Anda di halaman 1dari 8

UJME 5 (2) (2016)

Unnes Journal of Mathematics Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA


SISWA BERDASARKAN TAHAPAN POLYA PADA MODEL
PEMBELAJARAN SELECTIVE PROBLEM SOLVING

N. K Manah , Isnarto, Kristina Wijayanti

Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia


Gedung D7 Lt. 1, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ketuntasan belajar siswa kelas VII SMP
yang diajar dengan model Selective Problem Solving (SPS) dan mengetahui
gambaran kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berdasarkan
tahapan Polya pada model pembelajaran SPS. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mixed methods dengan desain sequential explanatory dimana
tahap pertama penelitian menggunakan metode kuantitatif dan tahap kedua
menggunakan metode kualitatif. Subjek penelitian sebanyak enam siswa kelas
Kata Kunci:
VIID SMPN 41 Semarang yang terdiri atas: dua siswa kelompok atas, dua siswa
Kemampuan pemecahan
masalah matematika; kelompok sedang, dan dua siswa kelompok kurang pada tes kemampuan
tahapan Polya; Selective pemecahan masalah matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
Problem Solving pembelajaran matematika pada kelas VII SMP dengan model SPS dapat
mencapai ketuntasan belajar; (2) siswa dari kelompok atas mampu memecahkan
masalah melalui tahapan Polya kecuali tahap melihat kembali; (3) siswa
kelompok sedang mampu memahami masalah, namun belum mampu
melaksanakan secara menyeluruh tahap merencanakan, melaksanakan
pemecahan masalah, dan melihat kembali; (4) siswa kelompok kurang belum
mampu menyelesaikan masalah melalui tahapan Polya.

Abstract
The purpose of this study was to determine the thoroughness of VII grade students who
taught by the Selective Problem Solving (SPS) model and to know the description of
students' mathematical problem solving ability based on Polya's stages on SPS learning
model. The method used in this study is a mixed methods with sequential explanatory
design where the first stage of research used quantitative methods, and the second stage used
qualitative methods. The subjects of this research are six students from VII D grade of
SMPN 41 Semarang consist of: two students from top group, two students from middle
group, and two students from lacking group in mathematical problem solving ability test.
The results showed that: (1) mathematics learning in VII grade with SPS models can
achieve learning completeness; (2) the students from top group were able to solve the
problem through Polya's stages except looking back stage; (3) the students of middle group
were able to understand the problem well, but have not been able to carry out thoroughly
stage of planning, implementing problemsolving, and looking back; (4) the students from
less group have not been able to solve the problem through the Polya's stage which includes
understanding the problem, devising a plan, carrying out the plan, and looking back.

2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
E-mail: nilakumoro@students.unnes.ac.id p-ISSN 2252-6927
e-ISSN 2460-5840
N. K.Manah et al / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (2) (2016)

PENDAHULUAN model matematika, menyelesaikan model dan


menafsirkan solusi yang diperoleh. Menurut
Kualitas sumber daya manusia adalah Polya (1973: 7), terdapat empat langkah yang
salah satu faktor yang menentukan kemajuan ditempuh dalam pemecahan masalah yaitu: (1)
suatu bangsa, sedangkan kualitas sumber daya memahami masalah; (2) merencanakan
manusia bergantung pada kualitas pemecahan masalah; (3) melaksanakan
pendidikannya. Pendidikan merupakan usaha pemecahan masalah; (4) melihat kembali.
sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran supaya SMP Negeri 41 Semarang merupakan
siswa secara aktif mengembangkan potensi salah satu Sekolah Standar Nasional (SSN) di
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual Kota Semarang. Kriteria Ketuntasan Minimal
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, (KKM) yang ditetapkan untuk mata pelajaran
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan matematika pada sekolah tersebut cukup tinggi
yang diperlukan dirinya dan masyarakat (UU yaitu 70. Menurut hasil Ujian Nasional (UN)
Sisdiknas nomor 20 tahun 2003). Keberhasilan SMP pada mata pelajaran matematika tahun
pendidikan diukur dari tercapainya target pelajaran 2012/2013 berdasarkan persentase
akademis dan nilai karakter yang dimiliki penguasaan materi matematika di SMP Negeri
seseorang yang tercermin dalam kehidupan 41 Semarang untuk kemampuan menyelesaikan
sehari-hari. Salah satu subsistem pendidikan masalah yang berkaitan dengan keliling bangun
nasional yang memberikan kontribusi penting datar adalah sebesar 43,98% dan untuk
dalam pembentukan kecerdasan dan karakter kemampuan menyelesaikan masalah yang
siswa adalah pembelajaran matematika. Oleh berkaitan dengan luas bangun datar sebesar
karena itu, sangat penting mendesain proses 51,20%. Nilai hasil ujian akhir semester genap
pembelajaran matematika yang tepat agar kelas VII pada tahun ajaran 2014/2015
tujuan membentuk siswa menjadi insan yang menunjukkan bahwa 52,34% siswa belum
cerdas dan berkarakter dapat tercapai. mencapai KKM. Kenyataan sebagaimana
disebutkan di atas memberikan gambaran
Kemampuan pemecahan masalah bahwa kemampuan pemecahan masalah
merupakan bagian dari kurikulum matematika matematika siswa masih rendah.
yang sangat penting karena dalam proses
pembelajaran matematika maupun dalam Sehubungan dengan kemampuan
penyelesaian masalah matematika, siswa akan pemecahan masalah matematika siswa, peranan
memperoleh pengalaman menggunakan guru sangatlah penting untuk membentuk siswa
pengetahuan serta ketrampilan yang telah ia yang memiliki kemampuan pemecahan masalah
miliki untuk diterapkan pada pemecahan yang baik, sehingga memperoleh hasil belajar
masalah yang bersifat tidak rutin sehingga siswa yang memuaskan dan tujuan pembelajaran yang
akan lebih selektif dalam pengambilan ditetapkan dapat tercapai. Guru sebagai
keputusan. Setiap individu senantiasa fasilitator perlu mendesain proses pembelajaran
menghadapi masalah dalam kehidupannya. matematika yang dapat mengembangkan
Menurut Alexander dalam Mahmudi (2010), kemampuan pemecahan masalah matematika
kesuksesan individu sangat ditentukan oleh siswa. Salah satunya dengan menerapkan model
kemampuannya dalam menyelesaikan masalah. pembelajaran matematika yang sesuai dengan
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan tujuan dan kebutuhan siswa.
pemecahan masalah penting untuk Model pembelajaran Selective Problem
dikembangkan. Solving (SPS) adalah sebuah model yang
Pentingnya kemampuan pemecahan mencakup enam langkah yaitu pendefinisian
masalah matematika juga dapat dilihat dari masalah target, identifikasi masalah sumber,
tujuan pembelajaran matematika di sekolah solusi masalah target, konstruksi masalah asli,
yang termuat dalam Permendiknas nomor 22 solusi masalah asli, dan refleksi. Karakteristik
tahun 2006 tentang Standar Isi. Peraturan dasar dari model pembelajaran Selective Problem
tersebut menjelaskan bahwa mata pelajaran Solving (SPS) adalah seleksi dan analogi.
matematika bertujuan agar siswa memiliki lima Menurut Sak (2011), tujuan dari model
kemampuan yang salah satunya adalah pembelajaran SPS adalah untuk
memecahkan masalah yang meliputi mengembangkan berpikir kreatif dan
kemampuan memahami masalah, merancang kemampuan pemecahan masalah melalui
penggunaan pemikiran analogis, mendalam,
2
N. K. Manah et al / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (2) (2016)

dan selektif, dan untuk memperkaya pemecahan masalah matematika. Peneliti


pengetahuan individu sehingga dapat dialihkan menentukan enam siswa sebagai subjek di
ke situasi masalah yang berbeda. dalam penelitian ini. Adapun kriterianya, (1)
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dua siswa diambil dari kelompok atas, (2) dua
dilakukan kajian untuk menganalisis siswa diambil dari kelompok sedang, dan (3)
kemampuan pemecahan masalah matematika dua siswa diambil dari kelompok kurang.
siswa berdasarkan tahapan Polya pada model Keenam subjek penelitian yang dipilih
pembelajaran Selective Problem Solving (SPS). mempertimbangkan kemampuan siswa dalam
mengemukakan pendapat/jalan pikirannya
Fokus penelitian ini adalah mengetahui
secara lisan.
gambaran kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa berdasarkan tahapan Polya. Metode pengumpulan data dalam
Tahap pemecahan yang diusulkan oleh Polya, penelitian ini adalah tes kemampuan
yaitu: (1) memahami masalah; (2) pemecahan masalah matematika dan
merencanakan pemecahan masalah; (3) wawancara. Hasil tes kemampuan pemecahan
melaksanakan pemecahan masalah; (4) melihat masalah matematika dan data hasil wawancara
kembali. selanjutnya dianalisis. Analisis tes kemampuan
pemecahan masalah matematika berdasarkan
Tujuan penelitian ini adalah (1)
tahap pemecahan masalah menurut Polya
mengetahui ketuntasan belajar siswa yang diajar
(1973) yaitu memahami masalah,
dengan model pembelajaran SPS pada materi
merencanakan pemecahan masalah,
segiempat kelas VII SMP; (2) memperoleh
melaksanakan pemecahan masalah, dan
gambaran tentang kemampuan pemecahan
melihat kembali. Adapun indikator tiap tahap
masalah matematika siswa berdasarkan tahapan
pemecahan masalah Polya ditunjukkan pada
pemecahan masalah Polya pada pembelajaran
Tabel 1 berikut.
dengan model SPS.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mixed methods. Desain
penelitian yang digunakan adalah desain
sequential explanatory. Metode kombinasi desain
sequential explanatory adalah metode penelitian
kombinasi yang menggabungkan metode
penelitian kuantitatif dan kualitatif secara
berurutan dimana pada tahap pertama
penelitian menggunakan metode kuantitatif dan
pada tahap kedua metode kualitatif.
Metode kuantitatif digunakan untuk
menguji ketuntasan belajar kemampuan
pemecahan masalah siswa yang diajar dengan
model pembelajaran SPS pada materi segiempat
dan untuk menentukan subjek penelitian.
Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui
gambaran kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa berdasarkan tahapan Polya.
Sampel pada penelitian ini adalah siswa
kelas VII D SMP Negeri 41 Semarang tahun
ajaran 2015/2016 sebanyak 28 siswa. Siswa
pada kelas penelitian selanjutnya
dikelompokkan dengan menggunakan standar
deviasi menurut Arikunto (2013) yang membagi
kelas menjadi tiga kelompok siswa, yaitu
kelompok atas, kelompok sedang, dan
kelompok kurang. Pengelompokan siswa
tersebut berdasarkan hasil tes kemampuan
3
N. K.Manah et al / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (2) (2016)

Teknik analisis data dalam penelitian ini lain -ztabel zhitung, maka H0 diterima sehingga
adalah analisis data kuantitatif dan analisis data proporsi siswa yang mendapat nilai 70 lebih
kualitatif. Analisis data kuantitatif dari atau sama dengan 85% dibenarkan. Artinya
menggunakan uji ketuntasan untuk mengetahui pembelajaran dengan model SPS pada materi
apakah siswa yang diajar dengan model segiempat kelas VII SMP dapat mencapai
pembelajaran SPS pada materi segiempat kelas ketuntasan belajar. Pencapaian tersebut tidak
VII SMP dapat mencapai ketuntasan belajar. terlepas dari perlakuan pembelajaran yang
Pembelajaran dikatakan tuntas pada penelitian dapat mengembangkan kemampuan pemecahan
ini apabila sekurang-kurangnya 85% dari jumlah masalah matematika siswa.
siswa di kelas penelitian mencapai nilai minimal Kemampuan pemecahan masalah
70. Analisis data kualitatif dilakukan dengan matematika dapat berkembang apabila siswa
langkah-langkah yaitu reduksi data, penyajian mempunyai pemahaman konsep yang baik,
data, verifikasi dan kesimpulan. mampu mengorganisasikan pengetahuan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN diperoleh sebelumnya dengan informasi baru,
Pembelajaran dilakukan dengan model dan terbiasa menyelesaikan soal-soal
pembelajaran Selective Problem Solving (SPS) pemecahan masalah matematika. Model
sebanyak empat pertemuan dengan durasi 80 pembelajaran SPS dirancang sedemikian rupa
menit untuk setiap pertemuan. Pembelajaran sehingga dapat mengembangkan kemampuan
dengan model SPS mempunyai enam tahap pemecahan masalah matematika siswa.
yaitu: (1) pendefinisian masalah target; (2) Karakteristik model pembelajaran SPS adalah
identifikasi masalah sumber; (3) solusi masalah analogi dan seleksi. Transfer analogis sangat
target; (4) konstruksi masalah asli; (5) solusi penting bagi siswa karena transfer analogi dapat
masalah asli; dan (6) refleksi. membantu siswa untuk membangun
pemahaman dari informasi baru yang ia peroleh
Tes kemampuan pemecahan masalah
dan menghubungkan pemecahan masalah rutin
matematika dilaksanakan pada hari Kamis,
dengan pemecahan masalah non rutin yang
tanggal 31 Maret 2016 dengan menggunakan
mirip.
soal tes kemampuan pemecahan masalah
matematika kepada siswa kelas VII D SMP Model pembelajaran SPS
Negeri 41 Semarang sebanyak 28 siswa. mengharuskan siswa untuk menyelesaikan
Pemberian tes kemampuan pemecahan masalah masalah dengan mengaitkan pengetahuan-
matematika ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan yang telah mereka miliki sehingga
ketuntasan pembelajaran matematika siswa membuat ingatan siswa menjadi kuat dan
yang diajar dengan model pembelajaran SPS transfer belajar mudah dicapai. Hal ini sesuai
dan juga digunakan sebagai pertimbangan dengan teori belajar Ausubel yaitu belajar
dalam memilih subjek penelitian yang akan bermakna dimana proses mengaitkan informasi
diwawancarai secara mendalam mengenai baru dengan konsep-konsep yang relevan dan
kemampuan pemecahan masalah matematika terdapat dalam struktur kognitif seseorang
berdasarkan tahapan Polya. dapat membuat seseorang menjadi kuat
ingatannya dan transfer belajar mudah dicapai.
Berdasarkan hasil analisis tes
kemampuan pemecahan masalah matematika Sebagaimana dijelaskan dalam teori
menunjukkan bahwa data nilai hasil tes pada Vygotsky, terdapat serangkaian tugas yang
kelas penelitian berdistribusi normal. Uji terlalu sulit dikuasai anak secara individu, tetapi
ketuntasan kemudian dilakukan untuk dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa
mengetahui apakah pembelajaran dengan model atau anak yang lebih mampu. Pada model
SPS pada materi segiempat kelas VII SMP pembelajaran SPS guru berperan sebagai
dapat mencapai ketuntasan belajar. Uji fasilitator dimana guru membantu dan
ketuntasan pada penelitian ini menggunakan uji membimbing siswa dengan memberikan
proporsi pihak kiri, dengan kriteria yang pertanyaan-pertanyaan pancingan yang dapat
digunakan adalah H0 diterima jika membantu siswa dalam penyelesaian masalah.
-ztabel zhitung, dimana ztabel didapat dari Kemudian pada langkah konstruksi masalah asli
distribusi normal baku. Hasil uji proporsi dan solusi masalah, siswa diberi kesempatan
menunjukkan nilai zhitung= -0,44 dan nilai untuk mengembangkan dan mengkonstruksi
ztabel untuk taraf kesalahan 5% adalah 1,645. masalah yang serupa dengan masalah yang
Terlihat bahwa -1,645 -0,44 atau dengan kata telah berhasil diselesaikannya dan mencari

4
N. K. Manah et al / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (2) (2016)

solusi dari permasalahan tersebut. tahap memahami masalah.


Selanjutnya dilakukan pengelompokan Pada tahap merencanakan pemecahan
siswa berdasarkan kedudukannya dalam masalah siswa dari kelompok atas dapat
kelompok menggunakan standar deviasi. melakukan perencanaan untuk menyelesaikan
Distribusi kelompok siswa berdasarkan hasil tes permasalahan pada soal tes kemampuan
kemampuan pemecahan masalah matematika pemecahan masalah matematika. Siswa dari
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. kelompok atas mampu menuliskan pemisalan
Masing-masing kelompok siswa dipilih yang sesuai dari informasi yang ada pada soal
secara purposive 2 siswa sebagai subjek penelitian dan mampu menuliskan rumus yang sesuai
dengan mempertimbangkan kemampuan siswa antara yang diketahui dan yang ditanyakan
dalam mengemukakan pendapat/jalan untuk menyelesaikan masalah. Siswa dari
kelompok atas pada beberapa soal tes tidak
menuliskan dengan lengkap rumus yang
digunakannya untuk menyelesaikan masalah
pada tahap merencanakan pemecahan masalah,
tetapi pada tahap melaksanakan pemecahan
masalah siswa dapat menuliskan rumus dengan
lengkap dan tepat.
Pada tahap melaksanakan pemecahan
masalah siswa dari kelompok atas mampu
mensubstitusikan informasi dengan benar ke
pikirannya secara lisan. Subjek penelitian dalam rumus yang telah ditentukan, mampu
tersebut yaitu untuk kelompok atas A-1 dan melakukan perhitungan yang diperlukan untuk
A-2, kelompok sedang S-1 dan S-2, serta mendukung jawaban soal dengan benar, dan
kelompok kurang K-1 dan K-2. melakukan langkah penyelesaian masalah
Selanjutnya dilakukan analisis data secara runtut. Namun beberapa siswa dari
kemampuan pemecahan masalah matematika kelompok atas mengalami kendala dalam
dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah melaksanakan pemecahan masalah yang
matematika, analisis data wawancara dan hasil memerlukan materi yang diperoleh sebelumnya.
triangulasi untuk masing-masing subjek Siswa dari kelompok atas mampu
penelitian sehingga diperoleh data sebagai menuliskan caranya sendiri dalam memeriksa
berikut. kembali hasil pekerjaan menggunakan unsur
yang diketahui pada soal, tetapi belum semua
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
unsur yang diketahui pada soal digunakan. Hal
Siswa Kelompok Atas pada Model Selective tersebut akan mengakibatkan kesalahan hitung
Problem Solving (SPS) maupun kesalahan konsep yang digunakan
Hasil analisis kemampuan pemecahan siswa tidak dapat terdeteksi oleh siswa sendiri.
masalah matematika siswa dari kelompok atas Siswa dari kelompok atas mampu menuliskan
menunjukkan bahwa kedua subjek A-1 dan A-2 simpulan hasil penyelesaian masalah dengan
dapat memecahkan masalah melalui tahap benar, namun beberapa siswa dari kelompok
memahami masalah, merencanakan dan atas tidak mampu menyimpulkan dengan benar
melaksanakan pemecahan masalah, namun soal tes nomor 5. Hal tersebut dikarenakan
belum mampu melaksanakan secara beberapa siswa tersebut tidak mampu
menyeluruh tahap melihat kembali. melaksanakan pemecahan masalah secara
Siswa dari kelompok atas dapat menyeluruh untuk soal nomor 5 sehingga tidak
memahami masalah dengan baik yang menuliskan kesimpulan hasil penyelesaian
ditunjukkan dengan mampu menjelaskan dengan benar.
masalah pada soal tes kemampuan pemecahan Berdasarkan hasil analisis disimpulkan
masalah matematika dengan kalimatnya sendiri bahwa siswa dari kelompok atas mampu
dan mampu menuliskan apa yang diketahui dan memecahkan masalah melalui tahapan Polya
apa yang ditanyakan pada soal dengan tepat. yaitu memahami masalah, merencanakan
Siswa dari kelompok atas memiliki pemecahan masalah, melaksanakan pemecahan
kecenderungan tidak mengalami kesulitan pada masalah, namun belum mampu melihat

5
N. K.Manah et al / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (2) (2016)

kembali secara menyeluruh. Kendala yang perlu meningkatkan ketelitian dalam


dialami siswa dari kelompok atas yaitu memisalkan. Beberapa siswa dari kelompok
seringkali kurang teliti dalam menuliskan sedang pada beberapa soal tes tidak menuliskan
keterangan dari perhitungan yang dilakukan, dengan lengkap rumus yang digunakannya
kurang teliti dalam menuliskan satuan dan untuk menyelesaikan masalah pada tahap
perlu mempelajari kembali materi yang merencanakan pemecahan masalah, tetapi pada
diperoleh sebelumnya agar dapat tahap melaksanakan pemecahan masalah kedua
menyelesaikan permasalahan secara siswa dapat menuliskan rumus dengan lengkap
keseluruhan. Selain itu, berdasarkan hasil dan tepat.
penelitian terhadap siswa A-1 dan A-2, siswa Siswa dari kelompok sedang dalam
dari kelompok atas belum mampu secara beberapa kasus belum mampu mensubstitusikan
lengkap melaksanakan tahap melihat kembali informasi dengan benar ke dalam rumus yang
karena menganggap bahwa yang terpenting telah ditentukan, misalnya pada soal nomor 2.
adalah langkah perhitungan. Siswa dari kelompok sedang mampu
melakukan perhitungan yang diperlukan untuk
mendukung jawaban soal dengan benar dan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
runtut, tetapi pada beberapa soal perencanaan
Siswa Kelompok Sedang pada Model Selective dan konsep yang digunakan siswa kurang tepat
Problem Solving (SPS) sehingga mengakibatkan hasil penyelesaian
Hasil analisis kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh juga menjadi tidak
masalah matematika siswa dari kelompok atas tepat. Siswa dari kelompok sedang mengalami
menunjukkan bahwa kedua subjek S-1 dan S-2 kendala dalam melaksanakan pemecahan
mampu memecahkan masalah melalui tahapan masalah yang memerlukan materi yang
Polya, namun belum dapat melaksanakan diperoleh sebelumnya.
secara menyeluruh tahap merencanakan dan Siswa dari kelompok sedang belum
melaksanakan pemecahan masalah, serta tahap mampu menuliskan caranya sendiri dalam
melihat kembali. memeriksa kembali hasil pekerjaan
Siswa dari kelompok sedang dapat menggunakan unsur yang diketahui pada soal.
memahami masalah dengan baik yang Siswa dari kelompok sedang melakukan tahap
ditunjukkan dengan mampu menjelaskan melihat kembali dengan cara menghitung ulang
masalah pada soal tes kemampuan pemecahan hasil penyelesaian masalah yang ia peroleh, hal
masalah matematika dengan kalimatnya sendiri ini mengakibatkan kesalahan hitung maupun
dan mampu menuliskan apa yang diketahui dan kesalahan konsep yang digunakan siswa tidak
apa yang ditanyakan pada soal dengan tepat. dapat terdeteksi oleh siswa sendiri. Siswa dari
Namun pada soal nomor 2, beberapa siswa dari kelompok sedang tidak mampu melaksanakan
kelompok sedang tidak menuliskan dengan pemecahan masalah secara menyeluruh untuk
lengkap apa yang diketahui. Hal tersebut soal-soal tertentu sehingga tidak menuliskan
dikarenakan siswa belum mampu membedakan kesimpulan hasil penyelesaian dengan benar.
antara informasi yang relevan dan informasi Berdasarkan hasil analisis disimpulkan
yang tidak relevan untuk penyelesaian masalah siswa dari kelompok sedang mampu
dari soal tersebut. memecahkan masalah melalui tahapan Polya,
Pada tahap merencanakan pemecahan namun belum dapat melaksanakan secara
masalah siswa dari kelompok sedang dapat menyeluruh tahap merencanakan dan
melakukan perencanaan untuk menyelesaikan melaksanakan pemecahan masalah, serta tahap
permasalahan pada soal tes kemampuan melihat kembali. Siswa dari kelompok sedang
pemecahan masalah matematika. Namun pada seringkali kurang teliti dalam menuliskan
soal tertentu siswa dari kelompok sedang tidak keterangan dari perhitungan yang dilakukan.
dapat melakukan perencanaan untuk
menyelesaikan masalah, misalnya pada soal
nomor 2. Hal tersebut dipengaruhi oleh Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
pemahaman siswa terhadap soal yang tidak Siswa Kelompok Sedang pada Model Selective
menyeluruh. Siswa dari kelompok sedang Problem Solving (SPS)
mampu menuliskan pemisalan yang sesuai dari Hasil analisis kemampuan pemecahan
informasi yang ada pada soal walaupun masih masalah matematika siswa dari kelompok
6
N. K. Manah et al / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (2) (2016)

kurang menunjukkan bahwa siswa tidak kesalahan konsep yang digunakan siswa tidak
mampu memecahkan masalah melalui tahapan dapat terdeteksi oleh siswa sendiri. Siswa dari
Polya yang meliputi memahami masalah, kelompok kurang tidak mampu menuliskan
merencanakan pemecahan masalah, simpulan hasil penyelesaian masalah untuk
melaksanakan pemecahan masalah, dan setiap soal dengan benar.
melihat kembali.
Siswa dari kelompok kurang tidak
SIMPULAN
dapat memahami masalah dengan baik yang
Simpulan yang diperoleh dari penelitian
ditunjukkan dengan tidak mampunya siswa
ini adalah (1) pembelajaran matematika materi
dalam menjelaskan masalah pada soal tes
segiempat dengan model pembelajaran Selective
kemampuan pemecahan masalah matematika
Problem Solving (SPS) dapat mencapai
dengan kalimatnya sendiri dan tidak mampu
ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil uji
menjawab pertanyaan peneliti yang merujuk
ketuntasan diketahui bahwa 85% dari jumlah
pada kemampuan memahami masalah ketika
siswa kelas VII SMP yang mendapat
wawancara. Siswa dari kelompok kurang juga
pembelajaran dengan model SPS pada materi
tidak mampu menuliskan apa yang diketahui
segiempat dapat mencapai nilai minimal 70; (2)
dan apa yang ditanyakan pada soal dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika
tepat. Hal tersebut dikarenakan siswa belum
berdasarkan tahapan Polya untuk siswa
mampu membedakan antara informasi yang
kelompok atas diperoleh hasil bahwa siswa dari
relevan dan informasi yang tidak relevan untuk
kelompok atas dapat melaksanakan dengan
penyelesaian masalah dari soal.
baik tahapan Polya yang meliputi memahami
Pada tahap merencanakan pemecahan masalah, merencanakan dan melaksanakan
masalah siswa dari kelompok kurang tidak pemecahan masalah, namun belum mampu
dapat melakukan perencanaan untuk melihat kembali secara menyeluruh; (3)
menyelesaikan permasalahan pada soal tes kemampuan pemecahan masalah matematika
kemampuan pemecahan masalah matematika. berdasarkan tahapan Polya untuk siswa
Hal tersebut dipengaruhi oleh pemahaman kelompok sedang diperoleh hasil bahwa siswa
siswa terhadap soal yang tidak menyeluruh. dari kelompok sedang mampu memahami
Siswa dari kelompok kurang belum mampu masalah, namun belum mampu melaksanakan
secara lengkap menuliskan pemisalan yang secara menyeluruh tahap merencanakan dan
sesuai dari informasi yang ada pada soal dan melaksanakan pemecahan masalah, serta
masih perlu meningkatkan ketelitian dalam melihat kembali; (4) kemampuan pemecahan
memisalkan. Siswa dari kelompok kurang tidak masalah matematika berdasarkan tahapan
menuliskan dengan lengkap rumus yang Polya untuk siswa kelompok kurang diperoleh
digunakannya untuk menyelesaikan masalah hasil bahwa siswa dari kelompok kurang belum
pada tahap merencanakan pemecahan masalah. dapat melaksanakan tahapan Polya secara
Siswa dari kelompok kurang tidak menyeluruh.
mampu mensubstitusikan informasi dengan Saran yang dapat disumbangkan
benar ke dalam rumus yang telah ditentukan. berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah (1)
Siswa dari kelompok kurang juga tidak mampu perlu dibudayakan pengajaran untuk
melakukan perhitungan yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan
mendukung jawaban soal dengan benar dan masalah matematika kepada siswa sejak
runtut sehingga mengakibatkan hasil pendidikan dasar; (2) guru perlu
penyelesaian masalah yang diperoleh juga memperhatikan kesulitan-kesulitan yang
menjadi tidak tepat. dihadapi siswa dalam memecahkan masalah
Siswa dari kelompok kurang belum matematika sehingga mampu mengingatkan
mampu menuliskan caranya sendiri dalam siswa untuk tidak melakukan kesalahan yang
memeriksa kembali hasil pekerjaan sama ketika memecahkan masalah; (3) siswa
menggunakan unsur yang diketahui pada soal. dari kelompok atas perlu mendapatkan
Siswa dari kelompok kurang melakukan tahap bimbingan dari guru terkait ketelitiannya dalam
melihat kembali dengan cara menghitung ulang penulisan matematika; (4) siswa dari kelompok
hasil penyelesaian masalah yang ia peroleh, hal sedang perlu diberikan latihan berbagai jenis
ini mengakibatkan kesalahan hitung maupun soal pemecahan masalah secara rutin sehingga

7
N. K.Manah et al / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (2) (2016)

siswa terbiasa untuk merencanakan pemecahan


masalah kemudian melaksanakan rencana
tersebut dan memeriksa kembali hasil
penyelesaian yang diperoleh; (5) siswa dari
kelompok kurang perlu mendapatkan perhatian
dan bimbingan agar siswa terus mencoba
meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika dengan memberi umpan
balik yang membangun dan memberikan
latihan berbagai jenis soal pemecahan masalah
secara rutin.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2013. DasarDasar Evaluasi Pendidikan
(Edisi 2). Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun
2006 Tentang Standar Isi. Jakarta:
Depdiknas.
Mahmudi, A. 2010. Tinjauan Asosiasi antara
Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis dan Disposisi Matematis.
Makalah dipresentasikan pada Seminar
Nasional Pendidikan Matematika, UNY
Yogyakarta, 17 April.
Polya, G. 1973. How to Solve It. New Jersey:
Princeton University Press..
Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional. Lembaran Negara RI Tahun 2003,
No. 78. Sekretaris Negara. Jakarta. Tersedia
di
http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com
/2009/04/undang-undang-no-20-tentang-
sisdiknas.pdf. [diakses 28-10-2015]
Sak, U. 2011. Selective Problem Solving (SPS): A
Model for Teaching Creative Problem-
Solving. Gifted Education International, Vol
27: 349-357.

Anda mungkin juga menyukai