Anda di halaman 1dari 7

Diskusikan dengan teman-temanmu tentang masalah yang terjadi, bagaimanakah cara mengatasi

permasalahan berikut! Sampaikan di depan kelas!

Kapan Bisa Punya Rumah Nyaman, Sehat, dan Murah di Jakarta?


Sumber :
http://properti.kompas.com/read/2017/09/14/091104421/kapan-bisa-punya-rumah-nyaman-sehat-
dan-murah-di-jakarta

KompasProperti - Hidup di Jakarta memang serba salah. Baru keluar rumah, sudah langsung
dihadang macet dan polusi di sana-sini.

Maju kena, mundur juga kena, begitulah ibarat dinamika kehidupan sehari-hari di Ibukota Indonesia ini.
Tingginya polusi dan sampah berserakan menjadikan Jakarta bak rimba racun.

Polusi udara dan pencemaran akibat sampah sudah demikian merusak, baik di udara maupun di sungai.
Tanah, air, dan udara tercemar berat. Tingkat kesehatan warga makin hari makin terancam memburuk.

Kanker, kerusakan paru paru dan sistem syaraf, gangguan jiwa dan berbagai masalah serius lain kini
menghantui siapa saja yang tinggal di Jakarta. Berbagai upaya untuk membangun permukiman yang
sehat oleh para pengembang pun seperti tampak sia sia.

Mereka hanya mampu membangun permukiman mewah dan nyaman, tapi apa daya melawan polusi
yang sudah demikian hebat?

Ini semua tak lepas dari tingginya kepadatan penduduk. Kini, penduduk Jakarta telah mencapai
mencapai 10,1 juta jiwa dan masih menunjukkan gejala terus melambung.
Sialnya lagi, sampah terus menggunung dan terlalu sulit dikendalikan. Lihat saja, studi tentang
lingkungan hidup menunjukkan hampir semua tanah, air, dan udara di Jakarta tercemar berat oleh
limbah beracun dan berbahaya.

Maka, siapapun yang tinggal di Jakarta harus berhadapan dengan ancaman kesehatan lebih mengerikan
di masa mendatang. Apalagi, air sungai sebagai menjadi sumber utama air minum terus tercemar.

Ancaman dari tanah juga tak kalah menakutkan. Sekitar 70 persen tanah di Jakarta telah tercemar
limbah beracun berbahaya.
Pembuatan septic tank yang asal jadi, dan pembuangan sampah secara serampangan adalah penyebab
utamanya. Bayangkan, setiap hari Jakarta memproduksi 6000 ton sampah, yang sebagian bahkan
sebagian besar dibuang secara sembarangan.

Udara juga menyeramkan. Berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), udara sehat di
Jakarta hanya terjadi 75 hari dalam setahun. Dengan kata lain, udara sehat di Jakarta hanya terjadi di
hari libur.

Biang keladinya adalah pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai 10 persen per tahun. Jumlah
kendaraan bermotor di Jakarta tahun ini diperkirakan akan mencapai 20 juta juta unit
Menurut catatan kepolisian, sekitar 75 persen adalah kendaraan roda dua. Bila dikaitkan dengan
kenyataan bawah setiap hari ada ratusan ribu kendaraan bermotor dari luar kota masuk Jakarta, tak
perlu seorang jenius untuk mengetahui penyebab lalu lintas di Jakarta sangat macet dan membuat
banyak orang stres. Persoalan kecil saja bisa membuat orang baku hantam di jalanan.

Lautan pun ikut menjadi ancaman mematikan. Teluk Jakarta, yang merupakan pemasok utama ikan laut
Jakarta, sudah tercemar sangat berat.

Penelitian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membuktikan, hampir seluruh laut
Teluk Jakarta tercemar oleh bahan beracun berbahaya seperti merkuri dan sebagainya. Penyebab
utamanya adalah kenyataan bahwa 13 sungai di Jakarta, yang hampir seluruhnya telah tercemar berat,
bermuara di Teluk Jakarta.

Kini, air laut bahkan telah merembes sampai tengah kota, menyebabkan air tanah Jakarta yang sudah
buruk semakin memburuk. Tanah di Jakarta juga menjadi tidak stabil sehingga banyak bangunan rentan
begitu dihantam bencana alam, seperti gempa bumi dan banjir. Selain itu barang barang terbuat dari
logam jadi lebih mudah berkarat dihantam kandungan garam yang tinggi dalam air tanah.

Masalah serius lainnya adalah penurunan permukaan tanah. Pengamatan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membuktikan, permukaan tanah Jakarta turun antara 5 hingga 12
sentimeter per tahun.

Selain penyedotan air tanah secara berlebihan, penyebab utama lainnya adalah pembangunan gedung-
gedung pencakar langit. Bila tak cepat diatasi, entah, sampai kapan akan menuggu Jakarta akan
tenggelam?

Artinya, harapan orang banyak untuk bisa membeli rumah sehat dengan harga terjangkau di Jakarta
bakal menguap begitu saja. Alternatif pilihannya adalah berlari ke pinggiran Ibukota.
Diskusikan dengan teman-temanmu tentang masalah yang terjadi, bagaimanakah cara mengatasi
permasalahan berikut! Sampaikan di depan kelas!

Pemkab Brebes Kewalahan Tangani Masalah Sampah


Sumber : https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3651608/pemkab-brebes-kewalahan-
tangani-masalah-sampah

Brebes - Bertambahnya volume sampah secara masif di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, menimbulkan
masalah tersendiri bagi pemerintah. Penanganan sampah yang dilakukan oleh Pemkab Brebes tidak
maksimal.

"Memang benar, seperti di Bumiayu saja di kolong jembatan Kali Keruh di situ banyak sekali sampah.
Terus di Kecamatan Larangan sampah berserakan di jalan," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan
Pengelolaan Sampah Kabupaten Brebes, Edi Kusmartono, Rabu (20/9/2017).

Secara umum, produksi sampah di Kabupaten Brebes, menurut data di Dinas Lingkungan Hidup dan
Pengelolaan Sampah (DLHPS) sebanyak lebih dari 500 ton per hari. Sampah tersebut merupakan sampai
organik dan non organik. Sebagian besar sampah bersumber dari limbah rumah tangga.

Tingginya produksi sampah harian yang tidak dibarengi dengan penanganan maksimal, secara tidak
langsung merusak keindahan dan kebersihan kota. Di berbagai sudut perkotaan di tiap kecamatan,
banyak ditemui tumpukan sampah yang membusuk dan menyebarkan aroma tidak sedap. Tidak hanya
memenuhi pekarangan kosong, sampah ini juga tertumpuk di bawah kolong jembatan. Bahkan sampah
sampah yang tidak tertangani ini banyak yang dibuang ke saluran air.

Edi melanjutkan penanganan sampah di Brebes memang tidak bisa berjalan maksimal. Dari produksi
sampah 500 ton perhari, hanya 150 ton sampah yang bisa diangkut. Sisanya, sampah-sampah itu akan
dibiarkan menumpuk di jalan-jalan dan saluran. Kondisi ini disebutnya akibat minimnya sarana angkut
yang dimiliki Pemkab Brebes.

"Volume sampah sebesar itu karena Brebes memiliki wilayah yang luas dan jumlah penduduk yang
besar. Idealnya, setiap hari dengan volume sampah sebesar itu, seharusnya bisa mengangkut sebanyak 3
kali. Namun karena armada yang minim dan anggaran tidak mencukupi, kami hanya bisa mengangkut
cuma sekali," ungkapnya.

Sampah yang terangkut ini kemudian dibawa ke Tempat Penglohan Sampah Terpadu (TPST) yang
tersebar di berbagai kecamatan.

Sementara itu, dari delapan TPST yang dimiliki, saat ini hanya tiga yang beroperasi. Padahal keberadaan
TPST ini sangat diandalkan dalam menangani sampah di Brebes.

Diperkirakan, dalam satu TPST bisa menangani sampah 10 sampai 15 persen di tiap kawasan. Sampah
yang masuk TPST ini akan dipilah antara organik dan non organik. Jenis organik akan dibuat menjadi
kompos dan yang non organik seperti plastik bisa dilebur menjadi minyak solar atau didaur ulang.

Lebih lanjut dijelaskan Edi, minimnya anggaran penanganan sampah ini sebagai dampak dari adanya
efisiensia anggaran oleh Pemkab. Dimana semua program kerja dipangkas termasuk anggaran
penanganan sampah.

Melkihat kondisi ini, Pemkab mengajak warga untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga kebersihan
lingkungan. Yakni dengan cara membuang sampah di TPS yang ditentukan.

"Ya memang karena defisit anggaran, kami ajukan anggaran tapi yang disetujui hanya 12,5 persen dari
total kebutuhan," tambahnya.
Diskusikan dengan teman-temanmu tentang masalah yang terjadi, bagaimanakah cara mengatasi
permasalahan berikut! Sampaikan di depan kelas!

Walhi: Wilayah Utara Masih Penyumbang Polusi Terbesar di Jakarta


Sumber : https://metro.sindonews.com/read/1236594/171/walhi-wilayah-utara-masih-penyumbang-
polusi-terbesar-di-jakarta-1504529763

JAKARTA - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menyebut wilayah Utara masih merupakan daerah
penyumbang polusi terbesar di DKI Jakarta.
Direktur Walhi Jakarta, Puput T D Putra, mengatakan, letak Utara Jakarta yang menjadi jalur lalu
lintas pelabuhan dan penerbangan menjadi salah satu penyebab tingginya polusi di wilayah tersebut.

"Saya rasa peringkat terpolusi masih di wilayah Utara Jakarta dengan kepadatan penduduk dan
aktivitatas kendaraan di sana," ujar Puput saat dihubungi SINDOnews,Senin (4/9/2017).
Diketahui, pada tahun 2015 wilayah Utara Jakarta ditahbiskan sebagai kota dengan polusi
tertinggi se-Indonesia oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Penilaian KLHK
dilakukan sepanjang 2014.
Letak Utara Jakarta yang menjadi jalur lalu lintas Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan
Pelabuhan Tanjung Priok menjadi penyebab tingginya polusi di wilayah ini. Sebab, volume kendaraan
yang melintasi wilayah Utara Jakarta cukup tinggi. Ini yang menyebabkan kondisi udara menjadi sangat
kotor," kata Puput.
Secara umum, kendaraan merupakan penyumbang polusi udara di DKI Jakarta. Jutaan unit
kendaraan bermotor setiap hari berlalu lalang di jalanan Ibu Kota Jakarta. Kondisi ini membuat kualitas
udara di Jakarta semakin buruk.
"Penyumbang besar polusi udara di Jakarta adalah kendaraan bermotor yang saat ini jumlahnya
mencapai jutaan unit. Disusul asap pabrik, incinerator rumah sakit, gedung-gedung yang ada fasilitas
restorannya, dan polusi ruangan seperti rokok," kata Puput.
Diskusikan dengan teman-temanmu tentang masalah yang terjadi, bagaimanakah cara mengatasi
permasalahan berikut! Sampaikan di depan kelas!

3.000 Rumah Tergantung Jamban Cemplung

Sumber : https://batampos.co.id/2017/09/28/3-000-rumah-tergantung-jamban-cemplung/

batampos.co.id Fasilitas komunal atau jamban umum di Desa Busung Seri Kuala Lobam, tidak lagi

dimanfaatkan sebagian masyarakat. Penyebabnya, pembangunan wc umum yang menelan anggaran

sekitar Rp 520 juta itu, dibangun di luar rumah dan tak berdinding. Selain itu kotoran yang ditampung di

pipa terkadang menimbulkan bau. Akhirnya, warga di sana kembali menggunakan jamban cemplung.

Seorang warga Busung yang enggan namanya dikorannya mengatakan, sudah lama dirinya tidak

menggunakan jamban umum tersebut. Gara-garanya, jamban di bangun di luar berbeda dengan fasilitas

komunal yang dibangun di kampung Tanjung Talok, Desa Teluk Sasah. Di Tanjung Talok, wc nya di

dalam rumah, di sini di luar rumah dan tidak

berdinding, katanya.

Kades Busung, Rusli mengatakan, fasilitas komunal itu sudah ada yang menggunakan. Jika ada yang tidak

menggunakan, dirinya akan mencari tahu alasannya. Agar fasilitas yang telah dibangun, dimanfaatkan.

Ada yang mengelolanya, tapi bukan dari desa, tukasnya.

Sementara itu, Kadinkes Bintan dr Gama melalui Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Bintan, drg Horas

mengaku belum tahu. Akan tetapi, dirinya akan melihat ke lokasi untuk mencari tahu, alasan masyarakat

enggan menggunakan fasilitas tersebut. Diakuinya, buang air besar sembarangan masih dilakukan

masyarakat yang tinggal di pesisir, umumnya yang rumahnya di tepi pantai atau laut.
Dinkes mencatat ada sekitar 3 ribu rumah di Bintan yang masih bergantung pada jamban cemplung

karena belum adanya jamban umum. Sedangkan kebiasaan masyarakat akan buang air besar di wilayah

darat, justru lebih baik. Bintan meraih peringkat tertinggi karena 18 desa dan 1 kecamatan di mana

rumah penduduknya sudah ada jambannya. 80

persen masyarakat kita sudah memiliki jamban, tapi 20 persen belum, sebutnya.

Menangani masalah masyarakat yang masih menggunakan jamban cemplung, dikatakannya harus

koordinasi lintas sektoral. Di sini, perlu penanganan bersama antara Dinkes, PUPera dan Perkim.

Sebenarnya, ia mengatakan, pemerintah sudah memicu desa dan kelurahan di Bintan agar

masyarakatnya menerapkan pola dan kebiasaan hidup sehat. Hanya terkadang kebiasaan masyarakat

yang sulit diubah.

Terkait masyarakat di Busung yang tidak menggunakan fasilitas komunal ia mengimbau agar masyarakat

kembali memanfaatkan fasilitas komunal. Sebab, dengan memanfaatkan fasilitas tersebut bisa

menghindari dari penyakit. Jika surut, jelas terjadi pencemaran lingkungan, kata dia.

Selain itu, lanjutnya, sanitasi juga tidak baik dan bisa menjadi perkembangan bibit penyakit yang

akhirnya meningkatkan penderita diare. Kalaulah tidak mau menggunakan fasilitas itu, bisa juga

memanfaatkan atau menumpang jamban umum atau tetangga yang dibangun di darat, tukasnya.

Anda mungkin juga menyukai