Anda di halaman 1dari 22

Ilmu Kesehatan Masyarakat Laporan Kasus

Puskesmas Pattingalloang Makassar September 2017

DEMAM TIFOID

Nur Hanifah Muchtar 10542 0325 11

Nur Hikmah M.Jihad 10542 0313 11

Sukma Sucianti 10542 0302 11

Nur Ita Masyitha 10542 0287 11

Andi Ridha Anisa R 10542 0282 11

Andi Nurleli 10542 0301 11

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2017


BAB I

PENDAHULUAN

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut puskesmas adalah fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan perventif, untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Puskesmas Pattingalloang merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan di kota

Makassar, tepatnya berada di wilayah Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar dengan lingkup

kerja 4 (empat) kelurahan dengan luas wilayah kerja 22,24 km2. Adapun 4 kelurahan yang masuk

dalam lingkup kerja puskesmas Pattingalloang adalah:

a. Kelurahan Pattingalloang

b. Kelurahan Pattingalloang Baru

c. Kelurahan Cambaya

d. Kelurahan Camba Berua

Secara geografis, Puskesmas Pattingalloang memiliki batas-batas administrasi wilayah

kerja, yaitu :

Batas barat : Kelurahan Gusung

Batas timur : Kelurahan Kaluku bodoa

Batas utara : Selat Makassar

Batas Selatan : Kelurahan Pannampu dan Tabaringan

Secara demografi, Puskemas Pattingalloang memiliki jumlah penduduk pada lingkup

kerja Puskesmas Pattingalloang adalah:


Kelurahan Pattingallong : 7077 jiwa

Kelurahan Pattingalloang Baru : 3706 jiwa

Kelurahan Cambaya : 6865 jiwa

Kelurahan Camba Berua : 4878 jiwa

Jumlah penduduk : 19.810 jiwa

Puskesmas Pattingalloang memiliki visi yaitu terwujudnya puskesmas pattingalloang

yang prima dalam pelayanan dan berwawasan lingkungan. Adapun misinya:

1. Memberikan pelayanan paripurna dalam peningkatan kesehatan individu, keluarga dan

masyarakat

2. Peningkatan sumber daya manusia yang profesional

3. Peningkatan upaya promotif dan preventif dalam pemeliharaan kesehatan yang

komprehensif

4. Peningkatan system organisasi yang prima dalam pemberian pelayanan kesehatan

5. Peningkatan kerjasama lintas sektor dan partisipasi masyarakat

6. Menciptakan lingkungan sehat yang bersih, indah, hijau, aman dan nyaman.

7. Memantapkan kemandirian hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui partisipasi

masyarakat.

Puskesmas Pattingalloang mencakup pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan

rawat jalan merupakan salah satu unit kerja puskesmas yang melayani pasien yang berobat jalan

dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik.

Sedangkan rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk

menolong pasien gawat darurat baik berupa tindakan operatif terbatas maupun asuhan perawatan

sementara dengan kapasitas kurang lebih 10 tempat tidur.


Berdasarkan data tahun 2017, Puskemasmas Pattingalloang mendapat kunjungan 171

pasien rawat inap, dengan penyakit rawat inap terbanyak tahun 2017, antara lain :

A. Distribusi Penyakit Rawat Inap Umum Teratas Tahun 2017

Berikut distribusi penyakit rawat inap umum teratas tahun 2017 dalam bentuk tabel dan

grafik.

Tabel 1. DistribusiPenyakit Rawat Inap Umum Teratas Tahun 2017

No Nama Penyakit
1 Demam Thypoid
2 Dyspepsia
3 Diare
4 Hipertensi
5 Febris
6 Kolik Abdomen
7 Hiperemesis
8 Campak

Grafik 1. Distribusi Penyakit Rawat Inap Teratas Tahun 2017

50 47
41
40 34
30
20
9 6
10 4 3 1
0
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Anamnesis

1. Identitas Pasien

a. Nama Lengkap :

b. Jenis Kelamin :

c. Umur :

d. Pekerjaan :

e. Alamat :

f. Tanggal Masuk :0 September 2017

2. Riwayat Penyakit

a. Keluhan Utama: Demam hilang timbul yang dialami sudah 4 hari terutama pada sore

dan malam hari.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien masuk melalui UGD Puskesmas Patingngaloang pada tanggal 05 Juli 2017

dengan keluhan demam sejak 4 hari yang lalu, hilang timbul, terutama pada sore dan

malam hari. Pola demam yang dirasakan adalah dimulai dengan badan terasa dingin,

kemudian panas dalam beberapa menit dan menggigil, kemudian berkeringat diikuti

penurunan suhu tubuhnya.

Pasien juga mengeluh nyeri kepala, seperti tertusuk-tusuk, diseluruh kepala yang

muncul terutama saat pasien demam.Pada 2 hari terakhir pasien mengeluh mual atau

seperti ingin muntah, rasa tidak nyaman diperut dan nyeri pada uluhati.Malam sebelum
pasien masuk UGD, muntah 2x di rumah, isi makanan dan air.Nafsu makan menurun,

namun pasien kuat minum. Pasien mengatakan belum BAB sejak 3 hari yang lalu..

4. Riwayat Pengobatan

Pasien telah mengkonsumsi paracetamol yang dibeli diapotek dekat rumahnya

sebelum dirawat, demam pasien sempat turun dan membaik dan kemudian demam lagi,

pasien juga sempat mengkonsumsi pepaya karena belum BAB.

5. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

6. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada riwayat yang sama dalam keluarga

7. Riwayat Lingkungan Sosial

Pasien bekerja di Pelelangan ikan Paotere sebagai buruh.Setiap hari pasien

bekerja mulai pukul 08.00 pagi hingga pukul 17.00.Hal ini membuat pasien lebih banyak

menghabiskan waktunya di luar rumah. Pasien mengatakan hampir setiap hari

mengkonsumsi makanan yang dibeli di warung sekitar tempat kerjanya, terutama saat

makan siang.Pasien mengatakan bahwa salah satu dari teman kerjanya juga menderita

penyakit thypoid.

Pasien beragama islam dan tinggal dijalan Barukang 1 bersama istrinya yang usia

pernikahannya sudah 2 tahun dan belum memilik anak, tinggal dirumah berdinding batu,

dengan luas bangunan kurang lebih 15 meter, berlantai 1. Pemukiman disekitar rumah

pasien padat, rumah saling berdempetan, sistem irigasi kurang baik terbukti dengan

banyaknya sampah di got. Keadaan dalam rumah kelihatan padat karena ruangan yang

sempit. Penyediaan jamban tidak memenuhi kriteria jamban sehat karena kamar mandi,
jamban, serta tempat mencuci peralatan makan dilakukan ditempat yang sama. Pasien

menggunakan air sumur bor untuk mandi dan mencuci. Dan untuk minum, pasien

menggunakan air PDAM yang terbatas.

B. Pemeriksaan Fisik

1. Status Present

a. Keadaan Umum : tampak sakit sedang

b. Kesadaran : Compos mentis

c. Tekanan darah : 120/80 mmHg

d. Nadi : 88 x/m

e. Suhu : 38 oC

f. Pernafasan :20 x/m

2. Status Generalis

a. Kepala

1) Bentuk : Normal, simetris

2) Muka : Hitam, lurus.

3) Mata : Bulat Simetris

4) Telinga : Konjungtiva anemis (-), sklera an-ikterik, Refleks cahaya (+/+)

5) Hidung : liang telinga lapang, sekret (-), serumen (-)

6) Mulut : Bibir kering (+), sianosis (-), lidah kotor (+), perdarahan gusi (-), faring

hiperemis (-)

b. Leher

1) Trakhea : Di tengah

2) KGB : Tidak membesar


3) JVP : Tidak divaluasi

c. Thoraks

1) Bentuk : Simetris

2) Retraksi : Tidak ada

d. Jantung

1) Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi : Iktus kordis traba sla iga IV garis midclavicula kiri

3) Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal kiri; batas kanan sela IV garis para

sternal kanan; batas kiri sela iga IV garis midclavicula kiri

4) Auskultasi :Bunyi jantung I-II normal, reguler, murmur (-).

e. Paru

1) Inspeksi : bentuk pergerakan hemithoraks kanan dan kiri simetris

2) Palpasi : vokal premitus simetris, krepitasi (-)

3) Perkusi : Sonor

4) Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), Ronchi (-/-), Wheezing (-/-)

f. Abdomen

1) Inspeksi : Datar, simetris

2) Palpasi : hepar dan lien tidak teraba; nyeri tekan (+) daerah epigastrium

3) Perkusi : Timpani

4) Auskultasi : Bising usus (+) normal

g. Gentalia eksternal

Tidak dievaluasi

h. Ektremitas
1) Superior : Akral dingin, Rumple leed test (-)

2) Inferior : Akral dingin

C. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)

Tanggal Jenis Hasil


Leukosit 11.600 sel/mm3
Hemoglobin 12 gr%
05/07/2017 Trombosit 270.000 sel/mm3

Widal test OA: 1/160 ; HA: 1/320

Hemoglobin 12 gr%
Leukosit 6400 sel/mm3
07/07/2017
Trombosit 190.000 sel/mm3
Widal test OA: 1/80 ; HA: 1/80

D. Resume

Pasien masuk UGD PKM patingaloang dengan keluhan demam (+) 4 hari

sebelumnya, hilang-timbul, terutama pada sore dan malam hari, menggigil (+), nyeri kepala

(+), mual (+), muntah (+) 2x isi makanan dan air, nyeri uluhati (+), Sejak keluhan awal

muncul sampai hari dirawat pasien hanya belum pernah BAB, BAK lancar.

Hasil pengukuran tanda-tanda vital dalam batas normal, kecuali suhu tubuh 38oC

(febris).Pada pemeriksaan fisik didapatkan lidah kotor (+),nyeri tekan epigastrium (+), tidak

ada pembesaran hepar, lien atau kelenjar regional.Auskultasi bising usus (+) kesan normal.

Ditunjang dengan hasil pemeriksaan laboratorium pertama yaitu widal test didapatkan

hasil positif pada beberapa titer. Pada pemeriksaan widal ke-2 didapatkan hasil masih positif

tetapi dengan titer yang menurun.


Riwayat keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama. Riwayat sosial juga

didapatkan pasien sering mengkonsumsi makanan di sekitar tempat kerjanya yang tidak

dijamin kebersihannya dan ada teman kerja pasien yang menderita penyakit yang sama.

Riwayat mendapatkan pengobatan paracetamol yang dibeli sendiri diapotik dekat rumahnya,

dan riwayat mengkonsumsi pepaya untuk memperlancar BABnya.

Keadaan lingkungan pasien, pasien tinggal dijalan Barukang 1 bersama istrinya yang usia

pernikahannya sudah 2 tahun dan belum memilik anak, tinggal dirumah berdinding batu,

dengan luas bangunan kurang lebih 15 meter, berlantai 1. Pemukiman disekitar rumah

pasien padat, rumah saling berdempetan, sistem irigasi kurang baik terbukti dengan

banyaknya sampah di got. Keadaan dalam rumah kelihatan padat karena ruangan yang

sempit. Penyediaan jamban juga tidak memenuhi kriteria jamban sehat karena kamar mandi,

jamban, serta tempat mencuci peralatan makan dilakukan ditempat yang sama. Pasien

menggunakan air sumur untuk mandi dan mencuci. Dan untuk minum, pasien menggunakan

air PDAM yang terbatas.

E. Diagnosis

Berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium maka pasien

didiagnosis dengan Demam Thypoid Klinis (Probable Case).

F. Diagnosis Banding

1. Demam Berdarah Dengue

2. Febris Unknown
G. Terapi

1. IVFD RL 28 tpm

2. Paracetamol 3x 500 mg

3. Cefixime 3 x 500 mg

4. Domperidone 3 x 10 mg

5. Vitamin B6 3 x 1

6. Tirah baring

7. Diet lunak tinggi kalori dan tinggi protein

8. Observasi suhu

H. Edukasi

1. Diet, pentahapan mobilisasi, dan konsumsi obat sebaiknya diperhatikan dan dilakukan

dengan rutin dan teratur

2. Perbaikan sanitasi lingkungan

3. Peningkatan higiene makanan dan minuman

4. Peningkatan higiene perorangan

I. Follow Up

HASIL TERAPI
TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT
LABORATORIUM
05/07/2017 KU : Demam (+) 4 hari, Darah Rutin: - Ivfd RL 28 tpm
menggigil (+), nyeri kepala - HB : 12 gr% - Paracetamol
(+), mual (+), muntah (+), - Leukosit : 11.600 3x500 mg
nyeri ulu hati (+) sel/mm3 - Domperidone
Bab : belum bab 4 hari - Trombosit tab 3x1
BAK : lancar 270.000 sel/ mm3 - Cefixime
PF : TD : 100/70 Widal : 2x100 mg
N : 80x/i - OA : 1/160 - Vit. B6 3x1
P : 18x/i - OB : -
S : 38C - OC : -
Lidah kotor (+) - OD : -
Bising usus (+) kesan normal - HA : 1/320
Nyeri tekan (+) epigastric - HB : -
D/ : Demam typhoid - HC : -
- HD : -
06/07/2017 KU : Demam (+), menggigil - Ivfd RL 28 tpm
(+), nyeri kepala (-), mual (-), - Paracetamol
muntah (-), nyeri ulu hati (-) 3x500 mg
Bab : baik - Domperidone
Bak : lancar tab 3x1
PF : TD : 110/80 - Cefixime
N : 80x/i 2x100 mg
P : 20x/i - Vit. B6 3x1
S : 39 C
Lidah kotor (+)
Bising usus (+) kesan normal
Nyeri tekan (+) epigastric
D/ : Demam typhoid
07/07/2017 KU : Demam (-), nyeri Darah Rutin: - Ivfd RL 24 tpm
kepala (-), mual (-), muntah (- - HB : 12 gr% - Paracetamol
), nyeri ulu hati (-) - Leukosit : 6400 3x500 mg
Bab : baik sel/mm3 - Domperidone
Bak : lancar - Trombosit tab 3x1
PF : TD : 120/80 190.000 sel/ mm3 - Cefixime
N : 80x/i Widal : 2x100 mg
P : 20x/i - OA : 1/80 - Vit. B6 3x1
S : 36.7 C - OB : -
Lidah kotor (-) - OC : -
Bising usus (+) kesan normal - OD : -
Nyeri tekan (-) epigastric - HA : 1/80
D/ : Demam typhoid - HB : -
- HC : -
- HD : -
08/07/2017 KU : Demam (-), nyeri - Aff infus
kepala (-), mual (-), muntah (- - Paracetamol
), nyeri ulu hati (-) 3x500 mg
Bab : baik - Domperidone
Bak : lancar tab 3x1
PF : TD : 110/80 - Cefixime2x100
N : 80x/i mg
P : 20x/i Vit. B6 3x1
S : 37 C - Boleh pulang
Lidah kotor (-)
Bising usus (+) kesan normal
Nyeri tekan (-) epigastric
D/ : Demam typhoid
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien masuk melalui UGD pada tanggal 04/07/17 di Puskesmas Patingngaloang dengan

keluhan demam sejak 4 hari yang lalu, timbul hilang, terutama pada sore dan malam hari.Pola

demam yang dirasakan adalah dimulai dengan badan terasa dingin, kemudian panas dalam

beberapa menit dan menggigil, kemudian berkeringat diikuti penurunan suhu tubuhnya.Pasien

juga mengeluh nyeri kepala, seperti tertusuk-tusuk, diseluruh kepala yang muncul terutama saat

pasien demam.Pada dua hari terakhir pasien mengeluh mual atau seperti ingin muntah, rasa tidak

nyaman diperut dan nyeri pada ulu hati.Nafsu makan pasien menurun, Pasein mengatakan belum

BAB sejak 3 hari yang lalu.

Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 100/70, nadi 80x/menit, regular, suhu

38oC (febris), dan pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya bibir kering, lidah kotor, nyeri

tekan epigastrium. Pada pemeriksaan Widal test didapatkan titer OA 1/160, HA 1/320

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosa sebagai suspek demam

typhoid karena adanya gejala demam dan gangguan saluran cerna, serta nyeri epigastrium dan

lidah kotor yang merupakan tanda khas dari demam typhoid. Ditunjang dengan hasil

pemeriksaan laboratorium yaitu widal test didapatkan hasil positif pada beberapa titer. Sehingga

pada pasien tersebut dapat di diagnosis sebagai demam typhoid klinis (Probable Case).

Pemeriksaan widal ini merupakan pemeriksaan laboratorium awal yang dilakukan pada

pasien suspek typhoid.Dimana dengan adanya hasil positif dapat memastikan diagnosis demam

tifoid.Pemeriksaan Widal ini bertujuan untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen Salmonella

typhi.Biasanya antibodi antigen O dijumpai pada hari 6-8 dan antibodi terhadap antigen H
dijumpai pada hari 10-12 setelah sakit.Pada orang yang telah sembuh, antibodi O masih tetap

dapat dijumpai setelah 4-6 bulan dan antibodi H setelah 10-12 bulan.

Salmonella typhi dan paratyphi dari genus Salmonella merupakan basil penyebab demam

thypoid.Basil ini adalah gram negative, bergerak, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, tetapi

memiliki fimbria, bersifat aerob dan anaerob fakultatif. Ukuran antara (2-4) x 0,6 m. Suhu

optimum untuk tumbuh adalah 370C dengan PH antara 6-8. Perlu diingat bahwa basil ini dapat

hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan

debu.Sedangkan reservoir satu-satunya adalah manusia yaitu seseorang yang sedang sakit atau

karier.

Basil Salmonella menular ke manusia melalui makanan dan minuman.Jadi makanan atau

minuman yang dikonsumsi manusia telah tercemar oleh komponen feses atau urin dari pengidap

typhoid. Beberapa kondisi kehidupan manusia yang sangat berperan, pada penularan adalah :

1. Hygiene perorangan yang rendah, seperti budaya cuci tangan yang tidak terbiasa.

2. Hygiene makanan dan minuman yang rendah

Faktor ini paling berperan pada penularan typhoid. Banyak sekali contoh untuk ini

diantaranya : makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi (seperti sayur-

sayuran dan buah-buahan), sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia, makanan

yang tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi lalat, air minum yang tidak dimasak,

dan sebagainya.

3. Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air limbah, kotoran dan

sampah yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan

4. Penyediaan air bersih untuk warga yang tidak memadai

5. Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat


6. Pasien atau karier typhoid yang tidak diobati secara sempurna

Dari beberapa cara penularan diatas pada pasien ini ditemukan riwayat penyakit yang

sama dalam lingkungan tempat kerja nya. Ini menunjukkan terdapat pola penularan dari orang

yang ada disekitarnya.Pola penularannya dapat didapatkan dari makanan, maupun dari keadaan

lingkungan pasien.Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor terjadinya penularan demam

typhoid. Selain itu, gaya hidup pasien juga diketahui lebih sering mengkonsumsi makanan yang

dibeli sehingga higienitas dari makanan yang di konsumsi tidak terjamin.

Setelah pasien keluar dari perawatan di Puskesmas, Kami melakukan kunjungan ke

rumah pasien. Kunjugan rumah ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana keadaan lingkungan

di rumah pasien, sehingga pada kunjungan rumah yang kami lakukan, didapatkan :

1. Lokasi rumah pasien berada di lorong yang padat dan sempit.

2. Sumber air yang digunakan untuk mandi, cuci, kakus adalah air sumur bor dan untuk

memasak air minum menggunakan air PAM yang terbatas

3. Penyediaan jamban tidak memenuhi kriteria jamban sehat karena kamar mandi,

jamban serta tempat mencuci peralatan makan dilakukan ditempat yang

sama.Beberapa hal diatas dapat menjadi faktor penyebab yang mendukung terjadinya

penularan bakteri Salmonella ke makanan dan minuman yang akan dikonsumsi

anggota keluarga. Dan nantinya akan menimbulkan gejala klinis Demam Tifoid.

Penatalaksanaan yang dilakukan puskesmas terhadap pasien tersebut berupa terapi

farmakologi dan nonfarmakologi.

1. Terapi farmakologi :

a. IVFD RL 28 tpm

b. Paracetamol 3x500mg
c. Cefixime 2x100mg

d. Domperidone 3x1

e. Vitamin B62x1 tablet

2. Terapi non farmakologi :

a. Tirah baring

b. Diet lunak tinggi kalori dan tinggi protein

3. Edukasi

a. Diet, pentahapan mobilisasi, dan konsumsi obat sebaiknya diperhatikan dan

dilakukan dengan rutin dan teratur

b. Perbaikan sanitasi lingkungan

c. Peningkatan higiene makanan dan minuman

d. Peningkatan higiene perorangan

1. Terapi Farmakologis

Terapi pada pasien ini dimulai dengan pemberian cairan Ringer laktat 28 tetes per-

menit, karena pada pasien thypoid harus mendapatkan cairan yang cukup, baik secara oral

maupun parenteral. Dosis cairan parenteral adalah sesuai dengan kebutuhan harian (tetesan

rumatan).Cairan harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal. Adapun terapi

simptomatik yang diberikan untuk perbaikan keadaan umum penderita adalah paracetamol

sebagai antipiretik, domperidon sebagai anti muntah karena pasien mengeluh mual dan

muntah, serta vitamin B yang membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Antimikroba segera diberikan bila diagnosis klinis demam tifoid telah dapat

ditegakkan baik dalam bentuk diagnosis konfirmasi, probable, maupun suspek.Berdasarkan

kasus diatas diagnosis dapat ditegakkan dengan gejala klinis yang khas dan pemeriksaan
widal yang memberikan hasil positif pada beberapa titer sehingga harus diberikan

antimikroba berupa cefixime.

2. Terapi Non-farmakologis

Terapi non-farmakologis yang paling awal harus dilakukan adalah tirah baring

dengan sempurna untuk mencegah komplikasi, terutama perdarahan dan perforasi. Jika

keadaan umum pasien membaik maka akan dilakukan mobilisasi secara bertahap, sesuai

dengan pulihnya kekuatan pasien. Selain itu pemberian diet yang sesuai dengan keadaan

umum pasien juga mendukung pemulihannya, pada pasien ini ditemukan adanya keluhan

gastrointersinal berupa mual, muntah dan nyeri uluhati, sehingga diet yang diberikan berupa

diet lunak.Makanan yang diberikan harus mengandung kalori dan protein yang tinggi.

Puskesmas Patingaloang sebagai fasilitas kesehatan bagi pasien tersebut memiliki

Program pemberantasan penyakit menular.Sebagai langkah preventif terhadap penularan

penyakit demam tifoid ini, maka diberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga saat

kunjungan rumah, demi memutus rantai penularan dan mencegah kekambuhan adalah

dengan perbaikan sanitasi lingkungan; perbaikan hygiene makanan dan minuman; serta

perbaikan hygiene personal.

a. Usaha perbaikan sanitasi lingkungan

Usaha perbaikan sanitasi lingkungan yang dapat pasien lakukan di tempat tinggalnya

dan sekitarnya adalah:

1) menyediakan air bersih untuk aktifitas keluarga sehari-hari, seperti mencuci pakaian,

mandi, memasak, dll. Air bersih tersebut tidak boleh terkontaminasi dengan

lingkungan, sebagainya menggunakan air PAM yang terjamin kebersihannya.


2) Selalu rutin membersihkan jamban dengan cairan pembersih, disikat dan disiram

dengan air bersih, sehingga tidak terkontaminasi dengan lalat dan serangga lain.

3) Mengelola air limbah, kotoran dan sampah dengan benar, dengan rutin membersihkan

selokan sekitar rumah dan membuang sampah rumah tangga pada tempatnya

sehingga dengan mudah diangkut oleh bak sampah, tidak dihinggap oleh lalat atau

serangga lain, dan tidak mencemari lingkungan.

4) Membuat lorong sehat

b. Usaha perbaikan hygiene makanan dan minuman

Karena transmisi utama basil salmonella melalui air minum dan makanan, maka

hygiene makanan dan minum sangat penting dijaga pasien saat dirumah ataupun saat

bekerja, disesuaikan dengan ketentuan WHO yaitu Golden rule of WHO, maka yang

harus dilakukan pasien dan keluarga adalah:

1) memilih air minum yang terjamin kebersihannya seperti air gallon/air miniral yang

terjamin atau air PAM yang dimasak sampai mendidih terlebih dahulu sebelum

dikonsumsi.

2) Mencuci bahan makanan dengan air mengalir dan bersih, memisahkan bahan

makanan mentah dengan makanan yang sudah dimasak, memasak makanan sampai

matang dan panaskan kembali dengan benar, serta melindungi makanan dari serangga

terutama lalat dan binatang pengerat seperti tikus.

3) Rutin membersihkan dapur dan membersihkan alat masak dengan benar.

4) Memilih bahan makanan yang terjamin kebersihannya.

c. Usaha Peningkatan Higiene Perorangan


Pilar ke-3 dalam program pencegahan penularan tifoid adalah hygiene perorangan.

Dalam hai ini, pasien harus semakin meningkatkan kebersihan dirinya sendiri untuk

melindungi dirinya terhadapa kontaminasi kembali basil salmonella, dengan selalu

mencuci tangan dengan benar, menggunakan sabun dan air mengalir, saat ingin makan,

sesudah makan, setelah memegang sampah, setelah bekerja, dan setelah aktivitas-

aktivitas lain yang melibatkan kontaminasi tangan dengan lingkungan.

Diharapkan dengan meningkatkan dan melakukan 3 pilar upaya pemberantasan

penularan demam thypoid tersebut, maka dapat memutus mata rantai penularan, menurunkan

angka kejadian kasus baru demam tifoid dan pasien karier yang kembali relaps.
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan data penyakit yang diperoleh bahwa penyakit Demam Thypoid tidak pernah

lepas dari 10 penyakit teratas tahun 2016 dan 2017 di Puskesmas Pattingalloang.

Demam tifoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella enteric

serotypetyphi (Salmonella typhi). Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien

didiagnosa sebagai suspek demam typhoid. Ditunjang dengan hasil pemeriksaan laboratorium

yaitu widal test didapatkan hasil positif pada beberapa titer. Sehingga pasiendalam pembahasan

ini dapat di diagnosis sebagai demam typhoid klinis (Probable Case).

Pada pasien ditemukan riwayat penyakit yang sama dalam lingkungan tempat

kerjanya.Selain itu, gaya hidup pasien juga diketahui lebih sering mengkonsumsi makanan yang

dibeli sehingga higienitas dari makanan yang di konsumsi tidak terjamin. Hal ini yang menjadi

faktor terjadinya penularan demam typhoid pada pasien.

Pada kunjungan ke rumah pasien, lingkungan tempat tinggal pasien padat, sumber air

sumur untuk mandi, penyediaan jamban, dan makanan yang dikonsumsi memang mendukung

terjadinya penularan bakteri Salmonella ke makanan dan minuman yang akan dikonsumsi

anggota keluarga.

Penatalaksanaan terapi farmakologi pada pasien ini merupakan golongan sefalosporin

generasi kedua sehingga pemberian obat sangat efektif terhadap perkembangan kesembuhan

pasien.Hal ini terbukti dengan pemberian hari ke-3 cefixime pasien bebas
demam.Penatalaksanaan simptomatik yang lain berupa anti muntah yaitu domperidone, anti

piretik paracetamol disertai pemberian vitamin.

Puskesmas Patingaloang sebagai fasilitas kesehatan bagi pasien tersebut memiliki

Program pemberantasan penyakit menular.Sebagai langkah preventif terhadap penularan

penyakit demam tifoid ini, maka diberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga saat

kunjungan rumah, demi memutus rantai penularan dan mencegah kekambuhan adalah dengan

perbaikan sanitasi lingkungan; perbaikan hygiene makanan dan minuman; serta perbaikan

hygiene personal.

Anda mungkin juga menyukai