Anda di halaman 1dari 7

10/16/2017 Reformasi tenurial hutan kolektif: Ke mana setelah ini?

| Kabar Hutan, blog dari CIFOR

KABAR HUTAN

ANALISIS

Reformasi tenurial hutan kolektif: Ke


mana setelah ini?

Re eksi seorang ilmuwan atas Konferensi Lahan dan Kemiskinan Bank Dunia
2017
ANNE LARSON

Rabu, 10 Mei 2017


Previous Next
Article Article

Konferensi Bank Dunia tentang Tanah dan Kemiskinan, Maret 2017 menjadi sebuah forum penting dalam
mendiskusikan reformasi kepemilikan lahan kolektif. Foto: M. Edliadi/CIFOR

https://forestsnews.cifor.org/49565/reformasi-tenurial-hutan-kolektif-ke-mana-setelah-ini?fnl=id 1/7
10/16/2017 Reformasi tenurial hutan kolektif: Ke mana setelah ini? | Kabar Hutan, blog dari CIFOR

Konferensi Lahan dan Kemiskinan Bank Dunia Maret lalu di Washington D.C., memberi
kesempatan untuk melakukan re eksi atas reformasi tenurial lahan kolektif, tidak hanya
dari sudut pandang penelitian, namun juga sudut pandang pemerintahan.

Pada saat konferensi, Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR)


menyelenggarakan Pertukaran Selatan-Selatan, sebagai bagian program Penelitian
Komparatif Global Reformasi Tenurial Hutan. Tujuh pejabat pemerintah dari Peru,
Kolombia, Indonesia, Nepal, Uganda dan Kenya diundang berpartisipasi. Para pejabat
tersebut mewakili badan pertanahan dari Amerika Latin dan badan kehutanan dari
Afrika dan Asia.

Para pembicara dan peserta konferensi membuat saya merenungkan reformasi tenurial
lahan, untuk dituliskan di bawah ini.

Secara keseluruhan, topik reformasi tenurial


kolektif mengingatan saya pada sebuah eksperimen
kromatogra sederhana di sekolah, ketika kita
meneteskan tinta hitam pada saringan kopi yang
Previous basah. Spektrum warna muncul dan menyebar.
Next
Article Article
WAWANCARA
Reformasi tenurial: Pelajaran dari Tinta hitam merepresentasikan gagasan reformasi
Selatan hutan untuk mengakui atau memberi hak pada
masyarakat yang tinggal di dalam atau di sekitar
hutan. Meski beberapa negara berkembang telah
mulai menangani isu ini sejak awal abad 20 seperti Meksiko, yag memberi hak lahan
(termasuk lahan hutan) pada masyarakat setelah revolusi 1910-1917 tinta menembus
saringan kopi basah di beberapa negara Asia (Nepal dan India) pada akhir 1970-an dan
disusul beberapa negara lain setelah 1980. Beberapa negara baru mulai
mempertimbangkan hak hutan masyarakat.

PERTANYAAN REFORMASI GENERASI PERTAMA: ISI DAN CAKUPAN HAK

Saat ini, sebagian negara masih berkutat dengan pertanyaan generasi pertama,
sementara yang lain sudah bergerak pada warna lain dalam spektrum, menghadapi
tantangan generasi kedua dan ketiga.

https://forestsnews.cifor.org/49565/reformasi-tenurial-hutan-kolektif-ke-mana-setelah-ini?fnl=id 2/7
10/16/2017 Reformasi tenurial hutan kolektif: Ke mana setelah ini? | Kabar Hutan, blog dari CIFOR

Saat Konferensi, terungkap sebentuk kekecewaan bagi mereka yang telah berupaya
mengatasi isu ini selama 10 hingga 20 tahun atau lebih, melalui pertanyaan. Apakah
sekarang kita sudah tidak bisa melangkah lebih dari ini?

Beberapa negara masih mempertanyakan jenis (isi, cakupan, durasi) hak yang bisa
dimiliki masyarakat atas hutan dan/atau lahan hutan.

Faktanya, perlu dicatat bahwa di negara yang telah berada di pertanyaan generasi kedua
dan ketiga, pertanyaan pertama ini masih relevan. Pertanyaan ini terkait lokasi geogra s
baru, hak baru dan relasi antara lahan dan hak hutan.

Di Kolombia, seperti didiskusikan oleh Andrea Olaya, Penasihat Utama Badan


Pertanahan Nasional Kolombia saat Meja Bundar Kebijakan CIFOR pada Konferensi,
upaya ini mendorong munculnya institusi baru dari sebuah perjanjian damai, selain juga
tuntutan lahan dari para mantan milisi dan masyarakat yang terusir terkait dengan hak
yang telah dimiliki.

Di Indonesia, hal ini merujuk pada reformasi aset agraria, seperti dinyatakan Pak Hadi

Daryanto, Direktur
Previous
Jenderal Kehutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Kementerian
Next
Lingkungan
Article Hidup dan Kehutanan. Reformasi menelurkan pelimpahan pertama 13.000
Article

hektare lahan adat pada sembilan masyarakat adat pada Januari tahun ini.

Indonesian president hands over management of forests to


Baca juga
indigenous people

Ronald Salazar, Direktur Agraria dan Pengaturan Wilayah Desa Kementerian Pertanian
dan Irigasi, menyatakan bahwa perbedaan antara hak hutan dan hak lahan di Peru
menghasilkan pemisahan peraturan dan kelembagaan pemerintah. Hal ini tidak sama di
semua negara, dan sejalan dengan logika bahwa anggota masyarakat bisa bersilang
pendapat, atau langsung menolak. Aktivis adat di Peru, misalnya, menuntut pengakuan
status integritas teritorial, yang tidak hanya mencakup lahan pertanian dan
peternakan, tetapi juga lahan hutan.

Pertanyaan mendasar mengenai hak apa yang diberika untuk masyarakat juga terkait
pembenahan hak, di mana tuntutan baru, atau seringkali konstituen politik dan
ekonomi, mengancam hak yang telah diakui, seperti yang terjadi di balik reformasi di
https://forestsnews.cifor.org/49565/reformasi-tenurial-hutan-kolektif-ke-mana-setelah-ini?fnl=id 3/7
10/16/2017 Reformasi tenurial hutan kolektif: Ke mana setelah ini? | Kabar Hutan, blog dari CIFOR

Peru atau Brasil.

PERTANYAAN GENERASI KEDUA: KEAMANAN TENURIAL DAN PENGHIDUPAN

Pertanyaan generasi kedua adalah mengenai perlindungan hak dan penghidupan.


Pembenahan formal tidak hanya menjadi tantangan bagi keamanan tenurial. Bahkan
setelah pengakuan formal, masyarakat perlu akses pada keadilan jika haknya terlanggar
atau tereliminasi.

Bahkan terjaminnya hak tidak lantas cukup untuk menjamin penghidupan. Seperti
dinyatakan seorang pejabat pemerintah pada kesempatan terpisah: Mengapa harus
reformasi jika tidak memperbaiki penghidupan?

Baca juga Recognition and Respect for Tenure Rights

Saat Meja Bundar Kebijakan, Krishna Prasad Acharya, Direktur Jenderal Departemen

Kehutanan
Previous
Kementerian Hutan dan Konservasi Tanah, menyatakan bahwa kini terdapat
Next
20.000 kelompok terorganisir di Nepal. Wilayah hutan meningkat dari 39 persen menjadi
Article Article

44 persen, meski masih banyak yang perlu dilakukan untuk mendukung pemanfaatan
dan tata kelola hutan.

Pada acara yang sama, Gerardo Segura, Spesialis Senior Sumber Daya Alam Bank Dunia,
menyoroti pentingnya menghapus hambatan bagi masyarakat dalam tata kelola hutan.

Reformasi tenurial membutuhkan waktu, tetapi


sangat diperlukan
Gerardo Segura, Spesialis Sumber Daya Alam Senior di Bank Dunia

PERTANYAAN GENERASI KETIGA: GENDER DAN PENGUASAAN ELIT

Pertanyaan ketiga fokus pada masalah, antara lain, diferensiasi masyarakat, hasil
berbasis gender dan bagaimana mencegah penguasaan elit di tingkat masyarakat yakni
menjamin peningkatan penghidupan menjangkau mereka yang paling membutuhkan.
https://forestsnews.cifor.org/49565/reformasi-tenurial-hutan-kolektif-ke-mana-setelah-ini?fnl=id 4/7
10/16/2017 Reformasi tenurial hutan kolektif: Ke mana setelah ini? | Kabar Hutan, blog dari CIFOR

Pada Meja Bundar Kebijakan, Dr. Prasad mencatat bahwa pemimpin perempuan muncul
dalam program kehutanan masyarakat di Nepal. Bob Kazungo, Pejabat Kehutanan Senior
di Kementerian Air dan Lingkungan Hidup Uganda, membicarakan pentingnya tindakan
a rmatif dan pendekatan gender.

Pada panel lain, para pembicara mengungkap kekhawatiran, bahwa reformasi merugikan
hak tenurial perempuan. Misalnya, para peneliti melaporkan kasus di mana hak
didaftarkan untuk lelaki sebagai kepala keluarga, padahal dalam sistem adat, baik lelaki
maupun perempuan sebelumnya telah memegang hak.

Emilio Mugo, Direktur Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Air bertanya:
Bagaimana kita mengelola tokoh masyarakat, yang di satu sisi menjadi pemelihara,
namun di sisi lain berperan sebagai penentu? Pertanyaan ini mengarah pada penguatan
kelembagaan sebagai cara melawan penguasaan elit.

KE MANA SETELAH INI?

Para pejabat undangan dengan cepat membedakan diri mereka sebagai pelayan
masyarakat dari politisi penentu arah dan prioritas kebijakan. Dr. Mary Goretti Kitutu,

Previous Next
MenteriArticle
Lingkungan Hidup Uganda, memperkenalkan diri sebagai satu-satunya Articlepolitisi

di sini pada Meja Bundar, dan menekankan perlunya pengemasan informasi tenurial
dan mengkaitkannya pada pembangunan, agar dapat menjangkau para politisi. Dr.
Daryanto menekankan pentingnya kecukupan anggaran untuk implementasi.

Ketika audiens bertanya, bagaimana seharusnya pejabat memisahkan diri dari politik,
Dr. Mugo malah mengingatkan, Segala yang Anda sentuh terkait sumber daya alam
adalah politik. Pernyataan ini menekankan pentingnya membangun komunitas praktik
dan koalisi untuk perubahan.

Semua sumber daya alam yang Anda sentuh


bersifat politis.
Emilio Mugo, Direktur Dinas Kehutanan, Kementerian Lingkungan & Air Kenya

https://forestsnews.cifor.org/49565/reformasi-tenurial-hutan-kolektif-ke-mana-setelah-ini?fnl=id 5/7
10/16/2017 Reformasi tenurial hutan kolektif: Ke mana setelah ini? | Kabar Hutan, blog dari CIFOR

Tidak semua negara menjawab seluruh tuntutan hutan dari masyarakat, dan sebagian
besar masih menghadapi perebutan klaim atau perlawanan dalam mengakui hak tenurial
hutan kolektif.

Di satu sisi, tiga generasi pertanyaan ini menunjukkan bahwa berbagai negara berada
pada posisi berbeda dan oleh karena itu, upaya penelitian untuk memberi dampak perlu
menyusun prioritas yang selaras.

Baca juga Three decades of tenure reform in Indonesia

Di sisi lain, hal ini menekankan pentingnya pertukaran dan berbagi pengetahuan
Selatan-Selatan. Mengingat beberapa negara mulai menangani tantangan spektrum
banyak warna, upaya saling belajar dapat memberi jalan mengatasi kompleksitas
masalah, antara lain keamanan tenurial, penghidupan dan gender sejak awal proses
reformasi. Melalui upaya ini, potensi keberhasilan bisa ditingkatkan.

Previous Next
Article Article
Informasi lebih lanjut tentang topik ini hubungi Anne Larson di a.larson@cgiar.org.
Riset ini merupakan bagian dari penelitian CGIAR tentang Hutan, Pepohonan dan
Agroforestri.
Riset ini didukung oleh FAO, IFAD, EC and GEF

Kebijakan Hak Cipta:


Kami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam
kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0
International (CC BY-NC-SA 4.0). Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan
ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda
diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar
Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk
menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama.
Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang
atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi
forestsnews@cgiar.org
https://forestsnews.cifor.org/49565/reformasi-tenurial-hutan-kolektif-ke-mana-setelah-ini?fnl=id 6/7
10/16/2017 Reformasi tenurial hutan kolektif: Ke mana setelah ini? | Kabar Hutan, blog dari CIFOR

Topik : Tenurial

Kata-kata kunci : Kepemilikan dan hak atas lahan Konferensi Lahan dan Kemiskinan Bank Dunia

pemerintahan reformasi tenurial

Lokasi: Global

Paling popular

Tanya+Jawab di Doha: Memenuhi kebutuhan T&J soal kebakaran dan asap di Asia
pangan sambil melindungi hutan Tenggara


Mencegah kebakaran dan kabut asap: Solusi Hak, sumber daya alam, dan dampak
Previous Next
lestari bagi lahan gambut Indonesia
Article lingkungan: Kaitan rumit tapi penting
Article

Anne Larson

Tulisan lain dari Anne Larson

Bagaimana deforestasi
terbelit oleh hukum

Lihat semua berita oleh Anne Larson

Leave a Reply

https://forestsnews.cifor.org/49565/reformasi-tenurial-hutan-kolektif-ke-mana-setelah-ini?fnl=id 7/7

Anda mungkin juga menyukai