Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau

beberapa kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah

(territorial) tertentu dengan sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di

wilayahnya.Membicarakan tentang negara adalah hal yang sangat penting mengingat

setiap warga negara pasti pernah berurusan dengan negara, mulai dari urusan

kelahiran, kematian, pembuatan KTP, Kartu Keluarga, pernikahan dan yang lainnya.

Maka dalam kesempatan ini kami akan membahas tentang arti dan makna

negara, sifat negara, unsur-unsur pembentuk negara, tujuan dan fungsi negara,serta

teori terbentuknya negara.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan


masalah-masalah yang akan dibahas pada penulisan kali ini. Masalah yang

dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Apakah pengertian negara ?

. b. apakah pengertian negara menurut para ahli ?

c. Apakah sifat Negara itu?

d. Apa unsur-unsur terbentuknya Negara?


e. Apakah tujuan dan fungsi Negara itu?

1
f. Bentuk-bentuk Negara?

g. Bagaimana teori terbentuknya Negara?

h. Bagaimana hubungan Agama dan Negar

C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengertian dari Negara.

b. Untuk mengetahui sifat Negara.

c. Untuk mengetahui unsur-unsur Negara.

d. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan Negara.

e. Untuk mengetahui bentuk-bentuk Negara.

f. Untuk mengetahui teori terbentuknya Negara.

g. Untuk mengetahui hubungan Agama dan Negara.

D.Manfaat penulisan

Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Menambah pengetahuan kita tentang pengertian suatu Negara.

b. Menambah pengetahuan kita tentang sifat Negara.

c. Kita menjadi tahu tentang unsur-unsur Negara.

d. Kita menjadi tahu bagaimana tujuan dan fungsi Negara.

e. Kita menjadi tahu bentuk-bentuk Negara.

2
f. Kita dapat mengetahui bagaimana teori terbentuknya Negara.

g. Kita dapat mengetahui hubungan antara Agama dan Negara.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 PENGERTIAN NEGARA

Istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing: state ( inggris),

staat (Belanda dan Jerman), atau etat ( Perancis). Secara terminologi, negara

diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang

memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam suatu kawasan, dan mempunyai
pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif yang pada

galibnya dimiliki oleh suatu negara berdaulat: masyarakat (rakyat), wilayah, dan

pemerintahan yang berdaulat1

Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa

kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial)

tertentu dengan sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di

wilayahnya.Organisasi negara dalam suatu wilayah bukanlah satu-satunya organisasi,

ada organisasi-organisasi lain (keagamaan, kepartaian, kemasyarakatan dan

organisasi lainnya yang masing-masing memiliki kepribadian yang lepas dari


masalah kenegaraan). Secara umum negara dapat diartikan sebagai suatu organisasi

utama yang ada di dalam suatu wilayah karena memiliki pemerintahan yang

berwenang dan mampu untuk turut campur dalam banyak hal dalam bidang

organisasi-organisasi lainnya.

Secara historis pengertian negara berkembang sesuai dengan kondisi

masyarakat pada saat itu. Pada zaman yunani kuno para ahli filsafat negara

merumuskan pengertian negara secara beragam. Aristoteles (384-522 SM)

1 A.Ubaedillah,Abdul Rozak,Pancasila,demokrasi,HAM,dan Masyarakat madani,ICCE UIN Syarif


Hidayatullah (Jakarta:cet.13,2015) hlm.120.

4
merumuskan negara dalam bulu politica yang disebut negara polis, yang saat itu

masih dipahami dalam suatu wilayah terkecil.

Dalam pengertian negara disebut negara hukum yang didalamnya terdapat

suatu warga negara yang ikut dalam permusyawaratan (ecclesia), oleh karena itu

Aristoteles mengartikan keadilan merupakan syarat mutlak bagi terselenggaranya

negara yang baik demi terwujudnya cita-cita seluruh warga negaranya.

2.2 SIFAT NEGARA

Negara mempunyai sifat khusus yang merupakan manifistasi dari kedaulatan

yang dimilikinya,yaitu.

1. Sifat memaksa

Artinya negara memiliki kekuasaan untuk menggunakan kekerasan fisik

secara sah yaitu dengan memberlakukan sanksi pada pelanggar hukum dengan tujuan

agar peraturan perundang-undangan yang telah dibuat dan berlaku dalam negara

tersebut ditaati oleh anggota masyarakat sehingga ketertiban ,keamanan, dan

kedamaian dapat tercapai.

2. Monopoli

Artinya Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dari


masyarakat. Sifat monopoli negara adalah suatu hak tunggal yang dilakukan oleh

negara untuk berbuat atau menguasai sesuatu untuk kepentingan bersama.

3. Sifat mencakup semua

Artinya bahwa peraturan perundangan yang ada di negara berlaku untuk

semua penghuni atau warga negara tanpa terkecuali.

5
2.3 FUNGSI DAN TUJUAN NEGARA

Sebagai sebuah organisasi kekuasaan dari kumpulan orang-orang yang mendiaminya,

negara harus memiliki tujuan yang disepakati bersama. Tujuan sebuah negara dapat

bermacam-macam, antara lain:

a. Bertujuan untuk memperluas kekuasaan

b. Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum

c. Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum

Dalam tradisi barat, pemikiran tentang terbentuknya sebuah negara memiliki tujuan

tertentu sesuai model negara tersebut. Dalam konsep ajaran Plato, tujuan adanya negara

adalah untuk memajukan kesusilaan manusia, sebagai perseorangan (individu) dan sebagai

makhluk sosial. Berbeda dengan Plato, menurut ajaran dan konsep teokratis Thomas

Aquinas dan Agustinus, tujuan negara adalah untuk mencapai penghidupan dan kehidupan

aman dan tenteram dengan taat kepada dan di bawah pimpinan Tuhan. Pemimpin negara

menjalankan kekuasaannya hanya berdasarkan kekuasaan Tuhan yang diberikan

kepadanya.v

Sementara itu, adapun cara pandang demokrrasi modern semenjak Rousseau, maka

tujuan bernegara ialah persamaan dan kebebasan. (Man are born free and equal). Gagasan

ini bahkan menjadi mitos di Eropa dengan nuansa penekanan yang berbeda-beda. Misalnya

di Eropa Barat orang mengutamakan kebebasannya, sedangkan persamaannya cukup dalam

hukum, sedangkan di Eropa Timur (menurut Eropa Barat) yang diutamakan persamaan

materinya sedangkan kebebasannya dinomor duakan.

6
Adapun di dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945 dirumuskan unsur-unsur

masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila tersebutsecara dinamis dan tidak

terminal utopistis. Unsur-unsur tersebut ialah :

a. Melindungi seluruh bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah (wilayah);

b. Memajukan kesejahteraan umum;

c. Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

d. Ikut melaksanakan tertib dunia berdasarkan perdamaian abadi, kemerdekaan dan

keadilan sosial.2

2.4 UNSUR-UNSUR NEGARA

Suatu negara harus memiliki tiga unsur penting, yaitu rakyat, wilayah, dan pemerintah.

Ketiga unsur ini oleh Mahfud M.D disebut sebagai unsur konstitutif. Tiga unsur ini perlu

ditunjang dengan unsur lainnya seperti adanya konstitusi dan pengakuan dunia

internasional yang oleh Mahfud disebut dengan unsur deklaratif.

a. Rakyat

Rakyat dalam pengertian keberadaan suatu negara adalah sekumpulan manusia yang

dipersatukan oleh rasa persamaan dan bersama-sama mendiami suatu wilayah

tertentu.

b. Wilayah

wilayah adalah unsur negara yang harus terpenuhi karena tidak mungkin ada negara

tanpa ada batas-batas teritorial yang jelas. Secara umum, wilayah dalam sebuah

negara biasanya mencakup daratan, perairan ( samudra,laut, dan sungai), dan udara.

2 C.S.T.kansil,Hukum Tata Negara Republik Indonesia,(PT.Rineka cipta:cet 2,Jakarta,2003) hlm.74.

7
Dalam konsep negara modern masing-masing batas wilayah tersebut diatur dalam

perjanjian dan perundang-undangan internasional.

c. Pemerintah

Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi

negara untuk mencapai tujuan bersama didirikannya sebuah negara. Pemerintah

melalui aparat dan alat-alat negara, yang menetapkan hukum, melaksanakan

ketertiban dan keamanan, mengadakan perdamaian dan lainnya dalam rangka

mewujudkan kepentingan warga negaranya yang beragam. Untuk mewujudkan cita-

cita bersama tersebut dijumpai bentuk-bentuk negara dan pemerintahan. Pada

umumnya, nama sebuah negara identik dengan model pemerintahan yang

dijalankannya. Misalnya, negara demokrasi dengan pemerintahan sistem parlementer

atau presidensial. Ketiga unsur ini dilengkapi dengan unsur negara lainnya,konstitusi.

d. Pengakuan negara lain

Unsur pengakuan negara lain hanya bersifat menerangkan tentang adanya negarra.

Hal ini hanya bersifat deklaratif, bukan konstitutif, sehingga tidak bersifat mutlak.

Ada dua macam pengakuan suatu negara, yakni pengakuan secara de facto dan

pengakuan secara de jure. Pengakuan de facto ialah pengakuan atas fakta adanya

negara. Pengakuan ini di dasarkan adanya fakta bahwa suatu masyarakat politik telah

memenuhi tiga unsur utama negara (wilayah, rakyat, dan pemerintah yang berdaulat).

Adapun pengakuan de jure merupakan pengakuan akan sahnya suatu negara atas

dasar pertimbangan yuridis menurut hukum. Dengan memperoleh pengakuan de jure,

maka suatu negara mendapat hak-haknya di samping kewajiban sebagai anggota

keluarga bangsa sedunia. Hak dan kewajiban dimaksud adalah hak dan kewajiban

8
untuk bertindak dan diberlakukan sebagai suatu negara yang berdaulat penuh di antara

negara-negara lain.

2.5 TEORI TENTANG TERBENTUKNYA NEGARA

Berikut adalah teori-teori tentang terbentuknya negara :

1. Thomas Hobbes (1588-1679)

Teori kontak sosial atau teori perjanjian masyarakat beranggapan bahwa negara

dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat dalam tradisi sosial masyarakat.

teori ini meletakkan negara untuk tidak berpotensial menjadi negara tirani, karena

keberlangsungannya bersandar pada kontrak-kontrak sosial antara warga negara dengan

lembaga negara. Penganut mazhab pemikiran ini antara lain Thomas Hobbes, John

Locke, dan J.J. Rousseau.

a. Thomas Hobbes (1588-1679)

Menurut Hobbes kehidupan manusia terpisah dalam dua zaman, yakni keadaan

selama belum ada negara, atau keadaan alamiah ( status naturalis, state of nature),

dan keadaan setelah ada negara. Bagi Hobbes keadaan alamiah sama sekali bukan

keadaan yang aman dan sejahtera.tetapi sebaliknya, keadaan alamiah merupakan

suatu keadaan sosial yang kaau, tanpa hukum, tanpa pemerintah, dan tanpa ikatan-

ikatan sosial antar individu di dalamnya. Karenanya, menurut Hobbes, dibutuhkan

kontrak atau perjanjian bersama individu-individu yang tadinya hidup dalam

keadaan alamiah berjanji akan menyerahkan semua hak-hak kodrat yang

dimilikinya kepada seseorang atau sebuah badan yang disebut negara.

b. John Locke (1632-1704)

Berbeda dengan Hobbes yang melihat keadaan alamiah sebagai suatu keadaan yang

kacau, john Locke melihatnya sebagai suatu keadaan yang damai penuh komitmen

9
baik, saling menolong antara individu-individu di dalam sebuah kelompok

masyarakat.sekalipun keadaan alamiah dalam pandangan Locke merupakan suatu

yang ideal, ia berpendapat bahwa keadaan ideal tersebut memiliki potensial

terjandiya kekacauan lantaran tidak adanya organisasi dan pimpinan yang dapat

mengatur kehidupan mereka. Di sini, unsur pimpinan atau negara menjadi sangat

penting demi menghindari konflik di antara warga negara merdasar pada alasan

inilah negara mutlak didirikan.

c. Jean Jacques Rousseau (1712-1778)

Berbeda dengan Hobbes dan Locke, menurut Rousseau keberadaan suatu negara

bersandar pada perjanjian warga negara untuk mengikatkan diri dengan suatu

pemerintah yang dilakukan melalui organisasi politik. Menurutnya, pemerintah

tidak memiliki dasar kontraktual, melainkan hanya organisasi negara dibentuk

melalui kontrak. Pemerintah sebagai pimpinan organisasi negara dibentuk dan

ditentukan oleh yang berdaulat dan merupakan wakil-wakil dari warga negara.

Yang berdaulat adalah rakyat seluruhnya melalui kemauan umumnya. Pemerintah

tidak lebih dari sebuah komisi atau pekerja yang melaksanakan mandat bersama

tersebut.

2. Teori Ketuhanan ( Teokrasi )

Teori ketuhanan dikenal juga dengan istilah doktrin teokratis. Teori ini dikemukakan

baik di Timur maupun di belahan dunia Barat. Doktrin ketuhanan ini memperoleh

bentuknya yang sempurna dalam tulisan-tulisan para sarjana eropa pada abad

pertengahan yang menggunakan teori ini untuk membenarkan kekuasaan mutlak para

raja.

10
Doktrin ini memiliki pandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki para raja berasal

dari Tuhan. Mereka mendapat mandat Tuhan untuk bertakhta sebagai penguasa. Para

raja mengklaim sebagai wakil Tuhan di dunia yang mempertanggungjawabkan

kekuasaannya hanya kepada Tuhan, bukan kepada manusia.

3. Teori Kekuatan

Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena adanya

dominasi negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini, kekuasaan menjadi

pembenaran (raison detre) dan terbentuknya sebuah negara. Melalui proses

penaklukan dan pendudukan oleh suatu kelompok (etnis) atas kelompok tertentu

dimulailah proses pembentukan suatu negara. Dengan kata lain, terbentuknya suatu

negara karena pertarungan kekuatan di mana sang pemenagn memiliki kekuatan untuk

membentuk sebuah negara.

2.6 BENTUK BENTUK NEGARA

Negara memiliki bentuk yang berbeda-beda. Secara umum, dalam konsep dan teori

modern, negara terbagi kedalam dua bentuk: negara kesatuan (unitarianisme)dan negara

serikat (federasi).

1. Negara Kesatuan

Negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat, dengan

satu pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam

pelaksanaannya, negara kesatuan ini terbagi ke dalam dua macam sistem pemerintahan:

sentral dan otonomi.

a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi adalah sistem pemerintahan yang

langsung di pimpin oleh pemerintah pusat, sementara pemerintah daerah dibawahnya

11
dipimpin oleh pemerintah pusat, sementara pemerintah daerah di bawahnya

melaksanakan kebijakan pemerintah pusat. Model pemerintahan orde baru di bawah

pemerintahan presiden soeharto adalah salah satu contoh sistem pemerintahan model

ini.

b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi adalah kepala daerah diberikan

kesempatan dan kewenangan untuk mengurus urusan pemerintah di wilayahnya

sendiri. Sistem ini dikenal dengan istilah otonomi daerah atau swatantra. Sistem

pemerintahan negara Malaysia dan pemerintahan pasca orde baru di Indonesia dengan

otonomi khusus dapat dimasukkan ke model ini.

2. Negara Serikat

Negara serikat atau federasi merupakan bentuk gabungan yang terdiri dari berbagai

negara bagian dari sebuah negara serikat. Pada mulanya negara-negara bagian tersebut

merupakan negara yang merdeka,berdaulat, dan berdiri sendiri. Setelah menggabungkan

diri dengan negara serikat, dengan sendirinya negara tersebut melepaskan sebagian dari

kekuasaannya dan menyerahkan kepada negara serikat.

Di samping dua bentuk ini, dan sisi pelaksana dan mekanisme pemilihannya. Bentuk

negara dapat di golongkan kedalam tiga kelompok: monarki, oligarki, dan demokrasi.

a. Monarki

Pemerintahan monarki adalah model pemerintahan yang dikepalai oleh seorang raja

atau ratu. Dalam praktiknya, monarki memiliki dua jenis: monarki absolut dan monarki

konstitusional. Monarki absolut adalah model pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di

tangan satu orang raja atau ratu. Termasuk dalam kategori ini adalah Arrab Saudi.

Adapun, monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan kepala

12
pemerintahannya ( perdana mentri ) dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi negara.

Praktik monarki konstitusional ini adalah yang paling banyak dipraktikkan di beberapa

negara seperti malaysia, Thailand, jepang dan Inggris. Dalam model monarki

konstitusionalini, kedudukan raja hanya sebagai simbol negara.

b. Oligarki

Model pemerintahan oligarki adalah pemerintahan yang dilajankan oleh beberapa

orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.

c. Demokrasi

Pemerintahan model demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang bersandar pada

kedaulatan rakyat atau mendasarkan kekuasaannya pada pilihannya dan kehendak rakyat

melalui mekanisme pemilihan umum (pemilu).

2.7 Hubungan Agama dengan Negara

a. Pengertian agama

Agama menurut etimologi berasal dari kata bahasa sanskerta dalam kitap

upadeca tentang ajaran-ajaran agama hindu disebutkan bahwa perkataan agama

berasal dari bahasa sanskerta yang tersusun dari kata A berarti tidak dan gama

berarti pergi dalam bentuk harfiah yang terpadu perkataan agama berarti tidak pergi

tetap ditempat, langgeng, abadi, diwariskan secara terus menerus dari generasi ke

generasi.

Pada umumnya perkataan agama diartikan tidak kacau yang secara analitis di

uraikan dengan cara di memisahkan kata demi kata yaitu A berarti tidak dan

gama berarti kacau maksudnya orang yang memeluk suatu agama dan

13
mengamalkan ajaran-ajarannya dengan sungguh-sungguh hidupnya tidak akan

kacau.3n

Agama selalu diterima dan dialami secara subjektif. Oleh karena itu orang

sering mendifinisikan agama sesuai dengan pengalamannya dan penghayatannya

pada agama yang di anutnya. Menurut Mukti Ali, mantan menteri agama

Indonesia menyatakan bahwa agama adalah percaya akan adanya tuhan yang esa.
Dan hukum-hukum yang di wahyukan kepada kepercayaan utusan-utusannya untuk

kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat

Sedangkan menurut James Martineau agama adalah kepercayaan kepada

tuhan yang selalu hidup. Yakni kepada jiwa dan kehendak ilahi yang mengatur alam

semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia

Friedrich Schleiermacer, menegaskan bahwa agama tidak dapat di lacak dari

pengetahuan rasional, juga tidak dari tindakan moral, akan tetapi agama berasal dari

perasaan ketergantungan mutlak kepada yang tak terhingga (feeling of absolute

dependence).4

Di samping itu, agama merupakan pedoman hidup atau arahan dalam


menentukan kehidupan, sebagaimana dalam hadist.

kutinggalkan untuk kamu dua perkara tidaklah kamu akan tersesat selama-

lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya yaitu kitabullah dan

sunnah rasul5

3 K. Sukardji, Agama-agama yang berkembang di dunia dan pemeluknya (Bandung:Angkasa,1993)


hlm 26
4 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama sebuah pengantar (Bandung: PT. MIizan Pustaka, 2004) hal.
20-22
5 Al-Hadits.

14
Secara sosiologis menurut johnstone

Religion can be defined as a system of beliefs and practices by which a

group of people interprets and responds to what they feel is sacred and usually

supernatural swell lebih lanjut johnstune menyatakan that by employing this

definition weare, for purposes of sociological investigation at least, adopting the

position, of the hardnosed relativist and agnostiec (saya kira dengan jujur kita harus
mengakui masih sangat sulit mencari orang atau pakar-pakar yang mengkaji atau

bergulat dengan agama tertentu di Indonesia, tetapi sekaligus merupakan relativis

dan agnostik.6

b. Hubungan Agama dengan Negara

Dikalangan kaum muslimin, terdapat kesepakatan bahwa eksistensi Negara

adalah suatu keniscayaan bagi berlangsungnya kehidupan bermasyarakat negara

dengan otoritasnya mengatur hubungan yang diperlukan antara masyarakat,

sedangkan agama mempunyai otoritas unuk megatur hubungan manusia dengan

tuhannya.

Hubungan antara agama dan negara menimbulkan perdebatan yang terus


berkelanjutan dikalangan para ahli. Pada hakekatnya Negara merupakan suatu

persekutuan hidup bersama sebagai penjelmaan sifat kodrati manusia sebagai

mahluk individu dan makhluk sosial oleh karena itu sifat dasar kodrat manusia

tersebut merupakan sifat dasar negara pula sehingga negara sebagai manifestasi

kodrat manusia secara horizontal dalam hubungan manusia dengan manusia lain

6 Azyumardi Azra, Reposisi Hubungan Agama dan Negara (Jakarta: Kompas Meida Nusantara,2002)
hal 33

15
untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian negara mempunyai sebab akibat

langsung dengan manusia karena manusia adalah pendiri negara itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas konsep hubungan negara dan agama sangat ditentukan

oleh dasar ontologis manusia masing masing keyakinan manusia sangat

mempengaruhi konsep hubungan agama dan negara dalam kehidupan manusia

berikut di uraikan beberapa perbedaan konsep hubungan agama dan negara menurut
beberapa aliran atau paham antara lain sebagai berikut:

a. Hubungan agama dan negara menurut paham teokrasi.

Dalam paham teokrasi hubungan agama dan negara digambarkan sebagai dua hal

yang tidak dapat dipisahkan, negara menyatu dengan agama karena pemerintahan

menurut paham ini dijalankan berdasarkan firman- firman Tuhan segala tata

kehidupan masyarakat bangasa dan negara dilakukan atas titah Tuhan dengan

demikian urusan kenegaraan atau politik dalam paham teokrasi juga diyakinkan

sebagai manifestasi Tuhan.

Sistem pemerintahan ini ada 2 yaitu teokrasi langsung dan tidak langsung. Sistem

pemerintahan teokrasi langsung adalah raja atau kepala negara memerintah sebagai
jelmaan Tuhan adanya negara didunia ini adalah atas kehendak Tuhan dan oleh

karena itu yang memerintah Tuhan pula.sedangkan sistem pemerintahan teokrasi

tidak langsung yang memerintah bukan tuhan sendiri melainkan raja atau kepala

negara yang memiliki otoritas atas nama Tuhan. Raja atau kepala negara

memerintah atas kehendak Tuhan dengan demikian dapat dikatakan bahwa negara

menyatu dengan agama .agama dengan negara tidak dapat dipisahkan.

16
b. Hubungan agama dan negara menurut paham sekuler

Paham sekuler memisahkan dan membedakan antara agama dan Negara.Dalam

negara sekuler tidak ada hubungan antara sistem kenegaraan dengan agama. Dalam

paham ini agama adalah urusan hubungan manusia dengan manusia lain atau urusan

dunia, sedangkan urusan agama adalah hubungan manusia dengan tuhan dua hal ini

menurut paham sekuler tidak dapat dipersatukan meskipun memisahkan antara


agama dan Negara.Lazimnya Negara sekuler mmbebaskan warga negaranya untuk

memeluk agama apa saja yang mereka yakini tapi negara tidak ikut campur tangan

dalam urusan agama.

c. Hubungan agama dan negara menurut paham komunisme

Paham komunisme ini memendang hakekat hubungan agama dan negara

berdasarkan filosofi dialektis dan materialisme histories paham ini menimbulkan

paham Atheis (tak bertuhan) yang dipelopori Karl marx menurutnya manusia

ditentukan oleh dirinya agama dalam hal ini dianggap suatu kesadaran diri bagi

manusia sebelum menemukan dirinya sendiri.

Manusia adalah dunia manusia sendiri yang kemudian menghasilkan masyarakat


negara sedangkan agama dipandang sebagai realisasi fantastis mahluk manusia dan

agama adalah keluhan mahluk tertindas. Oleh karena itu agama harus ditekan dan

dilarang nilai yang tertinggi dalam negara adalah materi karena manusia sendiri

pada hakikatnya adalah materi.

d. Hubungan agama dan negara menurut islam

Tentang hubungan agama dan negara dalam islam adalah agama yang paripurna
yang mencakup segalagalanya termasuk masalah negara oleh karena itu agama tidak

17
dapat dipisahkan dari negara dan urusan negara adalah urusan agama serta

sebaliknya aliran kedua mengatakan bahwa islam tidak ada hubungannya dengan

negara karena islam tidak mengatur kehidupan bernegara atau pemerintahan

menurut aliran ini Nabi Muhammad tidak mempunyai misi untuk mendirikan

negara.

Aliran ketiga berpendapat bahwa islam tidak mencakup segala-galanya tapi


mencakup seperangkat prinsip dan tata nilai etika tentang kehidupan bermasyarakat

termasuk bernegara.

Sementara itu Hussein Mohammad menyebutkan bahwa dalam islam ada

dua model hubungan agama dan negara.

- Hubungan integralistik dapat diartikan sebagai hubungan totalitas dimana agama

merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipasahkan keduanya merupakan dua

lembaga yang menyatu.

- Hubungan simbiosis mutualistik bahwa antara agama dan negara terdapat

hubungan yang saling membutuhkan sebab tanpa agama akan terjadi kekacauan dan

amoral dalam negara.

Ibnu taimiyah (tokoh sunni salafi) berpendapat bahwa agama dan negara

benar benar berkelindahan tanpa tanpa kekuasaan negara yang bersifat memaksa

agama berada dalam bahaya sementara itu tanpa disiplin hukum wahyu pasti

menjadi sebuah organisasi yang tiranik.

Selanjutnya al-Ghazali dalam bukunya Aliqtishad fi Alitiqat mengatakan

bahwa agama dan negara adalah dua anak kembar agama adalah dasar dan

18
penguasa/kekuasaaan negara adalah penjaga segala sesuatu yang tidak memiliki

dasar akan hancur dan sesuatu yang tidak memeiliki penjaga akan sia-sia.

Mengingat kompleksitas politis dan historis negara bangsa Indonesia sejauh

menyangkut kehidupan agama dan umat beragama dan juga political and social

repercussions yang bias muncul pada masa sekarang ini dalam masa masa transisi

mendatang maka jelas masih sangat sulit mencari format yang tepat dan accep table
bagi banyak pihak dalam reposisihubungan agama dan negara.

Akan tetapi agaknya satu hal sangat jelas bahwa akan sulit dibayangkan jika

reposisi itu dimaksudkan untuk menyisihkan begitu saja peran pemerintah dalam

mengatur kehidupan warga negara termasuk dalam kehidupan beragama,khususnya

dalam aspek administrasi keagamaan bukan aspek teologis masing masing agama

dan akan lebih sulit lagi jika reposisi itu dimaksudkan untuk memisahkan agama

dan negara melalui pemisahan kedap air(Waterlight separation)dengan kata lain

mengubah Indonesia menjadi negara sekuler setidaknya sebagian besar umat islam

belum siap untuk menerima perubahan itu.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:
1. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok

manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu

dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan

keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.

2.sifat negara yaitu memaksa, monopoli dan sifat memcakup semua

3.Unsur-unsur terbentuknya negara yaitu rakyat,wilayah,pemerintah dan

pengakuandari negara lain.

4.Tujuan Negara yang lain antara lain :

a. Menyelenggarakan ketertiban hukum

b. Memperluas kekuasaan

c. Mencari kesejahteraan hukum

5.Bentuk-bentuk negara Yaitu serikat dan kesatuan.

6. Teori Terbentuknya Negara

Ada empat macam teori mengenai suatu kedaulatan, yaitu teori kedaulatan Tuhan,

kedaulatan negara, kedaulatan hukum dan kedaulatan rakyat.

20
7. Hubungan antara Agama dan Negara

. Hubungan agama dan negara menurut islam

Tentang hubungan agama dan negara dalam islam adalah agama yang

paripurna yang mencakup segalagalanya termasuk masalah negara oleh karena itu

agama tidak dapat dipisahkan dari negara dan urusan negara adalah urusan agama

serta sebaliknya aliran kedua mengatakan bahwa islam tidak ada hubungannya
dengan negara karena islam tidak mengatur kehidupan bernegara atau pemerintahan

menurut aliran ini Nabi Muhammad tidak mempunyai misi untuk mendirikan negara.

2.9 Kritik dan saran

Dengan makalah tersebut diharapkan,bagi pembaca atau pendengar dapat

memahami arti penting Negara,mencakup seluruh aspek baik unsur,tujuan,dan fungsi

Negara, serta keterkaitan antara Negara dan agama, sehingga pembaca atau

pendengar mampu memposisikan dirinya sebagai salah satu unsur terbentuknya

sebuah Negara.Misalnya : ikut memberikan haknya dengan memberikan suara saat

pemilu berlangsung, mengeluarkan aspirasi atau pendapat melalui forum yang ada

dan lain sebagainya.Bagi penulis di harapkan tidak hanya mampu menulis tetapi
dapat melaksanakan seperti apa yang ada di dalam makalah ini.Kami menyadari

sepenuhnya masih jauh dari kesempurnaan dan banyak terdapat kesalahan baik dari

segi penulisan atau pembahasan.Oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik

dan saran yang bersifat membangun demiperbaikan makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA
http://www.wikipedia.com
Kansil,Hukum Tata Negara Republik Indonesia,Jakarta,PT.rineka cipta,2003
Tim ICCE UIN, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
madani,Jakarta,2003
Budiyanto, Dasar-dasar ilmu tata negara untuk SMU. Jakarta, Erlangga,2000..
Tim ICCE UIN Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani
Jakarta,2003
K. Sukardji, Agama-agama yang berkembang di dunia dan pemeluknya
Bandung:Angkasa,1993.
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama sebuah pengantar,Bandung: PT. MIizan
Pustaka, 2004.
Waqiatul Azra, Buku ajar civic education,Pamekasan, STAIN Pamekasan
Press,2006.
Azyumardi Azra, Reposisi Hubungan Agama dan Negara,Jakarta: Kompas Meida
Nusantara,2002.

22

Anda mungkin juga menyukai