Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman tebu (Saccharum offcinarum L) merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indonesia khususnya didaerah
pulau Jawa. Perkembangan tanaman tebu sebagai tanaman penyumbang
devisa terbesar selain tanaman kelapa sawit dimulai sejak zaman Belanda.
Tanaman tebu dibudidayakan sebagai bahan baku pembuatan gula sehingga
dalam pembudidayaannya memerlukan perlakuan khusus agar gula ataupun
rendemen yang dihasilkan oleh tanaman tebu dapat tercapai dalam skala yang
tinggi.
Penyediaan bibit unggul tanaman tebu dapat dilakukan dengan berbagai
cara yaitu kultur jaringan ataupun penyediaan bibit dengan tepat yaitu
menggunakan Single Bud Planting (SBP).Teknologi pembibitan tanaman tebu
yang menggunakan sistem SBP merupakan suatu sistem pembibitan yang
menggunakan satu mata tunasyang masih belum dikenal secara luas oleh
petani atau pembudidaya tebu. Metode ini dapat dikatakan sebagai metode
pembibitan baru khususnya di Indonesia.Salah satu perusahaan yang
menggunakan sistem ini adalah PTPN XI Pabrik Gula Semboro.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Siswa mampu memahami prinsip pembibitan tanaman tebu dengan


menggunakan sistem Single Bud Planting (SBP).
Siswa dapat melakukan perbanyakan bibit tebu SBP dan merawat bibit
tebu hasil dari SBP.
Menghasilkan tenaga kerja yang kompeten dan berkualitas.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Prakerin di laksanakan pada tanggal 17 Januari 2017 sampai dengan 17


April 2017 di PT Perkebunan Nusantara XI PG Semboro.

1
BAB II
PROFIL PABRIK GULA SEMBORO

2.1 Sejarah Perusahaan


Zaman pendudukan Belanda
Pabrik Gula didirikan pada tahun 1921 oleh HVA (Handles Veriniging
Amsterdam) sebagai pemilik swasta dari negeri Belanda dengan kapasitas
24.000 kw tebu tiap 24 jam.Pada tahun 1928 Pabrik siap dan mulai
menggiling tebu.Tahun 1930-1932 Pabrik mulai giling dengan kapasitas
penuh.Dengan luas lahan 2.103 Ha. Pada tahun 1933 sampai dengan 1937
aktivitas berhenti, sedangkan pada tahun 1938 giling kembali dengan luas
lahan 1.271,4 Ha.
Zaman pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan Indonesia
Sejak tahun 1942 sampai dengan tahun 1945 kegiatan terhenti akibat
pendudukan Jepang, PG Semboro dijadikan pabrik soda. Sesudah Indonesia
merdeka pada 17 Agustus 1945 hingga akhir 1949 PG Semboro dijadikan
pabrik Amunisi untuk mensuplai persenjataan para pejuang. Selama itu PG
Semboro mengalami kerusakan sehingga harus diadakan perbaikan sesudah
masa perang kemerdekaan.
Masa sesudah perang Kemerdekaan
Sejak 1950 Pabrik Gula Semboro diaktifkan kembali sampai dengan
berakhirnya penguasaan bangsa asing pada 1957, pada waktu itu perusahaan-
perusahaan asing diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia.
Penguasaan bangsa Indonesia :
1. Masa PPN Insepektorat VIII (1950 - 1968).
2. Masa PN Perkebunan XXIV (1969 1975).
3. Masa PT Perkebunan XXIV-XXV (Persero) (1976 1993).
4. Restrukturisasi menjadi PTPN XI (Unit Usaha Semboro) sejak 1996.

2
2.2 Bidang Usaha / Produk
PTPN XI selama ini melakukan usaha dan produk sebagai berikut :
Pembibitan Tebu ( Single Bud Planting )
Pembuatan Gula
Hasil Samping Berupa Tetes

2.3 Fasilitas

Kantor Litbang
Kantor Pengendalian OPT ( Organisme Pengganggu Tanaman )
Kantor Tebangan
Kantor Analisa
Kantor SDM ( Sumber Daya Manusia )
Kantor Tanaman
HGU ( Hak Guna Usaha

3
2.4 Organisasi Perusahaan

GENERAL
MANAGER PG
SEMBORO

MANAGER MANAGER MANAGER MANAGER


MANAGER
QUALITY TEKNIK PENGOLAHAN AKU
TANAMAN I
CONTROL

MANAGER
TANAMAN II

ASISRTEN ASISTEN ASISTEN ASISTEN ASISTEN


MANAGER MANAGER MANAGER MANAGER MANAGER
TANAMAN I s/d V QUALITY TEKNIK PENGOLAHAN AKU
CONTROL

KEPALA KEPALA KEPALA KEPALA SEKSI KEPALA


KEBUN SEKSI SEKSI PENGOLAHAN SEKSI
WILAYAH TEKNIK TEKNIK AKU

4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1Klasifikasi Tanaman Tebu


Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )
Subkingdom : Trachebionta ( Tumbuhan berpembuluh )
Super divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )
Divisi : Magniliophyta ( Tumbuhan berbunga )
Kelas : Liliopsida ( berkepig satu / monokotil )
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L

3.2 Kandungan Pada Tanaman Tebu

Kandungan sukrosa di dalam tanaman tebu sebesar 8-15% dari bobot batang
tebu. Batang tebu mengandung serat dan kulit batang sebesar 12,5% dan nira sebesar
82,5%, yang terdiri dari gula, mineral, dan bahan-bahan non gula lainya Komposisi
batang tebu terdiri dari monosakarida 0,5%-1,5%, sukrosa 11%-19%, zat organik abu
0,5%-1,5%, sabut (selulosa, pentosan) 11%-19%, asam organik 0,15%, bahan lain lilin,
zat warna, ikatan N, air 65%-75%.

5
3.3 Sifat Morfologi Tanaman Tebu
Morfologi tanaman tebu ini dapat dilihat berdasarkan ciri ciri tanaman
diantaranya adalah :
1. Akar
Akar tanaman tebu berserabut, tunggang, dengan panjang 20-30 cm,
berwarna keputihan kotor hingga kecoklatan, dapat menembus permukaan
tanah berkisar 20 cm bahkan lebih tergantung dengan pertumbuhan.
2. Batang
Batang tanaman tebu bulat, berdiamater 2 - 6 cm, tumbuh tegak, berbuku
buku dengan jarak 3-5 cm, panjang batang tanaman ini mencapai 3-5
meter. Selain itu, batang tanaman tebu ini memiliki perkulitan tebal, keras,
dengan warna yang sangat beragam jenis mulai dari merah, kuning dan
juga keungguan.
3. Daun
Daun tanaman tebu termasuk daun tidak lengkap, karena terdiri dari
pelepah dan beberapa helaian daun.Selain itu, daun pada tanaman tebu
tidak bertangkai panjang, namun langsung daunnya memanjang dengan
panjang 1-2 meter.Daun ini juga memiliki garis garis yang memanjang,
dan juga berbulu, biasanya daun ini tumbuh di bagian ketiak daun serta
daun tanaman tebu ini berwarna kehijauan muda hingga tua.
4. Bunga
Bunga tanaman tebu ini termasuk kedalam bunga majemuk.Bunga
tanaman ini memiliki panjang sekitar 70-90 cm, dengan memiliki tiga
daun kelopak, satu daun mahkota, tiga benang sari, dan dua kepala putik.
Pada umumnya, bunga pada tanaman tebu ini jarang kelihatan atau tampak
karena bunga tanaman sangat rentan berguguran atau berjatuhan ketika
masih muda atau proses pertumbuhan.

6
3.4 Sifat Agronomis Tanaman Tebu
Pertumbuhan
Perkecambahan : cepat, seragam
Awal pertunasan : cepat
Kerapatan batang : sedang
Diameter batang : sedang besar
Pembungaan : sporadis
Kemasakan : tengah lambat

Ketahanan Hama Dan Penyakit


Penggerek batang : tahan
Penyakit blendok : tahan
Pokkahbung : tahan
Luka api : tahan

3.5 Asal Mula Sistem Single Bud Planting


Sistem pembibitan Single Bud Planting ( SBP ) adalah salah satu metode
pembibitan baru dalam dunia pertebuan di Indonesia. Asal mula sistem SBP ini
adalah ketika perwakilan PTP di Jawa Timur ( PTPN X dan PTPN XI ) beserta
jajaran DPRD Provinsi Jatim melakukan kunjungan kerja ke Brazil dan Columbia.
Brazil dan Columbia selama ini dipandang sebagai negara di Amerika Selatan
yang cukup maju dalam hal budidaya tanaman tebu. Produksi kui/ha rata-rata
Brazil dan Columbia mencapai 90-95 ton/ha dengan Rendemen antara 13%-15%
dengan produksi hablur rata-rata per hektar adalah 11.7 - 12.35 ton/ha.Dalam
kunjungan tersebut diperoleh suatu metode pembibitan tebu baru yang disebut
sistem pembibitan Single Bud Planting.

7
BAB IV
URAIAN KEGIATAN PRAKERIN& PEMBAHASAN

4.1 Pembibitan Tebu Single Bud Planting ( SBP )


Persiapan Media Tanam di Bedengan ( P1 )
Ukuran bedengan :
- Panjang : 7 meter
- Lebar : 1 meter
- Tinggi : 10 cm
- Tebal Bantalan/Lalahan : 4 cm
- Tebal Tanah Media : 5 cm
- Tebal Tanah Media Penutup : 1 cm
a. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam membuat media tanam pada
bedengan ( P1 ) antara lain : Pasir, Air, Dan Papan Kayu.
b. Langkah Kerja
Siapkan Pasir, kemudian tuangkan pasir pada bedengan yang telah ada.
Ratakan pasir dengan papan kayu.Lalu siram pasir yang telah
diratakan.

Persiapan Mata Tunas Bibit Tebu


a. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang di gunakan antara lain : Batang Tebu, Sabit,
Mesin Bor, Mesin HWT ( Hot Water Treatment ) dan Desinfektan
Fungisida.
b. Langkah Kerja
1. Klentek Bibit
Bibit yang datang dari lahan agar bisa di ambil mata tunasnya
dengancara di bor maka bibit harus diklentek terlebih dahulu. Hal
penting yang harus di kontrol dalam kegiatan klentek bibit ini
adalah harus dipastikan batang bibit tebu bebas dari daduk, karena

8
kalau daduk masih ada yang tertinggal di batang bibit maka akan
mengganggu proses pengeboran.
2. Ketok Sortir
Ketok sortir ini di maksudkan untuk membagi tebu yang memiliki
batang panjang menjadi 3 bagian, yaitu bagian atas, tengah dan
bawah.Batang tebu yang bagian atas memiliki pertumbuhan
cepat.Batang bagian tengah memiliki pertumbuhan sedang dan
yang bawah memiliki pertumbuhan lambat.
3. Pengeplongan Bibit
Bibit yang sudah klentek dan diketok sortir diambil mata tunasnya
dengan cara dibor dengan diameter 2-3 cm tergantung mata bor
yang dipergunakan. Dalam proses pengambilan/pengeboran mata
tunas bibit diusahakan posisi mata tetap berada di tengah.
4. PerlakuanHot Water Treatment ( HWT )
Perlakuan hot water treatment dilakukan bertujuan untuk memecah
dormansi pada bibit tebu sekaligus untuk mematikan bakteri atau
virus yang menempel pada mata tunas yang sudah di lakukan
pengeplongan. Perlakuan hot water treatment dilakukan pada suhu
40 derajat celcius selama 15 menit.
5. Perlakuan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dan Desinfektan Fungisida
Mata bibit setelah mendapatkan perlakuan hot water treatment
disiram dahulu menggunakan air dingin. Selanjutnya mata bibit
direndam pada cairan ZPT untuk memacu perkecambahannya.
Setelah direndam pada larutan ZPT kurang lebih 5 menit bibit
kembali direndam pada larutan desinfektan guna mencegah
serangan penyakit dan jamur selama 5 menit.

9
4.1.1 Penanaman Bibit SBP
Penanaman Bibit Mata Satu di Bedengan
Bibit mata satu yang telah diaplikasi ZPT dan desinfektan telah siap
ditanam di bedengan.Bibit ditanam pada jarak 2 x 2 cm. Bibit mata satu
di tanam menghadap ke atas secara merata dan sejajar. Lalu tambahkan
media penutup secara merata kemudian siram dengan air. Bibit
ditanam dibedengan selama 10 - 15 hari.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Bibit Tebu Mata Satu
Pertumbuhan Bibit
No. Batang
Hari ke 1 Hari ke -9 Hari ke - 15
1. Atas 0,67 cm 6 cm 10 cm
2. Tengah 0,5 cm 4,5 cm 7,5 cm
3. Bawah 0,22 cm 2 cm 3,3 cm

Pemindahan Bibit Mata Satu ke Pottray (P2)


a. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam transplanting bibit adalah :
pasir, tanah, air, bibit tebu hasil dari P1 yang telah siap di transplanting
dan pottray.
b. Langkah Kerja
Bibit tebu yang akan di transplanting ke pottray di roges lebih
dahulu pucuk daunnya. Hal ini di maksudkan untuk
mengurangi penguapan pada bibit tebu, sehingga tidak
mengalami stress.
Ambil bibit tebu dari bedengan, kemudian di bawa ke tempat
pemottrayan bibit tebu.
Siapkan tanah dan pasir sebagai media dalam pottray,
kemudian campur sampai rata.
Masukkan setengah media tanam dalam pottray

10
Kemudian transplanting bibit tebu di dalam lubang pottray
tersebut , dengan posisi tegak atau berdiri dan daun berada di
atas, lalu tambahkan media ke dalam lubang pottray.
Setelah semua lubang pottray terisi penuh dengan bibit dan
media tanam, jangan lupa di siram, agar bibit yang telah di
transplanting tidak mengalami stress.
Pottray yang telah terisi bibit diletakkan di rak pembibitan yang
tingginya kurang lebih 30 cm agar akar tidak menyentuh tanah.

4.1.2 Perawatan Bibit SBP


Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan rutin setiap hari, alat dan bahan yang di
gunakan adalah selang dan air.
Pemangkasan atau Perogesan
Perogesan dilakukan pada bibit yang memiliki daun lebat, panjang dan
kering.Alat yang digunakan adalah gunting dan sabit.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman ( OPT )
Pengendalian dapat di lakukan dengan menyemprotkan fungisida apabila
ada kerusakan yang disebabkan oleh jamur.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada bibit tebu selama berada di persemaian di
pottray (P2), sedangkan pada persemaian di bedengan (P1) tidak perlu di
lakukan pemupukan. Pemupukan pada persemaian di pottray dilakukan
dengan cara di tebar secara merata dan secukupnya menggunakan pupuk
kimia ZA atau Urea. Setelah di lakukan pemupukan, kemudian di lakukan
penyiraman.

11
4.2 Pembahasan
Dalam kegiatan perbanyakan bibit tebu di PTPN XI PG Semboro, salah
satu sistem atau cara perbanyakannya menggunakan Single Bud Planting
(SBP).Sistem SBP adalah perbanyakan bibit tebu dengan cara mengambil satu
mata tunas untuk mendapatkan batang tebu yang maksimal dalam jumlah rumpun
tebu sehingga mendapatkan rendemen tebu yang dinginkan.Tahap tahap yang di
lakukan meliputi kegiatan persemaian 1 di bedengan (P1) dan persemaian 2 di
pottray (P2).
Syarat bahan tanam dalam kegiatan SBP adalah umur bahan tanam 5 6
bulan, varietas murni, dan berasal dari PC (Plant Cane). Plane cane adalah
tanaman tebu yang pertama kali di tanam pada lahan yang belum pernah di tanami
tebu sebelumnya, karena diharapkan produktivitas ton/ha tebu bisa lebih dari 90
150 ton/ha.
Persemaian di bedengan di tanam dengan jarak 2 x 2 cm. Setelah bibit
berumur 10 15 hari bibit siap di pindah kedalam media P2 .Kompisisi media P2
tergantung musim. Jika musim penghujan, perbandingan komposisi tanah dan
pasir adalah 2 : 2, sedangkan di musim kemarau perbandingan komposisi tanah
dan pasir adalah 3 : 2, karena bertujuan agar kelembaban media terjaga.Bibit tebu
sangat memerlukan air, jadi perlu dilakukan penyiraman secara rutin minimal 2x
sehari. Jika kebutuhan air kurang, maka bibit akan layu dan daunnya akan
menguning.
Syarat bibit SBP untuk di transplanting ke kebun budidaya adalah tingkat
kemurnian bibit 100 %, umur bibit di persemaian 2 (pottray) yaitu 2 bulan, bibit
sehat dan seragam, bibit di roges sebelum di angkut ke kebun, dan waktu
pengiriman sampai penanaman maksimal 3 hari.

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil kegiatan selama prakerin di PTPN XI PG. Semboro
maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Perbanyakan bibit tebu (Saccharum officinarum L) denganSistem Single
Bud Planting ( SBP ) merupakan pengambilan satu mata tunas untuk
mendapatkan batang tebu yang maksimal dalam jumlah rumpun tebu
sehingga mendapatkan rendemen tebu yang dinginkan.
2. Kegiatan SBP meliputi beberapa tahapan, yaitu :
Persemaian 1 ( P1) di bedengan.
Persemaian 2 ( P2) di pottray.
3. Kelebihan perbanyakan tebu menggunakan teknik SBP antara lain :
Areal yang dibutuhkan lebih sedikit.
Umur bibit lebih pendek yaitu kurang dari 3 bulan sudah siap
tanam.
Kualitas bibit lebih terjamin dan presentase hidup lebih tinggi.
Kelemahan perbanyakan tebu menggunakan sistem SBP antara lain :
Membutuhkan biaya yang lebih mahal dan tenaga kerja ahli /
terampil.
Membutuhkan jumlah bibit yang lebih banyak.
Membutuhkan proses adaptasi penanaman (transplanting) secara
bertahap.

13
5.2 Saran
Untuk perusahaan :
Selalu mengutamakan Visi dan Misi PG. Semboro agar lebih maju
kedepannya.
Pengadaan bibit tebu dengan teknik SBP perlu ditingkatkan lagi
produksinya untuk memenuhi kebutuhan bibit tebu siap tanam di
kebun.
Perawatan bibit tebu harus lebih di tingkatkan agar kualitas bibit
tebu menjadi lebih baik.
Kerja sama antara Sekolah dan Perusahaan harus tetap terjaga
untuk kelancaran pelaksanaan Prkerin selanjutnya.
Untuk sekolah :
Pemantauan pihak sekolah kepada siswa / siswi yang
melaksanakan Pakerin di tempat DU/DI harus lebih ditingkatkan.
Kegiatan monitoring guru pembimbing sekolah perlu di perbanyak
lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2015/10/tanaman-tebu-saccarum-
officinaru/Diakses Tanggal 19 Maret 2017

http://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-ciri-ciri-morfologi-tebu/Diakses
Tanggal 19 Maret 2017

http://catatan-ansori.blogspot.co.id/2013/03/sistem-pembibitan-single-bud-
planting.html Diakses Tanggal 28 Maret 2017

15
LAMPIRAN

GAMBAR KEGIATAN / DOKUMENTASI

Gambar 1. Proses Klentek Tebu

Gambar 2. Proses Pengeplongan Mata Tunas

16
Gambar 3. Persiapan Media Tanam di Bedengan

Gambar 4. Penanaman Bibit Mata Satu

Gambar 5. Bibit Tebu Berumur 9 Hari

17
Gambar 6.Bibit Yang Siap di Transplanting

sag

Gambar 7. Transplanting Bibit (P2)

Gambar 8. Proses Perawatan Bibit SBP

18

Anda mungkin juga menyukai