(HAN ULHAQ)
PENDAHULUAN
Dalam pokok bahasan ini akan menbahas tindakan hukum pemerintah yang berkaitan
dengan tindakan hukum yang di lakukan oleh pemerintah dalam menjalankan fungsi
pemerintahannya menyangkut bidang hukum publik berati tindakan hukum yang dilakukan
tersebut berdasarkan hukum publik atau yaitu tindakan hukum yang dilakukan berdasarkan
hukum publik dengan melihat kedudukan pemerintah dalam menjalankan tindakat hukum publik
, pada dasarnya, siapapun yang menyampaikan pendapatnya tentang kebijakan publik di
dalamnya terdapat suatu langkah ataupun tindakan oleh pemerintah (penguasa). Langkah dari
tindakan itu mempunyai maksud dan tujuan yaitu bagi pemerintah dan masyarakat. Untuk
pemerintah diharapkan memperoleh dukungan sedangkan untuk masyarakat biasanya adalah
dicapainya kesejahteraan kehidupan masyarakat. Dalam melaksanakan kebijakan publik untuk
memudahkan pelaksanaannya biasanya ada proses paksaan, legitimasi dari kebijakan publik itu
ditempatkan pada produk hukum, ketentuan hukum, peraturan hukum. Jadi menurut penulis
kebijakan publik harus memenuhi beberapa hal yaitu sebagai berikut : adanya kepastian hukum
yang mengikat bagi penentu kebijakan dan masyarakat, diputuskan oleh pemerintah, keputusan
dapat diterima oleh masyarakat, dan bertujuan mensejahterakan masyarakat. Untuk lebih
jelasnya penulis akan memeparkan tiga langkah Perbuatan/tindakan hukum yang bersifat hukum
publik khususnya dalam hukum administrasi yang di kenal dengan
Pembahasan
Perbuatan Hukum
Secara umum bentuk perbuatan hukum yang dapat dikategorikan menjadi dua golongan,
yakni perbuatan hukum yang bersifat hukum privat, dan perbuatan hukum yang bersifat hukum
privat, dan perbuatan hukum yang bersifat hukum publik.
1.Perbuatan Hukum yang Bersifat Hukum Privat
Ada dua pendapat yang mempermasalahkan tentang daptkah pemerintah(penguasa) atau lebih
konkretnya adalah badan/pejabat tata usaha negara mengadakan hubungan hukum privat.
Pendapat pertama dikemukakan oleh Prof.Scholten,menyatakan bahwa badan/pejabat tata
usaha negara tidak dapat menggunakan hukum privat dalam menjalankan tugas pemerintahan
dengan alasan sifat hukum privat adlah mengatur hubungan hukum yang merupakan kehendak
dua belah pihak yang seimbang kedudukanya dan bersifat perorangan. Misalnya,jual beli, sewa
menyewa,tukar menukar dsb. Selanjutnya dikatakan bahwa untuk badan/pejabat tata usaha
negara hanya dimungkinkan satu tindakan dalam rangka pelaksanaan kepentingan umum.
Pendapat kedua,dikemukakan oleh Prof.Krabbe, Kranenburg, Vegtig, donner, dan Huart
bahwa badan/hal tertentu dapat menggunakan hukum privat.
Perbuatan/tindakan hukum administrasi atau tata usaha negara yang dilakukan oleh
badan/pejaba tata usaha negara menpunyai sifat-sifat sebagai berikut.
1.perbuatan/tindakan hukum tersebut dilakukan dalam hal atau keadaan menurut cara-cara yang
ditentukan dalam suatu peraturan perundang-undangan
2.perbuatan/tindakan hukum tersebutm mengikat warga masyarakat sekalipun yang bersangkutan
tidak menghendakinya.
3.perbuatan/tindakan hukum tersebut bersifat sefihak. Dilakukan atau tidak dilakukan tergantung
pada kehendak badan/pejabat tata usaha usaha negara yang memiliki wewenang pemerintah.
4.Perbuatan atau tindakan hukum tersebut bukan merupakan pernyataan kehendak badan/pejabat
tata usaha negara, melainkan merupakan suatu konsekuensi dari pelaksanaan fungsi
pemerintahan yang dilandasi suatu wewenang.
5.perbuatan/tindakan hukum tersebut memerlukan pengawasan secara preventiv/represif.
6.dalam perbuatan/tindakan hukum tersebut terdapat hubungan antara penguasa dengan warga
masyarakat yang berbeda, misalnya dalam hukum perdata.
Penjelasan keputusan Tata Usaha Negara (beschikking), menurut Pasal 1 angka 3 Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1986, didefinisikan sebagai berikut:
Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Sesuai dengan isi rumusan Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tersebut
memiliki elemen-elemen utama sebagai berikut:
1. Penetapan tertulis;
Pengertian penetapan tertulis adalah cukup ada hitam diatas putih karena menurut penjelasan atas
pasal tersebut dikatakan bahwa form tidak penting bahkan nota atau memo saja sudah
memenuhi syarat sebagai penetapan tertulis.
Pengertian badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dirumuskan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1986, yang menyatakan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah
Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Penjelasan atas Pasal 1 angka 1 menyatakan yang dimaksud dengan
urusan pemerintahan adalah kegiatan yang bersifat eksekutif. Menurut Prof. Muchsan, aparat
pemerintah dari tertinggi sampai dengan terendah mengemban 2 (dua) fungsi, yaitu:
Fungsi pelayanan adalah fungsi penunjang, kalau tidak dilaksanakan maka akan sulit
mensejahterakan masyarakat.
Dasar bagi pemerintah untuk melakukan perbuatan hukum publik adalah adanya kewenangan
yang berkaitan dengan suatu jabatan (ambt). Jabatan memperoleh wewenang melalui tiga sumber
yakni atribusi, delegasi dan mandat akan melahirkan kewenangan (bevogdheit, legal power,
competence). Dasar untuk melakukan perbuatan hukum privat ialah adanya kecakapan bertindak
(bekwaamheid) dari subyek hukum (orang atau badan hukum). Pada uraian diatas yang dimaksud
dengan atribusi adalah wewenag yang melekat pada suatu jabatan (Pasal 1 angka 6 Nomor 5
Tahun 1986 menyebutnya: wewenang yang ada pada badan atau pejabat tata usaha negara yang
dilawankan dengan wewenang yang dilimpahkan). Delegasi adalah pemindahan/pengalihan
suatu kewenangan yang ada. Delegasi menurut Prof. Muchsan adalah pemindahan/pengalihan
seluruh kewenangan dari delegans (pemberi delegasi) kepada delegataris (penerima delegasi)
termasuk seluruh pertanggungjawabannya. Mengenai mandat Philipus M. Hadjon berpendapat
bahwa dalam hal mandat tidak ada sama sekali pengakuan kewenangan atau pengalihtanganan
kewenangan. Sedangkan Prof. Muchsan mendefinisikan mandat adalah pemindahan/pengalihan
sebagian wewenang dari mandans (pemberi mandat) kepada mandataris (penerima mandat)
sedangkan pertanggungjawaban masih berada ditangan mandans.
4. Konkret, individual dan Final;
Elemen konkrit, individual dan final barangkali tidak menjadi masalah (cukup jelas). Unsur final
hendaknya dikaitkan dengan akibat hukum. Kriteria ini dapat digunakan untuk menelaah pekah
tahap dalam suatu Keputusan Tata Usaha Negara berantai sudah mempunyai kwalitas Keputusan
Tata Usaha Negara. Kwalitas itu ditentukan oleh ada-tidaknya akibat hukum.
Elemen terakhir yaitu menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata
membawa konsekuensi bahwa penggugat haruslah seseorang atau badan hukum perdata. Badan
atau pejabat tertentu tidak mungkin menjadi penggugat terhadap badan atau pejabat lainnya.
a. De rechtsvastellende beschikkingen;
Ketetapan Positif menimbulkan hak dan kewajiban bagi yang dikenai ketetapan. Ketetapan
Negatif tidak menimbulkan perubahan dalam keadaan hukum yang telah ada. Ketetapan Negatif
dapat berbentuk: pernyataan tidak berkuasa (onbevoegd-verklaring), pernyataan tidak diterima
(niet-ontvankelijk verklaring) atau suatu penolakan (awijzing).
1) Menurut Prins, ada empat macam Ketetapan Kilat: ketetapan yang berubah mengubah redaksi
(teks) ketetapan lama;
3. Prajudi Atmosudirjo, membedakan dua macam penetapan yaitu penetapan negatif (penolakan) dan
penetapan positif (permintaan dikabulakan). Penetapan negatif hanya berlaku sekali saja,
sehingga seketika permintaannya boleh diulangi lagi. Penetapan Positif terdiri atas lima golongan
yaitu:
b. Yang menciptakan keadaan hukum baru hanya terhadap suatu objek saja;
1) dispensasi, yaitu pernyataan dari pejabat administrasi yang berwenang, bahwa suatu ketentuan
undang-undang tertentu memang tidak berlaku terhadap kasus yang diajukan seseorang di dalam
surat permintaannya;
PENUTUP
Dari ketiga tindakan administrasi pemerintah yang di bahas pada makalah ini penulis
lebih menitik beratkan ke tindakan beschikking, karena beschikkin masuk dalam wilayah PTUN
untuk di periksa dan di putus sengketanya, sedangkan untuk perbuatan pemerintah lainnya yaitu
melakukan perbuatan materiil maupun mengeluarkan peraturan , tidak ditangani PTUN.
Sengketa yang menyangkut peraturan dan perbuatan materril, ditangani oleh peradilan umum
melalui gugatan perdata biasa. Khusus sengketa terhadap peraturan, maka selain dapat ditangani
melalui jalur sengketa di PN ataupun melalui permohonan hak uji materiil di Mahkamah Agung.
diberdayakan oleh