3. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Karakteristik Reservoir
Batuan Reservoir adalah batuan yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan
dan melepaskan fluida, sehingga batuan reservoir tersebut harus mempunyai
porositas dan permeabilitas. Pada dasarnya semua batuan dapat menjadi batuan
reservoir apabila mempunyai porositas dan permeabilitas yang cukup, namun
pada kenyataannya batuan sedimen yang banyak dijumpai sebagai batuan
reservoir, khususnya reservoir minyak atau gas.
3.1.2.2. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu besaran yang menunjukkan
kemampuan batuan berpori untuk meluluskan suatu fluida. Perhitungan besarnya
permeabilitas, pertama-tama dikembangkan oleh Henry Darcy (1865), yang
memberikan hubungan empiris dalam bentuk diferensial, yaitu :
q k P
v (3-1)
A L
keterangan :
V = kecepatan aliran, cm/sec
= viskositas fluida yang mengalir, cp
dP/dL = penurunan tekanan per unit panjang, atm/cm
k = permeabilitas, darcy
3.1.2.4. Wettabilitas
Apabila dua fluida bersinggungan dengan benda padat, maka salah satu
fluida akan bersifat membasahi permukaan benda padat tersebut, hal ini
disebabkan adanya gaya adhesi.
3.1.2.7. Resistivitas
Batuan berpori terbentuk oleh mineral-mineral, fragmen batuan, dan ruang
kosong (pori-pori). Pada dasarnya padatan penyusun batuan tidak konduktif
terhadap arus listrik, kecuali mineral clay dan besi. Kelistrikan batuan dipengaruhi
oleh:
Porositas
Hubungan antar pori-pori
Fluida yang mengisi pori-pori
Tingkat sementasi
Kandungan mineral clay dan besi
Jenis batuan (lithologi).
a. Metode Volumetris
Metode Volumetris digunakan untuk memperkirakan besarnya cadangan
reservoir pada suatu lapangan minyak atau gas baru, dimana data-data yang
tersedia belum lengkap. Data-data yang diperlukan untuk perhitungan perkiraan
cadangan dengan metode volumetris, adalah porositas rata-rata, saturasi fluida
rata-rata, faktor volume formasi minyak dan gas, serta volume bulk batuan.
Sedangkan volume bulk batuan (Vb) dapat dilakukan dengan secara
analitis dan grafis.
a. Metode Pyramidal
Metode ini digunakan apabila perbandingan antara luas garis isopach yang
berurutan 0,5, yang secara matematis dituliskan :
Ai 1
0,5
Ai
Vbi
h
3
Ai Ai 1 Ai Ai 1 ............................................................(4-6)
n
Vb (Vbi ) .............................................................................. ..(4-7)
i 1
Keterangan :
Vbi = Volume antara dua garis isopach yang saling berurutan, ac-ft
Vb = Volume bulk batuan, ac-ft
h = interval peta isopach, ft
Ai = Luas yang dibatasi garis isopach i, acre
Ai+1 = Luas yang dibatasi garis isopach i + 1, acre
b. Metode Trapezoidal
Metode ini digunakan apabila perbandingan antara luas garis isopach yang
berurutan > 0,5, yang secara matematis dituliskan :
Ai 1
0,5
Ai
h
Vbi Ai Ai 1 ............................................................ . (4-8)
2
c. Metode Simpson
Metode ini digunakan jika interval kontur dan isopach tidak sama (tidak
teratur) dan hasilnya akan lebih teliti jika dibandingkan dengan metode
trapezoidal. Secara matematis dituliskan :
Vb
h
A0 4 A1 2 A2 4 A3 ... 2 Ai 2 4 Ai 1 Ai ............ (4-9)
3
Keterangan :
= Porositas rata-rata, fraksi
Sw = Saturasi air rata-rata, fraksi
Boi = Faktor volume formasi minyak mula-mula, bbl/STB
Bgi = Faktor volume formasi gas mula-mula, cuft/SCF
Ultimate recovery merupakan jumlah maksimum hidrokarbon yang
diperoleh dari reservoir dengan mekanisme pendorong alamiahnya. Ultimate
recovery biasanya dinyatakan dengan parameter unit recovery (UR), yang
merupakan hasil bagi antara ultimate recovery terhadap volume bulk batuan yang
dapat diproduksi oleh beberapa pengaruh mekanisme pendorong sampai saat
abandonment.
Unit recovery untuk depletion drive reservoir adalah :
1 S w 1 S w S gr
UR 7758 , STB/ac-ft ......................... (4-12)
Boi Boi
Unit recovery untuk water drive reservoir :
(1 S w S or )
UR 7758 , STB/ac-ft .................................... (4-13)
Boi
Unit recovery untuk reservoir gas dengan mekanisme pendorong water drive :
(1 S wi ) S gr
UR 43560 , SCF/ac-ft ................................ (4-14)
B gi B ga
Keterangan :
Bga = Faktor volume formasi gas akhir, cuft/SCF
Sor = Saturasi minyak sisa, fraksi
Sgr = Saturasi gas sisa, fraksi
Ni m Bti ( B g B gi )
N i ( Bt Bti ) We
B gi , .............................. ... (4-15)
N p Bt N p ( R p Rs i ) B g Bw W p
Ni
N p Bt ( R p Rsi ) Bg (We BwW p )
, .......................... ... (4-16)
mBti
Bt Bti ( Bg Bgi )
Bgi
Keterangan :
Ni = Jumlah minyak mula-mula, bbl
Np = Produksi minyak komulatif, bbl
We = Perembesan air, bbl
Wp = Produksi air komulatif, bbl
Bti = Faktor volume formasi total mula-mula, bbl/STB
Bt = Faktor volume formasi total saat t, bbl/STB
= Bo + Bg (Rsi-Rs)
Bo = Faktor volume formasi minyak saat t, bbl/STB
Bgi = Faktor volume formasi gas mula-mula, cuft/SCF
Bg = Faktor volume formasi gas saat t, cuft/SCF
Bw = Faktor volume formasi air saat t, bbl/STB
Rsi = Jumlah gas yang terlarut dalam minyak mula-mula, SCF/STB
Rs = Jumlah gas yang terlarut dalam minyak saat t, SCF/STB
Rp = Perbandingan gas komulatif dengan minyak komulatif, SCF/STB
m = Perbandingan jumlah volume gas cap mula-mula dengan volume
============minyak mula-mula, SCF/STB
Untuk reservoir undersaturated, maka We = 0 dan tidak ada gas cap mula-
mula (m = 0), sehingga persamaan So + Sw = 1 menjadi :
Ni
N p Bt ( R p Rsi ) Bg , ................................................... ... (4-17)
Bt Bti
Untuk depletion drive reservoir, dimana tenaga pendorongnya adalah
pengembangan gas terlarut dalam minyak, maka penurunan persamaan material
balance-nya dilakukan dua tahap, yaitu :
1. Bila tekanan reservoir di atas tekanan jenuh :
N p Bo
Ni , ........................................................................... ... (4-18)
Bo Bo i
Ni
N p Bo ( R p Rsi ) B g , ................................................. .. (4-19)
Bo Boi ( Rs i Rs ) Bg
2. Persamaan Material Balance Untuk Reservoir Gas
Persamaan material balance untuk reservoir gas didasarkan pada
kesetimbangan mol gas, dengan anggapan komposisi gas tetap selama produksi
berlangsung.
1. Untuk water drive reservoir, persamaannya :
G p B gf (We Bw W p )
G , ..................................................... .. (4-20)
B gf B gi
Keterangan :
G = Jumlah gas mula-mula, SCF
Gp = Produksi komulatif gas, SCF
Bgf = Faktor volume formasi gas akhir, cuft/SCF
Adanya perembesan air (water influx) sering menjadi problem untuk
reservoir yang berbatasan dengan aquifer, oleh karena itu pada bagian ini akan
sedikit dibicarakan mengenai persamaan water influx (We), yaitu :
Schilthuis (1936), menurunkan persamaan dengan anggapan bahwa kondisi steady
state, penurunan tekanan teratur dan bertahap, viscositas, permeabilitas, dan
geometri aquifer konstan, maka :
We
t
We k ( Pi P)t atau k ( Pi P) , ............................ .. (4-22)
0
t
Keterangan :
k = Konstanta water influx, bbl/D/psi
Pi - P = Penurunan tekanan, psi
Hurst (1943), menurunkan persamaan pengembangan dari persamaan Schilthuis,
yaitu :
t
( Pi P)
We c , ...................................................................... ... (4-23)
0
log at
Keterangan :
c = Konstanta water influx, bbl/D/psi
a = Konstanta konversi waktu
Van Everdingen dan Hurst (1949), menurunkan persamaan dengan anggapan
bahwa kondisi steady state, yaitu :
t
We B P Q(t ) , ............................................................... .. (4-24)
0
Keterangan :
B = Konstanta water influx, bbl/psi
= 1,119 Ce rw2 h (/360)
= Porositas rata-rata, fraksi
Ce = Kompressibilitas air formasi, psi-1
rw = Jari-jari sumur, ft
h = Ketebalan lapisan, ft
= Sudut yang dibentuk oleh lingkaran reservoir
Q(t) = Water influx yang merupakan fungsi dari tD, tidak berdimensi
tD = Waktu perembesan air, tak berdimensi
kt
= 6,323 10 3
Ce rw 2
= Viscositas air formasi, cp
Aliran fluida multi fasa dapat berupa minyak atau air dan gas yang
mengalir secara bersama-sama atau campuran antara fasa cair dan fasa gas.
Pada aliran fluida dalam media berpori, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Produktivitas Formasi
Productivity Index (PI) secara umum didefinisikan sebagai perbandingan
laju produksi yang dihasilkan oleh suatu sumur pada suatu harga tekanan aliran
dasar sumur tertentu dengan perbedaan tekanan dasar sumur pada keadaan statis
(Ps) dan tekanan dasa sumur pada saat terjadi aliran (Pwf) yang secara matematis
dapat dituliskan sebagai berikut :
q
PI J ..... (4-25)
(Ps - Pwf)
Keterangan :
PI = J = Produktivity Index, bbl/hari/psi
q = laju produksi aliran total, bbl/hari
Ps = Tekanan statis reservoir, psi
Pwf = Tekanan dasar sumur waktu ada aliran, psi
Secara teoritis persamaan (4-20) dapat didekati oleh persamaan radial dari
darcy untuk fluida homogen, incompressible dan horizontal. Dengan demikian
untuk aliran minyak saja berlaku hubungan :
7.082 x 10-3 x k x h
PI ..... (4-26)
Bo x o x ln (re/rw)
7.082 x 10-3 h ko kw
PI ...... (4-27)
ln (re/rw) o Bo w Bw
Keterangan :
PI = productivity index, bbl/hari/psi
k = permeabilitas batuan, mD
kw = permeabilitas efektif terhadap sumur, mD
ko = permeabilitas efektif terhadap minyak, mD
o = viscositas minyak, cp
w = viscositas air, cp
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
Bw = foktar volume formasi air, bbl/STB
re = jari-jari pengurasan sumur, ft
rw = jari-jari sumur, ft
Untuk membandingkan satu sumur dengan sumur yang lainnya pada suatu
lapangan terutama bila tebal lapisan produktifnya berbeda, maka digunakan
Specific Productivity Index (SPI) yang merupakan perbandingan antara
Productivity Index dengan ketebalan lapisan yang secara matematis dapat
dituliskan :
PI 7.082 x 10-3 x k
SPI Js .. (4-28)
h Bo x ln (re/rw)
Pada beberapa sumur harga Productivity Indek akan tetap konstan untuk
laju aliran yang bervariasi, tetapi pada sumur lainnya untuk laju aliran yang lebih
besar productivity index tidak lagi linier tetapi justru menurun, hal tersebut
disebabkan karena timbulnya aliran turbulensi sebagai akibat bertambahnya laju
produksi, berkurangnya laju produksi, berkurangnya permeabilitas terhadap
minyak oleh karena terbentuknya gas bebas sebagi akibat turunnya tekanan pada
lubang bor, kemudian dengan turunnya tekanan di bawah tekanan jenuh maka
viscositas akan bertambah (sebagai akibat terbebasnya gas dari larutan) dan atau
berkurangannya permeabilitas akibat adanya kompressibilitas batuan.
Dalam praktek di lapangan laju produksi minyak yang melewati batas
maksimum akan merugikan reservoir dikemudian hari, karena akan
mengakibatkan terjadinya water atau gas coning dan kerusakan formasi
(formation demage).
Berdasarkan pengalamannya, Kermitz E Brown (1967) telah mencoba
memberikan batasan terhadap besarnya produktivitas sumur, yaitu sebagai
berikut:
Jika PI suatu sumur dianggap konstan, tidak tergantung pada laju produksi,
maka persamaan (4-20), dapat ditulis :
q
Pwf Ps - . (4-29)
PI
Dalam hal ini kinerja aliran fluida di dalam pipa vertikal yaitu :
b. Tekanan Overburden
Tekanan overburden merupakan tekanan yang diakibatkan oleh adanya
berat batuan dan kandungan fluida yang terdapat dalam pori-pori batuan yang
terletak di atas lapisan produktif, yang secara matematis dituliskan :
Po = (Gmb + Gf1) / A = D (1 - ) + f1 ..(4-31)
Keterangan :
Po = Tekanan overburden, Psi
Gmb = Berat matrik batuan formasi, lb
Gf1 = Berat fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan, lb
A = luas lapisan, in2
D = Kedalaman vertikal formasi, ft
= Porositas, fraksi
ma = Densitas matrik batuan, lb/cuft
f1 = Densitas fluida, lb/cuft
Besarnya tekanan overburden akan naik dengan meningkatnya kedalaman,
yang biasanya dianggap secara merata. Pertambahan tekanan tiap feet kedalama
disebut gradien kedalaman. Setelah akumulasi hidrokarbon didapat, maka salah
satu test yang harus dilakukan adalah test untuk menentukan tekanan reservoir,
yaitu tekanan awal reservoir, tekanan statik sumur, tekanan alir dasar sumur, dan
gradient tekanan reservoir. Data tekanan tersebut akan berguna didalam
menentukan produktivitas formasi produktif serta metode produksi yang akan
digunakan, sehingga dapat diperoleh recovery hidrokarbon yang optimum tanpa
mengakibatkan kerusakan formasi.
a. Gas Lift
Gas lift adalah suatu usaha pengangkatan fluida sumur dengan cara
menginjeksikan gas bertekanan tinggi (minimal 250 psi) sebagai media
pengangkat ke dalam kolom fluida melalui valve-valve yang dipasang pada tubing
dengan kedalaman dan spasi tertentu. Injeksi gas pada proses gas lift dapat
dilakukan baik melalui tubing maupun annulus tubing-casing. Dikembangkan
pada tahun 1930.
Gas lift dapat dilakukan pada sumur yang memenuhi beberapa syarat,
diantaranya:
Tersedianya gas dalam jumlah yang memadai untuk injeksi, baik dari
reservoarnya sendiri maupun dari tempat lain.
Fluid level masih tinggi.
Prinsip dasar pengangkatan pada gas lift adalah
Penurunan gradien tekanan fluida di dalam tubing.
Pengembangan gas yang diinjeksikan.
Pendorongan oleh gas bertekanan tinggi yang diinjeksikan
Ditinjau dari cara penginjeksian gas ke dalam sumur, injeksi gas dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Continous Flow, disini gas diinjeksikan secara kontinu dengan laju
tertentu selama pengangkatan fluida berlangsung.
Intermitten Flow, disini gas diinjeksikan secara terputus-putus dengan laju
besa secara berkala. Siklus injeksi diatur sesuai dengan laju aliran fluida
dari formasi ke sumur.
Karakteristik Reservoir
No
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................................
DAFTAR PERSAMAAN .................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................
BAB II. KARAKTERISTIK RESERVOIR ......................................................
2.1. Komposisi Kimia Batuan Reservoir ............................................
2.1.1. Batu Pasir ...........................................................................
2.1.2. Batu Karbonat ....................................................................
2.1.3. Batu Shale ..........................................................................
2.2. Sifat Fisik Batuan Reservoir ........................................................
2.2.1. Porositas .............................................................................
2.2.2. Wettabilitas ........................................................................
2.2.3. Tekanan kapiler ..................................................................
2.2.4. Permeabilitas ......................................................................
2.2.5. Saturasi Fluida....................................................................
2.2.6. Kompresibilitas ..................................................................
2.3. Sifat Fisik Fluida Reservoir .........................................................
2.3.1. Densitas ..............................................................................
2.3.1.1. Densitas Minyak ...................................................
2.3.1.2. Densitas Gas ..........................................................
2.3.1.3. Densitas Air Formasi ............................................
2.3.2. Viskositas ...........................................................................
2.3.2.1. Viskositas Minyak .................................................
2.3.2.2. Viskositas Gas .......................................................
2.3.2.3. Viskositas Air Formasi..........................................
2.3.3. Faktor Volume Formasi Fluida ..........................................
2.3.3.1. Faktor Volume Formasi Minyak ...........................
2.3.3.2. Faktor Volume Formasi Gas .................................
2.3.4. Kompresibilitas Fluida .......................................................
2.3.4.1. Kompresibilitas Minyak ........................................
2.3.4.2. Kompresibilitas Gas ..............................................
2.3.5. Kelarutan Gas Dalam Minyak .............................................
2.3.6. Kelarutan Gas Dalam Air Formasi ......................................
2.4. Kondisi Reservoir ........................................................................
2.4.1. Tekanan Reservoir .............................................................
2.4.2. Temperatur Reservoir.........................................................
2.5. Jenis-Jenis Reservoir ....................................................................
2.5.1. Berdasarkan Jenis Perangkap Reservoir ............................
2.5.1.1. Perangkap Struktur ................................................
2.5.1.2. Perangkap Stratigrafi .............................................
2.5.1.3. Perangkap Kombinasi ...........................................
2.5.2. Berdasarkan Fasa Fluida .....................................................
2.5.2.1. Reservoir Minyak Berat ........................................
2.5.2.2. Reservoir Minyak Ringan .....................................
2.5.2.3. Reservoir Gas Kondensat ......................................
2.5.2.4. Reservoir Gas Basah .............................................
2.5.2.5. Reservoir Gas Kering ............................................
2.5.3. Berdasarkan Mekanisme Pendorong ..................................
2.5.3.1. Solution Gas Drive ................................................
2.5.3.2. Gas Cap Drive ......................................................
2.5.3.3. Water Drive ...........................................................
2.5.3.4. Segregation Drive .................................................
2.5.3.5. Combination Drive ................................................