Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

DENGAN METODE SRI (System of Rice Intensification)


DI DESA EMPAT BALAI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR

Mario Francisco Tamba1), Evy Maharani 2), Susy Edwina 2)


Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian UNRI
Email: marioftamba@gmail.com

ABSTRAK

Tanaman padi merupakan salah satu tanaman utama dalam pertanian mengingat
nasi adalah salah satu makanan pokok di Indonesia. Adopsi dan inovasi dari
budidaya padi diperlukan dikarenakan lahan untuk tanaman pangan sudah banyak
dialihfungsikan sebagai lahan industri atau lahan perkebunan. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat adopsi dari teknik budidaya yang dilakukan oleh petani.
Selain itu penelitian ini bertujuan untuk melihat efisiensi dari usahatani yang
dilakukan. Penelitian ini dilakukan di Desa Empat Balai Kecamatan Kuok
Kabupaten Kampar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa
perbedaan dalam budidaya padi yang dilakukan dengan menggunakan metode
SRI dan metode konvensional yang selama ini dilakukan oleh petani. Perbedaan
dari budidaya padi SRI dengan konvensional terdapat pada jumlah bibit per
lubang tanam dan penggunaan pupuk. Jumlah bibit yang digunakan pada metode
SRI hanya menggunakan 1 bibit per sedangkan penggunaan pupuk lebih
mengutamakan penggunaan bahan-bahan organik seperti keong mas, air beras, air
kelapa dan gula merah.Selain itu terdapat peningkatan produksi beras dari hasil
metode SRI dimana mencapai produksi sebesar 3.014,51 kg per ha. Peningkatan
produksi mengakibatkan total pendapatan bersih dari hasil produksi beras metode
SRI meningkat sebesar Rp.14.953.667,01 per ha. Nilai RCR pada usahatani ini
adalah 1,76 per ha, dimana nilai RCR > 1 maka usahatani ini masuk dalam
kategori mengutungkan.

Kata Kunci: Usahatani, Padi, SRI, Pendapatan, Efisiensi

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol, 13 No. 2, Februari 2017 | 11


INCOME ANALYZING OF PADDY FARMING BY USING SRI METHOD
(System of Rice Intencification) IN EMPAT BALAI VILLAGE KUOK SUB-
DISTRICT KAMPAR MUNICIPALITY

Mario Francisco Tamba 1), Evy Maharani 2), Susy Edwina, 2)


Agribusiness Department Agricultural Faculty University of Riau
Email: marioftamba@gmail.com

ABSTRAK

Paddy is one of main farming commodity since rice is one of main food in
Indonesia. Innovation adoption about paddy farming was meaningful, because
there were land conversion from food farming to industrial land or plantation.
This study aimed to know about the adoption of farming technical was used by
farmers, then aimed to know the efficiency of farming. This study took place in
Empat Balai Village Kuok Sub-district Kampar Municipality. The results of this
study showed there were differences about faming technical between faming
technical with SRI and conventional faming technical that was used for a long
time. The differences between SRI paddy farming and conventional farming were
the amount of seeds per planted hole and the use of fertilizers. The amount of
seeds on SRI method was only 1 seed per planted hole, meanwhile the use of
fertilizers was more prioritize on using the organic materials i.e. golden snail, rice
water, and brown sugar. On the other hand, there was an increasing of paddy
production from SRI method which reached the production of 3.014,51 kg per ha.
The increase of production caused the increase of total net income by SRI method
Rp.14.953.667,01 per ha. RCR value of this farming was 1,76 per ha, which the
value of RCR > 1 then this farming was profitable categorized.
Keywords: Farming, Paddy, SRI, Income, Efficiency

PENDAHULUAN
Pembangunan pertanian tanaman utama dalam bidang
merupakan bagian bagian dari pertanian. Padi menghasilkan beras
pembangunan ekonomi dan dan beras adalah makanan pokok
masyarakat secara umum. sebagian besar masyarakat Indonesia.
Pembangunan pertanian memberikan Pada saat ini lahan pertanian di
sumbangan kepada masyarakat serta Indonesia yang dialokasikan untuk
menjamin bahwa pembangunan yang berbudiya tanaman pangan
menyeluruh itu mencakup penduduk khususnya budidaya padi sudah
yang hidup dari bertani, yang sangat sedikit. Para petani banyak
jumlahnya besar dan untuk tahun yang melakukan alihfungsi lahan
tahun datang (Krisnandi, 2009). menjadi lahan perkebunan atau
Tanaman padi adalah salah satu perindustrian yang dimana menurut

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol, 13 No. 2, Februari 2017 | 12


mereka tingkat kesejahteraan petani dilakukan oleh petani dalam
tanaman pangan lebih kecil jika budidaya adalah dengan mengganti
dibandingkan dengan tingkat metode konvensional yang selama ini
kesejahteraan petani yang melakukan dipakai oleh petani dengan memakai
usahatani di bidang perkebunan atau metode SRI, dimana dalam metode
yang bekerja di bidang perindustrian. SRI ini dapat meningkatkan jumlah
Produksi padi di Indonesia produksi dibandingkan dengan
mengalami fluktuatif setiap metode konvensional yang selama ini
tahunnya. Berdasarkan data BPS dipakai oleh petani.
pada tahun 2014, produksi padi di Tujuan dari penelitian ini adalah
Indonesia mencapai 70,83 juta ton, 1). Untuk mengetahui penerapan
mengalami penurunan sebesar 0,63% sistem usahatani padi sawah dengan
atau 0,45 juta ton dari hasil produksi metode SRI yang dilakukan oleh
padi pada tahun 2013 yang mencapai petani di Desa Empat Balai
71,27 juta ton. Kecamatan Kuok Kabupaten
Perkembangan tanaman padi di Kampar, 2). Untuk menganalisis
Riau sejalan dengan perkembangan pendapatan dan efisiensi usahatani
tanaman padi di Indonesia. padi sawah dengan metode SRI di
Perkembangan luas panen dan Desa Empat Balai Kecamatan Kuok
produksi di Riau juga fluktuatif. Pada Kabupaten Kampar.
tahun 2012 luas panen di Riau
mencapai 144.000 ha dan mengalami METODE PENELITIAN
penurunan yang signifikan pada Waktu dan Tempat Penelitian
tahun 2013 menjadi 118.500 ha. Penelitian ini dilakukan di Desa
Penurunan luas panen ini juga Empat Balai Kecamatan Kuok
berimbas kepada penurunan jumlah Kabupaten Kampar. Lokasi ini
produksi padi di Riau. Pada tahun dipilih dikarenakan adopsi inovasi
2012 produksi padi di Riau sistem tanam SRI di Kabupaten
berjumlah 512.200 ton, mengalami Kampar baru dimulai di Desa ini.
penurunan pada tahun 2013 menjadi Waktu dilakukannya penelitian ini
434.100 ton (BPS, 2014). Berikut adalah dari bulan Januari Mei
adalah trend penurunan produksi dan 2016.
luas panen di Riau.
Lahan pertanian yang sudah Metode Pengambilan Data
banyak dialihfungsikan menjadi Metode pengambilan data adalah
lahan perkebunan atau perindustrian dengan survei dengan langsung turun
yang mengakibatkan kemampuan ke petani menggunakan kuesioner.
bertani padi sudah semakin Jumlah petani yang menggunakan
berkurang. Semakin banyaknya lahan metode SRI ini adalah 40 petani yang
pertanian yang berkurang maka tergabung dalam satu kelompok tani.
produksi semakin sedikit, sehingga Responden yang diambil dari
diperlukan adopsi inovasi dalam penelitian ini adalah 40 petani,
budidaya tanaman pertanian dikarenakan jumlah keseluruhan
khususnya padi. populasi kurang dari 100 sehingga
Pola budidaya yang selama ini seluruh populasi dijadikan sampel.
dilakukan oleh petani di Desa Empat
Balai ini adalah dengan metode
konvensional. Adopsi yang sudah

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol, 13 No. 2, Februari 2017 | 13


Jenis dan Sumber Data. perbandingan antara penerimaan dan
Sumber data dalam terbagi dua, biaya dimana biaya lebih besar
yaitu data primer dan data sekunder. dibandingkan dengan total biaya.
Data primer diperoleh dari instansi Efisiensi usahatani dapat dihitung
instansi terkait seperti BPS, Dinas dengan menggunakan rumus
Pertanian Kabupaten Kampar, Balai TR
RCR = TC
Penyuluh Pertanian Kecamatan
Keterangan:
Kuok dan juga literatur dan artikel
RCR < 1 = Usahatani mengalami
yang terkait. Data sekunder diperoleh
kerugian
dari hasil wawancara langsung
RCR = 1 = Usahatani mencapai titik
dengan petani.
impas
RCR > 1 = Usahatani mengalami
Analisis Data
keuntungan.
Analisis data dalam penelitian
ini menggunakan analisis deskriptif
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan kuantitatif. Analisis data yang
Penerapan Budidaya Metode SRI
dilakukan
oleh Petani
1). Untuk mengetahui penerapan
Teknik budidaya padi SRI
sistem usahatani dengan metode SRI
dengan budidaya padi konvensional
dilakukan analisis deskriptif dengan
yang dilakukan oleh petani tidak jauh
memaparkan penerapan yang
berbeda. Perbedaan yang utama
dilakukan oleh petani di lapangan.
adalah pada penggunaan bibit per
2). Untuk menganalisis biaya
lubang tanamnya, penggunaan
produksi dan pendapatan dilakukan
pupuk, dari segi produksi yang
analisis kuantitatif. Menurut
dihasilkan dengan sistem tanam SRI
Soekartawi (2002), untuk
ini lebih baik dibandingkan dengan
menganalisis biaya produksi dapat
sistem tanam konvensional.
dilakukan dengan
Hasil produksi sistem tanam SRI
TC = TFC + TVC
lebih baik dibandingkan dengan hasil
Keterangan:
produksi dengan sistem tanam
TC = Biaya Total (Rp/Ha/Musim
konvensional dikarenakan
Tanam)
penggunaan bibit per lubang tanam
TFC= Total Biaya Tetap
pada metode SRI yang hanya satu
(Rp/Ha/Musim Tanam)
bibit per lubang tanam sehingga
TVC= Total Biaya Variabel
unsur unsur hara yang diperlukan
(Rp/Ha/Musim Tanam).
oleh bibit dalam masa
Menurut Sukirno (2002), untuk
pertumbuhannya dapat diperoleh
menghitung pendapatan dapat
dengan baik. Selain itu, dengan
digunakan rumus
menggunakan satu bibit per lubang
TR = P x Q
tanam dapat membuat malai padi
Keterangan:
tersebut mendapatkan cukup ruang
TR = Total Penerimaan
sehingga bulir padi yang dihasilkan
(Rp/Ha/Musim Tanam)
lebih banyak dibandingkan dengan
P = Harga Produk (Rp/Kg)
sistem tanam konvensional.
Q = Jumlah Produk (Kg/Ha/Musim
Tanam.
Menurut Harnanto (2003),
efisiensi usahatani adalah

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol, 13 No. 2, Februari 2017 | 14


Tabel 1. Penerapan Petani Padi dengan Sistem Tanam SRI
Penerapan oleh
Petani Padi
No Sistem Konvensional Sistem SRI
dengan Sistem
SRI
1 Proses Penyemaian Dapat Mencapai Proses Penyemaian 15 hari Ya
25 hari

2 Penanaman Tidak Langsung Setelah Penanaman Langsung Ya


Pencabutan Benih dari Persemaian Setelah Benih Dicabut dari
Persemaian
3 Penggunaan 5 - 7 benih per lubang Penggunaan 1 benih per Tidak
tanam lubang tanam
4 Jarak Tanam 15 x 15 cm atau 20 x Jarak Tanam 25 x 25 cm Ya
20 cm
5 Penggunaan Pupuk Kimia Penggunaan Pupuk Organik Ya

6 Penggunaan Pestisida Kimia Penggunaan Pestisida Ya


Organik
7 Penyiangan Dilakukan dengan Penyiangan Dilakukan Ya
Menggunakan Bahan - Bahan Kimia dengan Mencabut Gulma dari
Lahan

1. Persiapan Benih 2. Pengolahan Tanah


Benih yang digunakan oleh Pengolahan tanah yang
petani dengan sistem tanam SRI ini dilakukan oleh petani dengan sistem
adalah benih IR 42 dan padi kuning tanam SRI tidak berbeda dengan
(unggul lokal). Benih yang pengolahan tanah dengan sistem
digunakan pada sistem tanam ini tanam konvensional yang selama ini
sama dengan benih yang digunakan digunakan oleh petani. Petani
oleh petani dengan sistem tanam melakukan pengolahan tanah 14 hari
konvensional yang selama ini sebelum masa tanam. Pembajakan
digunakan. Kebutuhan benih per ha dilakukan oleh petani dengan
pada sistem SRI ini adalah 6,93 kg menggunakan mesin traktor,
per ha, berbeda dengan kebutuhan kemudian pengolahan tanah
benih yang selama ini digunakan selanjutnya dilakukan dengan
oleh petani pada sistem tanam menggunakan tenaga manusia.
konvensional yang mencapai 20 25
kg per ha. 3. Penanaman
Sebelum melakukan persemaian, Setelah melakukan penyemaian,
benih diseleksi terlebih dahulu petani langsung memindahkan bibit
dengan menggunakan telur dan yang disemai tersebut ke lahan
larutan air garam. Benih yang baik tempat penanaman. Hal ini berbeda
untuk digunakan adalah benih yang jika dibandingkan dengan sistem
tenggelam sedangkan benih yang tanam konvensional dimana bibit
terapung adalah benih yang tidak tersebut dapat didiamkan selama satu
baik untuk digunakan. Setelah malam sebelum dilakukan
melakukan penyeleksian benih, penanaman. Bibit yang tidak
petani melakukan persemaian. Rata langsung ditanam akan menguning
rata waktu persemaian bibit oleh sehingga dalam sistem tanam SRI
petani adalah 13 hari. bibit tersebut langsung ditanam

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol, 13 No. 2, Februari 2017 | 15


setelah diambil dari tempat kemudian 35 hari setelah masa
persemaian. tanam, dan terakhir 50 hari setelah
masa tanam.
4. Pemupukan
Pemeliharaan lain yang
Salah satu faktor yang
membedakan sistem tanam SRI dilakukan oleh petani adalah
dengan sistem tanam konvensional pengairan. Berbeda dengan sistem
adalah penggunaan pupuk. Pupuk tanam konvensional, pola pengairan
yang digunakan oleh petani dalam pada sistem tanam SRI ini adalah
sistem tanam konvensional adalah pola macak macak, dimana
pupuk kimia seperti urea, tsp dan kcl ketinggian air 0,5 2 cm. Pola
namun pada sistem SRI petani tidak
macak macak adalah pola
ada memakai pupuk kimia tersebut.
Pupuk yang digunakan oleh petani pengairan yang tidak membiarkan air
adalah Mikroorganisme Lokal tersebut tergenang di lahan (0,5 cm).
(MOL). Bahan bahan yang Pemeliharaan lain yang
digunakan dalam pembuatan MOL dilakukan oleh petani adalah
adalah bahan bahan yang diperoleh pemberantasan hama dan penyakit.
dari alam seperti rebung, bonggol Pada sistem tanam konvensional
pisang, keong mas, air beras, air
petani menggunakan bahan bahan
kelapa dan gula merah. Penggunaan
pupuk MOL selama masa tanam oleh kimia dalam mengendalikan hama
petani sebanyak dua kali yaitu 15 dan penyakit, namun pada sistem
hari setelah masa tanam dan 35 hari tanam SRI petani menggunakan
sebelum masa panen. MOL dalam mengendalikan hama.
Aroma aroma yang ditimbulkan
5. Pemeliharaan
dari MOL tersebut dapat mengusir
Pemeliharaan yang dilakukan
hama yang terdapat dalam lahan
oleh petani dengan sistem tanam SRI
petani tersebut.
ini meliputi penyiangan. Teknik
penyiangan sistem tanam SRI
6. Pemanenan
berbeda dengan teknik penyiangan
Petani melakukan pemanenan
pada sistem tanam konvensional. ketika umur tanaman sudah
Pada sistem tanam konvensional mencapai 100 hari. Teknik
petani menggunakan obat obatan melakukan pemanenan padi sawah
kimia untuk mencegah pertumbuhan dengan metode SRI tidak berbeda
gulma di lahan mereka, namun pada dengan metode konvensional, namin
perbedaan terletak pada waktu
sistem tanam SRI petani melakukan
pemanenan. Waktu pemanenan
dengan cara manual dengan dalam metode konvensional dapat
mencabut gulma langsung dari lahan mencapai 120 hari terhitung sejak
mereka. Hal ini dilakukan agar dilakukan persemaian, namun pada
struktur tanah tetap terjaga. sistem tanam SRI waktu pemanenan
Penyiangan dilakukan sebanyak tiga lebih singkat dikarenakan waktu
kali selama satu musim tanam yaitu persemaian metode SRI lebih singkat
jika dibandingkan dengan waktu
15 hari setelah masa tanam,

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol, 13 No. 2, Februari 2017 | 16


persemaian dengan metode ubah sesuai dengan besar kecilnya
konvensional. produksi. Biaya biaya variabel
dalam penelitian ini terdiri dari
Analisis Usahatani Padi Sawah benih, pupuk, biaya TKLK, dan
dengan Metode SRI biaya pengolahan.
1. Biaya Variabel
Biaya Variabel adalah biaya
produksi yang jumlahnya berubah

Tabel 2. Total Biaya Variabel Usahatani Padi Sawah dengan Metode SRI
Total (Rp/Ha/Musim Persentase
No Uraian Biaya
Tanam) (%)
1 Benih 41.613,00 0,82
2 Pupuk Kandang 709.995,00 14,06
3 Abu Gosok 30.459,00 0,60
Pupuk Mikroorganisme Lokal
4 18.418,04 0,36
(MOL)
5 Biaya Transportasi 42.203,16 0,84
Tenaga Kerja Luar Keluarga
6
(TKLK)
A. Pembajakan 900.900,00
B. Pengolahan Tanah 915.200,00
C. Penebaran Pupuk Kandang 95.059,25
D. Penanaman 80.080,00
E. Pemupukan 20.020,00
F. Penyiangan 433.290,00
G. Pemanenan 1.218.360,00
Total TKLK 3.662.909,25 72,56
7 Pengolahan
A. Pengemasan 180.870,69
B. Penggilingan 361.741,38
Total Biaya Pengolahan 542.612,07 10,75
Jumlah 5.048.209,52 100,00

Benih yang digunakan petani oleh petani untuk pembelian benih


dalam sistem tanam SRI adalah IR adalah Rp.41.613,00 per ha.
42 dan padi kuning (unggul lokal). Rata rata penggunaan benih
Benih yang digunakan dalam sistem metode konvensional di Desa Sungai
SRI ini sama dengan benih yang Geringging Kecamatan Kampar Kiri
digunakan oleh petani dengan sistem Kabupaten Kampar dalam penelitian
tanam konvensional. Rata rata Filardi dan Elida (2014) dimana
kebutuhan benih dalam penelitian ini petani tersebut menggunakan metode
adalah 6,93 kg/ha. Harga benih konvensional adalah 13 kg per ha
tersebut adalah Rp.6.000,00 per kg dengan total biaya untuk benih
sehingga biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.156.000,00 per ha.

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol, 13 No. 2, Februari 2017 | 17


Penggunaan pupuk oleh petani dengan total biaya Rp.915.200,00 per
dalam sistem tanam SRI ini adalah ha.
pupuk MOL. Bahan bahan yang Biaya tenaga kerja luar keluarga
digunakan dalam pembuatan pupuk dalam penelitian Filardi dan Elida
ini adalah keong mas, air beras, air (2014) adalah Rp.1.463.372,40
kelapa dan gula merah. Petani dengan total penggunaan HKP
membuat indukan MOL secara sebanyak 20,74 HKP.
bersama sama dan dibagi rata Biaya pengolahan adalah biaya
sesuai dengan luasan lahan yang yang dikeluarkan oleh petani selama
dimiliki oleh petani tersebut. Rata proses pengolahan dari gabah sampai
rata biaya untuk pembuatan MOL ke beras. Biaya pengolahan dalam
adalah Rp.18.418,04 per ha. usahatani ini meliputi biaya
Biaya pupuk lain yang pengemasan dan biaya penggilingan.
dikeluarkan oleh petani adalah untuk Total biaya penggilingan dalam
pembelian pupuk kandang. Rata usahatani ini adalah Rp.361.741,38
rata penggunaan pupuk kandang per ha dan total biaya pengemasan
untuk setiap hektar adalah 71 karung dalam usahatani ini adalah
dengan ukuran karung 50 kg atau Rp.180.870,69 per ha.
sebanyak 355,00 kg. Harga dari Total biaya variabel dalam
pupuk kandang tersebut adalah penelitian ini adalah Rp.5.048.209,52
Rp.10.000,00 per karung sehingga per ha. Penggunaan biaya terbesar
total biaya untuk pembelian pupuk adalah TKLK dengan total biaya
kandang adalah Rp.710.000,00. Rp.3.662.909,25 per ha. Biaya
Rata rata penggunaan pupuk variabel yang digunakan dalam
dalam penelitian Filardi dan Elida metode SRI lebih besar jika
(2014) adalah Rp.1.745.312,50 per dibandingkan dengan biaya variabel
ha dengan rata rata penggunaan metode konvensional. Penggunaan
pupuk kimia sebanyak 199,72 kg. tenaga kerja yang lebih besar pada
Pupuk kimia yang digunakan adalah metode SRI mengakibatkan biaya
urea, TSP, dan KCL. variabel metode SRI lebih besar
Penggunaan tenaga kerja dibandingkan dengan metode
merupakan salah satu faktor penting konvensional.
dalam budidaya. Tenaga kerja
terbagi atas dua yaitu tenaga kerja 2. Biaya Tetap (Fixed Cost)
luar keluarga dan tenaga kerja dalam Biaya tetap adalah biaya
keluarga. Upah tenaga kerja dalam produksi yang besar kecilnya tidak
penelitian ini adalah Rp.80.000,00 dipengaruhi oleh besar kecilnya
untuk tenaga kerja wanita dan jumlah produksi. Biaya tetap dalam
Rp.90.0000 untuk tenaga kerja pria penelitian ini terdiri dari biaya sewa
per hari. Total biaya TKLK dalam lahan, biaya TKDK dan penyusutan
penelitian ini adalah Rp.3.662.909,25 alat. Total biaya tetap dalam
per ha. Upah tenaga kerja terbesar penelitian ini adalah
adalah kegiatan pengolahan tanah Rp.14.665.005,71 per ha.

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol, 13 No. 2, Februari 2017 | 18


Tabel 3. Total Biaya Tetap Usahatani dengan Metode SRI
No Uraian Biaya Total (Rp/Ha/Musim Tanam) Persentase (%)
1 Sewa Lahan 8.666.720,56 59,10
2 Penyusutan Alat
A. Cangkul 24.024,00
B. Sabit 5.898,75
C. Handsprayer 45.760,00
D. Sarung Tangan 2.402,40
Total Penyusutan 78.085,15 0,53
3 TKDK
A. Pengolahan Tanah 1.189.402,50
B. Penyemaian 41.827,50
C. Penebaran Pupuk Kandang 141.891,75
D. Penanaman 320.498,75
E. Pemupukan 262.262,00
F. Penyiangan 1.814.312,50
G. Pemanenan 2.150.005,00
Total 5.920.200,00 40,37
Jumlah 14.665.005,71 100,00

Biaya sewa lahan dalam sama dengan alat alat pertanian


penelitian ini adalah dengan sistem yang digunakan dalam metode
bagi hasil. Sistem bagi hasil yang konvensional. Total nilai penyusutan
diterapkan dalam sewa lahan ini dalam penelitian Filardi dan Elida
adalah 75% dari hasil produksi untuk (2014) adalah sebesar Rp.41.255,21
petani penggarap dan 25% dari hasil per musim tanam.
produksi diberikan kepada pemilik Upah yang digunakan dalam
lahan sebagai biaya sewa lahan. perhitungan TKDK sama dengan
Rata rata biaya sewa lahan per ha upah yang digunakan dalam
untuk lahan padi sawah dengan perhitungan TKLK. Total biaya
metode SRI ini adalah untuk tenaga kerja dalam keluarga
Rp.8.666.720,56 per ha. dalam usahatani ini adalah
Alat alat yang digunakan oleh Rp.5.920.200,00 per ha. Total upah
petani dalam usahatani dengan untuk tenaga kerja wanita adalah
metode SRI ini adalah cangkul, sabit, Rp.3.104.244,00 dan total upah
handsprayer dan sarung tangan. Total untuk tenaga kerja pria adalah
nilai penyusutan alat per ha per Rp.2.815.956,08 per ha.
musim tanam dalam usahatani ini Penggunaan TKDK dalam
adalah Rp.42.585,40 dengan sistem tanam SRI lebih besar jika
penyusutan alat terbesar adalah dibandingkan dengan penggunaan
cangkul dengan nilai penyusutan TKDK dalam usahatani dengan
Rp.24.024,00 per musim tanam. sistem tanam konvensional. Hal ini
Alat alat pertanian yang disebabkan dari segi penyiangan,
digunakan dalam metode SRI ini dimana sistem tanam SRI
menggunakan cara manual yaitu

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol, 13 No. 2, Februari 2017 | 19


dengan mencabut gulma langsung penelitian Filardi dan Elida (2014)
dari lahan yang membutuhkan waktu dimana total biaya produksi dengan
yang lama dan tenaga kerja yang metode konvensional ini sebesar
relatif lebih banyak jika Rp.7.395.629,56 per ha. Total biaya
dibandingkan dengan sistem tanam produksi metode SRI lebih besar
konvensional yang menyemprotkan dibandingkan dengan total biaya
bahan bahan kimia sepert herbisida produksi dengan metode
dan insektisida dalam melakukan konvensional disebabkan oleh
penyiangan. Biaya TKDK dalam penggunaan tenaga kerja dalam
penelitian Filardi dan Elida (2014) budidaya dengan metode SRI lebih
adalah sebesar Rp.2.210.205,08 per besar, terutama dalam kegiatan
ha. penyiangan.
Total biaya produksi adalah
penggabungan biaya variabel dengan 3. Efisensi Usahatani
biaya tetap. Total biaya produksi Kelayakan dari suatu usahatani
dalam usahatani dengan sistem SRI dapat dilihat dari nilai Return Cost
ini adalah Rp.19.713.215,24 per ha. Ratio (RCR). Apabila nilai RCR
Penggunaan biaya terbesar adalah tersebut lebih dari satu maka
biaya tetap sebesar 74,39% dari usahatani tersebut mengalami
seluruh total biaya produksi atau keuntungan dan layak untuk
sebesar Rp.14.665.005,71 per ha, dilanjutkan. Apabila nilai RCR
sedangkan untuk biaya variabel kurang dari satu maka usahatani
adalah sebesar 25,61% dari seluruh tersebut mengalami kerugian dan
total biaya produksi usahatani ini tidak layak untuk dilanjutkan.
atau sebesar Rp.5.048.209,52 per ha. Apabila nilai RCR sama dengan satu
Total biaya produksi metode SRI maka usahatani tesebut berada pada
lebih besar jika dibandingkan dengan titik impas.
total biaya produksi dengan metode
konvensional seperti dalam

Tabel 4. Analisis Nilai RCR Usahatani Padi Sawah dengan Metode SRI
No Uraian Rata - rata /Ha (Rp)
1 Biaya Variabel 5.048.209,52
2 Biaya Tetap 14.665.005,71
3 Produksi Beras 3.014,51
4 Harga Jual Beras 11.500,00
5 Penerimaan dari Beras 34.666.882,25
6 Pendapatan Kerja Keluarga 5.920.200,00
7 Total Biaya Produksi 19.713.215,24
8 Pendapatan Bersih 14.953.667,01
9 Nilai RCR 1,76

Jumlah produksi beras dari maka penerimaaan petani dari


usahatani padi sawah dengan metode penjualan beras sebesar
SRI ini adalah 3.014,51 kg per ha, Rp.34.666.882,25 per ha. Pendapatan
dengan harga beras per kg Rp.11.500 bersih petani dengan sistem tanam
SRI ini adalah Rp.14.953.667,01 per

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol, 13 No. 2, Februari 2017 | 20


ha. nilai RCR dalam usahatani dengan menggunakan satu bibit
dengan sistem tanam SRI ini adalah per lubang tanam maka resiko
1,76 dimana angka ini menunjukkan untuk tidak tumbuh sangat besar.
usahatani ini mengalami keuntungan 2. Pendapatan bersih petani padi
sehingga layak untuk dilanjutkan. sawah dengan metode SRI ini
Jumlah produksi petani padi adalah Rp.14.958.217,88 per ha
dengan memakai metode SRI di per musim tanam. Nilai RCR
Desa Rambah Salo Kecamatan pada usahatani ini adalah 1,76
Rambah Salo Kabupaten Rokan Hulu dimana usahatani ini masuk
dalam penelitian Abdul Gafar (2014) kategori menguntungkan dan
adalah 5.245 kg/ha gabah kering layak untuk dilanjutkan.
panen. Petani menjual dalam bentuk
gabah kering dengan harga jual SARAN
gabah tersebut Rp.3.568,00 per kg. 1. Pihak penyuluh pertanian
Penerimaan petani dari penjualan Kecamatan Kuok Kabupaten
gabah kering tersebut sebesar Kampar lebih memperhatikan
Rp.18.586.364,00 per ha. Nilai RCR para petani dalam aspek
dalam penelitian ini adalah 2,48 budidaya dikarenakan beberapa
dimana angka ini menunjukkan petani masih belum menjalankan
usahatani tersebut mengalami teknis budidaya padi sawah
keuntungan dan layak untuk dengan metode SRI dengan baik,
dilanjutkan. dimana beberapa petani masih
Jumlah produksi petani padi ada yang menanam lebih dari
dengan sistem konvensional dalam satu bibit per lubang tanam,
penelitian Filardi dan Elida (2014) walaupun tidak banyak petani
adalah sebesar 3.010,94 kg per ha yang melakukan hal tersebut.
gabah kering giling. Petani dalam 2. Penerapan budidaya padi dengan
penelitian ini menjual dalam bentuk sistem SRI ini dilanjutkan
gabah dimana harga gabah tersebut karena nilai RCR usahatani
adalah sebesar Rp.12.344.843,75 per tersebut diatas satu, maka
ha. Pendapatan bersih yang diterima usahatani tersebut masuk
oleh petani dalam penelitian ini kategori menguntungkan dan
adalah Rp.4.949.214,19 per ha. Nilai layak untuk dilanjutkan.
RCR dalam penelitian ini sebesar
1,64 dimana usahatani ini mengalami DAFTAR PUSTAKA
keuntungan dan layak untuk Badan Pusat Statistik Provinsi Riau.
dilanjutkan. Riau dalam Angka 2015.
Pekanbaru
KESIMPULAN Filardi, Titah dan Elida, Septina.
1. Penerapan budidaya padi dengan Faktor Faktor Sosial
metode SRI oleh petani tidak Ekonomi yang
seluruhnya mengikuti anjuran Mempengaruhi Pendapatan
dari pihak penyuluh pertanian Usahatani Padi Sawah
kecamatan kuok. Beberapa Petani Kooperator di Desa
petani dalam penelitian ini masih Sungai Geringging
menggunakan lebih dari 1 bibit Kecamatan Kampar Kiri
per lubang tanam. Hal ini Kabupaten Kampar. Jurnal
disebabkan kekhawatiran petani

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol, 13 No. 2, Februari 2017 | 21


RAT Vol.3 No.1. Januari
2014.
Gafar, Abdul. 2012. Analisis
Usahatani Padi Sawah
(Oryza Sativa) Pola Tanam
System of Rice
Intensification (SRI) di
Desa Rambah Baru
Kecamatan Rambah Samo
Kabupaten Rokan Hulu,
Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Riau. Pekanbaru.
Hernanto, F. 2003. Ilmu Usahatani.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Krisnandhi, S. 2009. Menggerakkan
dan Membangun Pertanian.
Yasaguna, Jakarta.
Mutakin, J. 2007. Budidaya dan
Keunggulan Padi Organik
Metode SRI (System of Rice
Intensification). Garut Jawa
Barat.
Soekartawi, 2002. Analisis
Usahatani. UI Press.
Jakarta.
Sukirno, S. 2002. Pengantar Teori
Mikro Ekonomi. Raja
Grafindo Persada.
Jakarta.

Jurnal Ilmiah Pertanian Vol, 13 No. 2, Februari 2017 | 22

Anda mungkin juga menyukai