harus secara teratur di bersihkan, dan sebaik nya

tidak menyimpan barang barang bekas yang nantinya akan menjadi sarang

bagi nyamuk untuk berkumpul (Notoatmodjo S, 2014).

Perilaku menjaga lingkungan sehat salah satunya adalah membuang

sampah pada tempatnya. Sampah merupakan salah satu penyebab tidak

seimbangnya lingkungan hidup, yang umumnya terdiri dari komposisi sisa

makanan, daun-daun, plastik, dan lain-lain. Apabila sampah dibuang dengan

cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya

bagi kesehatan manusia, bila dibakar akan menimbulkan pengotoran udara.

Selain itu tradisi membuang sampah di sungai dapat mengakibatkan banjir

dan mencemari sumber air permukaan karena pembusukan sampah tersebut.

Tumpukan sampah dapat memicu beberapa penyebab penyakit seperti

penyakit malaria, karena dengan tumpukan sampah yang tidak terkontrol

akan menjadikan jentik nyamuk berkembang biak dengan cepat (Proverawati

A & Rahmawati E, 2012).

3) Perilaku Penggunaan Kelambu

Cara mencegah penyakit malaria juga yaitu dengan melindungi ruang

tidur dan juga tempat tidur karena gigitan nyamuk di malam hari lebih rentan.

Pemakaian kelambu adalah salah satu dari upaya pencegahan penularan

penyakit malaria. Gunakan kelambu berinsektisida di tempat tidur sehingga

pada saat tertidur pulas tidak akan di gigit nyamuk karena nyamuk tidak akan

masuk (Nurbayani L (2013), dikutip dalam Aulia R.A, 2016).

25
4) Perilaku Penggunaan Pakaian Penutup

Menggunakan pakaian yang menutup lengan dan kaki bisa mengurangi

gigitan nyamuk, karena cara mencegah penyakit malaria juga dengan

menggunakan pakaian yang menutup kulit agar tidak tergigit oleh nyamuk.

Selimut juga sebaiknya di gunakan pada saat tidur (Anjasmoro R, 2013),

dikutip dalam Aulia R.A, 2016).

5) Perilaku Menggantung Pakaian di dalam Ruangan

Kebiasaan menggantung pakaian di dalam ruangan dapat digunakan

tempat persembunyian nyamuk sehingga meningkatkan potensi kontak antara

nyamuk dengan manusia. Nyamuk vektor malaria biasanya setelah menggigit

manusia butuh tempat istirahat (resting places) bagi nyamuk pada malam hari

dan tempat yang paling disukai untuk beristirahat setelah meghisap darah

manusia adalah pakaian yang menggantung dalam rumah seperti dibelakang

pintu (Zulaikhah, dkk (2011), dikutip dalam Aulia R.A, 2016).

6) Perilaku Keluar Rumah di Malam Hari

Perilaku keluar rumah di malam hari merupakan salah satu tindakan

berisiko yang dapat menyebabkan manusia tergigit oleh nyamuk anopheles

betina yang merupakan vektor yang aktif mencari makan pada malam hari

sehingga manusia yang keluar pada malam hari memiliki kemungkinan untuk

terkena malaria Orang yang memiliki kebiasaan keluar pada malam hari

memiliki risiko terkena malaria 2,23 kali lebih besar dari orang yang tidak

keluar di malam hari.

26
Aktivitas keluar pada malam hari merupakan salah satu faktor resiko

sosial yang berkaitan dengan malaria. Bionomik nyamuk vektor malaria

mempunyai aktivitas mencari darah pada malam hari dan sasaran yang

dicapai adalah menghisap darah manusia (Lerebulan, dkk (2013), dikutip

dalam Aulia R.A, 2016).

7) Perilaku Menggunakan Obat Anti Nyamuk

Yang harus di lakukan sebagai cara mencegah penyakit malaria juga

yaitu menggunakan obat anti nyamuk. Obat nyamuk bakar atau obat anti

nyamuk apa pun bisa di gunakan di rumah. Yang paling baik jika

menggunakan obat nyamuk alami seperti menanam pohon salam atau pun

lavender agar rumah di jauhi oleh nyamuk. Penggunaan obat anti nyamuk

pada malam hari dapat mengurangi kemungkinan gigitan nyamuk malaria

sehingga dapat mengurangi resiko kejadian malaria (Samino & Perdana

(2013), dikutip dalam Aulia R.A, 2016).

8) Perilaku Penggunaan Air Bersih

Batasan perilaku penggunaan air bersih adalah penggunaan air bersih

yang secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita, antara lain (dapat dilihat,

dirasa, dicium dan diraba).

Air tidak berwarna harus bening/jernih. Air tidak keruh harus bebas dari

pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya. Air tidak berasa, tidak

berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan tidak pahit harus bebas dari

bahan kimia beracun. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau

belerang. Air bersih bermanfaat bagi tubuh agar terhindar dari gangguan

27
penyakit seperti diare, kolera, dan sebagainya (Proverawati A & Rahmawati

E, 2012).

Untuk mencegah nyamuk bertelur di tempat air penampungan juga bisa

dengan menutupi nya dengan penuh bak mandi atau alat lain yang bisa

menjadi penutup yang efektif. Hingga air bersih tidak terkontaminasi oleh

jentik nyamuk (Proverawati A & Rahmawati E, 2012).

9) Perilaku Memberantas Jentik di Rumah

Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan

pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.

Pemberantasan jentik bertujuan untuk membebaskan rumah dari jentik-jentik

yang dapat mengganggu kesehatan.

Rumah bebas jentik sangat bermanfaat karena populasi nyamuk

menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan perantara nyamuk

dapat dicegah atau dikurangi, sehingga kemungkinan terhindar dari berbagai

penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk semakin besar.

Perilaku memberantas jentik di rumah adalah dengan melakukan

pemberantasan sarang nyamuk melalui 3 M plus (menguras, menutup,

mengubur plus menghindari gigitan nyamuk. Perilaku memberantas jentik di

rumah merupakan kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong

nyamuk penular penyakit salah satunya adalah penyakit malaria (Proverawati

A & Rahmawati E, 2012).

28
2. Konsep Keluarga

a. Definisi

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Jhonson L

& Leny R, 2010).

b. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedmen (2003), dikutip dalam Susanto T

(2012), sebagai berikut :

1) Fungsi afektif

Yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala

sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan

dengan orang lain.

2) Fungsi sosialisasi

Adalah fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk

berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain di luar rumah.

3) Fungsi reproduksi

Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga

kelangsungan keluarga.

4) Fungsi ekonomi.

Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara

ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam

29
meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi pemeliharaan kesehatan

Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota

keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

c. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Menurut Friedmen (2003), dikutip dalam Susanto T (2012), sesuai

dengan Fungsi Pemeliharaan Kesehatan, keluarga mempunyai Tugas-tugas

dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, yaitu :

1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya.

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.

3) Memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak mampu

membantu dirinya sendiri karena kecacatan atau usianya yang terlalu muda.

4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

V. KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Keluarga didefinisikan sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Perilaku

hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau

30
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya

atau pola/gaya hidup sehat.

Masalah perilaku individu dan keluarga merupakan penyebab

timbulnya berbagai masalah kesehatan, salah satunya adalah penyebab

terjadinya penyakit malaria. Tantangan yang paling mendasar dalam

menghadapi penyakit menular utama seperti malaria adalah membuat

individu dan keluarga mau mengadopsi dan memelihara perilaku sehat.

B. Pola Pikir Variabel Penelitian

Pada penelitian ini hubungan perilaku hidup sehat keluarga dengan

kejadian penyakit malaria digambarkan dalam kerangka berikut :


Variabel Independen Variabel Dependen :

Perilaku Hidup Sehat Kejadian Penyakit


Keluarga Malaria

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

C. Defenisi Operasioanal dan Kriteria Objektif

1. Kejadian Penyakit Malaria

Kejadian malaria yang dimaksud dalam penelitian ini adalah responden

yang mengalami gejala malaria dan positif menderita penyakit malaria

berdasarkan diagnosa dokter, dengan kriteria objektif sebagai berikut :

Positif : Jika responden mengalami gejala malaria dan positif menderita

penyakit malaria berdasarkan diagnosa dokter.

31
Negatif : Jika responden mengalami gejala malaria namun tidak menderita

penyakit malaria berdasarkan diagnosa dokter.

2. Perilaku Hidup Sehat Keluarga

Perilaku hidup sehat keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah tindakan yang dilakukan oleh anggota keluarga dalam rangka upaya

pencegahan kejadian penyakit malaria, dengan kriteria objektif:

Perilaku hidup tidak sehat : Jika skor responden < 50%

Perilaku hidup sehat : Jika skor responden 50%

D. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan perilaku hidup sehat keluarga dengan kejadian penyakit

malaria di wilayah kerja Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep.

VI. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional bersifat analitis,

dengan rancangan Cross sectional, dimana hubungan perilaku hidup sehat

keluarga dengan kejadian penyakit malaria diobservasi pada saat bersamaan

(sekali waktu), artinya setiap subyek/sampel penelitian diobservasi sekali

saja.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Liukang Kalmas

Kabupaten Pangkep.

32
2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari s/d Februari 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga di wilayah kerja

Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep yang mengalami gejala

malaria pada tahun 2016 yaitu sebanyak 205 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

a. Perhitungan Besar Sampel

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus

sebagai berikut :


n=
1 + ()2

Keterangan :

n : Jumlah sampel

N : Besar populasi

d : Ketetapan yang diinginkan (0,05)

205
n=
1 + 205 ( 0,05 )2

205
n=
1,5125

n = 135,53

n = 136 orang

33
b. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

Nonprobability sampling dengan teknik Purposive sampling, yaitu cara

memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti

(tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili

karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.

Adapun kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan oleh peneliti

adalah sebagai berikut :

1) Kriteria Inklusi :

a) Keluarga di wilayah kerja Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep

yang mengalami gejala malaria.

b) Bertempat tinggal tetap di wilayah kerja Puskesmas Liukang Kalmas

Kabupaten Pangkep saat penelitian.

c) Usia 15 tahun

d) Bersedia menjadi responden

e) Dapat berkomunikasi dengan baik

2) Kriteria Ekslusi :

a) Adanya hambatan etik

b) Menolak menjadi responden

c) Pindah tempat saat dilaksanakan penelitian

d) Alamat tidak jelas atau dua kali didatangi tidak ditempat

e) Terdapat keadaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran maupun

interprestasi hasil penelitian.

34
D. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan :

a. Data primer, merupakan data dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari

sebelumnya tidak ada sesuai dengan tujuan penelitian. Data primer dalam

penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner.

b. Data sekunder, merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan

data ini sudah ada. Data sekunder pada penelitian ini adalah data kejadian

malaria tahun 2014-2016 yang diperoleh dari Puskesmas Liukang Kalmas

Kabupaten Pangkep.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara langsung terhadap responden yang

sebelumnya telah mendapatkan izin penelitian dari Kepala Puskesmas

Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep. Kemudian peneliti mengadakan

pendekatan kepada responden dan memberikan penjelasan sesuai dengan

etika penelitian. Apabila responden bersedia untuk berpartisipasi dalam

proses penelitian, maka dipersilahkan untuk menandatangani lembar

kuesioner untuk diisi atau dijawab pada saat itu juga.

3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner menggunakan skala

guttman untuk pengukuran hubungan perilaku hidup sehat keluarga dengan

kejadian penyakit malaria.

35
Isi kuesioner terdiri dari :

a. Data demografi/karakteristik responden

b. Pertanyaan tentang perilaku hidup sehat keluarga.

E. Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus

ditempuh diantaranya sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pembuatan kode untuk

mempermudah proses pengimputan data ke dalam komputer dan

mempermudah proses analisis data.

3. Entri data

Entri data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana yang disajikan dalam bentuk tabel.

4. Cleaning

Cleaning atau pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah dientri untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak,

36
karena kesalahan masih dimungkinkan pada saat peneliti memasukkan data

ke dalam komputer. Data-data yang salah diperbaiki kembali.

F. Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Analisa ini menghasilkan presentasi dari tiap variabel yang diteliti.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel (variabel independen

dan dependen) yang diduga memiliki hubungan, menggunakan uji statistik

Chi-square dengan uji alternative Fishers Exact Test dengan tingkat

kemaknaan < 0,05. Hasil penelitian, dikatakan ada hubungan antara

variabel independen dengan dependen jika nilai p < (= 0,05), dan dikatakan

tidak ada hubungan jika nilai p (= 0,05).

G. Penyajian Data

Setelah data diolah dengan menggunakan teknik tersebut di atas, maka

data akan dianalisa dengan menggunakan tabel distribusi yang

dikonfirmasikan dalam bentuk presentase dan narasi untuk pembahasan

masing-masing variabel penelitian.

H. Etika Penelitian

1. Persetujuan (Informed Consent)

Responden ditetapkan setelah terlebih dahulu mendapatkan penjelasan

tentang kegiatan penelitian, tujuan dan dampak bagi klien, serta setelah

37
responden menyatakan setuju untuk dijadikan responden secara tertulis

melalui informed consent.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Seluruh responden yang dijadikan dalam sampel penelitian tidak akan

disebutkan namanya baik dalam kuesioner maupun dalam penyajian

pelaporan penelitian.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian akan dirahasiakan

identitas spesifiknya (nama, gambar/foto, ciri-ciri fisik) dan hanya informasi

tertentu saja yang dilaporkan pada hasil riset.

38

Anda mungkin juga menyukai