Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Keadaan Umum


2.1.1 Lokasi Dan Kesampaian Daerah
Secara administrative, lokasi daerah penambangan nikel di daerah Tanjung
Buli Epa terletak di daerah Kecamatan Maba Selatan Kabupaten Halmahera Timur
Propinsi Maluku Utara (lihat gambar 2.1). Secara Geografis PT. Yudistira Bumi
Bhakti terletak antara 128 15 - 128 21 Bujur Timur (BT) sampai dengan 00o 45 -
01o 00 Lintang Utara (LU).
Untuk mencapai lokasi tersebut dapat ditempuh dengan rute sebagai berikut:
Ternate - Sidangoli
Dengan menggunakan Speed boat waktu tempuh kurang lebih 20 menit
Sidangoli Buli
Dengan menggunakan kendaraan roda empat waktu tempuh kurang lebih 6
jam
Buli Tanjung Buli (Epa)
dengan menggunakan kendaraan roda empat dari PT.ANTAM Tbk.wktu
tempuh kurang lebih 30 menit

4
Sumber : PT. Yudistira Bumi Bhakti
Gambar 2.1
Peta Lokasi Penelitian

5
2.1.2 Iklim dan Curah Hujan
Seperti daerah di Indonesia pada umumnya daerah Tanjung Buli beriklim
tropis, sehingga mengalami dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Berdasarkan data curah hujan dari tahun 2003 -2006 (lihat tabel 2.1), curah hujan
rata-rata tertinggi pada bulan februari yaitu 258.1 mm sedangkan rata-rata curah
hujan terendah yaitu pada bulan agustus yaitu 77 mm Sedangkan berdasarkan data
hari hujan tertinggi rata-rata pada bulan juli yaitu 21 hari dan jumlah hari hujan
terendah rata-rata pada bulan agustus yaitu 10,3 hari
Musim kemarau terjadi sepanjang tahun. Temperatur udara berkisar antara
22 - 34 oC dengan kelembaban udara 75 90 %, kecepatan angin perjam maksimal 17
knot dengan tinggi gelombang laut maksimal 2 meter. Hal ini terjadi pada waktu
angin bertiup dari arah barat kearah timur

6
Tabel 2.1
Data Curah Hujan Periode 2003 2006
2003 2004 2005 2006
No Bulan
MM Hari Jam MM Hari Jam MM Hari Jam MM Hari Jam

1 January 256.50 15 21.75 212.00 15 32.75 197.50 17 37.5 220.00 13 27.50

2 February 346.90 13 30.00 149.50 14 37.00 221.90 16 44.10 314.05 22 49.42

3 Maret 422.90 21 39.25 130.00 14 52.75 70.80 5 7 125.30 10 21.83

4 April 432.00 19 48.70 150.80 18 26.00 33.00 4 3.50 82.30 16 46.25

5 Mey 275.75 13 44.00 146.50 16 31.00 322.00 20 78.00 209.90 25 64.83

6 Juny 226.20 12 47.50 270.30 10 46.50 290.00 17 67.75 231.90 18 91.42

7 July 325.10 23 106.90 287.70 28 102.75 295.50 23 73.90 51.40 10 47.08

8 Agustus 166.00 18 45.85 6 1 0.50 109.9 14 41.00 26.10 8 13.08

sssss
September 148.00 11 35.25 162.6 13 42.15 119.8 16 33.50 206.40 17 62.33
9

10 Oktober 252.00 12 36.50 118.05 5 9.50 421.7 21 65.50 13.50 5 4.67

11 November 311.00 14 38.25 239.3 13 27.45 154.60 12 20.00 115.92 10 29.75

12 Desember 128.50 19 60.15 173.60 10 13.50 154.60 12 20.00

Total 3,290.9 190 554.10 2,046.4 157 421.85 2,391.30 177 491.75 1,596.77 154 458.16

Sumber : PT. Yudistira Bumi BhaktI

7
2.2 Keadaan Topografi Dan Geologi
2.2.1 Keadaan Topografi
Ciri khas yang menonjol pada daerah Tanjung Buli adalah topografi yang
landai ditandai dengan kemiringan lereng yang tidak terlalu curam Hutannya sangat
lebat dan di pinggir pantai ditumbuhi pohon bakau dan sebagian ditanami pohon
kelapa sebagai mata pencaharian masyarakat sekitar lokasi penambangan. Dan pada
bagian bukit, hutannya tidak lebat sebagai ciri khas endapan nikel laterit pada
umumnya.
Daerah perbukitan merupakan daerah penambangan dengan ketinggian sekitar
300 - 600 m. Pada tiap daerah perbukitan terlihat adanya punggung utama yang
kemudian bercabang antara bukit tersebut dibatasi oleh lembah dan lereng dengan
kedalaman yang bervariasi.
Untuk memudahkan pengontrolan dalam pekerjaan penambangan, front-front
penambangan yang terdapat di Tanjung Buli diberi nama sesuai dengan keinginan
perusahaan.
2.2.2 Geologi Umum
Endapan bijih nikel yang ditemukan di daerah Tanjung Buli adalah termasuk
nikel yang terbentuk oleh hasil pelapukan batuan ultrabasa. Pulau-pulau di sekitarnya
merupakan suatu konfigurasi busur kepulauan sebagai hasil tabrakan lempeng di
bagian barat Pacific, daerah ini dicirikan oleh Double Arc System artinya
dibuktikan oleh vulkanik di lengan barat dan non vulkanik di lengan timur. Secara
geologi dan tektonik, Halmahera cukup unik dikarenakan pulau ini terbentuk akibat
tiga lempeng, yaitu lempeng Eurasia, Pacific dan Indo-Australia. Di bagian selatan
Halmahera terdapat zona sesar Sorong yang merupakan Strike Slip Fault.
Sepanjang zona sesar ini, Halmahera bergerak ke arah barat bersama dengan lempeng
Indo-Australia. (Hamilton,1979).

8
Secara regional stratigrafi Halmahera dibedakan menjadi dua bagian
berdasarkan physoigraphy dan geologinya (JA. Katili, 1974) yaitu :
Bagian Utara Halmahera termasuk Pulau Morotai dan
pulau-pulau kecil di selatan Halmahera seperti Pulau Bacan.
Bagian Timur meliputi lengan timur bagian utara dan
lengan timur bagian selatan Halmahera.
Halmahera barat didominasi oleh batuan vulkanik dimana berjalannya waktu
menjadi lingkungan batuan tertua, di bagian selatan tersingkap di Gunung Sibela dan
Pulau Bacan juga Pulau Obi dan sekitarnya yaitu batuan metamorf skiss kristalin
berumur tua.
Wilayah ini merupakan busur kepulauan sejak akhir paleogen. Dimana batuan
vulkanik berumur akhir dengan batuan klastik dan sedimen karbonat yang
diperkirakan merupakan aktivitas vulkanik pada lingkungan laut.
2.2.3 Geologi Daerah Penelitian
Secara garis besar struktur geologi daerah penambangan endapan bijih nikel
laterit Tanjung Buli terletak dalam Circum Pacivic Orogenic Belt dimana batuan
dasar dari lingkungan jalur ini terdiri dari batuan pratersier (strata uppermesozoic
sampai dengan lower tersier).
Lapisan laterit yang terdapat di Tanjung Buli dan sekitarnya mempunyai
ketebalan yang bervariasi dan penyebarannya tidak homogen. Di daerah Tanjung Buli
dan Pulau Pakal terdapat singkapan batuan ultrabasa segar regolit yang terdiri dari
bongkah-bongkah batuan ultrabasa.
Mengenai adanya endapan nikel secara geologi dapat disebutkan bahwa
pelapukan batuan ultrabasa membentuk lapisan laterit yang menghasilkan residual
serta pengkayaan nikel yang tidak mudah larut dan membentuk endapan nikel dan
magnesium (MgO) dalam bentuk mineral garnerite (Ni,Mg) 3Si2O5(OH)4 pada lapisan
saprolit terbentuk pula mineral hematite (Fe2O3) pada lapisan limonit. Singkapan
batuan ultrabasa umumnya telah mengalami pelapukan berwarna kuning kecokelatan
berbentuk hitam atau abu-abu putih dengan warna kehijauan pada bagian tepi atau

9
pinggir. Tampak pula batuan ultrabasa pada daerah penelitian ini telah mengalami
proses serpentinisasi yang cukup kuat selain oleh keadaan morfologi, pembentukan
endapan bijih nikel laterit breccia sangat banyak pula terpengaruh oleh tektonik
setempat. Pelapukan batuan pada hakekatnya dipermudah karena adanya bagian yang
lemah seperti rekahan, retakan, sesar dan sebagainya. Pada pengamatan di lapangan
terlihat bahwa banyak rekahan-rekahan kecil yang umumnya telah terisi oleh
mineral-mineral sekunder (Silika dan Magnetit).
2.3 Keadaan Fisiografi
Secara geomorfologi, daerah Tanjung Buli mempunyai bentuk lahan
perbukitan structural terdenudasi. Satuan bentuk lahan tersebut ditempati oleh
kompleks ofiolit yang berupa batuan ultra mafik seperti dunit, peridotit serta
alterasinya berupa serpentinit dan setempat - setempat rijang.
Nickel merupakan unsur kimia yang banyak ditemukan di batuan beku ultra
mafik. Dunit dan peridotit umumnya mempunyai kandungan sekitar 0.80 1.2 % Ni.
Pengkayan Ni ini sangat dipengaruhi oleh proses laterisasi yang mengenai pada
batuan tersebut.
Proses laterisasi ini merupakan proses pengkayaan supergen yang sangat
dipengaruhi oleh derajat pelapukan kimiawi batuan. Derajat pelapukan dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti :
1. Iklim
2. Curah hujan
3. Topografi
4. Vegetasi
5. Zona lemah (struktur)
6. Sifat batuan itu sendiri.
Faktor-faktor diatas akan menghasilkan endapan nikel laterit dengan ciri fisik
dan kimiawi yang berbeda beda sesuai dengan besarnya faktor yang dialaminya.

10
Daerah Tanjung Buli yang mempunyai iklim, curah hujan dan vegetasi yang
sama tetapi mempunyai tingkat pelapukan yang berbeda-beda pada setiap lokasi.
Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh topografi, struktur dan batuan induk.
2.4 Sistem Penambangan
Metode penambangan yang diterapkan oleh PT. Yudistira Bumi Bhakti yaitu
sistem penambangan Back Filling Bottom To Up dengan metode selective mining
. Tahapan-tahapan sistem penambangan yang dilakukan, diantaranya sebagai berikut
(lihat gambar 2.5) :
Persiapan Penambangan
Untuk memulai suatu kegiatan penambangan maka terlebih dahulu diketahui
peta tambangnya yaitu peta geologi, peta topografi, peta penyebaran titik bor
yang dilengkapi dengan data eksplorasi dan keterangan endapan serta peta
rencana penambangan.
Pembersihan Lahan ( Land Clearing ) dan Pengupasan ( Stripping )
Kegiatan ini dimaksudkan untuk membersihkan semak belukar dan pepohonan
yang tumbuh di lokasi yang akan di tambang kemudian dilakukan pengupasan
tanah penutup (overburden). Tanah yang telah dikupas ditempatkan pada tempat
penimbunan overburden (dumping area) yang akan ditempatkan pada lahan
bekas tambang nanti (disposal area) atau pada waste dump.
Penggalian Bijih Nikel
Penggalian bijih nikel di Tanjung Buli dapat dilakukan dengan cara selective
mining atau memilih titik bor yang diketahui kadarnya, sehingga pada saat
pengupasan tanah penutup (overburden) disesuaikan dengan rencana
penambangan pertitik bor tersebut. Biasanya ketebalan (tinggi) perimeter blok
penggalian ditetapkan 2 m. Sistem penggaliannya diarahkan untuk menggali
sesuai dengan bench atau elevasi yang diinginkan serta rata (flat). Hal ini
dikarenakan sangat penting untuk menjaga lantai penggalian tetap rata agar alat
angkut lebih produktif dan lebih aman (safety). Pada umumnya, penggalian

11
dilakukan pada kedalaman 2 m dengan kemiringan jenjang (bench) 70 dengan
tinggi jenjang 6 m dengan catch berm 2 m.
Pemuatan ( Loading )
Seteleh kegiatan penggalian selesai maka dilanjutkan dengan kegiatan
pemuatan. Kegiatan ini bertujuan untuk memuat ore maupun waste/OB yang
telah digali kedalam ADT.
Pengangkutan ( Hauling )
Pengangkutan bijih nikel hasil penambangan dapat dilakukan dengan ADT,
yang diangkut ke stock yard ETO ( Exportable Transit Ore ) yang jaraknya
dekat dengan lokasi penambangan. Sedangkan DT (dump truck) dan ADT dapat
digunakan untuk pengangkutan dari stock yard ETO ke Grizzly untuk
memisahkan material yang berukuran +20 cm (boulder) dan -20cm (fine ore).
Apabila masih didapatkan material yang berukuran +20 cm maka akan diangkut
ke crusher dan kemudian akan diangkut ke stock yard EFO ( Exportable Fine
Ore ). Untuk material yang berukuran 20 cm kemudian diangkut ke stock yard
EFO. Dari stock yard EFO kemudian dilakukan pengangkutan ke dermaga
curah untuk dilakukan pengapalan.

12
Gambar 2.5
Bagan Alir Penambangan Bijih Nikel

Sumber : PT. Yudistira Bumi Bhakti

13

Anda mungkin juga menyukai