Abstract
The purpose of this study was to determine the thoroughness of VII grade students who
taught by the Selective Problem Solving (SPS) model and to know the description of
students' mathematical problem solving ability based on Polya's stages on SPS learning
model. The method used in this study is a mixed methods with sequential explanatory
design where the first stage of research used quantitative methods, and the second stage used
qualitative methods. The subjects of this research are six students from VII D grade of
SMPN 41 Semarang consist of: two students from top group, two students from middle
group, and two students from lacking group in mathematical problem solving ability test.
The results showed that: (1) mathematics learning in VII grade with SPS models can
achieve learning completeness; (2) the students from top group were able to solve the
problem through Polya's stages except looking back stage; (3) the students of middle group
were able to understand the problem well, but have not been able to carry out thoroughly
stage of planning, implementing problemsolving, and looking back; (4) the students from
less group have not been able to solve the problem through the Polya's stage which includes
understanding the problem, devising a plan, carrying out the plan, and looking back.
Teknik analisis data dalam penelitian ini lain -ztabel zhitung, maka H0 diterima sehingga
adalah analisis data kuantitatif dan analisis data proporsi siswa yang mendapat nilai 70 lebih
kualitatif. Analisis data kuantitatif dari atau sama dengan 85% dibenarkan. Artinya
menggunakan uji ketuntasan untuk mengetahui pembelajaran dengan model SPS pada materi
apakah siswa yang diajar dengan model segiempat kelas VII SMP dapat mencapai
pembelajaran SPS pada materi segiempat kelas ketuntasan belajar. Pencapaian tersebut tidak
VII SMP dapat mencapai ketuntasan belajar. terlepas dari perlakuan pembelajaran yang
Pembelajaran dikatakan tuntas pada penelitian dapat mengembangkan kemampuan pemecahan
ini apabila sekurang-kurangnya 85% dari jumlah masalah matematika siswa.
siswa di kelas penelitian mencapai nilai minimal Kemampuan pemecahan masalah
70. Analisis data kualitatif dilakukan dengan matematika dapat berkembang apabila siswa
langkah-langkah yaitu reduksi data, penyajian mempunyai pemahaman konsep yang baik,
data, verifikasi dan kesimpulan. mampu mengorganisasikan pengetahuan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN diperoleh sebelumnya dengan informasi baru,
Pembelajaran dilakukan dengan model dan terbiasa menyelesaikan soal-soal
pembelajaran Selective Problem Solving (SPS) pemecahan masalah matematika. Model
sebanyak empat pertemuan dengan durasi 80 pembelajaran SPS dirancang sedemikian rupa
menit untuk setiap pertemuan. Pembelajaran sehingga dapat mengembangkan kemampuan
dengan model SPS mempunyai enam tahap pemecahan masalah matematika siswa.
yaitu: (1) pendefinisian masalah target; (2) Karakteristik model pembelajaran SPS adalah
identifikasi masalah sumber; (3) solusi masalah analogi dan seleksi. Transfer analogis sangat
target; (4) konstruksi masalah asli; (5) solusi penting bagi siswa karena transfer analogi dapat
masalah asli; dan (6) refleksi. membantu siswa untuk membangun
pemahaman dari informasi baru yang ia peroleh
Tes kemampuan pemecahan masalah
dan menghubungkan pemecahan masalah rutin
matematika dilaksanakan pada hari Kamis,
dengan pemecahan masalah non rutin yang
tanggal 31 Maret 2016 dengan menggunakan
mirip.
soal tes kemampuan pemecahan masalah
matematika kepada siswa kelas VII D SMP Model pembelajaran SPS
Negeri 41 Semarang sebanyak 28 siswa. mengharuskan siswa untuk menyelesaikan
Pemberian tes kemampuan pemecahan masalah masalah dengan mengaitkan pengetahuan-
matematika ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan yang telah mereka miliki sehingga
ketuntasan pembelajaran matematika siswa membuat ingatan siswa menjadi kuat dan
yang diajar dengan model pembelajaran SPS transfer belajar mudah dicapai. Hal ini sesuai
dan juga digunakan sebagai pertimbangan dengan teori belajar Ausubel yaitu belajar
dalam memilih subjek penelitian yang akan bermakna dimana proses mengaitkan informasi
diwawancarai secara mendalam mengenai baru dengan konsep-konsep yang relevan dan
kemampuan pemecahan masalah matematika terdapat dalam struktur kognitif seseorang
berdasarkan tahapan Polya. dapat membuat seseorang menjadi kuat
ingatannya dan transfer belajar mudah dicapai.
Berdasarkan hasil analisis tes
kemampuan pemecahan masalah matematika Sebagaimana dijelaskan dalam teori
menunjukkan bahwa data nilai hasil tes pada Vygotsky, terdapat serangkaian tugas yang
kelas penelitian berdistribusi normal. Uji terlalu sulit dikuasai anak secara individu, tetapi
ketuntasan kemudian dilakukan untuk dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa
mengetahui apakah pembelajaran dengan model atau anak yang lebih mampu. Pada model
SPS pada materi segiempat kelas VII SMP pembelajaran SPS guru berperan sebagai
dapat mencapai ketuntasan belajar. Uji fasilitator dimana guru membantu dan
ketuntasan pada penelitian ini menggunakan uji membimbing siswa dengan memberikan
proporsi pihak kiri, dengan kriteria yang pertanyaan-pertanyaan pancingan yang dapat
digunakan adalah H0 diterima jika membantu siswa dalam penyelesaian masalah.
-ztabel zhitung, dimana ztabel didapat dari Kemudian pada langkah konstruksi masalah asli
distribusi normal baku. Hasil uji proporsi dan solusi masalah, siswa diberi kesempatan
menunjukkan nilai zhitung= -0,44 dan nilai untuk mengembangkan dan mengkonstruksi
ztabel untuk taraf kesalahan 5% adalah 1,645. masalah yang serupa dengan masalah yang
Terlihat bahwa -1,645 -0,44 atau dengan kata telah berhasil diselesaikannya dan mencari
4
N. K. Manah et al / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (2) (2016)
5
N. K.Manah et al / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (2) (2016)
kurang menunjukkan bahwa siswa tidak kesalahan konsep yang digunakan siswa tidak
mampu memecahkan masalah melalui tahapan dapat terdeteksi oleh siswa sendiri. Siswa dari
Polya yang meliputi memahami masalah, kelompok kurang tidak mampu menuliskan
merencanakan pemecahan masalah, simpulan hasil penyelesaian masalah untuk
melaksanakan pemecahan masalah, dan setiap soal dengan benar.
melihat kembali.
Siswa dari kelompok kurang tidak
SIMPULAN
dapat memahami masalah dengan baik yang
Simpulan yang diperoleh dari penelitian
ditunjukkan dengan tidak mampunya siswa
ini adalah (1) pembelajaran matematika materi
dalam menjelaskan masalah pada soal tes
segiempat dengan model pembelajaran Selective
kemampuan pemecahan masalah matematika
Problem Solving (SPS) dapat mencapai
dengan kalimatnya sendiri dan tidak mampu
ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil uji
menjawab pertanyaan peneliti yang merujuk
ketuntasan diketahui bahwa 85% dari jumlah
pada kemampuan memahami masalah ketika
siswa kelas VII SMP yang mendapat
wawancara. Siswa dari kelompok kurang juga
pembelajaran dengan model SPS pada materi
tidak mampu menuliskan apa yang diketahui
segiempat dapat mencapai nilai minimal 70; (2)
dan apa yang ditanyakan pada soal dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika
tepat. Hal tersebut dikarenakan siswa belum
berdasarkan tahapan Polya untuk siswa
mampu membedakan antara informasi yang
kelompok atas diperoleh hasil bahwa siswa dari
relevan dan informasi yang tidak relevan untuk
kelompok atas dapat melaksanakan dengan
penyelesaian masalah dari soal.
baik tahapan Polya yang meliputi memahami
Pada tahap merencanakan pemecahan masalah, merencanakan dan melaksanakan
masalah siswa dari kelompok kurang tidak pemecahan masalah, namun belum mampu
dapat melakukan perencanaan untuk melihat kembali secara menyeluruh; (3)
menyelesaikan permasalahan pada soal tes kemampuan pemecahan masalah matematika
kemampuan pemecahan masalah matematika. berdasarkan tahapan Polya untuk siswa
Hal tersebut dipengaruhi oleh pemahaman kelompok sedang diperoleh hasil bahwa siswa
siswa terhadap soal yang tidak menyeluruh. dari kelompok sedang mampu memahami
Siswa dari kelompok kurang belum mampu masalah, namun belum mampu melaksanakan
secara lengkap menuliskan pemisalan yang secara menyeluruh tahap merencanakan dan
sesuai dari informasi yang ada pada soal dan melaksanakan pemecahan masalah, serta
masih perlu meningkatkan ketelitian dalam melihat kembali; (4) kemampuan pemecahan
memisalkan. Siswa dari kelompok kurang tidak masalah matematika berdasarkan tahapan
menuliskan dengan lengkap rumus yang Polya untuk siswa kelompok kurang diperoleh
digunakannya untuk menyelesaikan masalah hasil bahwa siswa dari kelompok kurang belum
pada tahap merencanakan pemecahan masalah. dapat melaksanakan tahapan Polya secara
Siswa dari kelompok kurang tidak menyeluruh.
mampu mensubstitusikan informasi dengan Saran yang dapat disumbangkan
benar ke dalam rumus yang telah ditentukan. berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah (1)
Siswa dari kelompok kurang juga tidak mampu perlu dibudayakan pengajaran untuk
melakukan perhitungan yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan
mendukung jawaban soal dengan benar dan masalah matematika kepada siswa sejak
runtut sehingga mengakibatkan hasil pendidikan dasar; (2) guru perlu
penyelesaian masalah yang diperoleh juga memperhatikan kesulitan-kesulitan yang
menjadi tidak tepat. dihadapi siswa dalam memecahkan masalah
Siswa dari kelompok kurang belum matematika sehingga mampu mengingatkan
mampu menuliskan caranya sendiri dalam siswa untuk tidak melakukan kesalahan yang
memeriksa kembali hasil pekerjaan sama ketika memecahkan masalah; (3) siswa
menggunakan unsur yang diketahui pada soal. dari kelompok atas perlu mendapatkan
Siswa dari kelompok kurang melakukan tahap bimbingan dari guru terkait ketelitiannya dalam
melihat kembali dengan cara menghitung ulang penulisan matematika; (4) siswa dari kelompok
hasil penyelesaian masalah yang ia peroleh, hal sedang perlu diberikan latihan berbagai jenis
ini mengakibatkan kesalahan hitung maupun soal pemecahan masalah secara rutin sehingga
7
N. K.Manah et al / Unnes Journal of Mathematics Education 5 (2) (2016)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2013. DasarDasar Evaluasi Pendidikan
(Edisi 2). Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun
2006 Tentang Standar Isi. Jakarta:
Depdiknas.
Mahmudi, A. 2010. Tinjauan Asosiasi antara
Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis dan Disposisi Matematis.
Makalah dipresentasikan pada Seminar
Nasional Pendidikan Matematika, UNY
Yogyakarta, 17 April.
Polya, G. 1973. How to Solve It. New Jersey:
Princeton University Press..
Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional. Lembaran Negara RI Tahun 2003,
No. 78. Sekretaris Negara. Jakarta. Tersedia
di
http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com
/2009/04/undang-undang-no-20-tentang-
sisdiknas.pdf. [diakses 28-10-2015]
Sak, U. 2011. Selective Problem Solving (SPS): A
Model for Teaching Creative Problem-
Solving. Gifted Education International, Vol
27: 349-357.