Anda di halaman 1dari 10

REVIEW FILM

SOE HOK GIE


By. Riri Riza

MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN


Hikmatul Ula, SH., MH.

OLEH :
ANGGRAINI HARI NUR INDAHSARI (155061101111002)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
PROGAM STUDI TEKNIK KIMIA
2015
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3

1.1 Deskripsi Film ............................................................................................................... 3

1.2 Lingkup Analisis ........................................................................................................... 6

BAB II. ANALISIS .................................................................................................................. 7

2.1 Analisis Perilaku terhadap Nilai-Nilai Pancasila ....................................................... 7

2.2 Analisis Implementasi Wawasan Nusantara (Aspek Nilai-Nilai Nasionalisme)


terhadap Nilai Pancasila.......................................................................................................... 8

2.3 Analisis Kondisi Sosial, Politik dan Budaya ............................................................... 9

BAB III. PENUTUP ............................................................................................................... 10

2
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Film

Judul : Soe Hok Gie


Pemain :

Nicholas Saputra sebagai Soe Hok Gie Dewasa


Jonathan Mulia sebagai Soe Hok Gie Muda
Thomas Nawilis sebagai Tan Tjin Han
Christian Audi sebagai Tan Tjin Han Muda
Sita Nursanti sebagai Ira
Ira sebagai Sinta
Lukma Sardi sebagai Herman Lantang
Sutadara : Riri Riza
Produser : Mira Lesmana
Durasi : 147 Menit
Tanggal Rilis : 14 Juli 2005
Isi Cerita :

Soe Hok Gie merupakan sebuah film yang disutradarai oleh Riri Riza ini merupakan film
yang diadopsi dari buku catatan seorang demonstran karya (Alm) Soe Hok Gie. Film ini berkisah
tentang seorang demonstran yang segala pemikiran, pendapat dan gugatan yang gencar ia
lancarkan berpengaruh bagi orang-orang di sekitarnya, terutama bagi bangsa Indonesia yang pada
saat itu dilanda krisis dan berbagai masalah yang berkecamuk di mana-mana.

Soe Hok Gie yang kerap kali dipanggil Gie atau Soe ini dilahirkan pada tanggal 17
Desember 1942 di sebuah keluarga beretnis tionghoa yang tidak terlalu kaya dan merupakan adik
dari sosiolog Arif Budiman. Gie adalah seorang yang pendiam tetapi memiliki kepribadian yang
berpendirian kuat dan kritis. Gie bercita-cita ingin merubah negeri yang semakin kacau karena
jatuhnya rezim orde lama, menjadi Negara yang betul-betul dapat mewujudkan keadilan,
persatuan, keamanan, dan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Gie kecil mulai bersekolah di Sin Hwa School, kemudian masuk SMP Strada di daerah
Gambir, lalu melanjutkan masa remaja di SMA Kanisius Jakarta jurusan sastra. Masa mudanya
dia habiskan di Jakarta dimana dia melihat potret ibukota negara Indonesia yang penuh dengan
dinamika sosial dan politik. Sejak dia kecil ketika masih duduk di bangku sekolah, Gie dikenal
sebagai anak yang kritis dan suka menentang pendapat orang-orang di sekitarnya yang
dianggapnya salah atau tidak benar, bahkan seperti pendapat gurunya sendiri yang mengatakan
tentang buku yang karena pengarang aslinya tidak dikenal maka dianggap bahwa Chairil-lah sang
pengarang. Di mana hal itu menyalahi nilai yang dianggapnya adalah nilai kebaikan dan nilai
kebenaran.

Setelah lulus SMA, Gie melanjutkan kuliah di Fakultas Sastra Jurusan Sejarah di
Universitas Indonesia. Di saat pemuda keturunan Tionghoa lain memilih jurusan yang lebih
bergengsi, seperti ekonomi, arsitek, dan kedokteran. Gie memilih Fakultas Sastra-Sejarah sebagai

3
gudangnya arus pemikiran, ide, serta gagasan untuk membangun kesadaran politik yang lebih
mendalam.

Pemahaman Gie tentang sejarah, politik, ekonomi itu diuji di masa remaja ketika Indonesia
berada dalam masa paling kritis, paling gelap, dan paling mencekam sepanjang sejarah republik
ini didirikan. Pada saat itulah dia memenuhi panggilannya sebagai seorang intelektual muda
dengan menulis kritik keras terhadap pemerintah dan membangun bibit-bibit kesadaran demokrasi
agar setiap lapisan masyarakat Indonesia juga memahami masalah di negaranya sehingga
kelak ikut terlibat dalam menentukan arah hidup bangsa ini.

Gie juga dikenal sebagai orang yang paling vokal mengkritik kinerja pemerintahan era
Soekarno (Orde Lama) serta menjadi salah satu penggerak aksi long-march dan demonstrasi besar
mahasiswa tahun 1966 yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional,
sementara sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan.

Dibalik sifatnya yang krtis dan pluralis, dia adalah seorang yang hobi menonton
film, mendaki gunung, membaca, dan menulis artikel, yang tulisannya sering dimuat di berbagai
surat kabar dan sering kali membuat siapa yang membacanya terpengaruh akan ide dan
gagasannya. Setelah lulus SMA Gie melanjutkan pendidikannya ke Universitas Indonesia. Dia
juga dikenal sebagai salah satu pelopor dalam perhimpunan mahasiswa untuk menggulingkan
masa pemerintahan Soekarno.

Memang sebagian besar penduduk Indonesia saat ini mungkin memandang Soekarno
adalah pahlawan Indonesia nomor satu, sebagai bapak proklamator yang memperjuangkan
kemerdekaan RI secara intelektual, sekaligus sebagai Presiden pertama RI yang disegani dunia
internasional. Tidak bisa dipungkiri memang Soekarno telah berperan begitu besar bagi bangsa
ini dari masa Hindia Belanda, memperjuangkan hak berpendapat dan kesetaraan di Den Haag,
keluar-masuk penjara, sampai bernegosiasi dengan pemerintahan Jepang untuk memerdekakan
Indonesia. Dialah sosok yang menaruh begitu banyak dasar dan fondasi pemikiran dan gagasan
bagi negara ini, sampai akhirnya Soekarno dan angkatan 45 lainnya seperti Hatta, Sjahrir, Tan
Malaka, dll membawa Indonesia merdeka untuk membangun kedaulatan yang mandiri.

Namun demikian, bahkan sosok Soekarno juga bukan berarti seorang yang sempurna dan
tanpa cacat. Ada masa dimana kebijakan-kebijakan politiknya begitu banyak dipengaruhi oleh
orang-orang disekitarnya yang pandai menjilat serta membawa kepentingan pribadi dan partai.
Sehingga di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno, ada begitu banyak
penyimpangan politik seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dari mulai pembentukan
demokrasi terpimpin yang semakin mengarah pada otoriterianisme, praktik kolusi dan nepotisme
(siapa yang punya koneksi akan diuntungkan), sampai penyalahgunaan kekuasaan dimana uang
dana revolusi yang dikumpulkan dari keringat rakyat dan karcis-karcis bioskop, dihambur-
hamburkan oleh orang-orang pemerintah pusat di luar negeri.

Pemerintahan Soekarno sangat menginjak-injak hak rakyat dan yang miskin semakin
miskin. Sebagai bentuk komplain teradap pemerintahan, Soe banyak menjadi penulis di surat
kabar. Dan sering kali karangan yang ia buat sangat kritis bagi pembacanya. Beda halnya dengan
teman Soe yang satu ini, yaitu Tan Tjin Han atau panggilannya Han. Han memilih untuk mengikuti
PKI (Partai Komunis Indonesia).

Pasca penggulingan Soekarno, Indonesia dikuasai rezim militer Orde Baru yang diawali
dengan serangkaian penumpasan PKI yang dianggap sebagai dalang peristiwa pembunuhan
keenam Jendral. Pada masa-masa itulah, Indonesia memulai babak baru yang sangat mencekam,

4
dimana jutaan rakyat yang dianggap memiliki keterkaitan erat dengan PKI dipenjarakan bahkan
dibunuh tanpa proses peradilan yang jelas.

Pada masa-masa itu (pasca G30S/65), seluruh lapisan masyarakat di Indonesia diam dalam
kengerian. Para awak media dan wartawan bungkam karena takut mengungkap kebenaran. Lalu
siapakah orang pertama yang berani berteriak lantang menyatakan kebenaran? Siapa lagi kalau
bukan Soe Hok Gie. Dia adalah orang yang pertama kali dengan berani membeberkan serangkaian
peristiwa pembunuhan di Bali oleh rezim ORBA yang pada saat itu diperkirakan menelankan
korban sampai 80.000 jiwa.

Keberanian Gie mengungkapkan fakta pada masa itu mungkin bagi sebagian orang saat
itu dinilai naif, sembrono, bahkan mungkin tidak sayang nyawa. Tapi bagi seorang Soe Hok Gie,
itu adalah panggilannya sebagai seorang intelektual, untuk berani menyatakan kebenaran. Ada
seorang teman Gie dari Amerika yang menulis surat bahwa Gie akan selalu menjadi intelektual
yang bebas tapi juga seorang pejuang yang sendirian. Gie menjawab dengan kata-kata ini:

"Hanya ada dua pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi aku memilih untuk
jadi manusia merdeka" - Soe Hok Gie

Di sisi lain kehidupannya, Gie bukanlah orang yang selalu menghabiskan waktunya
dengan belajar, baca buku, menulis, dan mengkritik pemerintah. Dia juga manusia biasa dengan
segala kekonyolan dan romantikanya tersendiri. Untuk hobby, Soe Hok Gie yang alim dan
badannya kecil ini punya hobby yang agak nyentrik saat itu, yaitu naik gunung. Ketika menjadi
seorang mahasiswa sejarah di Universitas Indonesia yang termasuk aktivis mahasiswa angkatan
66, Soe juga sangat aktif mengikuti beberapa kegiatan mahasiswa. Seperti Mahasiswa Pecinta
Alam (MAPALA) UI. Soe juga seringkali menonton bersama temannya dan menganalisis film
tersebut. Selain itu ia juga melestarikan budaya Indonesia yaitu puisi.

Cintanya pada Indonesia dan dunia mahasiswa membuatnya selalu angkat bicara ketika
ada yang dianggapnya akan merusak dua hal itu. Ia sangat kecewa ketika melihat perjuangannya
melawan tirani dan rezim yang beruasa saat itu, ternyata justru melahirkan rezim baru dan
menyebabkan pambantaian jutaan orang yang dituduh komunis, termasuk sahabat masa kecilnya,
Tjin Han. Waktu berlalu, orang-orang di sekitarnya mulai menyesuaiakan diri dengan rezim baru
, bahakan melakukan korupsi. Gie menolak untuk diam, meski dia bisa masuk ke lingkaran
kekuasaaan dan militer. Idealismenya ini membuat teman-temannya meninggalkannya,
perempuan yang dicintainya juga menolaknya. Hanya alam yang menjadi tempat dimana ia merasa
diterima dan dicintai apa adanya.

Ketika semua teman-teman yang dulu bersama dengan dia memperjuangkan pendapatnya,
kini meninggalkan dia. Gie yang merasa tertekan dan kesepian pada akhirnya menuju ke puncak
Gunung Semeru. Namun ternyata hari itu adalah hari terakhir dalam hidupnya. Gie meninggal di
Gunung Semeru dalam kesedihan dan kesepian, sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 16
Desember 1969 akibat gas beracun.

5
1.2 Lingkup Analisis

Dari Film Soe Hok Gie terdapat banyak sekali nilai-nilai yang bisa kita ambil sebagai pelajaran
nasionalisme, patriotisme, idealisme dan lain sebagainya. Beberapa hal (bagian) yang dapat kita
analisis, yaitu :

a. Analisis perilaku terhadap nilai-nilai Pancasila yang meliputi :


Ketuhanan Yang Maha Esa
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Analisis implementasi wawasan nusantara (aspek nilai-nilai nasionalisme) terhadap nilai
Pancasila yang meliputi :
Menaati norma-norma yang berlaku
Mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara
Menjaga persatuan dan kesatuan Bangsa
Mengawasi penyelenggaraan Negara dan menjalankan pemerintahan
Melawan berbagai ancaman baik dari dalam maupun dari luar yang merongrong
ideologi bangsa
Mengakui dan menghargai keanekaragaman banga
c. Analisis Kondisi Sosial, Politik dan Budaya

6
BAB II. ANALISIS

2.1 Analisis Perilaku terhadap Nilai-Nilai Pancasila

Nilai Dasar
Perilaku yang sesuai dengan Perilaku yang tidak sesuai
Pancasila
Nilai-Nilai Pancasila dengan Nilai-Nilai Pancasila
Ketuhanan Yang 1. Bunyi suara adzan dan 1. Segerombolan masa yang
Maha Esa orang-orang pergi ke Masjid berkampanye sambil
2. Masyarakat yang erayakan mengibarkan bendera Partai
Hari Raya Idul Fitri Komunis Indonesia (PKI)
2. Hans sahabat Gie yang menjadi
salah satu anggota Partai
Komunis Indonesia (PKI)
Kemanusiaan 1. Gie menolong 1. Tokoh guru yang tidak adil
yang adil dan menyebrangkan orang yang dalam memberi nilai pada
beradab sudah lanjut usia siswanya
2. Gie tidak tahan melihat 2. Terjadinya pemberontakan G-
penderitaan rakyat yang 30 S-PKI dengan diiringi
memakan sisa makanan yang pembunuhan masal di Pulai
sudah dibuang dalam tong Bali sekitar 80.000 orang yang
sampah serta bertindak dilakukan oleh pihak militer
menolong dengan memberi
sedikit uang
Persatuan 1. Berbagai kelompok 1. Tokoh pejabat pemerintahan
Indonesia mahasiswa dari berbagai yang hanya mementingkan
daerah unutk bersatu turun keluarganya saja dengan
ke jalan membela rakyat melakukan korupsi
2. Adanya partai yang dipimpin 2. Adanya tokoh mahasiswa yang
oleh Prof. Sumitro yang sebelumnya memikirkan nasib
meminta kepada seluruh rakyat, namun setelah duduk di
patriot Indonesia untuk kabinet mementingkan diri
bangkit menggalang sendiri dengan membeli mobil
kekuatan dan bertindak mewah dan jalan-jalan keluar
menyelamatkan bangsa dan negeri
Negara dari jurang
malapetaka
Kerakyatan yang 1. Gie dan teman-temannya 1. Tidak adanya kesepakatan
dipimpin oleh mengadakan diskusi untuk bersama dalam rapat sehingga
hikmat mengambil keputusan yang mahasiswa saling bentrok
kebijaksanaan tepat unutk mengadakan 2. Pelanggaran terhadap
dalam perlawananan demi demokrasi dengan jalan
permusyawaratan/ memperjuangkan nasib mengambill keputusan sendiri
perwakilan rakyat dengan menaikkan harga-harga
2. Masyarakat di lingkungan agar rakyat menjadi gelisah
sekitar Gie yang menjaga
keamanan dengan
mengadakan ronda malam
Keadilan sosial 1. Keompok mahasiswa yang 1. Rakyat yang mengantri minyak
bagi seluruh dipimpin oleh Gie hingga saling dorong-
rakyat Indonesia memprotes Menteri unutk mendorong
memperhatikan rakyat 2. Banyak menteri yang
2. Tuntutan KAMI yang mementingkan dirinya sendiri
bertujuan agar pemimpin tanpa memikirkan nasib rakyat
Negara memikirkan nasib banyak

7
rakyat dengan cara
menurunkan harga-harga

2.2 Analisis Implementasi Wawasan Nusantara (Aspek Nilai-Nilai Nasionalisme) terhadap


Nilai Pancasila

Aspek Nilai-Nilai
Contoh Sikap Positif
Nasionalisme
Menaati norma-norma 1. Gie memprotes gurunya yang telah berlaku tidak adil pada
yang berlaku dirinya dengan mengurangi nilainya sementara keponakan si
guru mendapatkan nilai bagus.
2. Gie tidak mau melakukan tindakan yang melanggar norma-
norma budaya Timur. Gie menolak ketika temannya
menawarkan rokok, minuman keras dan perempuan Tuna
Susila.
Mengutamakan 1. Gie selalu menolong orang lain yang kesulitan, seperti ketika
kepentingan Bangsa Hans dipukili tantenya, Gie menyuruh temannya itu untuk
dan Negara tingaal di rumahnya. Ketika seorang lelaki memakan sisa
mangga dari tempat sampah, Gie memberi sisa uang jajannya
supaya orang itu tidak makan makanan sisa.
2. Giemenentang para pemimpin, pejabat pemerintah, atau partai
politik yang mengutamakan kelpentingan dirinya sendiri atau
golongannya.
3. Gie tidak mau terlibat dalam partai politik yang hanya
mementingkan golongannya saja ketika dia diajaka oleh
temannya unutk menjadi salah satu anggota PMKRI
Menjaga persatuan 1. Gie dalam diskusi mengatakan tidak menginginkan adanya
dan kesatuan Bangsa perpecahan dalam kampus.
2. Gie dan teman-temannya dari berbagai universitas bergabung
bersama dalam demostrasi menentang kebijakan pemerintah
yang menaikkan harga-harga.
3. Gie tidak setuju adanya berbagai partai yang masuk kampus
yang akhirnya memecahkan persatuan antar mahasiswa
Mengawasi 1. Gie tidak setuju pada Soekarno yang memihak pada PKI
penyelenggaraan 2. Gie selalu memprotes melalui tulisan-tulisannya kepada
Negara dalam pemerintah yang mempermainkan kekuasaan politik
menjalankan 3. Gie meginginkan terjadinya perubahan dalam Negeri yaitu
pemerintahan pemerintahan yang bersih dari korupsi dan yang
mengutamakan kepentingan masyarakat
Melawan berbagai 1. Gie menolak ketika sahabatnya Hans mengajak untuk
ancaman baik dari bergabung dalam PKI
dalam maupun dari 2. Gie akhirnya bergabung dalam partai Revolusioner yang
luar yang merongrong dipimpin oleh Prof. Sumitro demi menyelamatkan Bangsa
ideologi bangsa Indonesia yang pemimpinnya tidak lagi menjalankan Negara
ini sesuai dengan Pancasila

8
3. Gie berusaha menolong sahabatnya Hans untuk keluar dari
PKI yang dapat membahayakan Negara Indonesia
Mengakui dan 1. Gie mencintai Tanah Air dengan keindahan alamnya dengan
menghargai seringnya dia mendaki gunung bahkan meninggal di puncak
keanekaragaman Gunung Semeru
bangsa 2. Gie senang menyaksikan kesenian daerah yaitu menonton
pagelaran wayang
3. Gie menghormati Hari Raya Idul Fitri dengan pulang ke
rumah tidak melakukan aktifitas

2.3 Analisis Kondisi Sosial, Politik dan Budaya

Kondisi Sosial 1. Kesejahteraan masyarakat yang rendah sehingga banyak


masyarakat yang mengalami kemiskinan
2. Masyarakat yang kurang berani mengutarakan pendapat dan
terlalu takut melawan arus meskipun itu merupakan arus yang
tidak sesuai dengan norma yang berlaku
Kondisi Politik 1. Munculnya gerakan mahasiswa yang bersifat revolusioner
2. Munculnya organisasi yang mewakili kepentingan golongan
tertentu
3. Pemerintahan yang tidak stabil (munculnya banyak
pemberontakan)
Kondisi Budaya 1. Pakaian yang digunakan para wanita sopan (mengenakan
kebaya)
2. Mewariskan budaya Indonesia melalui puisi, tolenransi antar
sesama, membantu satu sama lain

9
BAB III. PENUTUP

Sebagai sebuah film, Gie berhasil menjadi film mengagumkan dalam segi artistic dan
moral. Film ini meyuguhkan gambar-gambar kota Jakarta yang masih segar dan pemandangan
gunung. Dari segi tata music, film ini sangat hidup dengan lagu-lagu yang sangat mendukung.
Seperti back song saat Gie berdemo mampu membawa atmosfer dan semangat pemuda ke dalam
benak dan membuat merinding. Juga lagu-lagu dan music yang tergolong cerdas.

Film ini juga sarat pesan. Kita bisa mengambil pesan dari buah pikiran Gie sepanjang film
ini, jika sikap dan keteguhan hatinya. Film ini memang tergolong film yang berhasil bercerita
kepada para penontonnya dan sangat layak untuk ditonton juga mungkin menjadi salah satu film
Indonesia yang sangat membanggakan dan akan terus dikenang.

Selain itu, Soe Hok Gie merupakan film yang bagus sebagai materi pelajaran sejarah, dan
juga bagi orang-orang yang tertarik dengan ilmu politik. Pada film ini, sosok Gie merupakan sosok
yang berani mengemukakan pendapatnya dan hal-hal yang diyakininya, walau dia tahu bahwa
tidak semua orang sependapat dengannya. Hal ini dapat mengajarkan kita untuk berani
mengemukakan pendapat kita tanpa rasa takut dan dibayang-bayangi oleh pemikiran dan pendapat
orang lain.

Namun, film ini memiliki beberapa kekurangan. Yang pertama ada pada segi teknis, sangat
disayangkan bahwa backsound pada film ini jauh lebih besar daripada suara tokoh yang sedang
berdialog, sehingga membuat para penonton menjadi kurang memahami jalan cerita. Yang kedua
ada pada segi transisi dari satu scene ke scene lainnya yang menggunakan layar hitam. Hal ini
mengganggu alur cerita dan konsentrasi dari penonton sehingga dapat mengurangi pemahaman
penonton akan alur cerita, dan membuat cerita pada film ini seakan-akan memiliki alur yang tidak
rapi.

Tanpa memperhatikan kekurangannya, film ini sangat direkomendasikan dan bagus untuk
ditonton oleh masyarakat khususnya yang tertarik dengan ilmu politik, ilmu sejarah dan biografi
tokoh penting dalam sejarah.

10

Anda mungkin juga menyukai