Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang berada di perkotaan maupun
pedesaan. Dapat dikatakan bahwa minyak goreng adalah komoditas yang sangat strategis,
minyak goreng dapat menimbulkan dampak ekonomis dan politis yang cukup berarti bagi
agenda rutin yang tiba-tiba bisa terjadi setiap tahunnya. Biasanya fenomena ini selalu
terjadi ketika menjelang dan saat akan menghadapi hari besar seperti Bulan Ramadhan,
Idul Fitri, Natal dan hari besar lain. Namun pada pertengahan tahun 2007 kenaikan harga
minyak goreng diakibatkan oleh hal lain yang menyebabkan harga minyak goreng
mencapai Rp.10.000 yang sangat memberatkan konsumen, hal ini diduga karena
pengaruh dari harga CPO (Crude Palm Oil) internasional yang mengalami
kenaikan.(Saputra, 2007).
Indonesia saat ini masih tercatat sebagai produsen CPO terbesar di dunia, dengan
produksi sekitar 17,10 juta ton (Tabel 1.1). Jumlah produksi ini seharusnya sangat
kenyataan yang terjadi adalah kurangnya pasokan CPO ke pasar domestik yang membuat
menguasai pangsa pasar minyak sawit dunia dan akan menggeser posisi Malaysia yang
telah menjadi Market Leader selama ini. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 Produksi
Tabel 1.1
Produksi Minyak Sawit Dunia
Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 *
Malaysia Produksi
(Juta ton) 11.80 11.90 13.35 13.98 14.96 16.05 16.55
Indonesia Produksi
(Juta ton) 8.40 9.62 10.44 12.23 13.10 15.90 17.10
Lainnya Produksi
(Juta ton) 4.11 4.13 4.28 4.45 5.35 4.95 5.29
Dunia Produksi
(Juta ton) 24.31 25.66 28.07 30.66 33.42 36.90 38.95
Sumber : Oil World, 2007 ( Diolah )
* Data Sementara
Dugaan konsumsi minyak goreng Indonesia sampai dengan tahun 2005 adalah
sekitar 6 juta ton dimana 83.3% terdiri dari minyak goreng sawit sedangkan sisanya
adalah minyak goreng kelapa. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.2
Tabel 1.2
Dugaan Konsumsi Minyak Goreng Indonesia (dalam 000 ton)
Tahun Minyak Goreng Sawit Persen Minyak Goreng Kelapa Persen Total
(%) (%)
1999 2,494.1 77.5 725.8 22.5 3,219.9
2000 2,806.1 78.5 769.5 21.5 3,575.6
2001 3,137.9 79.6 806.5 20.4 3,944.4
2002 3,508.1 80.6 846.9 19.4 4,355.0
2003 3,964.9 81.8 879.8 18.2 4,844.7
2004 4,527.7 82.9 933.4 17.1 5,461.1
2005 5,062.8 83.8 980.4 16.2 6,043.3
Sumber: BPS, 1999
14
bahan baku minyak goreng dan sebagai biofuel yang berperan untuk mensubstitusikan
dari penjualan CPO ke luar negeri, dengan kata lain daya tarik pasar ekspor menjadi
sebab kelangkaan minyak goreng bisa terjadi karena kekurangan salah satu komponen
stabilitasi harga kebutuhan pokok khususnya minyak goreng merupakan hal yang penting
pengolah minyak goreng domestik oleh pengusaha CPO dengan kuantitas tertentu
minyak goreng murah kepada masyarakat melalui Operasi Pasar dan mengamankan stok
minyak goreng didalam negeri. Kebijakan kedua adalah menaikkan besaran Pungutan
Ekspor yang semula 1,5% menjadi 6,5% untuk mengurangi niat pengusaha menjual
Ekspor sesuai dengan Kenaikan Harga CPO Internasional. Kebijakan lain yang
dikeluarkan pemerintah adalah Penghapusan PPN atas minyak goreng curah dan kemasan
15
menyalurkan sebagian minyak goreng ke pasar domestik dengan harga murah karena
semua pajaknya teah ditanggung oleh pemerintah. Kebijakan penghapusan PPN ini juga
Dengan adanya paket kebijakan stabilisasi harga bahan pokok ini diharapkan
harga minyak goreng yang masih tinggi bisa terkendali dan stabil. Namun diperlukan
4. Apakah harga CPO Domestik berpengaruh terhadap harga minyak goreng curah?
curah?
6. Kebijakan apa yang paling efektif untuk menurunkan dan menstabilkan harga
7. Apakah ada kebijakan alternatif yang lebih efektif selain Penghapusan PPN,
9. Untuk melihat apakah kebijakan Penghapusan PPN dan Operasi Pasar bisa
terjangkau.
10. Untuk melihat apakah harga CPO domestik berpengaruh terhadap harga minyak
goreng curah.
11. Untuk melihat apakah harga CPO Internasional berpengaruh terhadap harga
12. Untuk melihat kebijakan apa yang paling efektif untuk menurunkan dan
13. Untuk melihat apakah ada kebijakan alternatif yang lebih efektif selain Subsidi,