Anda di halaman 1dari 1

Pot Yang Retak

Dulu, ada seorang nenek yang mempunyai dua buah pot besar, yang
digantungkan pada sebatang kayu, dan dia bawa di bahunya untuk mengambil air di mata air setiap hari. Salah satu
pot itu sudah retak, sedangkan yang satunya masih utuh, dan selalu dapat dia gunakan untuk membawa air dengan
baik. Sedangkan pot yang sudah retak, selalu menyisakan separuhnya saja saat dia tiba di rumah.

Setiap hari selama bertahun-tahun nenek itu mengambil air dengan menggunakan kedua potnya, dan sampai di
rumah dengan air sebanyak satu setengah pot. Pot yang utuh sangat bangga dengan dirinya. Sedangkan pot yang
retak merasa malu dan sedih, karena dia hanya bisa membawa separuh dari kemampuan sesungguhnya.

Suatu hari, pot yang retak berkata kepada si nenek. "Nek, aku malu, karena retak di tubuhku ini aku hanya bisa
menampung sedikit air saja setiap harinya." Si nenek tersenyum, "Apakah kamu tidak melihat, bahwa di sepanjang
jalan dari rumah ke mata air, ada banyak bunga yang tumbuh di sisi yang kamu lalui, dan bukan sisi yang satunya?
Itu karena aku sudah lama tahu tentang retak di tubuhmu. Dan aku sengaja menanam biji-biji bunga di sepanjang
jalan, di sisi yang kamu lalui. Karena itu lah, selama bertahun-tahun aku bisa memetik bunga-bunga yang indah
untuk hiasan di rumah. Jika tidak ada kamu, bunga-bunga yang indah ini tidak akan bisa tumbuh karena kurang air,
dan rumah ini pasti kurang indah."
Pelajaran yang bisa diambil dari cerita ini:
1. Semua orang pasti mempunyai kekurangan. Tapi, kita tidak perlu berkecil hati karena semua kekurangan kita itu
lah yang membuat kita unik, dan membuat hidup ini menjadi lebih berwarna.
2. Saat kita menilai seseorang, jangan mencari kekurangannya, tapi carilah kelebihannya.
Dongeng ini diadaptasi dari cerita rakyat Cina. Ditulis oleh Keisya.
Baca dongeng berikutnya : Momotaro

Anda mungkin juga menyukai