Anda di halaman 1dari 6

1.

PENELITIAN ILMIAH
Penelitian atau riset berasal dari kata re dan search. Re artinya kembali dan search
artinya pencarian. Dari sisi ini, riset berarti pencarian kembali. Penelitian adalah suatu
pencarian fakta-fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan
antar fakta dan menghasilkan dalil atau hukum. Penelitian merupakan usaha-usaha
sistematis dan terencana untuk mencari solusi terhadap permasalahan tertentu.
1.1 Ilmu pengetahuan, dan pendekatan ilmilah (deduktif , induktif)
Ilmu Pengetahuan
Ilmu adalah pengetahuan yang sudah dicoba dan diatur menurut urutan dan arti
serta menyeluruh dan sistematik. Ilmu pengetahuan dan penelitian memiliki
keterkaitan yang erat. Dari ilmu pengetahuan dapat disimpulkan pernyataan-
pernyataan yang didasarkan pada kaidah-kaidah umum. Pernyataan-pernyataan
tersebut sangat bermanfaat di dalam menyusun simpulan-simpulan yang didasarkan
pada argumen-argumen deduktif. Seperti halnya ilmu pengetahuan, proses penelitian
juga mengikuti alur proses berpikir.
Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah menggunakan struktur teori untuk membentuk hipotesis dan
kemudian menggunakan fakta atau data empiris untuk menguji hipotesis untuk
mendapatkan kesimpulan atau konklusinya. Proses pengambilan kesimpulan seperti
ini disebut proses deduksi dan metodenya disebut dengan metode deduktif.
Sebaliknya, proses induksi atau metode induktif menggunakan data hipotesis yang
dibentuk dari data yang diobservasi dan dikumpulkan terlebih dahulu.
1.2 Pendekatan non ilmiah
Pendekatan non ilmiah atau pendekatan alamiah menolak bentuk terstruktur dari
riset. Proses pembentukan struktur teori tidak dilakukan. Isu penelitian atau
pertanyaan riset tidak perlu dihubungkan dengan teori-teori yang ada kecuali jika
tujuan penelitiannya ingin membuktikan atau menemukan keterbatasan dari suatu
teori. Tujuan riset seperti ini jarang dilakukan dan yang umum dilakukan adalah
untuk menemukan teori yang baru. Periset pendekatan non ilmiah bebas berpikir
terhadap teori apapun. Pendekatan non ilmiah juga tidak membutuhkan hipotesis-
hipotesis secara eksplisit.
Pendekatan alamiah juga menolak pengaturan-pengaturan riset secara atrifisial
seperti yang dilakukan oleh periset yang menggunakan metode ilmiah. Pengaturan-
pengaturan riset yang dilakukan di metode ilmiah misalnya adalah membuat
pengaturan (setting) penelitian di metode eksperimen dengan memanipulasi beberapa
variabel. Pendekatan alamiah lebih menggunakan dan menjaga setting alamiah
(natural) di mana fenomena atau perilaku yang akan diamati terjadi. Dengan
menggunakan wawancara tidak terstruktur, partisipan yang diobservasi yang tidak
diganggu diharapkan tidak merusak setting ilmiah yang sudah terjadi, sehingga
diharapkan menemukan teori yang dekat dengan kenyataannya tanpa dimanipulasi
oleh periset.
1.3 Cara berpikir ilmiah
Langkah-langkah atau cara berpikir ilmiah:
a. Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang
jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di
dalamnya.
b. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, yang merupakan
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai
faktor yang saling mengait dan memebentuk konstelasi permasalahan. Kerangka
berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah
teruji kebenarannya dengan memeperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan
dengan permasalahan.
c. Perumusan hipotesis, yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap
pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka
berpikir yang dikembangkan.
d. Pengujian hipotesis, yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan
dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta
yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
e. Penarikan kesimpulan, yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang
diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terhadap
fakta yang cukup dan mendukung hipotesis, maka hipotesis tersebut diterima.
Sebaliknya sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup,
maka hipotesis tersebut ditolak.
1.4 Arti/Definisi Riset
Riset (research) didefinisikan oleh Sekaran (2003, hal. 5) sebagai: Suatu
investigasi atau keingintahuan saintifik yang terorganisasi, sistematik, berbasis data,
kritikal terhadap suatu masalah dengan tujuan menemukan jawaban atau solusinya.
Sedangkan Kinney, Jr. (1986) mendefinisikan riset (research) sebagai:
Pengembangan dan pengujian dari teori-teori baru tentang bagaimana dunia nyata
bekerja atau penolakan dari teori-teori yang sudah ada.
Lebih spesifik pada aplikasi di bisnis, riset bisnis (business research)
didefinisikan oleh Cooper and Schindler (2001, hal. 5) sebagai: Pencarian yang
sistematik yang menyediakan informasi untuk mengarahkan keputusan-keputusan
bisnis. Cooper and Schindler di edisi berikutnya (2003, hal. 5) mendefinisikan riset
bisnis sebagai: Pencarian yang sistematik yang menyediakan informasi untuk
memecahkan permasalahan-permasalahan manajerial.
1.5 Pentingnya Metodelogi Penelitian
Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan
penelitian ada 3 macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan
pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data
yang baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang
diperoleh digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap informasi.
Pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.
Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum data
yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan,
dan mengantisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas suatu masalah atau
informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi tahu. Memecahkan berarti
meminimalkan atau menghilangkan masalah. Mengantisipasi berarti mengupayakan
agar masalah tidak terjadi, contoh: penelitian untuk mencari cara agar nilai rupiah
tidak merosot.
1.6 Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah jenis penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan
prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kualifikasi (pengukuran)
(Strauss dan Corbin, 1997). Sedangkan penelitian kuantitatif (quantitative research)
yaitu jenis penelitian yang didasarkan pada data kuantitatif atau temuan-temuannya
dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari
kuantifikasi.
Beberapa perbedaan mendasar antara penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat
dilihat dari bagaimana memulai penelitian, variabel (ubahan), pengamatan,
pengumpulan data, pendekatan yang digunakan, dan penekanan hasil penelitian.

Penelitian Kualitatif Penelitian Kuantitatif

1. Peneliti mulai dengan konsep- 1. Peneliti mulai dengan


konsep umum variabel-variabel untuk uji
hipotesis
2. Variabel merupakan hasil 2. Variabel merupakan alat
3. Pengamatan dilakukan secara 3. Pengamatan pada
mendalam serangkaian variabel yang
ditetapkan
4. Dalam pengumpulan data, 4. Daftar pertanyaan adalah
peneliti adalah instrumen alat pengumpul data yang
utama
5. Menggunakan pendekatan 5. Cenderung menggunakan
induksi analitik dalam pendekatan deduksi atau
pengambilan kesimpulan dapat pula induksi
enumeratif
6. Hasil penelitian menekankan 6. Hasil penelitian menekankan
pada makna pada generalisasi
Kedua jenis metode tersebut dapat digunakan secara efektif dalam membuat
rancangan penelitian yang sama. Seseorang dapat menggunakan data kualitatif untuk
mengilustrasikan atau untuk menjelaskan secara kuantitatif atas penemuan-penemuan
yang diperolehnya, atau sebaliknya seorang peneliti dapat menggunakan beberapa
bentuk data kuantitatif untuk mengesahkan analisis kualitatif dari peneliti tersebut.

1.7 Etika dalam Penelitian


Etika merupakan norma-norma atau standar-standar perilaku yang
mempedomani pilihan moral perilaku kita dan hubungan kita dengan orang lain.
Tujuan etika dalam penelitian adalah untuk menjamin agar tidak seorang pun yang
dirugikan atau mendapat dampak negatif dari kegiatan penelitian (Cooper dan
Emor.1996). Berbagai pihak yang terlibat dalam penelitian seperti responden klien
(sponsor), peneliti dan asisten peneliti, harus dijamin tidak dirugikan dari kegiatan-
kegiatan penelitian yang dilaksanakan.
Pengumpulan data dalam penelitian, apakah melalui wawancara, eksperimen,
pengamatan atau survey, perlu memikirkan perlindungan terhadap responden. Ada 3
pedomen yang dapat diikuti dalam memberikan perlindungan terhadap responden:
1) Memberi penjelasan kepada responden mengenai manfaat-manfaat yang
diharapkan dari hasil penelitian tanpa melebih-lebihkan.
2) Memberi penjelasan kepada responden bahwa hak-hak dan kesejahteraannya
dilindungi secukupnya dan jelaskan bagaimana hal itu akan dilakukan.
3) Pastikan bahwa wawancara mendapat persetujuan dari responden, termasuk
metode wawancara yang akan dilakukan; apa etika terhadap klien menyangkut
aspek kerahasiaan (dapat menyangkut identitas klien dan atau tujuan penelitian),
hak atas penelitian yang bermutu dan etika klien untuk meminta membuka
identitas responden.
Peneliti dan asisten peneliti bertugas menjaga kerahasiaan, baik klien maupun
responden. Peneliti juga bertanggung jawab terhadap keamanan pewawancara,
petugas survei, petugas eksperimen, atau petugas pengamat. Peneliti dapat menuntut
para asisten untuk melaksanakan rencana penarikan sampel, mewawancarai atau
mengamati responden tanpa bias, dan mencatat dengan cermat semua data yang
diperlukan. Perilaku para asisten berada dibawah pengawasan langsung peneliti:
Artinya apabila ada asisten berperilaku tidak etis seperti mengisi lembar wawancara
tanpa wawancara adalah tanggung jawab peneliti. Dengan demikian sangat penting
untuk memberi pelatihan dan supervisi yang baik terhadap asisten lapangan.

Anda mungkin juga menyukai