Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL

Kombinasi Kemasan Vakum dan Penyimpanan Dingin untuk


Memperpanjang Umur Simpan Tempe Bacem
(Combination of Vacuum Packaging and Cold Storage to Prolong the
Shelf Life of Tempe Bacem)

Made Astawan, C.C.Nurwitri, Suliantari, Dicki Aulia Rochim


Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB,
e-mail : mastawan@yahoo.com

Diterima : 19 Mei 2015 Revisi : 26 Mei 2015 Disetujui : 19 Juni 2015


ABSTRAK
Tempe bacem merupakan produk olahan tempe dengan kombinasi citarasa rempah dan manis. Tempe
bacem digemari oleh sebagian masyarakat. Namun umur simpan tempe bacem sangat singkat, yaitu satu
hari pada suhu ruang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan tehnik memperpanjang umur
simpan tempe bacem melalui kombinasi kemasan vakum dan penyimpanan pada suhu dingin (10oC).
Tempe yang digunakan pada penelitian ini berbentuk bulat dengan diameter 5 cm dan ketebalan 1 cm.
Tempe bacem diproduksi dengan menggunakan formula bumbu terpilih, dikemas secara vakum, dan
disimpan pada suhu dingin (10oC). Komposisi gizi tempe bacem per 100 g berat kering terdiri dari : protein
33,7 g, lemak 0,9 g, abu 3,0 g, dan karbohidrat 62,4 g. Produk ini memiliki kapasitas antioksidan sebesar
194,6 mg AEAC/100 g, nilai pH 5,7, kecerahan 35.9, kekerasan 2848.5 gram force, total mikroba 1,8 x 103
CFU/g, dan total koliform <3.0 MPN/g. Umur simpan tempe bacem dengan kombinasi kemasan vakum dan
penyimpanan dingin (10oC) adalah 18 hari, sedangkan tempe bacem tanpa kemasan vakum yang disimpan
pada suhu ruang (26 - 300C) memiliki umur simpan hanya dua hari.
kata kunci: kemasan vakum, tempe bacem, umur simpan

ABSTRACT
Tempe bacem is a kind of tempe product that has spicy and sweet taste. The shelf life of this product
is very short, i.e. one day at room temperature. The objective of this research is to increase tempe bacems
shelf life by the combination of vacuum packaging and cold storage (10oC). Tempe used in this research
is in round form with the diameter of 5 cm and the thickness of 1 cm. Tempe bacem is processed by
selected formula, packaged by vacuum method, and then stored in cold storage (10oC). The nutritional
composition of tempe bacem per 100 g of dry weight consists of 33.7 g protein, 0.9 g fat, 3.0 g ash, and 62.4
g carbohydrate. This product has antioxidant capacity of 194.6 mgAEAC/100 g, pH value of 5.7, lightness
of 35.9, hardness of 2848.5 gram force, total microorganism of 1.8x103 CFU/g, and total coliform of <3.0
MPN/g. The shelf life of tempe bacem stored with the combination of vacuum packaging and cold storage
(10oC) is 18 days, while that of tempe bacem stored at room temperature (26-300C) without the vacuum
packaging is only 2 days.
keywords: vacuum packaging, cold storage, shelf life, tempe bacem

I. PENDAHULUAN tahun (BSN, 2012). Di Indonesia tempe banyak


diolah menjadi aneka produk pangan, antara
Tempe merupakan produk pangan olahan
lain tempe bacem.
hasil fermentasi kedelai oleh aktivitas kapang
Rhizopus sp. Indonesia merupakan negara Tempe bacem merupakan produk olahan
produsen tempe terbesar di dunia dengan lebih tempe yang berbumbu perpaduan antara
dari 100 ribu unit usaha pembuatan tempe yang rempah dan gula, yang menciptakan rasa
memproduksi tempe sebanyak 2,4 juta ton/ yang manis dan lezat. Sebagai salah satu jenis

Kombinasi Kemasan Vakum dan Penyimpanan Dingin untuk Memperpanjang Umur Simpan Tempe Bacem 125
Made Astawan, C.C.Nurwitri, Suliantari, Dicki Aulia Rochim
produk pangan basah, tempe bacem memiliki 2.2. Metode Analisis
keterbatasan yakni daya simpannya yang sangat
Penelitian ini terdiri dari penelitian
pendek, yaitu hanya 1 - 2 hari pada suhu ruang. pendahuluan dan penelitian lanjutan. Pada
Hal inilah yang mempengaruhi terbatasnya penelitian pendahuluan dilakukan formulasi
jangkauan pemasaran tempe bacem kepada bumbu tempe bacem dan seleksi formula. Ada
konsumen, yang akhirnya berdampak pada tiga formula yang diperoleh berdasarkan uji trial
kecilnya kapasitas produksi. and error, kemudian diseleksi satu formula yang
Salah satu teknik untuk memperpanjang paling disukai konsumen berdasarkan uji rating
masa simpan dan menjaga kualitas sensori suatu hedonik. Panelis yang dilibatkan adalah panelis
produk pangan adalah dengan pengemasan semi terlatih berjumlah 67 orang dengan tujuh
vakum. Prinsip pengemasan vakum adalah skala penilaian, yaitu: (1) = sangat tidak suka, (2)
mengeluarkan semua udara dari dalam = tidak suka, (3) = agak tidak suka, (4) = netral,
kemasan, kemudian ditutup rapat sehingga (5) = agak suka, (6) = suka, dan (7) = sangat
tercipta kondisi tanpa oksigen dalam kemasan suka. Parameter yang diukur meliputi warna,
tersebut (Jay, 2000). Ketiadaan oksigen dapat aroma, tekstur, rasa, dan overall dari cita rasa
menghambat pertumbuhan mikroorganisme tempe bacem. Data yang diperoleh kemudian
perusak dan reaksi-reaksi kimia, sehingga diolah dengan analisis sidik ragam (ANOVA).
memperpanjang masa simpan produk yang Jika hasil uji menyatakan bahwa sampel yang
dikemas. diujikan berbeda nyata atau sangat nyata, maka
akan dilakukan uji lanjut Duncan (Meilgaard,
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dkk., 1999).
menemukan teknik memperpanjang umur
simpan tempe bacem, melalui kombinasi Pada penelitian lanjutan dilakukan pem-
pengemasan vakum dan penyimpanan dingin buatan tempe bacem menggunakan formula
pada suhu 10oC. terpilih, pengemasan vakum, penyimpanan pada
suhu dingin, dan analisis umur simpan. Analisis
II. METODOLOGI selama masa penyimpanan produk, meliputi
analisis secara subjektif (uji rating hedonik)
2.1. Bahan dan Alat dan secara objektif, yang meliputi analisis pH
Bahan-bahan yang digunakan pada dengan pH meter (AOAC, 2005), warna dengan
pembuatan tempe adalah kedelai varietas lokal metode hunter (Sari, 2012), tekstur dengan
Grobogan, ragi (merk Raprima) dan plastik texture analyzer (Indriani, 2006), total mikroba
pengemas polipropilen roll 9. Bahan-bahan (BAM, 2001) dan analisis total koliform metode
untuk membuat tempe bacem meliputi tempe Most Probable Number (BAM, 2002). Analisis
kedelai Grobogan, gula merah, daun salam, dilakukan setiap tiga hari sekali.
lengkuas, garam, bawang merah, bawang Analisis yang dilakukan terhadap
putih, dan ketumbar bubuk. Bahan kimia yang tempe bacem segar adalah kapasitas
diperlukan terdiri dari DPPH dan bahan standar antioksidan dengan metode DPPH (Kubo dkk.,
untuk analisis proksimat. Media yang dibutuhkan 2002) dan analisis proksimat, yang meliputi:
untuk analisis mikrobiologi terdiri dari Plate kadar air dengan metode oven (AOAC, 2005),
Count Agar (PCA), Lauryl Tryptose Broth (LTB) protein dengan metode Kjeldahl (AOAC, 2005),
dan Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB). lemak dengan metode Soxhlet (AOAC, 2005),
Alat yang digunakan untuk pembuatan abu dengan metode tanur (AOAC, 2005), dan
tempe meliputi wadah perebus antikarat, karbohidrat dengan metode by difference.
mesin pengupas kulit kedelai antikarat, rak III. HASIL DAN PEMBAHASAN
fermentasi antikarat, dan ruang fermentasi.
3.1. Formulasi dan Seleksi Bumbu Tempe
Alat yang digunakan untuk analisis antara lain
Bacem
neraca analitik, oven, desikator, tanur listrik,
alat Kjeldahl lengkap, alat destilasi lengkap, alat Formulasi bumbu tempe bacem dilakukan
ekstraksi Soxhlet, pH meter, chromameter, dan dengan metode trial and error menggunakan
texture analyzer. tiga jenis formula (Tabel 1). Ketiga jenis formula

126 PANGAN, Vol. 24 No. 2 Juni 2015 : 125-134


Tabel 1. Tiga Jenis Formula Tempe Bacem Per 1000 Gram Tempe

Formula B

Keterangan:
Formula A: Perlakuan bumbu direbus, tanpa asam jawa
Formula B : Perlakuan bumbu digoreng, tanpa asam jawa
Formula C: Perlakuan bumbu direbus, ditambah asam jawa

diujicobakan untuk kemudian diambil satu digoreng (Tabel 3), menunjukkan formula A, B,
jenis formula terbaik berdasarkan uji rating dan C memiliki aroma yang tidak berbeda nyata
hedonik yang melibatkan 67 panelis dengan (p>0,05) satu sama lain.
skala hedonik 1 - 7. Parameter yang digunakan
Uji beda lanjut Duncan terhadap formula
meliputi rasa, warna, aroma, tekstur, dan
tempe bacem sebelum digoreng (Tabel 2),
penilaian secara keseluruhan (overall). Nilai
menunjukkan formula A memiliki warna sangat
uji rating hedonik terhadap ketiga jenis formula
nyata lebih rendah dibandingkan formula B dan
tempe bacem, sebelum dan setelah digoreng,
C, sedangkan formula B dan C tidak berbeda
ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
nyata. Pada uji sensori tempe bacem setelah
Analisis ragam (ANOVA) menunjukkan digoreng (Tabel 3), menunjukkan formula A, B,
jenis formula berpengaruh sangat nyata dan C menghasilkan warna tempe bacem yang
(p<0,01) terhadap parameter aroma, warna, saling tidak berbeda nyata.
rasa, tekstur dan overall tempe bacem. Uji beda
Uji beda lanjut Duncan terhadap formula
lanjut Duncan terhadap formula tempe bacem
tempe bacem sebelum digoreng (Tabel 2),
sebelum digoreng (Tabel 2), menunjukkan
menunjukkan formula A dan B memiliki rasa
formula A memiliki aroma sangat nyata
sangat nyata lebih rendah dibandingkan
lebih rendah dibandingkan formula B dan C,
formula C. Pada tempe bacem setelah digoreng
sedangkan formula B dan C tidak berbeda
(Tabel 3), formula B memiliki rasa sangat nyata
nyata. Pada uji sensori tempe bacem setelah
lebih rendah dibandingkan formula A dan C,

Tabel 2. Nilai Uji Sensori Tiga Formula Tempe Bacem sebelum digoreng

Keterangan: Angka-angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan sangat berbeda
nyata (p<0,01)

Kombinasi Kemasan Vakum dan Penyimpanan Dingin untuk Memperpanjang Umur Simpan Tempe Bacem 127
Made Astawan, C.C.Nurwitri, Suliantari, Dicki Aulia Rochim
Tabel 3. Nilai Uji Sensori Tiga Formula Tempe Bacem Setelah Digoreng

Keterangan : Angka-angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan sangat berbeda nyata
(p<0,01)

sedangkan formula A dan C tidak berbeda nyata. Grobogan, yakni 50,.1 persen (bk) (Astawan,
dkk., 2013).
Uji beda lanjut Duncan terhadap formula
tempe bacem sebelum digoreng (Tabel 2), Penambahan garam dalam formula bumbu
menunjukkan formula A, B dan C memiliki akan mempengaruhi kekuatan ion dalam larutan,
tekstur tempe bacem yang saling tidak berbeda yang berpengaruh terhadap kelarutan protein.
nyata. Pada tempe bacem setelah digoreng Kelarutan protein merupakan persen total
(Tabel 3), formula A memiliki tekstur lebih keras protein yang terdapat di dalam bahan pangan
dari formula B, tetapi formula B dan C memiliki yang dapat terekstrak ataupun larut dalam air
tekstur yang tidak berbeda nyata. pada kondisi tertentu (Kusnandar, 2010). Sifat
kelarutan protein tergantung pada pH, struktur
Uji beda lanjut Duncan terhadap formula
protein, konsentrasi garam, jenis pelarut dan
tempe bacem sebelum digoreng (Tabel 2),
suhu (Ghelichpour dan Shabanpour, 2011).
menunjukkan secara overall formula A sangat
Pada kekuatan ion rendah, gugus protein yang
nyata lebih rendah dibandingkan formula B dan
terionisasi dikelilingi oleh ion lawan sehingga
C, sedangkan formula B dan C tidak berbeda
terjadi penurunan interaksi antar protein dan
nyata. Pada tempe bacem setelah digoreng
kelarutan protein akan meningkat.
(Tabel 3), formula C memiliki penerimaan secara
keseluruhan (overall) yang paling tinggi, yaitu Kadar lemak yang terkandung dalam
5,52. tempe bacem (Tabel 4) sebesar 0,9 persen (bk).
Menurut Kusnandar (2010), proses ekstraksi
Berdasarkan hasil seleksi uji rating hedonik
lemak dapat dilakukan dengan cara pengepresan
pada Tabel 2 dan Tabel 3, maka Formula C
dan pemanasan. Proses perebusan tempe
(dengan perlakuan penambahan asam jawa dan
dalam larutan bumbu pada suhu tinggi (90 - 50C)
perebusan bumbu) merupakan formula terbaik,
dan waktu yang cukup lama yakni 30 menit,
sehingga dipilih pada pembuatan tempe bacem
berdampak terhadap terekstraknya lemak yang
selanjutnya.
selanjutnya akan bercampur dengan larutan
3.2. Komposisi Kimia Tempe Bacem Segar bumbu. Pada akhir pengolahan, masih banyak
Komposisi kimia dan kapasitas antioksidan bumbu yang tertinggal dan tidak dapat meresap
tempe bacem segar ditunjukkan pada Tabel 4. secara sempurna ke dalam tempe. Hal inilah
Kadar protein yang terkandung dalam tempe yang akan mempengaruhi rendahnya nilai kadar
bacem adalah 33,7 persen (bk), di mana nilai ini lemak yang terukur pada tempe bacem.
lebih rendah dibandingkan kadar protein yang Kadar abu menunjukkan kandungan
terkandung dalam tempe mentah dari kedelai mineral yang terkandung dalam suatu bahan

Tabel 4. Analisis Proksimat dan Kapasitas Antioksidan Tempe Bacem

128 PANGAN, Vol. 24 No. 2 Juni 2015 : 125-134


Tabel 5. Analisis Sensori Tempe Bacem Kemasan Vakum Selama Penyimpanan Suhu Dingin

Nilai

pangan. Kadar abu tempe mentah dari kedelai sebanyak 40 persen dalam formula tempe
Grobogan yaitu 2,1 persen (bk) (Astawan dkk., bacem per 1000 g bahan, berperan cukup besar
2013). Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4, terhadap kadar karbohidrat yang terkandung
tempe bacem mengandung kadar abu sebesar dalam tempe bacem.
3,0 persen (bk). Adanya kenaikan kadar abu
Tempe mengandung antioksidan berupa
tempe bacem jika dibandingkan dengan yang
isoflavon dalam bentuk aglikon dan glikosida.
terkandung dalam tempe mentah disebabkan
Menurut Astawan, dkk., (2013), tempe mentah
oleh penambahan bahan-bahan lain pada
dari kedelai Grobogan memiliki kapasitas
bumbu tempe bacem, seperti bawang merah,
antioksidan sebesar 188,7 mg AEAC/100
bawang putih, kemiri, ketumbar, gula merah dan
gram. Berdasarkan hasil analisis kapasitas
garam.
antioksidan dengan metode DPPH, tempe
Tempe bacem memiliki kadar karbohidrat bacem memiliki kapasitas antioksidan sebesar
yang cukup tinggi yakni 66 persen (bk). Salah 194,6 mg AEAC/100 gram bahan. Penambahan
satu bahan utama yang berperan dalam gula merah dan proses perebusan pada suhu
memberikan rasa manis pada tempe bacem yang tinggi mengakibatkan terjadinya reaksi
adalah gula merah. Penambahan gula merah pencoklatan non enzimatis (Maillard reaction)

Tabel 6. Perubahan Nilai pH, Kecerahan Warna, dan Tekstur Tempe Bacem Kemasan Vakum
Selama Penyimpanan Pada Suhu Dingin

Keterangan : Angka-angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
(p>0,05)

Kombinasi Kemasan Vakum dan Penyimpanan Dingin untuk Memperpanjang Umur Simpan Tempe Bacem 129
Made Astawan, C.C.Nurwitri, Suliantari, Dicki Aulia Rochim
pada produk, yang dapat berperan dalam berdasarkan uji sensori (nilai kurang dari 4).
meningkatkan kapasitas antioksidan tempe Hasil analisis pH tempe bacem kemas selama
bacem. Reaksi Maillard merupakan reaksi penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 6.
yang terjadi antara gugus amino dari suatu Dari Tabel 6 terlihat bahwa nilai pH yang
asam amino bebas, residu rantai peptida atau terukur pada semua perlakuan tempe bacem
protein, dengan gugus karbonil dari karbohidrat relatif stabil dan tidak berbeda nyata satu sama
selama proses pemanasan atau penyimpanan lain, yaitu berkisar antara 5,7 5,8. Tidak terjadi
dalam waktu yang relatif lama. Antioksidan kenaikan pH yang signifikan selama masa
dalam reaksi Maillard dibentuk pada beberapa penyimpanan tempe bacem. Nilai pH tempe
level selama pemanasan karbonil-amina, bacem selama penyimpanan lebih rendah
termasuk degradasi senyawa Amadori menjadi dibandingkan pH tempe mentah, yakni 6,5.
amino redukton (Dedin, dkk., 2006). Beberapa Penambahan bumbu yang diantaranya adalah
komponen bumbu pada tempe bacem, seperti asam jawa pada formula tempe bacem, diduga
bawang merah, bawang putih dan lengkuas juga berperan terhadap cukup rendahnya nilai pH
mengandung senyawa antioksidan. Bawang produk yang terukur.
merah dan bawang putih mengandung senyawa
flavonoid kuersetin (Anna, dkk., 2004), serta Faktor pengemasan vakum dan kondisi
ekstrak rimpang lengkuas memiliki senyawa penyimpanan dingin juga berperan dalam
1-acetoxychaviol acetate yang memiliki aktivitas menjaga kualitas tempe bacem sehingga tidak
sebagai antioksidan (Al-snafi, 2014). terjadi perubahan pH yang signifikan selama
masa penyimpanan. Fungsi utama pengemasan
3.3. Analisis Umur Simpan adalah untuk melindungi dan menjaga produk
Untuk menentukan umur simpan tempe dari kontaminasi. Termasuk di dalamnya adalah
bacem yang dikemas vakum dan disimpan pada memperlambat terjadinya kerusakan produk,
suhu dingin (10oC) maka dilakukan analisis memperpanjang umur simpan, menjaga kualitas
penunjang berupa: analisis sensori (warna, dan keamanan produk yang dikemas (Aaron,
aroma, tekstur, rasa, dan overall), analisis pH, dkk., 2008).
analisis kecerahan, analisis tekstur, dan analisis 3.3.3. Kecerahan
mikrobiologi (total mikroba dan total koliform).
Pengukuran warna dimulai pada H-0 (tempe
3.3.1. Analisis Sensori bacem sebelum diberikan perlakuan) dengan
Analisis sensori tempe bacem yang dikemas parameter yang diamati adalah kecerahan
vakum dan disimpan pada suhu dingin (10oC) warna (L). Hasil pengukuran kecerahan warna
ditunjukkan pada Tabel 5. Tempe bacem yang tempe bacem yang diperoleh selama masa
dikemas vakum dan disimpan pada suhu dingin penyimpanan, ditunjukkan pada Tabel 6.
(10oC) masih dapat diterima oleh panelis hingga Tempe bacem memiliki warna kecoklatan,
hari ke-18. Pada hari ke-21 penyimpanan, telah sebagai akibat reaksi Maillard selama proses
terjadi penurunan mutu pada produk sehingga pengolahan. Reaksi Maillard merupakan reaksi
panelis memberikan nilai di bawah 4, yang pencoklatan non enzimatis antara gugus
menandakan bahwa produk tidak dapat lagi aldehid dari gula pereduksi dengan gugus
diterima oleh panelis. Kombinasi pengemasan amina dari asam amino. Reaksi Maillard terjadi
vakum dan penyimpanan pada suhu dingin, akibat penggunaan suhu tinggi selama proses
terbukti mampu mempertahankan mutu tempe pengolahan bahan pangan (Kusnandar, 2010).
bacem sehingga dapat memperpanjang umur Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa kecerahan
simpannya hingga 18 hari. warna yang terukur pada semua perlakuan
3.3.2. Nilai pH produk tempe bacem berkisar antara 31,8 37,2
dan tidak terjadi perubahan yang nyata secara
Analisis pH tempe bacem kemas dimulai
statistik selama penyimpanan. Pengemasan
pada saat H-0 (sebelum tempe bacem diberikan
yang dilakukan terhadap produk berperan dalam
perlakuan) dan dihentikan ketika panelis tidak
menjaga kualitas warna tempe bacem selama
dapat lagi menerima penurunan mutu produk
masa penyimpanan.

130 PANGAN, Vol. 24 No. 2 Juni 2015 : 125-134


Tabel 7. Total Mikroba dan Total Koliform Tempe Bacem Kemasan Vakum Selama Penyimpanan
Dingin

Keterangan: Angka-angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
(p>0,05)
3.3.4. Tekstur 3.3.5. Analisis Mikrobiologi
Hasil pengukuran tekstur tempe bacem Analisis mikrobiologi dilakukan untuk
selama masa penyimpanan ditunjukkan pada mengetahui mutu dan keamanan tempe bacem
Tabel 6. Penurunan nilai tekstur tempe bacem selama penyimpanan. Pemeriksaan total
kemas terjadi selama masa penyimpanan. mikroba (TPC) dan total koliform produk tempe
Tingkat kekerasan tekstur tempe bacem bacem dimulai pada hari ke-0 (sebelum tempe
berbeda nyata secara statistik selama masa bacem diberikan perlakuan) dan pengujian
penyimpanan. Nilai tekstur yang semakin rendah dihentikan ketika panelis tidak dapat menerima
selama masa penyimpanan menunjukkan bahwa penurunan mutu produk berdasarkan hasil uji
tempe bacem mengalami pelunakan. Tempe sensori (nilai kurang dari 4). Hasil pengujian
bacem pada hari ke-0 (sebelum mengalami total mikroba pada tempe bacem selama masa
perlakuan) memiliki nilai kekerasan tekstur penyimpanan ditunjukkan pada Tabel 7.
sebesar 2848.5 gram force, sedangkan setelah
Tempe bacem pada saat hari ke-0 (sebelum
18 hari penyimpanan teksturnya menjadi 2563.8
diberikan perlakuan) mengandung total mikroba
gram force.
sebesar 1,8 x 103 cfu/ml. Berdasarkan Tabel 7,
Produk pangan yang mengalami total mikroba tempe bacem dengan kemasan
penyimpanan dapat mengalami kerusakan vakum dan penyimpanan dingin, tidak berbeda
secara fisik, kimia, biologis dan mikrobiologi. nyata secara statistik seiring dengan lamanya
Kerusakan secara mikrobiologi yang terjadi penyimpanan. Selama masa penyimpanan
pada tempe bacem, diduga menyebabkan produk, jumlah mikroba tetap berkisar pada
terjadinya pelunakan tekstur seiring dengan angka 103 cfu/ml. Adanya senyawa antimokroba
lamanya penyimpanan. Beberapa faktor yang pada beberapa jenis rempah-rempah dalam
mendukung pertumbuhan dan aktivitas mikroba bumbu tempe bacem, diduga berpengaruh
diantaranya adalah tersedianya substrat yang dalam menghambat pertumbuhan total mikroba
cukup dan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pada produk selama penyimpanan. Beberapa
pertumbuhannya. Sebagai salah satu produk jenis rempah-rempah yang diketahui memiliki
pangan basah dengan kadar karbohidrat yang aktivitas antimikroba yang cukup kuat di
tinggi (66 persen bk), mikroba yang terdapat antaranya adalah bawang merah, bawang putih,
pada produk seperti bakteri dapat mendegradasi dan lengkuas.
senyawa makromolekul seperti karbohidrat
Allicin (diallythiosulphinate) merupakan
menjadi gula sederhana dan pemecahan lebih
senyawa aktif antimikroba yang terkandung
lanjut dari gula menjadi asam. Terpecahnya
dalam bawang putih (Allium sativum Linn).
salah satu komponen makromolekul seperti
karbohidrat, dapat berpengaruh terhadap Proses ekstraksi bawang putih menyebabkan
pelunakan tekstur produk (Muchtadi dan enzim allinase menjadi aktif dan menghidrolisis
Ayustaningwarno, 2010). allin menghasilkan senyawa intermediet
asam allil sulfonat. Kondensasi asam tersebut

Kombinasi Kemasan Vakum dan Penyimpanan Dingin untuk Memperpanjang Umur Simpan Tempe Bacem 131
Made Astawan, C.C.Nurwitri, Suliantari, Dicki Aulia Rochim
menghasilkan allicin (Syifa, dkk., 2013). Allicin total koliform untuk produk olahan tempe
memiliki permeabilitas tinggi dalam menembus sebesar 10 APM/g. Pada hari ke-0, total koliform
dinding sel bakteri sehingga mampu merusak yang terkandung sebesar <3,0 APM/g dan tidak
dinding sel dan menghambat sintesis protein. terjadi peningkatan jumlah koliform selama
Senyawa antimikroba Allicin dapat menghambat masa penyimpanan.
pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram
Golongan bakteri koliform merupakan
negatif, Staphylococcus aureus, Salmonella
bakteri yang bersifat aerob dan anaerob
typhi, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia
fakultatif, berbentuk batang, Gram negatif, tidak
coli, dan Proteus sp (Srinivasan, dkk., 2009).
membentuk spora, serta dapat memfermentasi
Bawang merah (Allium cepa L) merupakan laktosa dengan memproduksi gas dan asam
salah satu jenis rempah-rempah yang dapat pada suhu 37oC (BPOM 2008). Pengemasan
bersifat sebagai antibakteri. Menurut Shinkafi yang dilakukan secara vakum mampu
dan Dauda (2013), Allicin merupakan komponen mendukung terciptanya kondisi anaerob di
utama yang yang juga terdapat pada ekstrak dalam kemasan, sehingga berperan dalam
bawang merah segar dan dapat menghambat menghambat pertumbuhan bakteri koliform
pertumbuhan Escherichia coli, Salmonella typhi, dalam tempe bacem. Oleh karena itu, kombinasi
Bacillus subtilis, Streptococcus pneumoniae. pengemasan secara vakum dan penyimpanan
dingin sangat efektif dalam menghambat
Rempah-rempah lainnya dalam bumbu
kerusakan secara mikrobiologi oleh bakteri
tempe bacem yang sekaligus memiliki senyawa
koliform pada tempe bacem.
antimikroba adalah lengkuas. Menurut Siripon
dkk. (2011), lengkuas (Alpinia galanga) yang IV. KESIMPULAN
diekstrak dalam ethanol, memiliki aktivitas
Formula tempe bacem terpilih adalah
antimikroba yang kuat dalam menghambat
perlakuan penambahan asam jawa pada
pertumbuhan bakteri Gram negatif dan Gram
pengolahan dengan teknik perebusan bumbu.
positif. Senyawa 1,8-cineole yang terdapat
Tempe bacem yang dikemas non-vakum, memiliki
dalam ekstrak lengkuas merupakan senyawa
umur simpan selama dua hari pada kondisi
antimikroba utama yang memiliki kemampuan
penyimpanan suhu ruang (26-30oC). Kombinasi
dalam merusak membran sel bakteri. Senyawa
pengemasan vakum dan penyimpanan dingin
1,8-cineole memiliki sifat antibakteri terhadap
(10oC) mampu memperpanjang umur simpan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
tempe bacem hingga 18 hari.
(Mayachiew dan Devahastin, 2007). Faktor
senyawa antimikroba yang terkandung pada UCAPAN TERIMA KASIH
beberapa rempah-rempah inilah yang diduga Peneliti mengucapkan terima kasih yang
menghambat pertumbuhan mikroba selama sebesar-besarnya kepada Direktorat Penelitian dan
masa penyimpanan tempe bacem. Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal
Indikator keamanan produk pangan secara Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset Teknologi dan
mikrobiologi lainnya adalah total koliform. Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian
Kontaminasi koliform tidak hanya berasal dari ini melalui skema Ipteks bagi Masyarakat 2015 dan
air atau kotoran manusia dan hewan, tetapi Hibah Kompetensi 2015 atas nama Made Astawan.
dapat juga karena terjadinya kontaminasi silang DAFTAR PUSTAKA
secara langsung (melalui tangan) dan tidak Aaron L, Broddy, Betty B, Jung H, Claire KS, Tara
langsung (melalui air) yang digunakan selama HM. 2008. Innovative Food Packaging Solution.
pengolahan pangan (Yunita dan Dwipayanti, Journal of Food Science. 73(8): 107-116.
2010). Hasil pengujian total koliform pada tempe Al-snafi AE. 2014. The Pharmacological Activities
bacem selama masa penyimpanan, ditunjukkan of Alpinia galanga. International Journal for
pada Tabel 7. Pharmaceutical Research Scholars.11(3): 607-
614.
Menurut SNI Nomor 7388:2009 tentang Anna MN, Pimia RP, Aarni M, Caldentey KM. 2004.
batas maksimum cemaran mikroba dalam Comparison of Antioxidant Activities of Onion and
pangan, ditetapkan batas maksimum cemaran Garlic Extracts by Inhibition of Lipid Peroxidation

132 PANGAN, Vol. 24 No. 2 Juni 2015 : 125-134


and Radical Scavenging Activity. Food Chem. Alfabeta.
81(4): 485-493. Sari IA, Susilo AW, Wardani S. 2012. Karakterisasi
[AOAC] Association of Official Analytical Chemistry. dan Penentuan Warna Biji pada Beberapa
2005. Official Method of Analysis. Association Genotipe Kakao Mulia sebagai Kriteria Seleksi.
of Official Analytical Chemistry. Washington DC Pelita Perkebunan. 28(3): 136-144.
(US): AOAC. Shinkafi SA, Dauda H. 2013. Antibacterial Activity
Astawan M, Wresdiyati T, Widowati S, Bintari SH, of Allium cepa (Onion) on Some Pathogenic
Ichsani N. 2013. Karakteristik Fisikokimia dan Bacteria Associated with Ocular Infections.
Sifat Fungsional Tempe yang Dihasilkan dari Scholars Journal of Applied Medical Sciences.
Berbagai Varietas Kedelai. Pangan. 22(3): 241- 1(3): 147-151.
252. Siriporn O, Waranee P, Chadarat A, Srikanjana K.
[BAM] Bacteriological Analytical Manual. 2001. 2011. Killing Kinetics and Bactericidal Mecha-
Aerobic Plate Count. http://www.fda.gov/food nism of Action of Alpinia galangal on Food Borne
/foodscienceresearch/laboratorymethods/ Bacteria. African Journal of Microbiology Re-
ucm063346.htm [22 Agustus 2014]. search. 5(18): 2847-2854.
[BAM] Bacteriological Analytical Manual. 2002. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2009. SNI Nomor
Enumeration of Escherichia coli and the 7388 tahun 2099 tentang Batas Maksimum
Coliform Bacteria. http://www.fda.gov/food/ Cemaran Mikroba dalam Pangan. Jakarta (ID):
foodscienceresearch/laboratorymethods/ Badan Standardisasi Nasional.
ucm064948.htm [22 Agustus 2014]. Srinivasan D, Sangeetha S, Lakshmanaperumalsamy.
BPOM RI. 2008. Pengujian Mikrobiologi Pangan. Info 2009. In vitro Antibacterial Activity and Stability of
POM. 9(2):1-11. Garlic Extract at Different pH and Temperature.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2012. Tempe Electronic Journal of Biology. 5(1): 5-10.
: Persembahan Indonesia untuk Dunia. Jakarta: Syifa N, Bintari SH, Mustikaningtyas D. 2013. Uji
BSN. Efektivitas Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum
Dedin FR, Fardiaz D, Apriyantono A, Andarwulan N. Linn.) sebagai Antibakteri pada Ikan Bandeng
2006. Isolasi dan Karakterisasi Melanoidin Kecap (Chanos chanos Forsk.) Segar. Unnes Journal
Manis dan Peranannya sebagai Antioksidan. of Life Science. 2(2):71-77.
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 17(3): Yunita NP, Dwipayanti NMD. 2010. Kualitas
204-213. Mikrobiologi Nasi Jinggo Berdasarkan Angka
Ghelichpour M, Shabanpour B. 2011. The Lempeng Total, Coliform Total dan Kandungan
Investigation of Proximate Copmposition and Escherichia coli. Jurnal Biologi. 14(1):15-19.
Protein Solubility in Processed Mullet Fillets.
International Food Research Journal. 18(4)
1343-1347.
Indriani R. 2006. Pengaruh Penambahan Bumbu
dan Proses Pengolahan untuk Meningkatkan
Daya Terima dan Daya Simpan Tempe. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Jay JM. 2000. Modern Food Microbiology 6th edition.
Aspen Publication: Guihenburg.
Kubo I, Masuoka N, Xiao P, Haraguchi H. 2002.
Antioxidant Activity of Dodecyl Gallate. J Agric
Food Chem. 50 (1): 3533-3539.
Kusnandar F. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro.
Jakarta: PT Dian Rakyat.
Mayachiew P, Devahastin S. 2007. Antimicrobial and
Antioxidant Activities of Indian Gooseberry and
Galangal Extracts. LWT.41 (2008): 1153-1159.
Meilgaard M, Civille GV, Carr BT. 1999. Sensory
Evaluation Technique. Florida: CRC Press LLC.
Muchtadi TR, Ayustaningwarno F. 2010. Teknologi
Proses Pengolahan Pangan. Bandung: Penerbit

Kombinasi Kemasan Vakum dan Penyimpanan Dingin untuk Memperpanjang Umur Simpan Tempe Bacem 133
Made Astawan, C.C.Nurwitri, Suliantari, Dicki Aulia Rochim
BIODATA PENULIS :

Made Astawan dilahirkan di Singaraja-Bali, 2


Februari 1962. Menyelesaikan pendidikan S1
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga di
Institut Pertanian Bogor tahun 1985, pendidikan
S2 Ilmu Pangan juga di universitas yang sama
tahun 1990, dan pendidikan S3 Biokimia Pangan
dan Gizi di Tokyo University of Agriculture,
Jepang tahun 1995.
C.C.Nurwitri dilahirkan di Semarang, 4 Mei
1958. Menyelesaikan pendidikan S1 Teknologi
Hasil Pertanian di Institut Pertanian Bogor dan S2
di Ecole Nationale Superieure Dagronomique,
Momtpellier, Prancis.
Suliantari dilahirkan di Salatiga, 28 September
1950. Menyelesaikan pendidikan S1 Biologi di
Universitas Gajah Mada tahun 1977, pendidikan
S2 dan S3 Ilmu Pangan di Institut Pertanian
Bogor, masing-masing pada tahun 1987 dan
2009.
Dicki Aulia Rochim menyelesaikan pendidikan
S1 pada Program Studi Ilmu dan Teknologi
Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

134 PANGAN, Vol. 24 No. 2 Juni 2015 : 125-134

Anda mungkin juga menyukai