70 Tahun 2012
Mengingat :
Dalam menjalankan fungsi pemerintahan, sudah pasti dibutuhkan logistik, peralatan dan jasa
yang menunjang optimalnya kerja suatu instansi. Kebutuhan ini dipenuhi oleh beberapa pihak,
baik itu perusahaan milik pemerintah maupun swasta. Berbeda dengan pengadaan barang dan
jasa di instansi dan perusahaan swasta, pengadaan barang dan jasa di instansi pemerintahan lebih
rumit karena berhubungan dengan perhitungan APBN/APBD yang digunakan untuk membayar
barang atau jasa tersebut. Terlebih lagi ada beberapa aturan yang mengatur proses pengadaan
barang tersebut, Perpres Nomor 70 Tahun 2012 sebagai perubahan kedua Perpres Nomor 54
Tahun 2010 tentang tatacara pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Aktivitas pengadaan tidak terbatas pada proses pengadaan, namun cakupan aktivitas pengadaan
meliputi lima kegiatan utama, yaitu rencana pengadaan, proses pengadaan, penerimaan dan
penyimpanan, serta pemakaian dan manajemen aset, dan tiga transaksi, yaitu transaksi pembelian
barang/jasa (kontrak), transaksi penerimaan barang/jasa, dan transaksi pengeluaran atau
penggunaan barang/jasa.
Butuh waktu yang sangat lama untuk membaca semua isinya, sehingga saya mengambil bagian-
bagian penting untuk diringkas agar lebih mudah dipelajari. Sekedar sharing untuk teman-teman
inilah bagian-bagian pokok yang bisa saya rangkum dari Perpres 70. Ada beberapa istilah yang
perlu diketahui agar tidak menimbulkan ambiguitas dan misinterpretasi. Beberapa diantaranya
adalah:
1. Barang, merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut benda, baik dalam bentuk
bahan baku, setengah jadi, maupun barang jadi yang menjadi objek dari pengadaan
barang pemerintah.
2. Jasa, terbagi menjadi Jasa Konsultasi, Jasa Pemborongan dan Jasa lainnya.
3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), merupakan pemilik pekerjaan yang bertanggung
jawab atas pelaksaan proses pengadaan barang dan jasa pemerintah,yang diangkat oleh
Pengguna Anggara/ Kuasa Pengguna Anggaran.
4. Penyedia barang jasa, merupakan perusahaan maupun badan usaha perseorangan yang
menyediakan barang/jasa.
1. Pelelangan
1. Pengadaan Langsung dapat dilakukan terhadap pengadaan yang bernilai sampai dengan
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dengan ketentuan sebagai berikut: a)
merupakan kebutuhan operasional K/L/D/I; b) teknologi sederhana; c) risiko kecil;
dan/atau d) dilaksanakan oleh Penyedia orang perseorangan dan/atau badan Usaha Mikro
dan Usaha Kecil serta koperasi kecil.
2. Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di pasar kepada
Penyedia yang memenuhi kualifikasi.
3. Penyedia tidak diwajibkan untuk menyampaikan formulir isian kualifikasi, apabila
menurut pertimbangan Pejabat Pengadaan, Penyedia dimaksud memiliki kompetensi atau
untuk Pengadaan Langsung yang menggunakan tanda bukti perjanjian berupa bukti
pembelian/kuitansi.
4. Pengadaan Langsung dilaksanakan oleh 1 (satu) orang Pejabat Pengadaan.
A.3 Kontes
Selain memilih penyedia jasa dari luar, pengadaan barang dan jasa pemerintah juga bisa
dilakukan secara mandiri oleh instansi tersebut. Hal ini memang telah dijelaskan di dalam
peraturan yang berlaku. Berbeda dengan menggunakan penyedia barang/jasa diluar institusi,
swakelola mengandalkan sumber daya yang ada didalam instansi tersebut untuk merencanakan,
mengorganisasi, mengerjakan dan mengawasi secara mandiri proses pengadaan barang dan jasa.
Sistem ini bisa dilakukan untuk pekerjaan dengan kriteria khusus seperti:
1. a) Pekerjaan yang besaran nilai, sifat, lokasi maupun besaran tidak diminati oleh
penyedia jasa.
2. b) Pekerjaan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan SDM internal
institusi tersebut.
3. c) Pekerjaan yang pelaksanaan dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi
masyarakat atau SDM instansi tersebubut.
4. d) Penyelenggaraan diklat, penataran, lokakarya, seminar, kursus maupun penyuluhan.
5. e) Pekerjaan yang tidak bisa dihitung secara rinci yang menempatkan penyedia jasa di
dalam posisi yang kurang menguntungkan.
6. f) Pekerjaan yang berhubungan dengan proses data, pengujian laboratorium,
perumusan kebijakan pemerintah serta system penelitian tertentu.
7. g) Proyek percontohan khusus yang belum pernah dilakukan oleh penyedia
barang/jasa.
8. h) Pekerjaan yang bersifat rahasia di lingkungan instansi tersebut.
Dari kriteria diatas, kita mengetahui bahwa swakelola pengadaan barang dan jasa pemerintah
hanya bisa dilakukan pada keadaan tertentu. Meskipun telah diatur dengan aturan diatas, sering
ditemui kesalahan interpretasi dan persepsi di dalam instalasi tersebut. Oleh karenanya, perlu
dilakukan penjabaran yang spesifik sebelum memutuskan untuk menjalankan metode swakelola.
perkerjaannya beresiko dan perlu diatur lebih detail dalam pasal-pasal yang bisa tertuang dalam
SPK.
1. Sistem Nilai
2. Sistem Gugur
3. Sistem Penilaian biaya selama umur ekonomis
1. Berdasarkan Kualitas
2. Berdasarkan Kualitas dan Biaya
3. Berdasarkan Pagu Anggaran
4. Berdasarkan Biaya terendah
-. Jenis Kontrak
Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa meliputi :
1. Kontrak Lumpsum
2. Kontrak Harga Satuan
3. Kontrak Gabungan Lumpsum dan Harga Satuan
4. Kontrak Persentase
5. Kontrak Terima Jadi (Turnkey)
1. Pascakualifikasi
2. Prakualifikasi
Anggota panitia harus memenuhi beberapa persyaratan termasuk penguasaan tentang prosedur
pengadaan, substansi pengadaan, jenis pekerjaan yang akan dilakukan, serta memiliki sertifikat
pengadaan barang/jasa pemerintah dan tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat
pengangkat.
Sama halnya dengan panitia pengadaan, penyedia barang dan jasa pemerintah juga diharuskan
memenuhi kriteria tertentu yang ditentukan dalam peraturan tentang pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Ketidaklengakapan persyaratan ini dapat menjadi penyebab tidak diakuinya
penyedia barang/jasa dalam lelang atau penunjukan oleh instansi terkait. Berikut ini beberapa
kriteria penyedia barang/jasa:
1. Transparan: semua ketentuan dan informasi, baik teknis maupun administratif termasuk
tata cara peninjauan, hasil peninjauan, dan penetapan penyedia barang/jasa harus
bersifat terbuka bagi penyedia barang/jasa yang berminat dan mampu tanpa diskriminasi;
2. Adil: tidak diskriminatif dalam memberikan perlakuan bagi semua calon penyedia
barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu,
dengan cara atau alasan apa pun;
3. Bertanggung jawab: mencapai sasaran baik fisik, kualitas, kegunaan, maupun manfaat
bagi kelancaran pelaksanaan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip dan kebijakan serta
ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa;
4. Efektif: sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi para pihak terkait;
5. Efisien: menggunakan dana, daya, dan fasilitas secara optimum untuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan dengan biaya yang wajar dan tepat pada waktunya;
6. Kehati-hatian: berarti senantiasa memperhatikan atau patut menduga terhadap informasi,
tindakan, atau bentuk apapun sebagai langkah antisipasi untuk menghindari kerugian
material dan imaterial selama proses pengadaan, proses pelaksanaan pekerjaan, dan
paska pelaksanaan pekerjaan;
7. Kemandirian: berarti suatu keadaan dimana pengadaan barang/jasa dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun;
8. Integritas: berarti pelaksana pengadaan barang/jasa harus berkomitmen penuh untuk
memenuhi etika pengadaan;
9. Good Corporate Governance: Memenuhi prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang
baik.
Etika Pengadaan
Semua fungsi/pihak yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa wajib mematuhi etika sebagai
berikut:
1. Melaksanakan tugas secara tertib, penuh rasa tanggung jawab, demi kelancaran, dan
ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa;
2. Bekerja secara profesional dengan menjunjung tinggi kejujuran, kemandirian, dan
menjaga informasi yang bersifat rahasia;
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung, yang mengakibatkan
persaingan tidak sehat, penurunan kualitas proses pengadaan, dan hasil pekerjaan;
4. Bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kewenangannya;
5. Mencegah terjadinya pertentangan kepentingan (conflict of interest) pihak-pihak yang
terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan;
6. Mencegah terjadinya kebocoran keuangan dan kerugian;
7. Tidak menyalahgunakan wewenang dan melakukan kegiatan bersama dengan tujuan
untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain secara langsung atau tidak
langsung;
8. Tidak menerima, menawarkan, dan atau berjanji akan memberi hadiah, imbalan, atau
berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga berkaitan
dengan pengadaan barang/jasa.
Setelah membaca ulasan tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah diatas, kita mendapatkan
gambaran besar tentang proses dan pelaku proyek pengadaan barang/jasa tersebut. Meskipun
telah diatur dengan aturan hukum yang jeals dan mengikat, pada kenyataannya ada beberapa
penyimpangan yang terjadi termasuk praktek KKN dan kesalahan persepsi dalam proses
pengadaan barang/jasa. Berdasarkan data yang dihimpun KPK, sebagian besar kasus KKN yang
dilaporkan mempunyai hubungan dengan proses pengadaan barang/jasa baik di instansi
pemerintah maupun swasta.
Selain intensi pribadi, penyimpangan yang berupa korupsi, kolusi maupun nepotisme dapat
disebabkan oleh sistem yang memberikan celah untuk beberapa oknum yang tidak bertanggung
jawab untuk meraih keuntungan untuk dirinya sendiri. Meski seringkali kita mendengar kasus
korupsi, yang ironisnya sudah terlanjur dicapkan kepada sebagian besar orang Indonesia, kasus
korupsi dari proyek pengadaan barang/jasa tetap membuat keprihatinan sendiri.
Sampai pada titik ini, pejabat yang sedang memangku jabatan di instansi pemerintah maupun
swasta perlu meluruskan niatnya dalam bekerja di instansi tersebut. Memang hal tersebut sangat
klise dan terkesan tidak membuat perubahan, tetapi langkah apalagi yang bisa dilakukan
ditengah degradasi moral yang merongrong bangsa ini. Jika memang ingin mengandalkan
penegakan hukum yang lebih baik dan transparan, tentu keadaannya akan terasa semakin
memprihatinkan mengingat kasus korupsi juga sedang merongrong institusi penegak hukum
tersebut.
Tanpa bermaksud menggurui, sepatutnya institusi yang terkait dengan kasus pengadaan barang
dan jasa pemerintah melakukan refleksi dan introspeksi untuk sistem yang lebih baik dan
transparan demi kebaikan bersama. Jika tidak, maka lingkaran yang telah membelenggu selama
ini tidak akan terputus dan kredibilitas instansi terkait pun akan semakin buruk.
Seiring dengan penerapan aturan yang baru dan peran KPK, diharapkan semua instansi dapat
melakukan proses pengadaan barang dan jasa dengan baik. Tidak hanya secara struktural, tetapi
secara fungsional. Dengan terpenuhinya kebutuhan dari instansi tersebut, maka kinerjanya juga
akan semakin meningkat. Jika dirunut lagi, kinerja yang meningkat akan membuat tingkat
kepercayaan masyarakat yang lebih tinggi dan terpenuhinya visi misi instansi tersebut. Memang
bukan hal yang mudah untuk memutus rantai pelanggaran yang sudah terlalu mengakar, tetapi
dengan dukungan dari berbagai pihak disertai kemauan yang kuat, niscaya proses pengadaan
barang dan jasa pemerintah yang lebih baik bisa didapatkan
Demikian Rangkuman tentang Perpres 70 Tahun 2012, masih banyak hal yang belum tertulis dan
untuk lebih lengkapnya bisa dibuka langsung di situs LKPP
Sumber:
-Peraturan Presiden RI Nomor 70 tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.