Anda di halaman 1dari 29

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

(PLTU)

NAMA KELOMPOK
ARI NASANIUS
1215020044

MOCHAMAD HAFIZ
1215020055

RAMADHAN ARGO
1215020057

WINDAH K
1215020061

Teknik Konversi Energi

Politeknik Negeri Jakarta


September 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN PLTU


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah
pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari
uap untuk menghasilkan energi listrik.
Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini
adalah Generator yang dihubungkan ke turbin yang
digerakkan oleh tenaga kinetik dari uap
panas/kering. Uap yang dihasilkan berasal dari air
demin (Demineralized), yakni air yang mempunyai
kadar conductivity (kemampuan untuk menghantarkan listrik) sebesar 0.2 us (mikro siemen).
Sebagai perbandingan air mineral yang kita minum sehari-hari mempunyai kadar
conductivity sekitar 100 200 us. Untuk mendapatkan air demin ini, setiap unit PLTU
biasanya dilengkapi dengan Desalination Plant dan Demineralization Plant yang berfungsi
untuk memproduksi air demin ini.

Secara sederhana, cara kerja PLTU sama dengan proses memasak air. Mula-mula air
ditampung dalam tempat memasak dan kemudian diberi panas dari sumbu api yang menyala
dibawahnya. Akibat pembakaran menimbulkan air terus mengalami kenaikan suhu sampai
pada batas titik didihnya. Karena pembakaran terus berlanjut maka air yang dimasak
melampaui titik didihnya sampai timbul uap panas. Uap ini lah yang digunakan untuk
memutar turbin dan generator yang nantinya akan menghasilkan energi listrik.
Pembangkit listrik tenaga uap menggunakan berbagai macam bahan bakar terutama batu bara
dan minyak bakar serta MFO untuk start up awal. Salah satu PLTU terbesar adalah PLTU
Paiton, Probolinggo, Jawa Timur.
Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu :

Pertama, energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam bentuk uap
bertekanan dan temperatur tinggi.
Kedua, energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.
Ketiga, energi mekanik diubah menjadi energi listrik.

TAHAPAN PROSES KERJA PLTU


Proses bahan bakar - Kondensor
- Batu Bara - Pompa
- LNG Chlorine dan Hidrogen Plant
Water Treatment Plant - Chlorine Plant
- Osmosis - Hidrogen Plant
- Desalinasi Proses transmisi
Proses air menjadi uap - Generator
- Turbin - Trafo
- Boiler
1.2 SKEMA PLTU

1. Pertama-tama air demin ini berada disebuah


tempat bernama Hotwell.
2. Dari Hotwell, air mengalir menuju Condensate
Pump untuk kemudian dipompakan menuju LP
Heater (Low Pressure Heater) yang berfungsi
untuk menghangatkan tahap pertama. Lokasi
hotwell dan condensate pump terletak di lantai
paling dasar dari pembangkit atau biasa disebut
Ground Floor. Selanjutnya air mengalir masuk
ke Deaerator.
3. Di dearator air akan mengalami proses
pelepasan ion-ion mineral yang masih tersisa di air dan tidak diperlukan seperti
Oksigen dan lainnya. Bisa pula dikatakan deaerator memiliki pungsi untuk
menghilangkan buble/balon yang biasa terdapat pada permukaan air. Agar proses
pelepasan ini berlangsung sempurna, suhu air harus memenuhi suhu yang
disyaratkan. Oleh karena itu selama perjalanan menuju Dearator, air mengalamai
beberapa proses pemanasan oleh peralatan yang disebut LP Heater. Letak dearator
berada di lantai atas (tetapi bukan yang paling atas).
4. Dari dearator, air turun kembali ke Ground Floor. Sesampainya di Ground Floor,
air langsung dipompakan oleh Boiler Feed Pump/BFP (Pompa air pengisi) menuju
Boiler atau tempat memasak air. Bisa dibayangkan Boiler ini seperti drum,
tetapi drum berukuran raksasa. Air yang dipompakan ini adalah air yang
bertekanan tinggi, karena itu syarat agar uap yang dihasilkan juga bertekanan
tinggi. Karena itulah konstruksi PLTU membuat dearator berada di lantai atas dan
BFP berada di lantai dasar. Karena dengan meluncurnya air dari ketinggian
membuat air menjadi bertekanan tinggi.
5. Sebelum masuk ke Boiler untuk direbus, lagi-lagi air mengalami beberapa
proses pemanasan di HP Heater (High Pressure Heater). Setelah itu barulah air
masuk boiler yang letaknya berada dilantai atas.
6. Didalam Boiler inilah terjadi proses memasak air untuk menghasilkan uap. Proses
ini memerlukan api yang pada umumnya menggunakan batubara sebagai bahan
dasar pembakaran dengan dibantu oleh udara dari FD Fan (Force Draft Fan) dan
pelumas yang berasal dari Fuel Oil tank.
7. Bahan bakar dipompakan kedalam boiler melalui Fuel oil Pump. Bahan bakar
PLTU bermacam-macam. Ada yang menggunakan minyak, minyak dan gas atau
istilahnya dual firing dan batubara.
8. Sedangkan udara diproduksi oleh Force Draft Fan (FD Fan). FD Fan mengambil
udara luar untuk membantu proses pembakaran di boiler. Dalam perjalananya
menuju boiler, udara tersebut dinaikkan suhunya oleh air heater (pemanas udara)
agar proses pembakaran bisa terjadi di boiler.
9. Kembali ke siklus air. Setelah terjadi pembakaran, air mulai berubah wujud
menjadi uap. Namun uap hasil pembakaran ini belum layak untuk memutar turbin,
karena masih berupa uap jenuh atau uap yang masih mengandung kadar air. Kadar
air ini berbahaya bagi turbin, karena dengan putaran hingga 3000 rpm, setitik air
sanggup untuk membuat sudu-sudu turbin menjadi terkikis.
10. Untuk menghilangkan kadar air itu, uap jenuh tersebut di keringkan di super
heater sehingga uap yang dihasilkan menjadi uap kering. Uap kering ini yang
digunakan untuk memutar turbin.
11. Ketika Turbin berhasil berputar berputar maka secara otomastis generator akan
berputar, karena antara turbin dan generator berada pada satu poros. Generator
inilah yang menghasilkan energi listrik.
12. Pada generator terdapat medan magnet raksasa. Perputaran generator
menghasilkan beda potensial pada magnet tersebut. Beda potensial inilah cikal
bakal energi listrik.
13. Energi listrik itu dikirimkan ke trafo untuk dirubah tegangannya dan kemudian
disalurkan melalui saluran transmisi PLN.
14. Uap kering yang digunakan untuk memutar turbin akan turun kembali ke lantai
dasar. Uap tersebut mengalami proses kondensasi didalam kondensor sehingga
pada akhirnya berubah wujud kembali menjadi air dan masuk kedalam hotwell.

1.3 SIKLUS RANKINE

Proses 1-2: Fluida kerja (misalnya air) dipompa dari tekanan rendah menjadi tekanan
tinggi. Pada tahap ini fluida kerja berfase cair sehingga hanga membutuhkan energi yang
relatif kecil untuk proses pemompaan.
Proses 2-3: Air bertekanan tinggi memasuki boiler untuk dipanaskan. Di sini air berubah
fase menjadi uap jenuh. Proses ini berlangsung pada tekanan konstan.
Proses 3-4: Uap jenuh berekspansi pada turbin sehingga menghasilkan kerja berupa
putaran turbin. Proses ini menyebabkan penurunan temperature dan tekanan uap, sehingga
pada sudu turbin tingkat akhir kondensasi titik air mulai terjadi.
Proses 4-1: Uap basah memasuki kondensor dan didinginkan sehingga semua uap berubah
menjadi fase cair. Air dipompakan kembali (Proses 1-2)
Besarnya kerja dibutuhkan pompa, panas yang diberikan boiler, kerja yang dihasilkan
turbin dan panas yang dibuang pada kondensor dapat diperhitungkan dengan bantuan
table Enthalpy-entropy air-uap air.
BAB II
KOMPONEN PLTU

2.1 KOMPONEN UTAMA


1. Boiler
Pada pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU), boiler memegang
peranan penting sebagai tempat
mengubah air dari fase cair ke
fase uap yang bertekanan lebih
tinggi dari 1 atm dengan cara
memanfaatkan panas.

Boiler merupakan mesin kalor


(thermal engineering) yang
mentransfer energi-energi kimia
atau energi otomis menjadi kerja
(usaha) (Muin 1988 : 28). Boiler
mengubah energi-energi kimia
menjadi bentuk energi yang lain
untuk menghasilkan kerja.
Boiler dirancang untuk
melakukan atau memindahkan
kalor dari suatu sumber pembakaran, yang biasanya berupa pembakaran bahan bakar.

2. Turbin
Turbin adalah mesin penggerak, dimana
energi fluida kerja dipergunakan langsung
untuk memutar roda turbin . Jadi, berbeda
dengan yang terjadi pada mesin torak, pada
turbin tidak terdapat bagian mesin yang
bergerak translasi. Bagaian turbin yang
memutar dinamakan rotor dan roda turbin
sedangkan bagian turbin yang tidak
berputar dinamakan stator atau rumah
turbin, roda turbin terletak di dalam rumah
turbin dan roda turbin memutar poros daya
yang menggerakkan atau memutar bebannya (dalam hal ini generator). Siklus ideal dari
turbin uap yang sederhana digunakan siklus Rankine.
Turbin uap menghasilkan putaran karena aliran uap yang tetap masuk ke nozzle dan
ditekan dengan tekanan rendah. Uap tersebut masuk ke steam jet, disini kecepatan uap
dinaikkan, sebagian energi kinetik dari uap tersebut dikirim ke sudu-sudu turbin yang
mengakibatkan terdorong sudu-sudu turbin untuk berputar. Besar dan kecilnya beban
sangat berpengaruh sekali terhadap uap yang akan dihasilkan, bila beban cukup tinggi,
maka jumlah uap yang dibutuhkan juga besar dan sebaliknya. Pengaturan jumlah uap
yang masuk kedalam turbin ini dilakukan oleh kontrol valve yang bekerja 3 tingkatan.

Turbin uap pada PLTU dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu :


i. Tubin tekanan tinggi (high pressure turbine)
ii. Turbin tekanan menengah (intermedete pressure turbine)
iii. Turbin tekanan rendah (low pressure turbine)

3. Kondensor
Condensor merupakan salah satu
komponen utama dan PLTU yang
berfungsi menkondensasikan uap
keluar turbin menjadi air menjadi
pendingin air laut. Agar proses
kondensasi tersebut lebih efisien,
maka tekanan di condensor harus
rendah (divakumkan). Kevakuman
pada condensor didapatkan dengan
cara menghisap ruang condensor
dengan Steam Air Jet Ejector. Air
hasil kondensasian disebut air
kondensat (condensate water). Air
kondesat masih mengandung
sedikit O2. Air ditampung di
hotwall dan dialirakan kembali ke siklusnya. Udara dan gas-gas yang terkondensasi
dikeluarkan oleh Steam Air Jet Ejector. Hal ini dilakukan sebab ada kemungkinan ada
udara yang terbawa.

4. Generator
Generator merupakan satu komponen yang paling penting pada sebuah pabrik penghasil
listrik semacam PLTU. Energi panas dari uap air yang diproduksi oleh boiler diubah
menjadi energi mekanis berupa putaran poros pada turbin. Energi mekanis tersebut
selanjutnya akan diubah menjadi energi listrik oleh generator. Generator listrik
menggunakan prinsip dasar dari Hukum Faraday dimana apabila sebuah konduktor listrik
dilewatkan ke sebuah medan magnet, akan timbul tegangan listrik yang terinduksi pada
konduktor tersebut.

Komponen utama dari rotor sebuah generator adalah magnet. Magnet ini dapat berupa
magnet permanen maupun magnet yang dibangkitkan dengan menggunakan kumparan.
Pada generator yang menggunakan kumparan sebagai magnet buatan, maka dibutuhkan
arus listrik yang mengalir ke kumparan tersebut. Proses dari pembangkitan medan magnet
secara buatan pada generator inilah yang disebut dengan proses eksitasi.

Secara umum exciter dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:


a. Exciter Berputar. Exciter jenis ini membangkitkan arus listrik DC
dengan menggunakan semacam generator berukuran kecil yang
ikut berputar dengan generator utama. Ada dua tipe exciter
berputar, mereka adalah:
i. Tipe yang menggunakan brush. Tipe klasik ini memerlukan
komponen slip-ring untuk menghubungkan arus yang
dibangkitkan oleh exciter dengan rotor generator. Sehingga
tipe ini memerlukan perawatan yang berjangka.
ii. Tipe brushless. Tipe ini lebih modern karena exciter berada
satu poros dengan generator utama. Supply arus dari exciter
kumparan magnet generator dihubungkan dengan plat
dioda.

b.Exciter Tipe Brushless


i. Exciter Statis. Exciter tipe ini tidak menggunakan generator
kecil sebagai pembangkit arus DC untuk generator
utamanya. Tipe ini menggunakan arus listrik yang keluar
dari generator yang "disearahkan" menjadi DC dan disupply
ke rotor generator utama.
2.2 KOMPONEN PENDUKUNG

1. Condensate Pump
Berfungsi untuk memompa kondensor untuk di proses low pressure heater

2. Boiler Feed Pump (BFP)


Berfungsi untuk memompa air dari daerator menuju boiler

3. FD Fan
Berfungsi untuk mensupply udara guna proses
bahan bakar, mendorong flue gas dan ruang
bakar (burner). Biasanya digunakan sendiri
kebanyakan pembangkit uap ukuran besar dan
hampir semua pembangkit uap kelautan dan
ditempatkan pada lubang-lubang udara ke
pemanas awal udara sehingga keselurahan sistem
sampai lubang masuk ke cerobong berada pada
tekanan positif
4. Low Pressure Heater (LP Heater)
Berfungsi untuk memanskan air pengisi boiler yang lewat didalamnya

5. Dearator
Berfungsi untuk memanaskan pengisi air boiler dan untuk menghilangkan udara yang
terkandung didalam air

6. High Pressure Heater (HP Heater)


Berfungsi untuk memanaskan pengisi air
boiler yang dilewatkan didalamnya. Panas
tersebut berasal dan uap ekstrasi pertama
dari HP Turbin dan kedua dari IP Turbin

7. Superheater
Merupakan alat yang berfungsi untuk menaikan temperatur uap jenuh sampai menjadi
uap panas lanjut (superheat vapour). Uap panas lanjut bila digunakan untuk
melakukan kerja dengan jalan ekspansi di dalam turbin atau mesin uap tidak akan
mengembun, sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya bahaya yang disebabkan
terjadinya pukulan balik atau back stroke yang diakibatkan mengembunnya uap
belum pada waktunya sehingga menimbulkan vakum di tempat yang tidak
semestinya di daerah ekspansi. Superheater ditempatkan pada daerah aliran gas asap
yang bertempratur tinggi.

8. Desalination Plant (Unit Desal)


Unit ini berfungsi untuk mengubah air laut (brine) menjadi air tawar (fresh water)
dengan metode penyulingan (kombinasi evaporasi dan kondensasi). Hal ini
dikarenakan sifat air laut yang korosif, sehingga jika air laut tersebut dibiarkan
langsung masuk ke dalam unit utama, maka dapat menyebabkan kerusakan pada
peralatan PLTU.

9. Reverse Osmosis (RO)


Mempunyai fungsi yang sama seperti desalination plant namun metode yang
digunakan berbeda. Pada peralatan ini digunakan membran semi permeable yang
dapat menyaring garam-garam yang terkandung pada air laut, sehingga dapat
dihasilkan air tawar seperti pada desalination plant.
10.Demineralizer Plant (Unit Demin)
Berfungsi untuk menghilangkan kadar
mineral (ion) yang terkadung dalam air
tawar. Air sebagai fluida kerja PLTU
harus bebas dari mineral, karena jika air
masih mengandung mineral berarti
konduktivitasnya masih tinggi sehingga
dapat menyebabkan terjadinya GGL (gaya
gerak listrik) induksi pada saat air tersebut
melewati jalur perpipaan di dalam PLTU.
Hal ini dapat menimbulkan korosi pada
peralatan PLTU.

11.Hidrogen Plant (Unit Hidrogen)


Pada PLTU digunakan hydrogen (H2) sebagai pendingin Generator.

12.Chlorination Plant (Unit Chlorin)


Berfungsi untuk menghasilkan senyawa natrium hipoclorit (NaOCl) yang digunakan
untuk memabukkan/melemahkan/mematikan sementara mikro organisme laut pada
area water intake. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengerakkan
(scaling) pada pipa-pipa kondensor maupun unit desal akibat perkembangbiakan
mikro organisme laut tersebut.
13.Auxiliary Boiler (Boiler Bantu)

Pada umumnya merupakan boiler berbahan bakar minyak


(fuel oil), yang berfungsi untuk menghasilkan uap (steam)
yang digunakan pada saat boiler utama start up maupun
sebagai uap bantu (auxiliary steam).

14.Coal Handling (Unit Pelayanan Batubara)


Merupakan unit yang melayani pengolahan batubara yaitu dari proses bongkar muat
kapal (ship unloading) di dermaga, penyaluran ke coal yard sampai penyaluran ke
coal bunker.
15. Ash Handling (Unit
Pelayanan Abu) Merupakan
unit yang melayani pengolahan
abu baik itu abu jatuh (bottom
ash) maupun abu terbang (fly
ash) dari Electrostatic
Precipitator hopper dan SDCC
(Submerged Drag Chain
Conveyor) pada unit utama
sampai ke tempat penampungan
abu (ash valley/ash yard)

Tiap-tiap komponen utama dan


peralatan penunjang dilengkapi
dengan sistem-sistem dan alat bantu yang mendukung kerja komponen tersebut.
Gangguan atau malfunction dari salah satu bagian komponen utama akan dapat
menyebabkan terganggunya seluruh sistem PLTU.
BAB III
BATASAN & OPERASI PLTU

TURBIN
A. PEMERIKSAAN UNTUK TURBIN BARU

1. PEMERIKSAAN SAAT UNLOADING


1. Gunakan alat derek yang sesuai dan tempatkan pada tempat yang telah
ditentukan.
2. Pada kotak terdapat tanda rantai
3. Pada turbin/generator pada lubang gantungan.
4. Check semua perlengkapan sesuai dengan surat pengantar barang.
5. Tempatkan turbin/generator pada tempat yang aman, terhindar dari air, sinar
matahari maupun bahan kimia lainnya.
6. Accessories seperti pressure gauge dan barang-barang yang mudah pecah
biasanya ditempatkan pada kotak tersendiri.
7. Governor merupakan barang yang sensitif dan biasanya telah diisi minyak/oli,
untuk itu jangan kemasukan barang-barang didalamnya.
8. Jika ada keraguan maupun kekurangan atas perlengkapan yang diterima,
laporkan ke pihak pengantar barang.

2. INSTALASI TURBIN.
Turbin harus ditempatkan pada pondasi semen yang benar-benar datar pada
ketinggian yang sesuai, lebih tinggi dari sekitarnya (kira-kira 30 cm). Baut-baut harus
dikunci kedasar turbin dan dicor dengan semen sehingga keseluruhan turbin benar-benar
kuat dan datar.
Direkomendasikan jarak antara turbin dengan turbin ataupun dengan dinding minimal 1,5
m. Hal ini bertujuan untuk kemudahan operasi dan maintenance maupun reparasi.

3. PENYAMBUNGAN PIPA UAP.


Pipa-pipa yang hendak disambungkan ke turbin harus benar-benar dibersihkan dan
diblown dengan uap. Pipa initial sebelum masuk ke turbin harus dikeringkan begitu juga
pada pipa exhaust. Jika terjadi kenaikan tekanan di pipa exhaust, harus dilengkapi dengan
katup pengaman. Instalasi pipa harus sedemikian rupa sehingga pada keadaan dingin
maupun panas, tidak membebani ke turbin dan direkomendasikan menggunakan
pendukung pegas. Untuk menghindari ekspansi thermal pada pipa, pemakaian ekspansi
joint adalah suatu keharusan.

B. BLOWN UP PIPA UAP


1. BLOWING OUT DARI PIPA INITIAL.
Pabrik turbin hanya memberikan garansi atas performansi turbin dengan asumsi bahwa uap
yang tersedia benar-benar bersih. Alat-alat yang menyediakan uap (boiler) ini haruslah
benar-benar dibersihkan sebelum menghasilkan uap dan direkomendasikan untuk
menerapkan proses purifikasi sebagai berikut :

Untuk menghidari setiap kerusakan pada sudu turbin, adalah perlu untuk membersihkan
setiap kotoran berupa air, beram-beram dan benda asing lainnya yang masih tersisa didalam
alat-alat yang mengasilkan uap (boiler) dari pipa initial, dan tindakan ini harus dilakukan
sebelum turbin dijalankan untuk pertama kalinya.

Jika diadakan overhaul ataupun pengelasan dibagian dalam dari peralatan yang
mengashilkan uap (boiler) dan pipa initial, pembersihan lebih lajut harus dilakukan.
Pastikan uap tidak diblown out diruang yang tertutup, tetapi harus diruang terbuka.

2. PROSES BLOWING OUT


1. Buka pipa initial sebelum saringan uap. Tempatkan pelat impact pada jarak 0.3
s/d 0.5 m (Al atau Cu yang dipolish) diujung pipa yang harus dipasang secara aksial,
simetris dan mempunyai sudut yang tepat ke aliran uap. Pelat impact tersebut
berukuran 200 x 200 mm, dengan kondisi permukaan harus bersih.
2. Naikkan tekanan boiler, lihat petunjuk dari pabrik boiler dan blow uot pipa initial
10 menit, tanpa tekanan balik (80 % tekanan uap nominal, temperatur uap nominal,
jumlah uap nominal).
3. Check pelat impact, biarkan pipa dingin ( 180 240 menit).
4. Pendinginan secara sempurna adalah penting, karena penyambungan dalam
keadaan panas, gasket dapat rusak akibat ekspansi thermal dan kontraksi.
5. Ulangi proses blowing out, pengalaman menunjukkan ukuran kotoran makin lama
makin halus dengan semakin banyak pengulangan proses.

3. PEMERIKSAAN DERAJAT KEBERSIHAN


Tentukkan pada pelat impact, pada area yang mempunyai konsentrasi terbesar dari impact
partikel yang dikenai arus uap.

Hitung partikel impact yang terlihat untuk 1 cm2 di area yang mempunyai kepekatan
tertinggi.
Pipa dapat dikatakan bersih, jika kurang dari 2 partikel impact pada 1 cm 2dan tidak ada
kelihatan impact tersendiri. Partikel yang kelihatan tidak lebih dari 1 mm2, walaupun betul
turbin mempunyai saringan uap, tetapi tidak mempunyai saringan yang halus.

4. COMMISSIONING DAN OPERASI


A. MENJALANKAN TURBIN PERTAMA KALI
Pengecekan untuk pertama kali meliputi :

1. Pipa-pipa yang menuju turbin


2. Coupling Alignment (jika perlu align pada kondisi panas)
3. Segala perlengkapan seperti: gauge, overspeed trip mechanism, low oil pressure
tripping dan emergency tripping.
Agar kondisi turbin selalu dalam keadaan baik, lakukannlah prosedur
pengoperasian dan perawatan preventive secara benar, serta selalu dibawah
pengawasan ahlinya.
PETUNJUK OPERASI
1. MENGHIDUPKAN TURBIN

a. Periksa ketinggian permukaan dan kondisi minyak pelumas.


b. Hidupkan Auxiliary Oil Pump (Electric Pump ataupun Turbo Pump). Turbin yang
menggunakan Electric Oil Pump bila aliran listrik terputus dapat menggunakan Hand
Oil Pump.
c. Posisikan Low Oil Pressure Switch pada posisi ON dan Emergency Switch pada posisi
OFF.
d. Buka secara berturut-turut Keran Pembersih Uap (Drain Valve), Keran Uap Bekas,
Keran Uap Masuk dan Keran Air Pendingin.
e. Periksa posisi Load Limit Pointer (Tanda segitiga hitam) harus pada posisi 0 sampai 2.
f. Untuk tipe-tipe generator tertentu yang dilengkapi dengan saklar eksitasi, posisikan
saklar tersebut pada posisi OFF.
g. Tolak Pilot Valve, tunggu sampai Quick Action Stop Valve membuka, bantu Governor
dengan tangan dan hidupkan turbin pada putaran rendah selama lebih kurang 15 menit
(600 800 rpm) kemudian putar ke kanan knob Load Limit sampai posisi angka 10.
h. Tambah Knob Speed Setting perlahan-lahan sampai rpm 1500 (putar ke kanan untuk
menambah dan ke kiri untuk mengurangi rpm).
i. Posisikan kembali saklar eksitasi di Generator pada Posisi ON.
j. Periksa tekanan minyak pelumas, harus diantara 3 6 bar pada suhu 40 75 oC.
k. Hentikan Torbo Oil Pump (Electric Oil Pum atau Turbo Oil Pump yang dilengkapi
dengan Automatic Quick Action Valve akan berhenti secara otomatis).
l. Tutup semua Keran Pembersih Uap (Drain Valve), Keran Steam Trap harus tetap
terbuka.
m. Tutup Keran Direct Steam Injection yang masuk BPV.
n. Dengan memakai governor switch, Set alternator pada 50 Hz atau 60 Hz, set Voltage
pada 380 400 Volt.
o. Turbin sudah dapat dioperasikan, paralel ataupun single Run.

2. MENGHENTIKAN TURBIN

a. Paralelkan dengan genset, pindahkan beban ke genset dan tekan knob open ACB
pada turbin.
b. Tarik keluar Pilot Valve.
c. Putar ke kiri knob Load Limit, sehingga Load Limit Pointer (tanda segitiga hitam)
menunjuk ke angka 0 2.
d. Putar ke kiri Knop Speed Setting sampai habis.
e. Buka Keran Turbo Oil Pump (electric Oil Pump hidup secara Otomatis).
f. Tutup Keran Uap Bekas, Keran uap masuk dan buka keran pembersih uap (Drain
Valve).
g. Buka Keran Direct Steam Injection yang masuk ke BPV.
h. Apabila turbin sudah benar-benar berhenti, tutup Keran Turbo Oil Pump atau OFF
kan. Switch Electric Oil Pump, Low Oil Pressure Switch dan Emergency Switch
tetap pada posisi OFF.
i. Tutup keran Air Pendingin dan keran pembersih uap (Drain Valve).
HAL HAL YANG PENTING DIPERHATIKAN

* Untuk Tipe C4S dan C5S


Turbin Nadrowski dilengkapi dengan Hand Valve pada bagian Nozzlenya, masing-masing
2 buah untuk tipe C5S dan 3 buah untuk tipe C4S.

o Apabila tenakan uap masuk turbin turun dan Hz juga turun, jangan menambah Hz
dengan jalan menambah putaran turbin, tetapi bukalah Keran Pemancar (Hand
Nozzle Valve) dan kalau terpaksa kurangi tekanan pada BPV.
o Jika pada waktu permulaan start ada gejala over speed (lebih dari 1000 rpm), segera
hentikan turbin, periksa posisi Load Limit Pointer, periksa Spidle Cone apakah
macet.
Menjalankan turbin dengan putaran dibawah maupun diatas putaran nominal (1500 rpm)
selain dapat merusak turbin juga dapat merusak AVR generator.

* Untuk Semua Tipe


o Jika Air Circuit Breaker trip dan turbin juga trip, jangan menghidupkan kembali
turbin apabila turbin masih dalam keadaan berputar.
o Apabila dalam keadaan DARURAT/BAHAYA, hentikan turbin dengan
menggunakan Emergency Switch.
o Setelah 8000 jam operasi atau setelah 1 tahun, gantilah minyak pelumas turbin dan
minyak pelumas governor (Jenis Pelumas TD L68)
o Jangan membuka Main Inlet Steam Valve dan Exhaust Steam Valve bila tidak akan
menghidupkan turbin.
o Jangan menghidupkan turbin apabila uap masih basah (masih mengandung butiran-
butiran air), tunggu uap sampai menjadi uap jenuh atau uap kering.
Selain hal-hal tersebut diatas, untuk menjamin agar turbin tetap dalam performance yang
baik maka terhadap turbin harus dilakukan :

1. Perawatan Rutin / Rutin Khusus


No Komponen Jenis Perawatan

1. Governor
Check, cuci bila perlu

2. Quick Action Stop Valve


Check fungsi dan kebocoran

3. Kopling :
Check, ukur
o Generator
4. Check keausan, Pressure
o Pompa Minyak
5. Saringan Minyak :
Cuci, ganti bila perlu
6. o Elemen
o Spin on Type Ganti
7. Oil Cooler
Cuci, check kebocoran, ganti O
8. Saringan anin generator Ring
Kabel Instrument Turbin Check, bersihkan

Minyak pelumas Check fungsi

Check, ganti
1. Perawatan / Overhaul
Adalah perawatan rutin ditambah dengan :

No Komponen Jenis Perawatan

1. Roda Turbin
Check sudu-sudu & kondisi permukaan.
2. Pinion Shaft
Check toleransi.
3. Bearing
Check clearance, shim / ganti
4. Sistem governor
Overhaul dan check
Boiler
Boiler adalah suatu alat yang menghasilkan panas (kalor) dengan membakar bahan
bakar di dalamnya yang digunakan untuk mengubah phase air menjadi uap dan tekanan
yang memiliki kalor yang tinggi untuk memutar turbin, kebutuhan air heater, dan
kebutuhan proses pada POM dan manufactur lain.
Standar Operasi Prosedur Boiler:
1. Pendahuluan sebelum pemanasan
Penting dilakukan pemanasan/kontrol yang seksama terhadap semua peralatan pada boiler
untuk memastikan bahwa semuanya berada dalam kondisi siap pakai sebelum dilakukan
pemanasan :
a. Periksa dan pastikan semua valve pada boiler dalam posisi tertutup
b. Periksa semua visual terhadap semua fan, seperti casing, bearing, v-belt, baut
penahan dan lain-lain
c. Periksa level air pada glass penduga, cobakan gelas penduga, guna memastikan
bahwa level air sekitar setengah gelas penduga
d. Periksa perssure gauge, berfungsi baik/tidak
e. Kontrol air compressor, dan pastikan tekanannya lebih besar 8 barg
f. Inspeksi ruang bakar dan pastikan bahwa dapur bersih dan fibre bar dan dinding
batu secara umum siap pakai
g. Periksa dan pastikan blow down valve dalam posisi tertutup
h. Periksa tangki air umpan dan isi bila di perlukan
i. Tes alarm untuk level air tinggi dan level air rendah (level pertama dan kedua). Ini
dilakukan dengan memompakan air ke level yang tinggi kemudian buang menjadi
level pertama dan kedua, kembalikan lagi level air diboiler sekitar setengahnya
2. Pemanasan (Menaikkan Steam)
Waktu yang dibutuhkan untuk pemanasan boiler bervariasi diantara jenis/type boiler, jika
boiler di padamkan malam sebelumnya, lakukan hal seperti berikut:
a. Masukkan fibre dan sebarkan secara merata diatas fire grate, kemudian nyalakan
api
b. Hidupkan ID Fan, FD Fan, dan secondary Fan dengan damper yang setengah
tebuka
c. Jika memiliki sitem pendingin pendukung batang ruang bakar, buka water valve
atau jalankan pompa sirkulasi jika ada
d. Panaskan boiler secara berlahan untuk menaikkan steam ketekanan kerja, pastikan
bahwa level air di glass penduga tidak bertambah (terkontrol)
e. Lakukan blowdown pada heater dinding samping dan pastikan bahwa level air
tetap terjaga (jangan melakukan blowdown pada header dinding samping ketika
boiler operasi>
Cat : Ingatlah selalu bahwa slow firing yang merata akan memperpanjang umur boiler
anda dan berikan selalu waktu pemanasan yang lebih lama.
3. Menghubungkan Boiler ke pipa induk steam (Main Steam Pipe)
Saat menghubungkan boiler ke main steam pipe, perlu dibiasakan untuk melindungi
boiler, pipa-pipa dan steam turbin dari kerusakan :
a. Buka penuh semua steam trap bypass valve pada jalur main steam pipe dan steam
turbin
b. Buka sedikit boiler main stop valve untuk meratakan pemanasan pada main steam
pipa
c. Pada steam berhembus bebas keluar dari aliran bypass velve, segera tutup bypass
velve
d. Biarkan steam trap valve dalam posisi terbukan dan buka berlahan-lahan boiler
main stop valve sampai terbuka penuh
e. Ketika hendak menggabungkan boiler kedua atau ketiga pada main steam pipe,
pastikan bahwa boiler tersebut berada pada tekanan yang seimbang terhadap boiler
yang sebelumnya sudah stabil
f. Bypass valve pada main steam line dan steam turbin dibuka
g. Setelah beberapa menit, buka berlahan-lahan boiler main stop valve dan segera
tutup bypass velve
h. Biarkan semua steam trap velve dalam posisi terbuka

A. Saat Operasi Normal


Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat boiler beroperasi normal sehingga timbulnya
kerusakan dapat dicegah.
1. Level air pada drum
Ketinggian air dalam gelas penduga harus diperhatikan dan di pertahankan pada
normal water level. Kondisi ini dapat dipertahankan dengan mengoperasikan feed Water
Regulating Control yang bekerja secara Automatic untuk menambah air ke dalam boiler
sesuai dengan kebutuhan. Level air terlalu tinggi akan menyebabkan carry over. Apabila
level air terlalu rendah akan menyebabkan over heating. Untuk itu agar level air tetap di
jaga sesuai dengan yang telah di tentukan.
2. Tekanan uap
Memperhatikan tekanan operasi normal untuk menghindarkan variasi yang
ekstrim pada tekanan. Pengurangan berlebihan atas tekanan uap akan menyebabkan
besarnya volume uap yang dapat menaikkan beban dalam ruang uap pada drum, yang
menyebabkan separator uap kurang berfungsi dan uap kemungkinan menjadi mengandung
air (uap basah). Pengontrol tekanan bergantung kepada jumalah pemberian bahan bakar.
3. Beban
Guna pencapaian efisiensi ketel yang tinggi serta pemeliharaannya, maka perlu di
kontrol agar beban boiler yang terjadi tidak melebihi kapasitas boiler seperti yang
tercantum dalam spesifikasi design, maka itu perlu memperhatikan dan mengontrol
disribusi pemakaian uap tersebut ke tiap peralatan atau mesin yang memakai uap.
4. Draft
Boiler dilengkapi dengan sistem balancing draft yaitu suatu alat regulator tekanan
ruang dapur yang dapat bekerja secara automatic untuk memelihara tekanan ruang dapur
relatif constant pada kisaran : -5 s/d -10 mm H2O
5. Susunan gas asap
Masing masing campuran gas ketel berdasarkan warna api dan asap dan juga nilai
meter gas. Periksa apakah ada bahan bakar yang terbakar di bawah roster dan teliti apakah
masih ada roster yang tidak tertutup dengan bahan bakar. Keua kondisi dalam dapur ini
harus absolute di hilangkan, karena roster akan menjadi terlalu panas dan rusak pada
kondisi demikian.
6. Temperatur pada masing-masing posisi.
Selama operasi normal, temperatur pada masing-masing posisi berbeda besar
sekali berdasarkan kondisi operasi dan temperatur atmosfer. Temperatur yang terlalu
tinggi pada gas pembuangan (exhaust gas) menyebabkan berkurangnya efisiensi boiler,
maka pembersihan abu dengan semburan uap (soot blowing) harus dilakukan. Apabila
telah dilakukan soot blowing secara berulang-ulang, tetapi temperatur gas buang tetap
tinggi, maka kemungkinan telah terjadi deposit kerak pada bagian dalam pipa air, atau
kerusakan penyangga api dalam ruang pembakaran (short pass) sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan.
7. Limit dari air pengisi dan air ketel
Limit dari air pengisi dan air ketel untuk takuma harus berdasarkan nilai standart
yang telah di tentukan. Nilai standart air pengisi dan air ketel dapat dilihat pada tabel nilai
limit standart. Sampling test harus dilakukan satu kali dalam satu jam untuk menjaga agar
air pengisi dan air ketel tidak melebihi dari nilai limit (batas batasan).
jangan sekali-kali memakai air sebagai pengisi ketel uap sebelum melakukan proses
yang telah di tetapkan sesuai tabel.
B. Cara kerja Prosedur Penghentian Boiler:
a. Mematikan fan.
b. Tarik sisa bahan bakar dari dapur boiler.
c. Menurunkan tekanan boiler secara bertahap serta melakukan sirkulasi air.
d. Membuka valve fentilasi pada drum atas & header super heater.
e. Menutup valve main steam (valve uap induk) pada tekanan 7 kg / cm2.
f. Mengatur level air di drum pada posisi normal.
g. Stop operasional pompa umpan, chemical dosing pump dan menutup valve
uap pada dearator serta feed water tank.
h. Putus supply arus listrik ke boiler.

Sistem Pemeliharaan pada Kondensor


1 Backwash Condenser
Backwash kondensor merupakan salah satu usaha untuk menjaga performa
kondensor dengan cara membalik arah aliran kondensor. Fungsinya yaitu untuk
membersihkan kondensor dari kotoran yang menyumbat dan mengganggu proses aliran
cooling water dengan cara membalik arah alirannya, bahasa mudahnya untuk flushing
kotoran - kotoran yang mengganggu aliran air laut ke kondensor khususnya yang berada
di inlet tube kondesor. Kondensor di- design dengan dua sisi yang arah alirannya
berlawanan.
Tujuan dari backwash kondensor ini dimaksudkan agar aliran cooling water lebih
baik, lebih lancar sehingga proses perpindahan panas anatara steam dan air laut (proses
kondensasi) berjalan lebih baik dan lebih cepat. Hasilnya yaitu peningkatan vakum
kondensor sehingga efisiensi unit kembali bertambah. selain itu dengan adanya backwash
kondensor ini differential pressure inlet dan outlet kondensor akan lebih rendah.
Dalam penentuan kapan proses backwash kondensor itu dilaksanakan sebenarnya
lebih dominan dilihat dari Differential Pressure antara Inlet dan Outlet pressure kondensor
atau pressure drop sea water inlet dan outlet kondensor. Hal ini karena tujuan kita
melakukan backwash kondensor yaitu membuang kotoran, sampah, yang menghalangi
aliran sea water (plugging) tube kondensor. Efek dari plugging tube ini akan meyebabkan
aliran sea water terhalang dan jumlah flow rate sea water yang masuk ke tube-tube
kondensor akan berkurang (ibaratnya mampet), sehingga inlet pressure akan tinggi dan
outlet pressure akan rendah.
Cleaning Tubes Condenser

Gambar 2.41 Cleaning Tube Condenser


Tube-tube kondensor sangat mungkin terjadi endapan di permukaannya, sehingga perlu
dilakukan cleaning. Cleaning kondensor ini dapat dilakukan dalam dua metode, yaitu
secara online dimana dilakukan ketika unit turbin uap dalam keadaan normal operasi dan
offline ketika turbin uap dalam keadaan stand by. Untuk cleaning tube dalam keadaan
online ini sebenarnya sangat penting karena dengan hal ini performa kondensor akan tetap
selalu terjaga. Cleaning tube secara online dapat dilaksanakan dengan cara menggunakan
bola Tapproge yang di PLTU sering disebut Ball Cleaning Kondensor. Dalam system Ball
Clening ini, fungsinya adalah untuk membersihkan permukaan tube-tube kondensor.
Sistem Ball Cleaning menggunakan Bola ( Tapproge ) sebagai alat untuk membersihkan
tube kondensor. Bola ini akan diikutkan aliran pada kondensor, masuk di water box inlet
kondensor ikut aliran kondensor dan keluar di water box outlet kondensor kemudian bola-
bola tersebut ditangkap oleh Catcher dan diarahkan ke ball collector.
Gambar 2.42 Ball Cleaning Condenser

Checking Air Leakage in Condenser

Air leakage test pada kondensor bisa dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya yaitu
pengujian dengan gas tracer seperti dengan menggunakan gas helium atau halogen.
Selain itu juga bisa dilakukan air leakage
test secara ultrasonic ataupun secara
thermograph, selain itu tes leak dengan air
merupakan salah satu yang paling murah
dan banyak dilakukan. Perlu diketahui juga
bahwasanya pada PLTU biasanya memiliki
peralatan khusus untuk tes leak pada tube
baik itu kondensor maupun heat transfer
equipment lainnya. Metode maintenance ini
sudah banyak dikan pada berbagai pembangkit di Indonesia. Selain lebih praktis dan
efisien, metode checking air leakage juga termasuk dalam metode maintenance yang
tergolong murah dalam segi ekonomis. Saat ini banyak dikembangkan untuk menambah
daya bangkitan kondensor dan menaikkan efisieni termal dari sebuah PLTU
GENERATOR
1. Operasi Generator
Pertama-tama yang dilakukan operator pembangkit adalah sebagai berikut atau yang dikenal persiapan
sinkronisasi generator dengan grid.

1. Pastikan kecepatan putar generator sesuai dengan kecepatan nominalnya; misal 3000 rpm
2. Pastikan tegangan sistem (grid) dalam kondisi normal di nominalnya, misalnya tersedia di sistem 150 kV.
3. Lakukan penghidupan eksitasi; Operator akan menutup breaker eksitasi (excitation ON)
4. Perhatikan tegangan yang terbaca di terminal generator dan harus sesuai nominal, misal 11 kV
5. Jika tegangan, putaran dalam kondisi normal, maka Operator akan melakukan persiapan sinkronisasi.

Dalam operasi, pengaturan MW dan MVAR dilakukan dengan cara masing-masing. Untuk pengaturan MW,
maka yang dilakukan adalah pengaturan bukaan dari valve prime mover (governor) misalnya valve dari steam
untuk pembangkit tenaga uap, dan bukaan gas dari pembangkit tenaga gas dst. Untuk menghasilkan torsi yang
diinginkan. Torsi mekanik inilah yang akan dikonversi menjadi energi listrik oleh generator.

Sementara, pengaturan VAR atau tegangan terminal generator bisa dengan pengaturan nilai eksitasi dari AVR.
Namun ada perbedaan yang sering orang kebingungan dalam pengaturan antara nilai VAR yang dikirim dan
tegangan terminal generator, yakni antara pengaturan dari On-Load Tap Changer (OLTC) atau dari tegangan
dan arus eksitasi.

Untuk penambahan nilai VAR, bisa langsung dikompensasi dengan perubahan tap pada OLTC dengan mudah.
Sebenarnya dengan merubah tap Changer, hal ini mengubah perbandingan nilai impedansi trafo yang
mengakibatkan perubahan jumlah VAR yang dikirim. Jika VAR yang dikirim naik, maka eksitasinya bisa
berubah naik, namun tidak significant. Sedangkan, dalam penambahan/perubahan nilai tegangan terminal
generator, maka yang dilakukan adalah perubahan nilai eksitasi dari generator. Jika ingin menaikkan tegangan
terminal generator, maka kita harus menaikkan eksitasi. Tombol menaikkan/menurunkan eksitasi dalam panel
kontrol generator biasanya tertulis Excitation Raise (untuk menaikkan) dan Lower (untuk menurunkan).

2. SISTEM PROTEKSI GENERATOR

1. Proteksi untuk gangguan dari dalam generator

a. Differential Relay: untuk melindungi generator dari gangguan akibat hubung singkat(short circuit) antar
fasa.
b. Stator Ground Fault Relay: untuk mendeteksi gangguan pentanahan/grounding pada generator
c. Loss of Field Relay: untuk mendeteksi kehilangan medan penguatan yang menyebabkan over heating pada
kumparan stator dan arus Eddy(fddy Current) pada kumparan rotor.
d. Voltage Balance Meter: untuk mendeteksi hilangnya tegangan dari trafo tegangan ke AVR dan relai.
e. Thermocouple: untuk memonitor temperatur pada bantalan(bearing) dan poros
2. Proteksi untuk gangguan dari luar generator

a. Negative Phase Sequence Relay: untuk melindungi generator dari arus lebih urutan fasa negative yang
disebabkan oleh beban yang tidak seimbang.
b. Out of Step Relay: untuk melindungi generator dari Power Swing akibat perubahan beban dari sistem
transmisi yang dapat menyebabkan operasi generator tidak sinkron.
c. Over excitation VIHz Relay: untuk melindungi generator dari kejenuhan inti yang dapat menyebabkan
kenaikan tegangan.
d. Under Frequency Relay: untuk menditeksi turunnya frekuensi akibat penurunan putaran generator yang
disebabkan oleh baban lebih.
e. Reverse Power Relay: untuk menditeksi adanya daya balik/aliran arus dari sistem jaringan yang akan
menyebabkan generator bekerja sebagai motor.
f. Arrester Selentium: untuk memotong tegangan lebih akibat sambaran petir.

3. PEMELIHARAAN KOMPONEN GENERATOR DAN EKSITER

1. Pemeliharaan Rutin => ketika sedang beroperasi

a. Pemeriksaan temperatur kumparan stator, bearing, air pendingin, dsb yang dilakukan setiap hari.
b. Pemeriksaan kebocoran pendingin minyak dalam sebulan sekali(khusus generator dengan pendingin
hydrogen)
c. Pemeriksaan vibrasi sebulan sekali
d. Pemeriksaan tekanan hydrogen, seal oil pump.
e. Pemeriksaan rotating rectifier(Brushless Excitation)

2. Pemeliharaan Periodik => meliputi pembongkaran (disassembly), pemeriksaan (inspection) dan


pengujian(testing).

a. Pemeriksaan sederhana (Simple Inspection), setiap 8.000 jam


b. Pemeriksaan sedang(Mean Inspection), setiap 16.000 jam
c. Pemeriksaan serius(Serious Inspection), setiap 32.000 jam

PEMELIHARAAN KOMPONEN GENERATOR DAN EKSITER


Dalam sistem eksitasi tanpa sikat, komponen-komponen yang perlu diperiksa meliputi:
Periksa dioda penyearah putar(rotating diode rectifier) dari kotoran atau bekas terjadi pemanasan lebih dan
kerusakan.
Periksa sekering dan diganti bila ada yang putus.
Cek baut-baut terminal.
Lakukan pengukuran tahanan isolasi
Periksa penghantar fleksibel dioda dari kerusakan dan kelonggaran
Bersihkan seluruh kumparan dari kotoran
DAFTAR PUSTAKA

http://belajar-pltu.blogspot.co.id/2011/05/komponen-komponen-pltu.html
http://artikel-teknologi.com/cara-menghitung-efisiensi-termal-siklus-rankine-sederhana/
http://www.pjbservices.com/id/layanan/operasi-dan-pemeliharaan/
https://nurulnuha1.wordpress.com/2009/06/11/pohon-kebisaan-operasi-pltu/
http://www.academia.edu/10154862/buku_pintar_parameter_dan_alasan_pada_PlTU
PEMELIHARAAN KOMPONEN GENERATOR DAN EKSITER
Dalam sistem eksitasi tanpa sikat, komponen-komponen yang perlu diperiksa meliputi:
Periksa dioda penyearah putar(rotating diode rectifier) dari kotoran atau bekas terjadi pemanasan
lebih dan kerusakan.
Periksa sekering dan diganti bila ada yang putus.
Cek baut-baut terminal.
Lakukan pengukuran tahanan isolasi
Periksa penghantar fleksibel dioda dari kerusakan dan kelonggaran
Bersihkan seluruh kumparan dari kotoran

http://belajar-pltu.blogspot.co.id/2011/05/komponen-komponen-pltu.html
http://artikel-teknologi.com/cara-menghitung-efisiensi-termal-siklus-rankine-sederhana/
http://www.pjbservices.com/id/layanan/operasi-dan-pemeliharaan/
https://nurulnuha1.wordpress.com/2009/06/11/pohon-kebisaan-operasi-pltu/
http://www.academia.edu/10154862/buku_pintar_parameter_dan_alasan_pada_PlTU

Anda mungkin juga menyukai