Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DI SUSUN OLEH
CAHYO WICAKSONO
NIM.P.13073
i
PEMBERIAN TERAPI SEFT TERHADAP PENURUNANNYERI
PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn.E DENGAN PASCA
OPERASI FRAKTUR FEMUR DIRUANG KANTIL II
RSUD KARANGANYAR
DI SUSUN OLEH
CAHYO WICAKSONO
NIM.P.13073
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa karena
tulis ilmiah yang berjudul pemberian terapi SEFT terhadap penurunan nyeri pada
asuhan keperawatan Tn.E dengan pasca operasi fraktur femur diruang kantil II
RSUD karanganyar.
bimbingan dan dukungan dan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
1. Ns. Wahyu Rima Agustin M. Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada
iv
masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta
5. Ns. Anissa Cindy Nurul Afni, M. Kep selaku penguji satu yang telah
ilmiah.
Karanganyar.
v
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan
Cahyo Wicaksono
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN
1. FRAKTUR ............................................................................. 7
2. Nyeri ....................................................................................... 26
vii
Berdasarkan Riset .......................................................................... 42
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................. 61
B. Perumusan Masalah ............................................................... 67
C. Intervensi Keperawatan ......................................................... 71
D. Implementasi Keperawatan ................................................... 78
E. Evaluasi Keperawatan ........................................................... 89
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 95
B. Saran ...................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
D. Latar belakang
menunjukkan cedera yang paling banyak yaitu di kepala, kaki dan tangan.
Proporsi cedera patah tulang atau fraktur akibat kecelakaan lalulintas sekitar
(Helmi, 2012 : 4)
prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%.
Dari 45.987 orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan,
19.629 orang mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027 orang mengalami
fraktur pada tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur
sedikit, tetapi terjadinya fraktur pada fibula tetap saja dapat menimbulkan
1
2
ankle pada bulan Juni 2012 dan adanya tindakan ORIF pada fraktur ankle
fisik dan pasca koma pada tahun 1998 yang mengalami close fraktur ankle
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan
jaringan lunak sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
bagi penderita yang menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Salah satu
hlm.335).
fisiologis, tetapi hal ini merupakan salah satu keluhan yang paling ditakuti
(Purwanto,2008).
tubuh. Titik itu di kembangkan oleh Gary Craig pada awal-awal tahun 1990-
4
an. Arti kata EFT maksudnya adalah suatu upaya untuk membebaskan diri
dari emosi negatif. Segala gangguan, keluhan dan penyakit yang terjadi pada
manusia diyakini disebabkan oleh emosi negatif. EFT merupakan versi emosi
antara spiritual power dengan energy psychology. Telah banyak bukti ilmiah
teori Enstein mengatakan setiap atom dalam benda mengandung energi, tubuh
manusia memiliki energi elektrik yang mengalir pada system saraf 12 alur
energi meridian, jika aliran energi ini terhambat maka timbulah gangguan
emosi atau fisik. Titik-titik sepanjang energi meridian sangat penting untuk
doa.(Faiz,2012)
dilakukan dengan pemberian analgetik, yang apabila reaksi obat sudah habis
mengatasi nyeri pasien post operasi antara lain dengan terapi SEFT (spiritual
dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah dengan judul Pemberian Terapi SEFT
E. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Karanganyar
2. Tujuan khusus
femur
femur
F. Manfaat Penulisan
3. Bagi pembaca
penanganan nyeri
4. Bagi penulis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. FRAKTUR
a. Definisi Fraktur
atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan
tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan
apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (price dan
wilson,2006).
juga bisa terjadi akibat faktor lain seperti proses degeneratif dan
b. Klasifikasi Fraktur
7
8
d) Greenstick
membengkok.
e) Transfersal
f) Oblik
g) Spiral
h) Komunitif
i) Depresi
j) Kompresi
belakang)
k) Patologik
l) Epifisial
m) Impaksi
lainnya.
Fraktur femur
menjadi :
b) Supracondylus
10
c. Etiologi
1) Kekerasan langsung
kekerasan. fraktur ini sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekerasan dapat
dan penarikan.
puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstermitas, organ tubuh dapat
11
mengalami cidera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat
d. Patofisiologi
Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau gangguan gaya dalam tubuh,
seperti stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, dan patologik. Ketika terjadi
fraktur kemampuan otot pendukung tulang turun, baik terjadi pada fraktur yang
terbuka maupun fraktur tertutup. Kerusakan pembuluh darah akibat fraktur akan
menjadi edema lokal. Fraktur terbuka atau tertutup sering mengenai serabut
saraf, dimana hal ini dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri yang
dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi akibat
e. Manifestasi klinik
Menurut Bararah dan Jauhar (2013), manifestasi klinik pada fraktur, yaitu ;
tulang dinamakan kripitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya.
6) Pergerakan abnormal.
7) Echymosis
fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
f. Komplikasi
1) Komplikasi umum
b) Kerusakan organ.
13
2) Komplikasi dini.
a) Cedera arteri
(1) Cedera kulit dan jaringan, sistem pertahanan tubuh rusak bila ada
3) Komplikasi lanjut
b) Degenerasi sendi
d) Mal union, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
g. Pemeriksaan penunjang
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
setelah trauma.
h. Penatalaksanaan
asalnya
yaitu:
komplikasi
(3) Menekan pada akar kuku dan perhatian kembali pengisian kapiler
(4) Tanyakan kepada pasien terhadap rasa nyeri atau hilang sensasi pada
lokasi cidera
16
(5) Meraba lokasi cidera apakah pasien bisa membedakan rasa sensasi
nyeri
i. Asuhan keperawatan
dilaksanakan.
1) Pengkajian
a) Identitas pasien
no.Registrasi.
17
b) Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama utama pada kasus fraktur adalah rasa
digunakan:
prepitasi nyeri
(2) Quality of paint: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan pasien.
(3) Region radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
(4) Saferity (scale of pain): seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
pasien.
pada dirinya, pasien takut dan cemas cacat seumur hidup/ tidak dapat
bekerja lagi.
diri.
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi keperawatan
kontinuitas jaringan.
Kriteria Hasil :
TD : 110-120/80-90 mmHg
RR : 16-24 x/ menit
S : 36,5-37,50C
Rencana Tindakan :
penyebab nyeri
mengurangi nyeri
masalah
d) Observasi TTV
Kriteria Hasil :
Rencana Tindakan :
c) Observasi TTV
dengan imobilisasi
Kriteria Hasil :
Rencana Tindakan :
sebatas kemampuan
aktivitas
(Amin, 2013).
2. Nyeri
a. Pengertian
disimpulkan bahwa nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang dirasakan
jaringan baik aktual dan potensial yang menyangkut dua aspek yaitu aspek
b. Fisiologi Nyeri
fisiologi terkait nyeri dapat disebut nosisepsi. Menurut Potter & Perry (2006)
1) Resepsi
2) Transmisi
c. Klasifikasi
a) Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu atau durasi 1
b) Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari 6
bagi penderitanya.
26
yaitu nyeri superfisial, nyeri somatik dalam, nyeri viseral, nyeri alih,
kulit seperti pada laserasi, luka bakar, dan sebagainya. Nyeri jenis ini
tajam.
b) Nyeri somatik dalam (deep somatic pain) adalah nyeri yang terjadi
iskemia.
internal. Nyeri yang timbul bersifat difus dan durasinya cukup lama.
d) Nyeri alih (reffered pain) adalah nyeri yang timbul akibat adanya
e) Nyeri sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari daerah
asal ke jaringan sekitar. Nyeri jenis ini biasanya dirasakan oleh klien
konstan.
f) Nyeri baying (fantom) adalah nyeri khusus yang dirasakan oleh klien
e) Diaphoresis
g) Dilatasi pupil
h) Penurunan motilitas GI
a) Muka pucat
b) Otot mengeras
c) Penurunan HR dan BP
1) Usia
2) Jenis Kelamin
3) Kultur
nyeri.
4) Makna nyeri
5) Perhatian
6) Ansietas
dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah
8) Pola koping
f. Pengukuran Nyeri
Menurut Potter & Perry (2006) alat ukur nyeri sebagai berikut:
Gambar 2.1
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
dengan baik.
berkomunikasi, memukul.
garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang
tertahankan
Gambar 2.2
Alat ukur nyeri dengan rentang skala nyeri 0 : tidak nyeri, 1-3: nyeri
0 1 2 3 4 5 6 >7
spiritual power dengan energy psychology. Telah banyak bukti ilmiah yang
energi, tubuh manusia memilki energi elektrik yang mengalir pada system
saraf 12 alur energi meridian, jika aliran energi ini terhambat maka timbulah
c. Titik- titikpadatubuh
1) Cr = Crown,yaitutitik di bagianataskepala
2) EB = Eye Brow,yaitutitikpermulaanalismata
3) SE = Side of the Eye,yaitudiatastulang di sampingmata
4) UE = Under the Eye,yaitu 2cm dibawahmata
5) UN = Under the Nose,yaitutepatdibawahhidung
6) CH = Chin,yaitudiantaradagudanbagianbawahbibir
7) CB = Collar Bone,yaitudiujungtempatbertemunyatulang dada
dantulangrusukpertama
8) UA = Under the Arm,yaitudibawahketiaksejajardengan putting susu
(pria) atautepatdibagiantengahtali bra (wanita)
9) BN = Bellow Nipple,yaitu 2,5 cm di bawah putting susu (pria) atau di
perbatasantulang dada danbawahbagianpayudara (wanita)
10) IH = Inside of Hand,yaitudibagiandalamtangan yang
berbatasandengantelapaktangan
11) OH = Outside of Hand, yaitudibagianluartangan yang
berbatasandengantelapaktangan
12) Th = Thumb, yaituibujaridisampingluarbagianbawah kuku
13) IF = Index Figer, yaitujaritelunjukdisampingluarbagianbawah kuku (di
bagian yang menghadapibujari )
34
B. Kerangka Teori
Kecelakaan
Jatuh
Cedera
Tumor Tulang
Infeksi
Rakhitis
Kerusakan
integritas kulit
Hambatan
mobilitas fisik
Fraktur Resiko infeksi
Resiko syok
(hipovolemik)
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
Nyeri
perifer
Terapi SEFT
Defisit perawatan
(spiritual emotional
diri
Technique)
The set-up
The Tune-in
The tapping
Penurunan Nyeri
RSUD Karanganyar
Fase Orientasi :
2. Memperkenalkan diri.
37
38
Fase Kerja :
6. Merapikan alat.
Fase Terminasi :
1. Mengevaluasi tindakan.
3. Berpamitan.
4. Dokumentasi.
Alat ukur yang digunakan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien post
operasi fraktur adalah alat ukur nyeri skala angka yaitu Numerical Rating Scale
(NRS).
(Tamsuri, 2012)
BAB IV
LAPORAN KASUS
SLTA, dengan diagnosa medis post orif fraktur femur, pasien masuk rumah sakit pada
tanggal 11 Januari 2016,selama dirumah sakit yang bertanggung jawab atas nama Tn. E
adalah Ny.N berusia 37 tahun, pekerjaan swasta bertempat tinggal di kauman girilayu
A. Pengkajian
Hasil pengkajian dilakukan pada tanggal 12 Januari 2016 jam 08.00 WIB
dan alloanamnesa. Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah nyeri pada paha
bagian kanan, dengan riwayat kesehatan sekarang Tn. E mengatakan dua tahun
yang lalu pada tanggal 4 januari 2014 mengalami kecelakaan dan di bawa ke RSUD
Dr. Moewardi Solo kemudian di diagnosa patah tulang fraktur femur, kemudian di
pasang pen pada bagian paha. Pada tanggal 6 januari 2016 periksa ke poli ortopedi
RSUD Karanganyar untuk melepas pen dan setelah pen dilepas ternyata tulang
belum menyatu kemudian pada tanggal 12 Januari 2016 di operasi lagi orif ulang
fraktur femur, setelah selesai operasi pasien di bawa ke bangsal kantil II untuk di
39
40
dua tahun yang lalu di rawat dirumah sakit Dr. Moewardi untuk operasi.pasien juga
klien tinggal bersama anak dan istrinya dan tidak ada penyakit yang seperti klien
Tn.E 37 th
Gambar 4.1.
Keterangan :
: laki laki
: perempuan
: pasien / klien
: tinggal serumah
: Garis Pernikahan
: Garis Keturunan
41
tinggalnya bersih jauh dari sungai dan tempat pembuangan sampah.pada kesehatan
kesehatan itu penting dan harus selalu dijaga dan dalam melakukan aktivitasnya
pasien akan lebih berhati-hati agar tidak terjadi hal yang seperti inilagi yang
sehari dengan 1 porsi habis dengan jenis nasi, lauk pauk, buah dan air putih,
tidak ada keluhan. Selama sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan 1
porsi, dengn jenis makanan nasi, sayur lauk pauk, dan buah dan tidak ada
keluhan.
Pola eliminasi sebelum sakit klien mengatakan BAB 2 kali hari sekali
dengan warna kuning kecoklatan lunak berbentukbau khas dan tidak ada
keluhan. Selama sakit BAB 1 kali sehari dengan warna kuning kecoklatan lunak
berbentuk bau khas dan tidak ada keluhan. BAK 4-6 kali bau amuniak dengan
warna kuning jernih, dan Selama sakit BAK 4-5 kali dengan warna kuning
jernih.
mobilitas tempat tidur, berpindah, ambulasi ROM dibantu oleh keluarga maupun
perawat.
Pola istirahat tidur sebelum sakit bisa tidur nyenyak dan bangun terasa
segar klien tidur kurang lebih 8jam. Selama sakit klien mengatakan saat tidur
malam hari kadang terbangun karena merasakan nyeri post operasi dan tidur
Pola kognitif dan perseptual sebelum sakit pasien dapat berbicara dengan
lancar dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Selama sakit pasien dapat
dibagian paha kanan dibagian yang di operasi dengan S: skala nyeri 6, T: nyeri
saat ini dan tidak ada nggota tubuh yang tidak disukai.Pola hubungan dan peran
baik.Pola seksual dan reproduksi pasien mengatakan anaknya belom ada yang
tua. Selama sakit pasien mengatakan jika ada masalah dengan paha kanannya
yang patah selalu bercerita dengan anggota keluarga yang menunggudan jika
islam dan selalu sholat 5 waktu dan pada saat sakit klien hanya berdoa agar
darah 130/70 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit dengan irama teratur dan
kekuatan kuat frekuensi pernafasan 22x/menit dengan irama kuat suhu 36oC.
Bentuk kepala mesoecepal, kulit kepala bersih tidak ada ketombe dengan rambut
hitam tidak beruban. muka dari mata palpebra normal, konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik, pupil isokor, diameter kanan kiri simetris, reflek terhadap
cahaya baik dan tidak menggunakan alat bantu pengelihatan. hidung bentuk
simetris, bersih, mulut dengan hasil bersih, lidah bersih. gigi tidak ada gigi palsu
berwarna putih. dan pemeriksaan telinga simetris bersih dan tidak ada serumen.
Pemeriksaan dada : inspeksi berbentuk dada simetris dan tidak ada jejas,
palpasi vokal fremitus kanan kiri sama saat diperkusi suara sonor kanan kiri
sama dan saat di aulkustasi bunyi jantung I,II murni reguler bunyi jantung.
ekstremitas atas kekuatan otot normal 5/5 dan ROM kanan kiri bisa bergerak
aktif capilary refile 2detik. Pemeriksaan pada eskstremitas bawah bagian kanan,
44
Terdapat luka operasi tertutup balutan, balutan luka bersih, tidak ada lesi pada
femur dan terpasang drainase dengan produksi 200cc. klien mengatakan nyeri
pada paha bagian kanan, nyeri saat bergerak, skala nyeri 6, tidak ada mati rasa
pada bagian hip sampai pergelangan kaki, cappilary refile 2detik, akral hangat.
kiri kekuatan otot 5 (kuat), ROM dapat bergerak aktif, tidak ada perubahan
bentuk tulang, tidak ada edema, akral hangat, tidak ada luka, cappilary refile
2detik.
leukosit 12,6 ribu/uL normal (4,5-10,0), eritrosit 4,3 juta/uL normal (4,50-5,40),
diperoleh selama dibangsal pada tanggal 13 januari 2016 cairan infus RL 500mg
dengan dosis 20tpm, ceftriaxon 1gr diberikan 3x1hari per8 jam, ketorolac 1gr
diberikan 3x1hari per 8jam, ranitidin 1gr di berikan 3x1hari per 8 jam,
nyeri setelah dioperasi, bertambah saat digerakkan,Q: nyeri terasa seperti tertusuk-
45
tusuk, R: nyeri dibagian paha kanan bekas operasi, S: skala nyeri 6 dan T: nyeri
kesakitan, dan terdapat luka post operasi dibagian paha kanan. Berdasarkan analisa
data menunjukkan nyeri akut merupakan prioritas masalah utama, sehingga dapat
ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisik.
aktifitas dibantu keluarga Data objektif kekuatan otot kaki kanan 2, aktifitas tampak
dibantu keluarga atau orang lain. Berdasarkan analisa data tersebut menunjukkan
hambatan mobilitas fisik merupakan perioritas masalah yang kedua, sehingga dapat
kelemahan otot
luka bekas operasi pada paha kanannya, data objektif terdapat luka pada femur dan
C. Perencanaan keperawatan
keperawatan pada Tn. E dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
46
cidera fisik dengan tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam wajah tidak meringis menahan nyeri, skala nyeri
perasaan nyaman.
untuk mengetahui karakteristik nyeri, berikan terapi seft untuk mengurangi rasa
suatu intervensi sebagai tindak lanjut asuhan keperawatan pada Tn. E dengan
tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama
kekuatan otot kaki kanan menjadi 4 dan mampu beraktifitas secara mandiri.
pada Tn. E dengan diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor
47
mekanik (pembedahan) dengan tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan
asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kerusakan integritas kulit dapat
kulit, lakukan perawatan luka, ajarkan cara menjaga agar kulit tetap lembab untuk
D. implementasi
pada hari selasa 12 Januari 2016 sebagai tindakan lanjutan pelaksanaan asuhan
dengan agen cidera fisik dilakukan implementasi yaitu pengkajian pada pasien
kelolaan, jam 15.00 WIB merapikan tempat tidur dan memberikan injeksi ranitidin
tempat tidurnya dan mau disuntik, respon objektif pasien tampak kesakitan saat
obat di masukkan melalui intra vena, jam 15.30 WIB mengobservasi karakteristik
nyeri (P,Q,R,S,T) respon subjektif pasien mengatakan nyeri setelah operasi, nyeri
seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada bagian kaki kanan, sekala nyeri 6, nyeri terasa
tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 80x/ menit, pernafasan 22x/ menit. Jam 15.40
48
subjektif pasien mengatakan mau untuk diterapi, respon objektif pasien tampak
tenang dan mau mengikuti intruksi yang diberikan. Jam 15.50 WIB mengobservasi
operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada kaki kanan bekas operasi,sekala
nyeri 6, nyeri terasa sewaktu-waktu, wajah pasien tampak meringis menahan nyeri.
Jam 15.55 WIB memantau mobilitas fisik, respon subjektif pasien mengatakan
aktifitas dibantu orang lain, respon objektif pasien tampak beraktifitas dibntu orang
lain.
Tindakan yang dilakukan pada tanggal 12 Januari 2016 pada jam 16.00
WIB mengajarkan ROM aktif, respon subjektif pasien mengatakan mau diajarkan
16.10 WIB mengobservasi integritas kulit, respon subjektif pasien mengatakan mau
untuk diperiksa, respon objektif kaki kanan bagian femur nampak adaluka bekas
operasi tertutup perban, jam 16.20 WIB mengajarkan cara mempertahankan agar
luka tetap lembab, respon subjektif pasien mengatakan mau diajarkan caranya,
seperti tertusuk-tusuk,nyeri pada kaki kanan bekas operasi, sekala nyeri 6, nyeri
nyeri. Jam 16.35 WIB memberikan terapi SEFT (sepiritual emotional freedom
49
objektif pasien tampak tenang dan mengikuti intruksi yang diberikan. Jam 16.45
mengatakan nyeri setelah operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada kaki
kanan bekas operasi, sekala nyeri 5, nyeri terasa sewaktu-waktu, data objektif
Tindakan yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 pada jam 08.30
WIB merapikan tempat tidur dan memperikan injeksi ranitidin 25 mg, respon
subjektif pasien mengatakan mau dibereskan tempat tidurnya dan mau disuntik,
respon objektif pasien tampak mengikuti aba-aba saat tempat tidur dirapikan dan di
kasih injeksi, jam 08.45 WIB mengobservasi karakteristik nyeri (PQRST), respon
nyeri pada kaki kanan bekas operasi, sekala nyeri 5, nyeri terasa sewaktu-waktu,
respon objektif wajah pasien tampak meringis menahan nyeri, tekanan darah
Tindakan yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 pada jam 09.00
subjektif pasien mengatakan mau diberikan terapi SEFT, respon objektif pasien
tampak tenang dan mengikuti instruksi yang diberikan, jam 09.15 WIB,
nyeri setelah operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk,nyeri pada kaki kanan bekas
operasi, sekala nyeri 4, nyeri terasa sewaktu-waktu, respon objektif wajah pasien
50
nampak meringis kesakitan, jam 09.30 WIB mengobservasi integritas kulit, respon
subjektif pasien mengatakan mau untuk diperiksa, respon objektif kaki pasien
sebelah kanan terdapat luka post operasi orif ulang fraktur femur dan tertutup
perban. Jam 09.45 WIB mengajarkan cara agar luka tetap lembab, respon subjektif
Tindakan yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 pada jam 10.00
dibantu orang lain, respon objektif pasien nampak beraktifitas dibantu orang lain.
Jam 10.15 WIB memberi bantuan pasien untuk aktifitas, respon subjektif pasien
mengatakan mau beraktifitas (ganti baju), respon objektif pasien tampak tenang dan
pelan-pelan saat ganti baju. Jam 15.30 WIB mengajarkan ROM aktif, respon
subjektif pasien mengatakan mau diajarkan ROM, respon objektif pasien mau
nyeri, respon subjektif pasien pengatakan nyeri setelah operasi, nyeri seperti
tertusuk tusuk, nyeri pada kaki kanan bekas operasi, sekala nyeri 4, nyeri terasa
subjektif pasien mengatakan mau diberikan terapi seft, respon objektif pasien
Tindakan yang dilakukan tanggal 13 Januari 2016 pada jam 11.00 WIB
nyeri setelah operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk,nyeri pada kaki kanan bekas
operasi, sekala nyeri 3, nyeri terasa sewaktu-waktu, respon objektif wajah pasien
nampak agak rileks. Jam 11.15 WIB memantau mobilitas fisik,respon subjektif
pasien mengatakan aktifitas dibantu orang lain, respon objektif pasien tampak
(PQRST), respon subjektif pasien mengatakan nyeri setelah operasi, nteri terasa
seperti tertusuk-tusuk,nyeri pada kaki kanan bekas operasi, sekala nyeri 3, nyeri
Tindakan yang dilakukan tanggal 14 Januari 2016 pada jam 08,00 WIB
merapikan tempat tidur dan memberikan injeksi ranitidin 25 mg, respon subjektif
pasien mengatakan mau dirapikan tempat tidurnya dan mau disuntik, respon
objektif pasien tampak tenang dan obat telah masuk melalui selang infus. Jam 08.45
mengatakan nyeri setelah operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada kaki
kanan bekas operasi, sekala nyeri 3, nyeri terasa sewaktu-waktu, respon objektif
wajah pasien tampak rileks, tekanan darah 120/80 mmHg,nadi 82x/ menit,
pernafasan 20x/ menit. Jam 09.00 WIB memberikan terapi SEFT (sepiritual
terapi seft, respon objektif pasien tampak tenang dan mengikuti intruksi yang
nyeri pada kaki kanan bekas operasi, sekala nyeri 2, nyeri terasa sewaktu-waktu,
Tindakan yang dilakukan tanggal 14 Januari 2016 pada Jam 09.30 WIB
orang lain, respon objektif pasien tampak beraktifitas dibantu orang lain
(berpakaian). jam 09.45 WIB mengajarkan ROM aktif, pasien mengatakan mau
diberikan. Jam 09.55 WIB mengobservasi integritas kulit, respon subjektif pasien
mengatakan mau untuk diperiksa, respon objektif paha kanan tampak terdapat luka
Tindakan yang dilakukan tanggal 14 Januari 2016 pada jam 10.15 WIB
mengajarkan cara mempertahankan agar luka tetap lembab, respon subjektif pasien
operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada kaki kanan bekas operasi, sekala
nyeri 2, nyeri terasa sewaktu-waktu, respon objektif wajah pasien tampak rileks.
Tindakan yang dilakukan tanggal 14 Januari 2016 pada jam 10.45 WIB
subjektif pasien mengatakan mau diberikan terapi seft, respon objektif pasien
tampak tenang dan mengikuti instruksi yang diberikan. Jam 11.00 WIB
setelah operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada kaki kanan bekas operasi,
sekala nyeri 2, nyeri terasa sewaktu-waktu, respon objektif wajah pasien tampak
rileks.
E. Evaluasi
selasa 12 Januari 2016, jam 14.30 WIB dengan menggunakan metode SOAP
klien mengatakan nyeri setelah operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada kaki
kanan bekas operasi, sekala nyeri 5, nyeri terasa sewaktu-waktu, data objektif
wajah pasien tampak meringis menahan nyeri, tekanan darah 130/70 mmHg, nadi
hambatan mobilitas fisik pada jam 15.00 WIB data subyektif pasien mengatakan
aktifitas dibantu orang lain, data obyektif pasien tampak beraktifitas dibantu orang
observasi tingkat mobilitas fisik, membantu pasien untuk beraktifitas, ajarkan ROM
kerusakan integritas kulit pada jam 15.30 WIB data subyektif pasien mengatakan
ada luka bekas operasi, data obyektif terdapat luka bekas operasi dibagian kaki
kanan dan tertutup perban, assessement masalah belum teratasi, plaining intervensi
dilanjutkan, observasi integritas kulit, berikan perawatan luka, ajarkan agar luka
Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari rabu tanggal 13 Januari 2016 untuk
diagnosa nyeri akut pada jam 09.30 WIB data subyektif klien mengatakan nyeri
setelah operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada kaki kanan bekas operasi,
sekala nyeri 3, nyeri terasa sewaktu-waktu, data obyektif wajah pasien nampak
agak rileks, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 82x/ menit, pernafasan 22x/ menit,
pemberian analgesik.
Evaluas dilakukan pada hari rabo tanggal 13 Januari 2016 pada jam 10.30
WIB untuk diagnosa hambatan mobilitas fisik data subyektif pasien mengatakan
aktifitas dibantu orang lain, obyektif pasien tampak saat beraktifitas dibantu orang
observasi tingkat mobilitas fisik, bantu pasien untuk beraktifitas, ajarkan ROM
kerusakan integritas kulit pada jam 11.30 WIB data subyektif pasien mengatakan
ada luka bekas operasi, data obyektif terdapat luka bekas operasi dibagian kaki
kanan dan tertutup perban, assessement masalah belum teratasi, plaining intervensi
dilanjutkan, observasi integritas kulit, berikan perawatan luka, ajarkan agar luka
Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari kamis tanggal 14 Januari 2016
untuk diagnosa nyeri akut pada jam 09.30 WIB data subyektif pasienmengatakan
nyeri setelah operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada kaki kanan bekas
operasi, sekala nyeri 2, nyeri terasa sewaktu-waktu, data obyektif wajah pasien
nampak rileks, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82x/ menit, pernafasan 20x/
Evaluas dilakukan pada hari kamis tanggal 14 Januari 2016 pada jam 10.30
WIB untuk diagnosa hambatan mobilitas fisik data subyektif pasien mengatakan
aktifitas dibantu orang lain, obyektif pasien tampak saat beraktifitas dibantu orang
observasi tingkat mobilitas fisik, bantu pasien untuk beraktifitas, ajarkan ROM
kerusakan integritas kulit pada jam 11.30 WIB data subyektif pasien mengatakan
ada luka bekas operasi, data obyektif terdapat luka bekas operasi dibagian kaki
kanan dan tertutup perban, assessement masalah belum teratasi, plaining intervensi
56
dilanjutkan, observasi integritas kulit, berikan perawatan luka, ajarkan agar luka
Pada bab ini penulis akan membahas tentang pemberian terapi SEFT (sepiritual
keperawatan Tn.E dengan post operasi fraktur femur dextra RSUD Karanganyar yang
dilakukan pada tanggal 12 Januari sampai 14 Januari 2016. Disamping itu penulis akan
membahas tentang faktor pendukung dan kesenjangan - kesenjangan yang terjadi antar
A. Pengkajian
dari pengumpulan, verikasi dan komunikasi data tentang klien. Fase proses
keperawatan ini mencakup dua langkah pengumpulan data yaitu pengumpulan data
primer (pasien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis
data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan. (Potter dan Perry, 2005)
57
58
penyakit keluarga dan 11 fungsi gordon serta pemeriksaan fisik head to toe.
Serta pengakajian khusus pada ekstermitas yang mengalami fraktur dengan look,
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 Januari 2016 jam 14.00 WIB dengan
dengan nama Tn.E dengan diagnosa medis post orif fraktur femur. Keluhan utama
yang dirasakan klien adalah nyeri pada paha bagian kanan.yang salah satu efek dari
pembedahan adalah nyeri. Menurut Tamsuri (2007) nyeri adalah sensori subyektif
Fraktur adalah setiap retak atau patah tulang yang disebabkan oleh trauma, tenaga
fisik, kekuatan, sudut, keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang yang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi disebut lengkap atau tidak lengkap (Price
Riwayat penyakit sekarang di dapat data riwayat pasien mengatakan dua tahun
yang lalu pada tanggal 4 Januari 2014 mengalami kecelakaan dan dibawa ke RSUD
Dr.Moewardi solo kemudian didiagnosa patah tulang fraktur femur, pada tanggal 6
Januari 2016 periksa ke poli ortopedi RSUD karanganyar dan akan melepas pen,
setelah pen dilepas tulang belum menyatu kemudian pada tanggal 12 Januari 2016
Pada pola kognitif perseptual klien mengatakan nyeri saat bergerak dan pasien
mengatakan nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk, nyeri dibagian paha kanan dibagian
59
yang di operasi dengan skala nyeri 6 dan waktu nyeri hilang timbul. Menurut
klasifikasinya nyeri pada Tn.E tergolong nyeri akut dimana nyeri akut diartikan
sebagai nyeri yang sebagian besar diakibatkan oleh penyakit, atau injuri jaringan,
nyeri jenis ini biasanya awitanya datang tiba-tiba, nyeri akut terjadi kurang dari 6
Nyeri yang dirasakan Tn.E tergolong nyeri sedang karena skala nyeri yang
pada suatu bagian tubuh. Proses terjadinya nyeri adalah dimulai ketika bagian tubuh
terluka oleh tekanan, potongan, sayatan, dingin atau kekurangan oksigen pada sel,
maka bagian tubuh yang terluka akan mengeluarkan berbagai macam subtansi
Saraf ini akan merangsang dan bergerak sepanjang serabut saraf atau neurotransmisi
prostaglandin dan epineprin, yang membawa pesan nyeri dari medula spinalis
ditransmisikan ke otak dan dipersepsikam sebagai nyeri (Potter & Perry, 2005).
Nyeri bisa diukur dengan skala numeric yaitu, 0: tidak nyeri, 1-3: nyeri ringan, 4-6:
nyeri sedang, 7-9: nyeri berat, 10: nyeri sangat berat (Saputra, 2013:218).
atau stimulus stimulus nyeri, Q (Quality) yang berarti kualitas nyeri yang
dirasakan, R (Region) yang berarti lokasi nyeri, S (Severe) yang berarti tingkat
keparahan nyeri, T (Time) yang berarti awitan, durasi dan rangkaian nyeri (Saputra,
60
2013). Pola kognitif perceptual penulis lupa dalam mencantumkan pengkajian nyeri
mengatakan dari makan dan minum, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur,
berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah, dan ambulasi rom masih dibantu
orang lain. Sesuai dengan teori karena adanya nyeri dan gerak yang terbatas,semua
bentuk aktivitas klien dapat berkurang sehingga klien akan lebih butuh bantuan dari
Pengkajian fokus yang penulis uraikan adalah tentang pengkajian pada fraktur
yaitu dengan menggunakan look, feel dan move untuk pemeriksaan fisik pada pasien
dengan fraktur. (Muttaqin, 2008). Pada pemeriksaan ekstremitas atas kekuatan otot
normal 5/5 dan ROM kanan kiri bisa bergerak aktif capilary refile 2 detik.
Pemeriksaan pada eskstremitas bawah bagian kanan Terdapat luka operasi tertutup
balutan, balutan luka bersih, tidak terdapat edema pada paha, tidak ada lesi pada
femur dan terpasang drainase. klien mengatakan nyeri pada paha bagian kanan,
nyeri saat bergerak, skala nyeri 6, tidak ada mati rasa pada bagian hip sampai
pergelangan kaki, cappilary refile 2 detik, akral hangat. Move: pergerakkan hip
terbatas, pergerakkan lutut terbatas belum bisa ditekuk, pergerakan ankle lemah,
kekuatan otot 2. Pemeriksaan pada ekstremitas bagian kiri kekuatan otot 5 (kuat),
ROM dapat bergerak aktif, tidak ada perubahan bentuk tulang, tidak ada edema,
Kekuatan otot ekstremitas kanan bawah Tn.E menunjukkan nilai 2, dalam teori,
baku untuk menyatakan batas atau besarnya gerakan sendi yang normal dan sebagai
dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan
sendi yang abnormal. Adapun penilaianya yaitu Derajat 0: paralisis total atau tidak
ditemukan kontraksi otot, 1: kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan
tonus otot yang dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi,
dapat melawan pengaruh gravitasi, tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan
oleh pemeriksa, 4: kekuatan otot seperti pada derajat 3 disertai dengan kemampuan
otot terhadap tahanan yang ringan, 5: kekuatan otot normal (Muttaqin, 2008). Dan
pada Tn.E ekstremitas kanan bawah tidak dapat melawan gravitasi, hanya mampu
dari foto rontgen karena tidak terkaji oleh penulis karena kurangnya ketelitian
penulis. Dalam teori, rontgen berfungsi untuk menentukan keadaan dan kedudukan
Terapi yang diperoleh selama dibangsal pada tanggal 12 Januari 2016 cairan
infus Ringer Laktat 500mg dengan dosis 20 tetes permenit, golongan elektrolit,
mg/ 8 jam golongan analgetik non narkotik berfungsi untuk mengurangi nyeri
jangka pendek terhadap nyeri sedang sampai berat pada pasien post operasi.
(Midian, 2014).
Pengkajian merupakan inti dari berfikir kritis dan pemecahan masalah klinik.
sesuai dengan data yang didapatkan dari hasil pengkajian. (Potter dan Perry, 2005).
B. Perumusan masalah
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon aktual dan potensial
klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literature yang berkaitan,
hirarki maslow. (Potter dan Perry, 2005) dari hasil pengkajian dan analisa data
international for the study of pain nyeri akut adalah awitan yang tiba- tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
posisi untuk menghindari nyeri, fokus pada diri sendiri, gangguan tidur.
(Herdman, 2012).
mencakup data obyektif, data subyektif dan hasil pemeriksaan. Data subyektif
klien mengatakan nyeri saat bergerak, nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk, nyeri
dibagian pahan kanan didaerah yang dioperasi, skala nyeri 6 dan nyeri hilang
timbul. Data obyektif yang diperoleh klien terlihat meringis kesakitan, dan
analisa data penulis tidak mencantumkan perubahan nadi, respiratory rate dan
merupakan kebutuhan paling dasar kedua yang harus diprioritaskan. (Potter dan
Perry, 2005).
fisik tubuh atau satu atau lebih ekstermitas secara mandiri dan terarah. Batasan
fisik meliputi data subyektif dan data obyektif sesuai dengan batasan
berpakaian, toileting, berpindah dll harus di bantu. data obyektif yang diperoleh
kekuatan otot klien lemah (2), pergerakan hip terbatas, lutut belum bisa ditekuk,
masuk dalam kebutuhan prioritas kedua keamanan dan keselamatan (fisik dan
diagnosa kedua setelah nyeri akut, karena hambatan mobilitas fisik tidak bersifat
3. Pada diagnosa keperawatan yang ketiga yang diambil penulis adalah kerusakan
yang telah disesuaikan dengan diagnosa keperawaan NANDA. Pada kasus Tn.E
epidermis dan atau dermis batasan karakteristik menurut teori yang ada yaitu
kerusakan lapisan kulit, adanya gangguan permukaan kulit dan invasi struktur
operasi pada paha kanan, data obyektif terdapat luka pada paha (femur).
Gangguan yang terjadi pada kerusakan integritas kulit merupakan akibat utama
tekanan. Ada faktor - faktor tambahan yang dapat meningkatkan resiko terjadi
kerusakan kulit lebih lanjut pada pasien diantaranya adalah gaya gesek,
actual, hal ini didasarkan dari teori herarki maslow. Menurut maslow
segera agar tidak mengganggu kebutuhan yang lainnya (Potter & Perry, 2006).
C. Intervensi Keperawatan
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat kesehatan
yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan. (Potter dan Perry, 2006).
perawatan kesehatan pasien, penulis merumuskan tujuan dan hasil. Tujuan tidak
hanya memenuhi kebutuhan klien tetapi juga harus mencakup pencegahan dan
rehabilitasi. Tujuan yang penulis susun sesuai dengan teori yang ada pada buku
fundamental keperawatan Potter dan Perry (2006) mengacu pada 7 faktor : berpusat
pada klien, faktor tunggal menunjukkan hanya satu respon klien, faktor yang dapat
diamati perubahan yang dapat diamati dapat terjadi dalam temuan fisiologis, tingkat
pengetahuan klien dan perilaku, faktor yang dapat diukur, faktor batasan waktu
serta tujuan dan hasil yang diharapkan menunjukkan kapan respon yang diharapkan
harus terjadi, faktor mutual, faktor realistik tujuan dan hasil yang diharapkan
singkat dan realistik. Berdasarkan diagnosa yang telah penulis rumuskan dengan
sebagai berikut :
keperawatn 3 x 24 jam diharapkan nyeri akut teratasi dengan kriteria hasil : pasien
tidak meringis menahan nyeri, skala nyeri berkurang menjadi 2 tanda tanda vital
pertama yaitu mengkaji karakteristik nyeri (PQRST) dimana P adalah faktor yang
kualitas nyeri, R adalah perjalanan ke daerah lain, S adalah intensitas skala nyeri, T
menjelaskan waktu serangan dan frekuensi nyeri. Observasi tanda-tanda vital. Hal
ini dilakukan sesuai dengan teori dalam pengkajian karakteristik nyeri (PQRST)
dilakukan untuk mengetahui pemicu nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri, intensitas
Pada intervensi yang ke dua yaitu berikan terapi SEFT (sepiritual emotional
pasca operasi fraktur femur terutama pada saat latihan gerak fisioterapis dan
memberikan stimulasi elektris misalnya arus interferensi, arus diadinamis dan juga
pijatan) pada titik akupunktur tertentu dapat mengurangi nyeri pasca operasi. Terapi
Pemberian terapi SEFT juga sangat efektif dalam mengurangi nyeri pasien
ringan pada titik-titik akupunkutur tertentu sambil pikiran kita ikhlas dan pasrah
kolumna dorsalis dan implus saraf diteruskan melalui lemnikus medialis dan
melalui jalur kolateral terhubung dengan pariaquedectal grey area (PGA). PGA ini
Pada intervensi yang ke tiga yaitu berikan informasi tentang nyeri dan
tentang respon nyeri yang dialami, pasien akan berusaha akan mencapai relaksasi
Pada intervensi yang ke empat yaitu kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgesik dapat menyebabkan penurunan nyeri karena obat ini bekerja pada ujung
saraf perifer didaerah yang mengalami cidera, dengan menurunkan kadar mediator
kekuatan otot adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
beraktifitas secara mandiri, kekuatan otot pasien dapat kembali dari 2 menjadi 4.
69
Intervensi yang pertama yaitu observasi seluruh kegiatan mobilitas dan bantu
Pada intervensi ke dua yaitu bantu pasien untuk aktifitas, sesuai teori untuk
fungsi tubuh volunter dan autonom selama perawatan serta pemulihan dari sakit
Pada intervensi ke tiga yaitu ajarkan pasien ROM, pasien yang memiliki
Pada intervensi ke empat yaitu kolaborasi dengan ahli fisik dimana latihan
terapeutik ini diresepkan oleh dokter dan dilakukan dengan bantuan dan panduan
oleh ahli terapi fisik. Pasien harus mempunyai pemahaman yang jelas tentang
tujuan latihan yang diresepkan instruksi tertulis tentang frekuensi, durasi dan
dan 398).
Dengan kriteria hasil luka tetap kering,tidak terjadi edema, tidak terjadi
Dalam teori ini harus dilakukannya intervensi aktif, preventif dan pengkajian
instruksi tentang strategi untuk mengurangi resiko terjadinya ulkus dikubitus dan
Pada intervensi yang kedua yaitu menganjurkan untuk memakai pakaian yang
longgar dimana dalam pemakaian pakaian yang longgar memudahkan dan tidak
menimbulkan peredaran darah tidak berfungsi dengan baik dan akan menekan luka
Pada intervensi yang ketiga yaitu berikan informasi kepada pasien cara menjaga
agar luka tetap lembab, menurut teori hal ini merupakan intervensi yang paling
kecepatan epitelisasi dan pembentukan jumlah skar, dan lingkungan yang lembab
Potter,2006 : 1273)
71
Pada intervensi yang ke empat yaitu kolaborasi dengan ahli gizi tentang
makanan tinggi protein dan tinggi kalori. Peningkatan asupan protein dapat
dapat membantu penggantian jaringan subkutan (Potter & Perry, 2006: 1298)
D. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn.E sama dengan yang ada
diintervensi pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
dengan agen cidera fisik (post ORIF fraktur femur) selama 3 hari, tindakan yang
pertama yaitu mengobservasi karakteristik nyeri, pada tanggal 12 Januari 2016 jam
nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada paha kanan, sekala nyeri 6, dan nyeri terasa
tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 80 kali per menit, pernafasan 22 kali per menit.
nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri, dan waktu serangan (Saputra, 2013:219).
72
Setelah melakukan observasi nyeri, pada pukul 15.40 untuk mengatasi nyeri
obyektif pasien tampak tenang dan mengikuti instruksi. Berdasarkan teori pada
terapi SEFT dalam upaya untuk menbantu mengurangi nyeri pada pasien pasca
operasi fraktur femur terutama pada saat latihan gerak fisioterapis dan memberikan
stimulasi elektris misalnya arus interferensi, arus diadinamis dan juga dengan
pada titik akupunktur tertentu dapat mengurangi nyeri pasca operasi. Terapi SEFT
respon relaksasi, menjadikan 18 titik utama yang mewakili 12 jalur utama energi
nyeri pada kaki kanan bekas operasi, sekala nyeri 6, dan nyeri terasa sewaktu
waktu, respon obyektif wajah pasien tampak meringis menahan nyeri.hasil ini
bahwa pemberian terapi SEFT belum menurunkan skala nyeri pasien yang masih
mencapai skala 6.dimana hasil belum sesuai dengan teori, kemudian pada hari yang
sama penulis melakukan pemberian terapi SEFT kembali pada jam 16.35 dimana
sebelumnya penulis melakikan observasi terhadap nyeri pada jam 15.50 dan
didapatkan nyeri skala 6. Setelah pemberian terapi SEFT sekala nyeri menurun
73
meringis menahan nyeri.hasil ini sudah menunjukkan sudah ada perubahan skala
nyeri namun pasien masih merasakan nyeri tertusuk-tusuk dan tampak meringis
menahan nyeri. Hal ini belum sepenuhnya sesuai dengan teori (Potter & Perry,
2006).
penulis sesuaikan dengan rencana tindakan yang telah penulis susun dalam
mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan
bahaya imobilisasi, dimana penggunaan pergerakan tubuh aktif atau pasif untuk
untuk diperiksa, respon obyektif kaki kanan pasien nampak luka bekas operasi
tertutup perban. Dalam teori ini harus dilakukan intervensi aktif, preventif dan
74
instruksi tentang strategi untuk mengurangi terjadinya ulkus dekubitus dan metode
merupakam hal yang paling penting untuk menyembuhkan luka karena lingkungan
Implementasi pada hari kedua untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik (post ORIF fraktur femur), tindakan yang pertama yaitu
seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada paha kanan, sekala nyeri 5, dan nyeri terasa
tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 82 kali per menit, pernafasan 22 kali per menit.
nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri, dan waktu serangan (Saputra, 2013:219).
75
Setelah melakukan observasi nyeri, pada pukul 09.00 untuk mengatasi nyeri
obyektif pasien tampak tenang dan mengikuti instruksi. Berdasarkan teori pada
terapi SEFT dapat mengubah kondisi kimia otak yang selanjutnya akan mengubah
kondisi emosi, teori Enstein mengatakan setiap atom dalam benda mengandung
energi, tubuh manusia memilki energi elektrik yang mengalir pada system saraf 12
alur energi meridian, jika aliran energi ini terhambat maka timbulah gangguan
emosi atau fisik. Titik-titik sepanjang energi meridian sangat penting untuk
penyembuhan (Faiz, 2012). Hasil menunjukkan pada Tn.E terjadi penurunan sekala
nyeri dari 5 menjadi 4 dan pada jam 10.55 dilakukan terapi SEFT lagi kemudian
didapatkan hasil penurunan skala nyeri menjadi 3 dimana hal ini sesuai dengan
teori.
analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri karena obat
ini bekerja pada ujung saraf perifer didaerah yang mengalami cidera, dengan
fisik, penulis sesuaikan dengan rencana tindakan yang telah penulis susun dalam
mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan
bahaya imobilisasi, dimana penggunaan pergerakan tubuh aktif atau pasif untuk
untuk diperiksa, respon obyektif kaki kanan pasien nampak luka bekas operasi
tertutup perban. Dalam teori ini harus dilakukan intervensi aktif, preventif dan
instruksi tentang strategi untuk mengurangi terjadinya ulkus dekubitus dan metode
merupakam hal yang paling penting untuk menyembuhkan luka karena lingkungan
Implementasi pada hari ketiga untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik (post ORIF fraktur femur), tindakan yang pertama yaitu
seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada paha kanan, sekala nyeri 3, dan nyeri terasa
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit.
nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri, dan waktu serangan (Saputra, 2013:219).
Hasil observasi nyeri, pada pukul 09.00 untuk mengatasi nyeri pasien, penulis
respon subyektif pasien mengatakan mau untuk diterapi, respon obyektif pasien
tampak tenang dan mengikuti instruksi. Kemudian pada jam 09.15 penulis
mengatakan nyeri setelah dioperasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk nyeri pada kaki
kanan bekas operasi, sekala myeri 2 nyeri terasa sewaktu-waktu. Respon obyektif
didapatkan wajah pasien tampak rileks. Berdasarkan teori pada terapi SEFT dapat
mengubah kondisi kimia otak yang selanjutnya akan mengubah kondisi emosi, teori
78
Enstein mengatakan setiap atom dalam benda mengandung energi, tubuh manusia
memilki energi elektrik yang mengalir pada system saraf 12 alur energi meridian,
jika aliran energi ini terhambat maka timbulah gangguan emosi atau fisik. Titik-titik
analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri karena obat
ini bekerja pada ujung saraf perifer didaerah yang mengalami cidera, dengan
penulis sesuaikan dengan rencana tindakan yang telah penulis susun dalam
mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan
bahaya imobilisasi, dimana penggunaan pergerakan tubuh aktif atau pasif untuk
untuk diperiksa, respon obyektif kaki kanan pasien nampak luka bekas operasi
tertutup perban. Dalam teori ini harus dilakukan intervensi aktif, preventif dan
instruksi tentang strategi untuk mengurangi terjadinya ulkus dekubitus dan metode
merupakam hal yang paling penting untuk menyembuhkan luka karena lingkungan
E. Evaluasi
Januari 2016 pada pukul 14.30 wib untuk nyeri akut adalah pasien mengatakan
nyeri setelah dioperasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada paha kanan, sekala
80
nyeri 5, dan nyeri terasa sewaktu-waktu. respon obyektif wajah pasien tampak
meringis menahan nyeri, tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 80 kali per menit,
pernafasan 22 kali per menit. Untuk menindak lanjuti hal tersebut, telah diambil
keperawatan yang telah dilakukan penulis belum sepenuhnya mengatasi nyeri akut
Tn.E hal ini disebabkan karena keterbatasan penulis dimana dalam pemberian
terapi baru dilakukan 2 kali dan pasien berada dalam satu ruangan dengan pasien
yang lain yang menyebabkan ruangan kurang tenang menganggu saat pasien
untuk diagnosa hambatan mobilitas fisik belum teratasi karena kaki pasien terasa
nyeri saat digerakkan, jadi pasien tidak mampu beraktifitas, didukung data pasien
mengatakan aktifitas dibantu orang lain, pasien tampak aktifitas dibantu orang lain,
kekuatan otat kaki kanan 2, untuk menindak lanjuti hal tersebut telah diambil
membantu pasien untuk beraktifitas, ajarkan ROM, kolaborasi dengan ahli terapi
belum sepenuhnya mengatasi masalah hambatan mobilitas fisik Tn.E, hal ini
dan pasien masih dalam ptoses penyembuhan luka, selain itu pasien kurang
81
koomperatif saat diajarkan ROM karena kaki pasien terasa nyeri saat digerakkan,
Evaluasi selanjutnya pada tanggal 12 Januari 2016 pada pukul 15.30 wib
untuk diagnosa kerusakan integritas kulit belum teratasi karena luka pasien kering
didukung data pasien mengatakan ada luka bekas operasi, tampak tertutup perban,
untuk menindak lanjuti hal tersebut telah diambil keputusan untuk melanjutkan
longgar, ajarkan agar luka tetap lembab, kolaborasi dengan ahli gizi. Tindakan
integritas kulit Tn.E, hal ini karena keterbatasan penulis dimana penulis belum
dapat merawat luka pasien dengan teratur, selain itu pasien kurang koomperatif
Januari 2016 pada pukul 09.30 wib untuk nyeri akut adalah pasien mengatakan
nyeri setelah dioperasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada paha kanan, sekala
nyeri 3, dan nyeri terasa sewaktu-waktu. respon obyektif wajah pasien tampak
meringis menahan nyeri, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 82 kali per menit,
pernafasan 22 kali per menit. Untuk menindak lanjuti hal tersebut, telah diambil
keperawatan yang telah dilakukan penulis belum sepenuhnya mengatasi nyeri akut
82
Tn.E hal ini disebabkan karena keterbatasan penulis dimana dalam pemberian
terapi pasien berada dalam satu ruangan dengan pasien yang lain yang
untuk diagnosa hambatan mobilitas fisik belum teratasi karena kaki pasien terasa
nyeri saat digerakkan, jadi pasien tidak mampu beraktifitas, didukung data pasien
mengatakan aktifitas dibantu orang lain, pasien tampak aktifitas dibantu orang lain,
kekuatan otat kaki kanan 2, untuk menindak lanjuti hal tersebut telah diambil
membantu pasien untuk beraktifitas, ajarkan ROM, kolaborasi dengan ahli terapi
belum sepenuhnya mengatasi masalah hambatan mobilitas fisik Tn.E, hal ini
dan pasien masih dalam ptoses penyembuhan luka, selain itu pasien kurang
koomperatif saat diajarkan ROM karena kaki pasien terasa nyeri saat digerakkan,
Evaluasi selanjutnya pada tanggal 13 Januari 2016 pada pukul 15.30 wib
untuk diagnosa kerusakan integritas kulit belum teratasi karena luka pasien kering
didukung data pasien mengatakan ada luka bekas operasi, tampak tertutup perban,
untuk menindak lanjuti hal tersebut telah diambil keputusan untuk melanjutkan
longgar, ajarkan agar luka tetap lembab, kolaborasi dengan ahli gizi. Tindakan
integritas kulit Tn.E, hal ini karena keterbatasan penulis dimana penulis belum
dapat merawat luka pasien dengan teratur, selain itu pasien kurang koomperatif
Januari 2016 pada pukul 09.30 wib untuk nyeri akut adalah pasien mengatakan
nyeri setelah dioperasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada paha kanan, sekala
nyeri 2, dan nyeri terasa sewaktu-waktu. respon obyektif wajah pasien tampak
meringis menahan nyeri, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 kali per menit,
pernafasan 20 kali per menit. Untuk menindak lanjuti hal tersebut, telah diambil
untuk diagnosa hambatan mobilitas fisik belum teratasi karena kaki pasien terasa
nyeri saat digerakkan, jadi pasien tidak mampu beraktifitas, didukung data pasien
mengatakan aktifitas dibantu orang lain, pasien tampak aktifitas dibantu orang lain,
kekuatan otat kaki kanan 2, untuk menindak lanjuti hal tersebut telah diambil
membantu pasien untuk beraktifitas, ajarkan ROM, kolaborasi dengan ahli terapi
belum sepenuhnya mengatasi masalah hambatan mobilitas fisik Tn.E, hal ini
84
dan pasien masih dalam ptoses penyembuhan luka, selain itu pasien kurang
koomperatif saat diajarkan ROM karena kaki pasien terasa nyeri saat digerakkan,
Evaluasi selanjutnya pada tanggal 14 Januari 2016 pada pukul 11.30 wib
untuk diagnosa kerusakan integritas kulit belum teratasi karena luka pasien kering
didukung data pasien mengatakan ada luka bekas operasi, tampak tertutup perban,
untuk menindak lanjuti hal tersebut telah diambil keputusan untuk melanjutkan
longgar, ajarkan agar luka tetap lembab, kolaborasi dengan ahli gizi. Tindakan
integritas kulit Tn.E, hal ini karena keterbatasan penulis dimana penulis belum
dapat merawat luka pasien dengan teratur, selain itu pasien kurang koomperatif
freedom technique) pada asuhan keperawatan Tn.E dengan post orif fraktur femur
diruang kantil RSUD Karanganyar secara metode kasus, maka dapat ditarik kesimpulan
A. KESIMPULAN
Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian pada Tn.E diperoleh data subyektif pasien mengeluh nyeri pada
kaki kanan bekas operasi, nyeri setelah operasi dan bertambah saat digerakkan,
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus Tn.E adalah nyeri akut
85
86
3. Intervensi
pada Tn.E yaitu pantau tingkat mobilitas fisik, bantu pasien untuk aktifitas,
kerusakan integritas kulit pada Tn.E adalah obserfasi integritas kulit, ajarkan
untuk memakai pakaian longgar, ajarkan cara untuk mempertahankan luka agar
4. Evaluasi
pasien dengan kriteria hasil sudah tercapai, diagnosa nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik pada Tn.E teratasi dan intervensi dihentikan.
kelemahan otot hasil evaluasi keadaan pasien dengan kriteria hasil belum
teratasi, maka hambatan mobilitas fisik pada Tn.E teratasi sebagian dan
belum tercapai, sehingga kerusakan integritas kulit pada Tn.E belum teratasi
longgar, pertahankan luka agar tetap lembab, kolaborasi dengan ahli gizi
tentang makanan.
5. Analisa
Hasil analisa pada kasus Tn.E dengan diagnosa nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik yaitu pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan bekas
operasi, nyeri setelah operasi dan bertambah saat digerakkan, nyeri seperti
sebanyak 6 kali dan didapatkan hasil nyeri Tn.E berkurang dari sekala 6
menjadi 2, nyeri setelah operasi dan bertambah saat digerakkan, nyeri seperti
B. SARAN
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Faiz Zainudin dan Arga.2007. cara Tercepat dan termudah mengatasi berbagai
masalah Fisik dan Emosi. Jakarta
Murtalah, bachtiar. 2012. Radiologi Trauma dan emergensi. IPB press: Bogor
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2008. Asuhan Perioperatif Konsep, Proses dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
Potter dan Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta : EGC, jakarta
Potter, Perry. 2006. Buku ajar Fundemental Keperawatan Konsep Proses dan praktik.
EGC. Jakarta
Prince A.S dan Wilson M.L. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
EGC: Jakarta
Purwanto Edi. 2008. Efek Musik Terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien post
operasi Di Ruang Bedah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Sjamsuhidajat, R & Jong, W.D. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC. Jakarta
Zainuddin, AF, 2008; Spiritual Emotional Freedom Technique, for Healing succes
Happiness Greatness. Afzan Publishing, Jakarta Timur, Indonesia