Anda di halaman 1dari 73

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum Galeri

Beberapa sumber berpendapat bahwa galeri adalah, An art gallery is a

space for the exhibition of art. Berarti suatu tempat untuk memamerkan hasil

karya, baik berupa karya maupun budaya.

Galeri berasal dari kata latin yaitu galleria, sebuah kata benda yang

bermakna sebuah ruang terbuka tanpa pintu yang dibatasi dinding berbentuk U

dan disangga tiang-tiang kantilever yang berfungsi sebagai ruang pertemuan

umum untuk berdiskusi apa saja. Pengertian tersebut dapat ditarik sebuah

pengertian bahwa galeri adalah tempat/ruang yang digunakan sebagai

memamerkan karya dan budaya dalam bentuk dan penataan secara estetis. Galeri

bukan saja digunakan sebagai pusat hiburan, melainkan sebagai pengembang

wawasan dan edukasi setiap pengunjung.

Galeri berbeda dengan museum, selain berbeda dari ukuran, perbedaan

yang paling menonjol dari galeri dan museum adalah bila galeri hanya menjual

karya, sedangkan museum hanya tempat atau wadah untuk memamerkan koleksi

benda-benda yang memiliki nilai sejarah dan langka.


10

2.1.1 Fungsi dan Tujuan Terhadap Galeri

Fungsi dan tujuan galeri berdasarkan jenisnya, yaitu :

1. Galeri di dalam museum yaitu galeri khusus untuk memamerkan

benda-benda yang dianggap memiliki nilai sejarah ataupun

kelangkaan.

2. Galeri kontemporer yaitu galeri yang memiliki fungsi komersial dan

dimiliki oleh perorangan.

3. Vanity Gallery yaitu galeri seni artistik yang dapat diubah menjadi

suatu kegiatan didalamnya, seperti pendidikan dan pekerjaan.

4. Galeri arsitektur yaitu galeri untuk memamerkan hasil karya-karya di

bidang arsitektur yang memiliki perbedaan antara 4 jenis galeri

menurut karakter masing-masing.

5. Galeri komersil adalah galeri untuk mencari keuntungan, bisnis secara

pribadi untuk menjual hasil karya. Tidak berorientasi mencari

keuntungan kolektif dari pemerintah nasional atau lokal.

2.1.2 Klasifikasi Jenis Kegiatan pada Galeri

Jenis kegiatan pada galeri dapat dibedakan menjadi beberapa bagian tugas,

yaitu :

1. Pengadaan

Hanya beberapa benda yang dapat dimasukan ke dalam galeri, yaitu

hanya benda-benda yang memiliki syarat-syarat seperti :

Mempunyai nilai budaya, artistik, dan estetis.


11

Dapat diidentifikasi menurut wujud, asal, tipe, gaya dan sebagainya

yang mendukung identifikasi.

2. Pemeliharaan

Terbagi menjadi 2 aspek, yaitu :

Aspek Teknis

Dipertahankan tetap awet dan tercegah dari kemungkinan

kerusakan.

Aspek Administrasi

Benda-benda koleksi harus mempunyai keterangan tertulis yang

membuatnya bersifat monumental.

3. Konservasi

Konservasi yang dilakukan bersifat cepat dan ringan, yaitu

pembersihan karya seni dari debu atau kotoran dengan peralatan

sederhana.

4. Restorasi

Restorasi yang dilakukan berupa perbaikan ringan, yaitu mengganti

bagian-bagian yang sudah usang/termakan usia.

5. Penelitian

Bentuk dari penelitian terdiri dari 2 macam, yaitu :

Penelitian Intern adalah penelitian yang dilakukan oleh kurator

untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan.

Penelitian Ekstern adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti

atau pihak luar, seperti pengunjung, mahasiswa, pelajar dan lain-

lain untuk kepentingan karya ilmiah, skripsi dan lain-lain.


12

6. Pendidikan

Kegiatan ini lebih ditekankan pada bagian edukasi tentang

pengenalan- pengenalan materi koleksi yang dipamerkan.

7. Rekreasi

Rekreasi yang bersifat mengandung arti untuk dinikmati dan dihayati

oleh pengunjung dan tidak diperlukan konsentrasi yang menimbulkan

keletihan dan kebosanan.

2.1.3 Klasifikasi Jenis Aktifitas Galeri

Aktifitas pada galeri dapat dibedakan menjadi beberapa aspek, yaitu :

1. Aspek Aktifitas Pengunjung

Pengunjung akan melalui proses penerimaan dengan memberikan

pengarahan ataupun pendidikan.

Pengunjung yang datang untuk berekreasi.

Pengunjung yang hanya ingin mendapatkan informasi dan karya

dari yang telah dipamerkan.

2. Aspek Aktifitas Kurator

Kuratorial untuk menjaga dan memelihara semua koleksi.

Kuratorial untuk mengumpulkan objek.

Kuratorial untuk membuat proses atau pengawasan untuk

mendapatkan perawatan pada benda.

Kuratorial untuk dokumentasi.

Kuratorial untuk konservasi.

Kuratorial untuk menampilkan koleksi.


13

2.1.4 Klasifikasi Fasilitas

1. Tempat untuk memamerkan karya (exhibition room)

2. Tempat untuk membuat karya seni (workshop)

3. Tempat untuk mengumpulkan karya seni (stock room)

4. Tempat untuk memelihara karya seni (restoration room)

5. Tempat mempromosikan karya dan sebagai pembelian karya (auction

room)

6. Tempat untuk berkumpul

7. Tempat pendidikan yang bersifat non-formal (sanggar)

2.1.5 Persyaratan Umum

1. Lokasi yang strategis dan menunjang perancangan galeri. Lokasi yang

membuat sirkulasi para pengunjung mudah, terutama jalur darat.

Terletak dikawasan perumahan dan perkantoran.

2. Kondisi existing yang sesuai dengan perancangan galeri, terutama

pada iklim dan curah hujan yang ekstrim.

2.1.6 Persyaratan Khusus

1. Menurut Prinsip Perancangan Ruang Galeri

Proporsi

Keseimbangan (balance)

Variasi ukuran serta keseimbangan model bentuk dan komposisi


14

Baik dua dimensi maupun tiga dimensi, harus diimbangi dengan

corak yang berselang seling dari vinil pameran, ukuran objek, serta

teknik pencahayaan.

Tekanan (emphasis)

Komposisi titik berat haruslah pada objek yang akan dipamerkan.

Irama (rhythm)

2. Menurut Bahan dan Koleksi

Kelompok bahan organik dan anorganik. Bahan organik terbuat dari

bahan organik atau langsung mengambil dari alam, sedangkan bahan

anorganik yang terbuat dari bahan fabrikasi.

3. Menurut Elemen Ruang Dalam

Elemen Lantai Sebagai Pembentuk Ruang Pamer

Lantai merupakan elemen horizontal pembentuk ruang. Pada

ruang pamer lantai dengan segala perubahannya sangat berperan

dalam menciptakan suasana ruang. Menurut Ching (1979),

elemen horizontal suatu ruang dapat dipertegas dengan cara

meninggikan maupun menurunkan bidang lantai dan lantai dasar.

Demikian akan terbentuk ruang yang terpisah. Kesatuan ruang

dan kesatuan visual pada ruang pamer yang ada akibat penurunan

dan peninggian elemen

lantai terhadap keadaan sekelilingnya bergantung pada skala

perbedaan ketinggian, yaitu sebagai berikut :


15

a. Sisi-sisi bidang tertentu, kesatuan hubungan ruang dan

visual dipertahankan maka pencapaian secara fisik mudah

ditetapkan.

b. Beberapa hubungan visual dipertahankan, dan bila kesatuan

ruang terputus maka pencapaian secara fisik diharuskan

adanya tangga atau ramp.

c. Kebutuhan ruang visual atau ruang terputus, maka daerah

bidang yang ditinggikan diisolir dari tanah atau bidang

lantai dan bidang tanah yang ditinggikan diubah menjadi

unsur atap dari ruang dibawahnya.

Elemen Ceiling sebagai Pembentuk Ruang Pamer

Menurut gardner (1960), langit-langit/ceiling yang sesuai untuk

ruang pamer (exibition hall) adalah langit-langit yang sebagian

dibiarkan terbuka untuk keperluan ekonomis dan memberikan

kemudahan untuk akses terhadap peralatan yang digantung pada

langit-langit/ceiling.

Elemen ini merupakan elemen non-struktural yang dapat

membatasi pandangan manusia, karena tidak perlu menahan

pengaruh-pengaruh cuaca maupun memikul beban. Dan ceiling

berfungsi sebagai tempat untuk meletakan komponen yang terkait

dengan pencahayaan yang menjadi salah satu faktor penting.

Elemen Fleksibilitas Pembentuk Ruang Pamer

Flexibilitas can definded as : eaxily changed to suit new condition

(Homby,1987) dan dalam Bahasa Indonesia artinya mudah


16

disesuaikan dengan kondisi yang baru. Elemen flexibilitas berarti

elemen pembentuk ruang yang dapat diubah untuk menyesuaikan

dengan kondisi berbeda dengan tujuan kegiatan baru yang

diwadahi seoptimal mungkin pada ruang yang sama. Flexibilitas

dalam perencanaan memiliki beberapa unsur berikut :

a. Efisiensi atau daya guna, dimanfaatkan seoptimal mungkin

dengan sedikit atau tanpa berbagai kesulitan yang ditemui.

b. Efektifitas atau tepat guna, melalui pewadahan fasilitas

berdasarkan karakteristik kegiatan dan aktifitas yang

diinginkan, sehingga fasilitas dapat dimanfaatkan secara

optimal dengan kebutuhan.

4. Menurut Sistem Pencahayaan dan Fleksibilitas Ruang

Adanya cahaya pada lingkungan ruang dalam bertujuan menyinari

berbagai bentuk elemen-elemen yang ada di dalam ruang, sehingga

ruangan menjadi teramati dan dapat dirasakan suasana visualnya

(Honggowidjaja, 2003). Disamping itu, cahaya diharapkan dapat

membantu pemakai ruang untuk melakukan kegiatan/aktifitasnya

dengan baik dan nyaman.

Sistem pencahayaan yang mendukung sebuah ruang pamer

berdasarkan sumber dan fungsinya dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a. Pencahayaan Alami

Pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar matahari

memiliki kualitas pencahayaan langsung yang baik.

Pencahayaan ini dapat diperoleh dengan memberikan bukaan-


17

bukaan pada ruangan, berupa jendela atau ventilasi bahkan

pada langit-langit. Pencahayaan alami dapat mengurangi biaya

operasional.

b. Pencahayaan Merata Buatan (general artificial lighting)

Pencahayaan ini merupakan pencahayaan berasal dari tenaga

listrik. Kebutuhan pencahayaan merata buatan disesuaikan

dengan kebutuhan aktifitas akan intensitas cahaya secara

luasan ruang.

c. Pencahayaan Objek (Spothlight)

Merupakan cahaya yang berasal dari tenaga listrik dan

dimaksudkan untuk memberikan penerangan pada objek

tertentu pada tempat dekorasi sebagai point of view dalam

suatu ruang.Intensitas cahaya yang disarankan sebesar 50 lux

dengan meminimalisir radiasi ultra violet.

5. Menurut Sirkulasi Ruang

Faktor sirkulasi dalam galeri hampir sama dengan museum, dimana

mengantarkan pengunjung untuk memberikan kelayakan dalam

memamerkan hasil karya. Pengelola pergerakan jalur dalam suatu

kegiatan ruang pameran perlu dilakukan agar memberikan

kenyamanan antara objek dengan pengunjung. Hal ini perlu

diperhatikan yaitu kecenderungan-kecenderungan sirkulasi yang

dibutuhkan pada tempat pengamatan yang relatif kompleks. Menurut

Ormbee, 1961, mengungkapkan kecenderungan pengunjung

melakukan pergerakan yang bertolak belakang emosional manusia,


18

dan dipengaruhi oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhannya, yaitu :

a. Faktor pendorong

Kecenderungan untuk bergerak ke suatu tempat yang memikat,

yaitu perubahan tempat, suasana atau bentuk. Kemudian

tempat mempunyai kontras kuat dan sesuatu yang aktual

adanya kegiatan yang menarik.

b. Faktor Penghambat

Kecenderungan pengunjung yang lelah ketika mengamati,

adanya rintangan fisik karena tuntutan atau bahaya.

Dan yang perlu diperhatikan dalam sirkulasi yaitu pencahayaan,

kelembaban dan suhu. Menurut Ching (2000), faktor yang

berpengaruh dalam sirkulasi eksterior maupun interior yaitu

pencapaian, aksen pintu masuk, konfigurasi jalur, hubungan jalur

dan ruang, bentuk ruang sirkulasi. Dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pencapaian yaitu jalur yang ditempuh untuk mendekati/menuju

bangunan. Dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :


19

(Tabel 2.1. Sirkulasi Pencapaian)


Sumber : Ching, 2000:231

b. Aksen pintu masuk yaitu penekanan pada jalur masuk menuju

bangunan. Penekanan ini dapat diwujudkan dengan

pembayangan, gradasi, proporsi, skala, warna, material,

tekstur, bentuk langgam, karakter pintu masuk, sudut

kecondongan. Dalam merancang aksen yang terpenting adalah

tujuan yang akan dicapai dalam perancangan pintu masuk.

c. Konfigurasi jalur yaitu tata urutan pergerakan pengunjung

sampai titik pencapaian akhir. Konfigurasi dapat dibedakan

sebagai berikut :
20

(Tabel 2.2. Konfigurasi Jalur Sirkulasi)


d. Hubungan jalur dan ruang dapat difungsikan sebagai

fleksibilitas ruang-ruang yang kurang strategis. Hubungan jalur

dan ruang dapat dilihat sebagai berikut :

(Tabel 2.3. Hubungan Jalur dan Ruang)


21

e. Bentuk ruang sirkulasi lebih utama pada interior bangunan

yang dapat menampung gerak pengunjung waktu berkeliling,

berhenti sejenak, beristirahat, atau menikmati sesuatu yang

dianggapnya menarik. Ruang pembentuk sirkulasi antara lain :

(Tabel 2.4. Ruang Pembentuk Sirkulasi)

6. Menurut Tempat Display

Masalah display ini tergantung tata letak ruang, jenis objek dan

penerangannya sehingga dalam penampilan tampak harmonis dan

artistik.
22

7. Menurut Keamanan Objek Bagi Pengunjung

Masalah keamanan sangatlah penting dalam display karena objek

koleksi tersebut sangat menarik bagi pengunjung terutama kolektor,

sehingga keamanan harus terjamin.

Sistem keamanan menurut pendokumentasian, antara lain :

a. Pencatatan identitas benda koleksi

b. Pemeriksaan tentang penyakit atau cacat objek.

c. Pemotretan kondisi koleksi baik sebelum dan sesudah

konservasi.

d. Catatan bahan kimia yang pernah diaplikasikan.

e. Pemberian nomor inventaris dan pengkartuan yang sistematis

pada benda koleksi. Pencatatan yang menyeluruh dalam

bentuk formulir.

Keselamatan benda-benda koleksi harus diperhatikan, unsur-unsur

yang dapat menimbulkan kerusakan antara lain, tumbuhan, kotoran,

dan bahkan manusia.

8. Ditinjau dari Vitrine

Merupakan lemari untuk menata benda-benda koleksi. Umumnya

untuk tempat memamerkan benda-benda yang tidak boleh disentuh,

benda-benda yang mempunyai bentuk yang kecil dan bernilai

sehingga dikhawatirkan takur hilang atau dicuri.

Bentuk vitrine harus memenuhi syarat-syarat berikut :

a. Keamanan koleksi harus terjamin


23

b. Memberi kesempatan kepada pengunjung agar lebih leluasa

melihat koleksi yang ditata di dalamnya. Tinggi rata-rata tubuh

manusia Indonesia antara 160 cm - 180 cm,

dan kemampuan gerak anatomi leher sekitar 30 derajat (gerak

ke atas, ke bawah dan ke samping), maka tinggi vitrine sekitar

240 cm dengan alas terendah 65 cm - 75 cm dan tebal minimal

60 cm.

( Gambar 2.1. Jarak dan sudut pandang pengamat )


Sumber : Neufert 2002:250

c. Pengaturan cahaya tidak mengganggu koleksi ataupun

menyilaukan pengunjung.

d. Bentuk vitrine harus sesuai dengan ruangan yang akan

ditempati oleh vitrine tersebut. Menurut bentuknya disesuaikan

dengan penempatan, yaitu :

o Vitrine dinding, vitrine yang diletakkan berhimpit dengan

dinding. Dapat dilihat dari sisi samping dan depan, bagian

yang tampak diberi kaca, sedangkan yang tidak tampak

terhimpit dinding dan tertutup rapat.

o Vitrine tengah, diletakkan ditengah dan tidak berhimpit


24

pada dinding. Isinya harus terlihat dari segala arah,

sehingga keempat sisinya terbuat dari kaca. Untuk

penerangan dapat menggunakan lampu sorot pada ceiling

atau sudut ruangan.

o Vitrine sudut, letaknya disudut ruangan. Vitrine ini hanya

dapat dilihat dari satu arah saja, yaitu dari depan dan sisi

lain melekat pada dinding.

o Vitrine lantai, letaknya agak mendatar di bawah pandangan

mata kita. Biasanya untuk menata benda-benda kecil dan

harus dilihat dari dekat. Dapat ditempatkan dengan

menggantungkannya pada dinding, berdiri sendiri atau

bergabung dengan vitrine lainnya. Ukurannya tidak boleh

terlalu rendah karena menyulitkan pengunjung untuk

melihat koleksi di dalamnya.

o Vitrine tiang, vitrine yang secara khusus ditempatkan di

sekitar tiang. Masih tergolong vitrine tengah karena dapat

dilihat dari berbagai arah. Vitrine ini dapat dipadukan

dengan berbagai variasi sederhana, yang terpenting benda-

benda dapat tertampung dan ruangan tampak seimbang dan

serasi. (Udansyah, 1980).

9. Ditinjau dari Sarana penunjang Galeri

Tempat pertunjukan pada galeri sebagai penambah fasilitas dan

tempat rekreatif agar pengunjung galeri tidak merasa jenuh.


25

2.2 Tinjauan Umum Kafe

Kata cafe berasal dari bahasa perancis yaitu cafe yang berarti coffee dan

dalam bahasa Indonesia berarti kopi atau coffeehouse dalam bahasa Indonesia

kedai kopi, maka pengertian cafe adalah sebagai tempat untuk mendapatkan

minuman kopi dan sebagai tempat bersantai meminum kopi. Seiring dengan

berkembangnya zaman, cafe memiliki fungsi lain sesuai dengan pemikiran dan

kebutuhan setiap individunya.

Sejarah

Kopi pertama kali masuk ke Eropa pada tahun 1669 ketika utusan Sultan

Mohammed IV berkunjung ke Paris, Perancis, dengan membawa berkarung-

karung biji misteruius yang nantinya dikenal dengan nama coffee. Ketika utusan

Sultan meninggalkan Paris pada bulan Mei tahun berikutnya, kebiasaan

menikmati kopi yang dikenalnya pada kaum bangsawan telah menjadi mode baru.

Yang kemudian pada tahun 1672 seorang pengusaha asal Armenia, yang dikenal

dengan nama Pascal menjualnya secara umum, pertama-tama di sebuah pameran

besar di Saint Germain dan kemudian di sebuah toko kecil yang berlokasi di Quai

de IEvole, dimana ia menjual kopi dengan harga dua sol, enam dernier (atau

sekitar dua penny Inggris) satu cangkir.

Jean de la Rogue yang berperan penting dalam sejarah kopi di Perancis, ia

menulis ketika tahun 1714 ia berjalan menuju jalan besar ke arah Jardin des

Plants, dimana hampir tidak ada satu kota pun yang tidak memiliki kedai

kopi/kafe. Penyebaran kafe atau coffeehouse di Eropa ini terjadi melalui jalur

perdagangan ke wilayah Italia yang dikenal dengan sebutan caffe yang hanya

berbeda penulisan saja. Kemudian pada tahun 1839 muncul kata cafetaria dalam
26

bahasa America English yang beraal dari bahasa Mexican Spanish untuk

menyebutkan sebuah kedai kopi.

Pada awalnya kafe hanya berfungsi sebagai kedai kopi, tetapi sesuai

perkembangan jaman kafe telah memiliki banyak konsep, diantaranya sebagai

tempat menikmati hidangan, kafe otomotif kini disediakan bagi komunitas

penggemar dunia otomotif, sampai pada cyber cafe yaitu cafe yang menyediakan

fasilitas jaringan on-line/internet bagi konsumennya.

Melihat aktivitas di Indonesia toko kopi yang terletak di Jalan Tangki

Sekolah, juga di kawasan Hayam Wuruk, tampak sekali rung Tinggi sudah

memiliki pasar dan pelanggan sendiri. Ditoko sekitar 25 meter persegi, di dalam

gang yang hanya pas dilewati dua mobil itu, transaksi dilakukan dengan gaya

lama. Semuanya dimulai ketika kakek Rudy, Liaw Tek Siong dibeli oleh Liaw

Tek Soen, karena anak lelaki tunggal Tek Soen dianggap tak mampu berdagang.

Tek Siong mewarisi warung ayah angkatnya pada 1927. Di tangannya, kopi

segera menjadi bisnis utama keluarga Liaw, bukan sekadar usaha sampingan. Ia

mendirikan pabrik sederhana dan menamai tokonya Tek Soen Hoo Eerste

Weltevredensche Koffi ebranderij, yang kala itu lebih dikenal dengan nama Toko

Tek Soen. Tek Siong juga merancang alat khusus yang mampu menggoreng lebih

banyak biji kopi hingga matang secara merata. Hingga Liaw Tian Djie, ayah

Rudy, mewarisi bisnis keluarga Liaw Tek Siong, dua tahun setelah Indonesia

merdeka, nama perusahaan mereka masih Tek Soen Hoo. Tapi orang sekitar dan

pelanggan setia warung kopi Tek Soen tak pernah berhenti menyebut tempat

usaha keluarga itu sebagai Warung Tinggi. Ketika itu Warung Tinggi hanya

menjual satu jenis kopi, dibungkus dalam kertas cokelat sederhana dan diberi cap.
27

Ketika Jepang menduduki Indonesia, keluarga mengungsi ke Mega Mendung,

Ciawi, Jawa Barat.

Pada 1945, setelah Jepang pergi, Tek Djie membuka kembali pabrik

kopinya. Bahkan, pada 1950-an, Tian Djie mulai menjual kopi racikan (blend)

dengan mencampur beberapa jenis kopi. Nama Warung Tinggi mulai dipakai

sebagai merek dagang pada 1967. Soeharto, yang baru saja menggantikan

Soekarno sebagai presiden, melarang orang Indonesia keturunan Tionghoa

menggunakan nama Cina. Nama keluarga Liaw pun diubah menjadi Widjaja, atas

usul seorang pegawai Tian Djie setelah melihat kitab primbon Jawa, dam beralih

nama menjadi Udjan Widjaja.

Sejak ayahnya wafat, pada 1978, perusahaan dikelola oleh Rudy beserta

tiga saudaranya: Darmawan, Suyanto, dan Yanti. Sebagai anak kedelapan, Rudy

bukan yang paling berhak mewarisi usaha orang tua mereka, dan tak satu pun

yang berminat meneruskan bisnis kopi keluarga itu kecuali Rudy. Dalam bagi-

bagi warisan itu, Warung Tinggi yang asli rumah di Jalan Hayam Wuruk Nomor

55-57 jatuh ke tangan kakak-kakaknya, dan Rudy memindahkan pabriknya ke

Daan Mogot.

2.2.1 Fungsi dan Tujuan Terhadap Kafe

Kafe dewasa ini adalah sebuah tempat yang bersifat komersial, menjual

kopi dan makanan pendukung lain, melayani masyarakat umum dan

cermin pertumbuhan peradaban umat manusia yang bertujuan untuk

mencari kenikmatan dan kesenangan untuk meminum kopi dalam


28

kesenggangan waktu sendiri atau berkumpul dengan orang lain yang

digunakan ditengah kesibukan pekerjaan.

2.2.2 Klasifikasi Jenis Kegiatan pada Kafe

1. Konsumsi

Pengunjung sebagai pelaku konsumen yang datang karena

membutuhkan produk yang dijual pada tempat tersebut.

2. Rekreasi

Mengandung arti untuk dinikmati, yang mana merupakan kegiatan

yang menimbukan kesegaran dan tidak menimbulkan konsentrasi.

3. Pendidikan

Kegiatan ini lebih ditekankan pada maksud kedatangan pengunjung

untuk pertemuan bisnis atau kolega perusahaannya.

2.2.3 Klasifikasi Jenis Aktifitas Kafe

Aktifitas pada kafe dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Aspek pengunjung

Pengunjung yang datang dan langsung memesan hidangan.

Pengunjung yang telah memesan, membayar produk yang dipesan.

Pengunjung yang telah membayar, menunggu hidangan disiapkan.

Pengunjung yang telah mendapat hidangan, mendapati tempat

duduk mereka.

2. Aspek penunjang kinerja pegawai

Pegawai melayani pengunjung yang memesan hidangan.


29

Pegawai melayani pengunjung yang membayar hidangan.

Pegawai meracik dan menyiapkan hidangan yang dipesan.

3. Aspek pegawai

Pegawai membuat laporan harian, mingguan, bulanan dan tahunan

pengeluaran dan pendapatan kafe.

Pegawai mengadakan rapat rutin untuk kinerja kafe.

Pegawai mengadakan pergantian jadwal pekerja.

2.2.4 Klasifikasi Fasilitas Kafe

1. Fasilitas untuk pengunjung, yaitu :

Tempat untuk meminum kopi dan makan makanan.

2. Fasilitas kafe untuk menunjang kinerja pegawai, yaitu :

Tempat untuk mendisplay produk makanan dan minuman.

Tempat untuk menyimpan bahan makanan dan minuman.

Tempat untuk meracik makanan dan minuman.

Tempat untuk pengunjung memesan makanan dan minuman.

Tempat untuk pengunjung membayar makanan dan minuman.

Tempat untuk menyimpan alat makan dan minum.

3. Fasilitas kafe untuk pegawai

Ruang kerja kepala pegawai

Ruang kerja pegawai

Tempat penyimpanan barang untuk pegawai


30

2.2.5 Persyaratan Umum Kafe

1. Menarik perhatian dan membuat pengunjung nyaman.

2. Penghawaan dan sirkulasi yang baik.

3. Pencahayaan dalam ruang sesuai, tidak terlalu terang dan redup.

(Neufert, Data Arsitek Jilid 2 120).

2.2.6 Persyaratan Khusus Kafe

Elemen Interior Kafe

1. Lantai, harus fungsional dan dekoratif dimana menggambarkan

kenyamanan, hangat dan tenang yang diharapkan dan kebersihan

menjadi pertimbangan (Lawson 40).

2. Dinding, untuk memberikan kesan formal maka diperlukan

perancangan yang stabil, akurat dan simetris yang dapat diperbaiki

dengan tektur halus. Sedangkan pola, tekstur dan warna yang kuat

akan memberikan kesan aktif dan mengundang perhatian

pengunjung. Beberapa bahan yang dapat digunakan untuk

pengaplikasian dinding yaitu batu bata, kayu, yumen board, dan

gypsum board.

3. Jendela, perlu adanya perhatian terhadap efek pencahayaan alami,

masuknya sinar dari luar, perawatan, keamanan dan berkurangnya

privasi pengunjung pada shop front view.

4. Ceiling, menggunakan material yang mudah dibersihkan, tidak

mudah terbakar, pemilihannya sesuai konsep dan memiliki jangka

waktu yang lama, minimal 5 tahun (Suptandar 161).


31

Sirkulasi Ruang

1. Sirkulasi linear, terbentuk berdasarkan ruang yang telah dilalui dan

diarahkan ke satu tujuan dengan satu jalan dan harus melewati

jalan tersebut.

2. Sirkulasi liniar bercabang, pengunjung tidak terganggu karena

adanya pembagian ruang yang jelas (Ching 234).

3. Sirkulasi radial, pengunjung tidak diarahkan ke suatu tempat.

4. Sirkulasi random, pengunjung dapat memilih jalan yang diinginkan

tanpa ada batasan-batasan dinding atau pemisah.

Sirkulasi Kafe

1. Flow, mengoptimalkan meliputi jarak, kapasitas, kecepatan dan

arah. Pola tersebut dihasilkan konsumen, karyawan, makanan dan

pelayanan.

2. Pengarahan jalan.

(Gambar 2.2. Pengarahan Jalan)

3. Jarak, terbagi dalam beberapa jenis, yaitu :

a. Jarak publik, meliputi jarak yang akan didapat memasuki

restoran, pandangan untuk berjalan ke area makan dan ketika


32

memasuki area pengambilan makanan didapur. Jarak publik

sekitar 12 kaki dan seterusnya (>365,8cm).

b. Jarak sosial, jarak yang di rasakan pada pengunjung ketika

melihat layar televisi, pertunjukan, pelayan yang sibuk bekerja

di restoran, dan pegawai dapur yang merasakan bahwa mereka

terlihat oleh pelanggan yang berjalan melewati dapur. Jarak

sosial sekitar 4-12 kaki (121,9cm 365,8cm).

c. Jarak personal, jarak seperti ketika berbicara pada teman makan

disebrang meja. Jarak ini sekitar 18 inci 4 kaki (45,72cm-

121,9cm).

d. Jarak kontak fisik, jarak yang cukup dekat untuk bersentuhan

dengan teman makan, seperti duduk berdampingan pada sofa.

Jarak ini sekitar 18 inci (<45,72cm).

(Gambar 2.3. Jarak Bersih Sirkulasi)

Pembagian Ruang kafe

1. Area makan untuk menikmati hidangan ringan yang berupa :

a. Hot Drink & Cold Drink

b. Hot Food & Cold Food

Persyaratan luas untuk area makan, yaitu :

1. 1,2-1,4 m2 perorangan dilayani oleh pelayan.


33

2. 0,83 m2 untuk perorangan.

Area makan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Peletakan meja harus berdekatan dengan tiang dan kolom bila

berada pada tengah ruangan.

2. Antar tempat duduk dan tempat duduk yang membelakangi

menjadi jalur pelayanan dengan jarak 1,35 m sebagai jarak

maksimum 2 pramusaji.

3. Pergeseran maju mundur kursi 10-20 cm untuk kebutuhan

duduk.

4. Pergeseran kursi untuk pelanggan berdiri sekitar 30 cm.

5. Pintu masuk tidak bersilangan dengan jalur pelayan.

2. Lounge, yaitu tempat tunggu sementara pada bagian kafe.

3. Bar, yaitu tempat menikmati minuman yang diracik oleh bartender.

Terdapat kursi tinggi yang merapat meja dan jarak antar kursi 75

mm.

4. Kasir terletak dengan bar karena mudah dijangkau oleh pelayan.

Furniture pada Kafe

Pemilihan pada furniture merupakan cerminan lain kepribadian kafe

dan harus disesuaikan dengan kebutuhan juga estetika dan ergonomi.

Desain furniture terbagi atas dua kategori :

1. Furniture berbentuk kotak (case) meliputi meja, lemari dan kursi

yang tidak mempunyai pelapis.


34

2. Furniture yang dilapisi, meliputi sofa atau kursi yang seluruh atau

sebagian diberi pelapis (Suptandar 173).

Menurut pola aktifitas yang dijalani pengunjung, dapat diuraikan

kebutuhan ruang untuk furniture pada kafe, yaitu :

1. Tempat duduk dan meja, yang perlu diperhatikan pada elemen

tempat duduk dan meja adalah permukaan dan bentuk, ketinggian

dan lebar, posisi selektif, dan jarak antar meja dan tempat duduk.

Ukuran dan tata letak :

a. Panjang meja untuk 2 pengunjung yaitu 85 cm.

b. Tinggi kursi secara keseluruhan sampai sandaran 90 cm.

c. Tinggi kursi samapai bagian duduk 45 cm.

d. Panjang dan lebar kaki kursi 45 cm x 45 cm.

e. Luas meja relatif dapat disesuaikan kebutuhan

f. Jarak kursi dengan kursi yang membelakangi yaitu untuk 2

pramusaji 1,35 m dan untuk 1 pramusaji 90 cm.

(Gambar 2.4. Dimensi Tubuh Manusia saat Duduk)

2. Material, untuk area outdoor biasanya menggunakan bahan besi

tempa karena memiliki ketahanan tinggi dan dapat dilapisi dengan


35

berbagai macam warna cat. Sedangkan untuk area indoor dapat

menggunakan berbagai macam material karena tidak langsung

terkena cuaca luar.

3. Struktur, ukuran dan ledutan pada alas ataupun sandaran kursi

mempengaruhi kenyamanan konsumen karena dapat mempercepat

rata-rata pergantian pengunjung (Baraban dan Durocher 106).

(Gambar 2.5. Dimensi Standar Aktifitas Makan)

4. Fitur spesial, berat pada tempat duduk agar dapat dipindahkan akan

mengarah pada citra kafe dan mengarah pada operasional kafe

yang memudahkan konsumen untuk menggerakkannya.

5. Layout duduk, variasi pada peletakkan tempat duduk menawarkan

pilihan untuk suasana yang lebih terbuka dan intim serta

mempengaruhi jumlah tempat duduk pada ruangan (Baraban dan

Durocher 107).
36

(Gambar 2.6. Pengaturan Meja secara Pararel)

(Gambar 2.7. Pengaturan Meja secara Diagonal)

6. Meja dan atas meja, merupakan poin utama pada kafe. Semua

komponen penting untuk dipertimbangkan ketika memilih meja

pada kafe. Ukuran mempengaruhi benda-benda yang akan

diletakkan di meja untuk dipergunakan.

(Gambar 2.8. Area Opersional dan Tamu)


37

2.3 Tinjauan Umum Bengkel (Workshop)

Bengkel merupakan suatu kata yang mengartikan suatu tempat yang

didirikan oleh sejumlah orang dengan untuk memperbaiki atau membuat

rancangan yang berhubungan dengan masalah teknik untuk suatu kendaraan roda

dua atau lebih. Pada perkembangan saat ini bengkel tidak hanya terpaku dengan

permasalahan teknik saja tetapi sudah menerapkan teknologi yang sudah

komputerisasi baik dalam hal service kendaraan ataupun costumer. Kegiatan

perbengkelan adalah bagian dari kegiatan jaringan layanan purna jual untuk

mendukung pemasaran produk yang dijual. Ada beberapa jenis bengkel sebagai

berikut :

1. Bengkel Bebas (Independent Workshop), bengkel yang berdiri sendiri,

tidak terikat dan tidak mewakili merek tertentu dan kebijakan-

kebijakan dapat diambil sendiri sehingga tidak merugikan pihak lain

sebagai perusahaan pemegang merek.

2. Bengkel Perwakilan (Authorized Workshop), hampir sama dengan

bengkel bebas tetapi bengkel ini mewakili merek yang diwakili melalui

surat penunjukan dari merek tersebut. Bengkel ini memungkinkan

menerima kemudahan dan kebijakan dari perusahaan yang

menunjuknya berdasarkan kesepakatan dan perjanjian yang telah

dibuat kedua pihak.

3. Bengkel Dealer (Dealer Workshop), merupakan sub operasional dari

merek tertentu sebagai unit layanan purna jual sistem pemasaran.

Kebijakan yang dibuat berdasarkan perusahaan yang bersangkutan.


38

Melalui sistem penjualan, pada bengkel dapat dilakukan beberapa

penjualan seperti :

a. Penjualan jasa perbaikan dan perawatan (Repair and Maintance)

b. Penjualan suku cadang dan suku cadang tambahan

c. Penjualan aksesoris

d. Penjualan minyak pelumas dan minyak hidrolik

e. Penjualan lainnya

Menurut ruang lingkup pekerjaan pada bengkel, sebagai berikut :

a. Layanan cepat, berupa tune-up, ganti oli, mencuci kendaraan, dan

lain-lain.

b. Perbaikan umum, berupa perbaikan engine, transmisi, differensial,

pengaturan geometrid dan roda.

c. Perbaikan elektrik, berupa perbaikan sistem starter, pengapian,

pengisian, sistem penerangan dan instrumen.

d. Perbaikan masinai, beupa boring, honing, skir katup, bubut rem,

dan lain-lain.

e. Perbaikan badan kendaraan dan pengecatan

f. Pemasangan aksesoris tambahan

g. Peremajaan bersifat tampilan seperti salon.

2.3.1 Fungsi dan Tujuan Terhadap Bengkel

Bengkel sebuah tempat dengan tujuan komersil dan mencari keuntungan,

terbuka untuk umum, melayani masyarakat luas, membuat dan merawat

kendaraan bermotor, sedangkan secara umum bengkel untuk melayani keperluan


39

teknis dari para pelanggannya. Pada masa kini bengkel dituntut untuk mempunyai

pola pikir dan konsep operasional yang berbeda, karena fasilitas yang terbatas

membuat bengkel tersebut tidak credible dan pelanggan enggan datang. Fasilitas

yang dimaksud bukan hanya teknis bagi bengkel tetapi harus tersedia bagi

pelanggannya. Pelanggan mengharapkan agar bengkel dapat membantu merawat

kendaraan secara baik dan dapat memanjakan pelanggan yang datang.

Fungsi bengkel dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Menjamin keamanan pengendara

2. Menjamin keselamatan sesama pemakai kendaraan bermotor

3. Menjamin kelancaran lalu lintas darat

4. Melakukan perawatan berkala

5. Melestarikan lingkungan

6. Meningkatkan efisiensi bahan bakar

2.3.2 Klasifikasi Jenis Kegiatan pada Bengkel

1. Restorasi

Restorasi yang dilakukan berupa perbaikan, yaitu mengganti bagian-

bagian yang sudah rusak.

2. Modifikasi

Merupakan mengganti atau menambah bagian-bagian pada kendaraan

bermotor customer.

3. Rekreasi

Pengunjung yang datang bermaksud untuk menyalurkan hobi mereka


40

melalui perancangan pada kendaraan bermotor miliknya.

4. Edukasi

Pengunjung yang datang ingin mendapatkan pengetahuan mengenai

kendaraan bermotor, khususnya seputar kendaraan miliknya. Bahkan,

pengunjung yang datang hanya untuk sekedar bertanya atau bertukar

pikiran dalam bidang otomotif.

2.3.3 Klasifikasi Jenis Aktifitas pada Bengkel

Aktifitas pada bengkel dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Aspek pengunjung

Pengunjung yang datang dan menemui pegawai atau mekanik

secara dan menyatakan permasalahan kendaraannya.

Pengunjung menunggu antrian atau giliran pengerjaan pada

kendaraannya.

Pengunjung menunggu pengerjaan pada kendaraannya dan dapat

memakai fasilitas tambahan seperti wifi dan pemesanan makan

dan minum.

Pengunjung berdiskusi dengan mekanik atau kepala bengkel

secara langsung saat kendaraannya dalam pengerjaan.

Pengunjung bernegosiasi dan melakukan pembayaran pada jasa

bengkel tersebut.

2. Aspek kinerja pegawai

Pegawai melayani konsumen yang ingin memakai jasanya.


41

Pegawai mengerjakan pekerjaan perbaikan/modifikasi pada

kendaraan konsumen.

Pegawai mengambil dan memasang sparepart yang sudah

tersedia pada bengkel.

Pegawai harus memesan sparepart, bila dibutuhkan dan atas

rekomendasi konsumen.

Pegawai menanyakan atau berdiskusi atas permasalahan yang

ditemukan pada kendaraan konsumen dan atas sparepart yang

akan dipasang pada kendaraan tersebut.

Pegawai melakukan tiap-tiap pekerjaan sesuai job desk mereka

masing-masing, seperti : pengerjaan bubut, pengecatan,

kelistrikan, dan pengaturan.

3. Aspek pegawai

Pegawai membuat laporan harian, mingguan, bulanan dan tahunan

pengeluaran dan pendapatan bengkel.

Pegawai mengadakan diskusi kepada atasan atau pemilik bengkel

mengenai permasalahan kendaraan pada konsumen.

Mengadakan penentuan pegawai yang akan menangani pada tiap

konsumen.

2.3.4 Klasifikasi Fasilitas

1. Fasilitas untuk umum, yaitu :

Area receptionist, dimana pemilik kendaraan memberitahukan


42

kendaraannya apa yang ingin diperbaiki dan menetapkan estimasi

waktu dan harga jasa pengerjaan.

Area tunggu, tempat para pemilik kendaraan menunggu pengerjaan

kendaraannya selesai diperbaiki/dimodofikasi.

Area pamer, dimana kendaraan yang siap jual di pamerkan.

2. Fasilitas untuk pengelola, yaitu :

Ruang kantor, dimana tempat pegawai melakukan pekerjaan

sesuai tugasnya masing-masing.

3. Fasilitas komersil, yaitu :

Ruang loading dock

Ruang perbaikan besar

Gudang komponen kendaraan

2.3.5 Persyaratan Umum Bengkel

1. Lokasi yang strategis dan mudah dicapai. Lokasi yang membuat para

pengunjung mudah menemukan tempat ini, terutama dalam keadaan

darurat. Terletak pada jalan besar perkotaan.

2. Menyediakan jasa yang umumnya dipakai oleh para calon konsumen,

seperti : tambal dan mengganti ban, pengisian angin atau nitrogen,

pergantian part motor yang umum seperti busi. Dan jasa tersebut harus

ditunjang dengan alat-alat perkakas yang memadai.

3. Pada bangunan harus menerapkan ciri-ciri seperti berikut :

a. Kenyamanan manusia di dalam bangunan.

b. Memanfaatkan sirkulasi udara dari lingkungan ke dalam bangunan.


43

c. Memiliki vegetasi yang cukup untuk resapan dan meningkatkan

kualitas udara.

d. Mereduksi polusi udara dan suara yang ditimbulkan.

e. Perbaikan yang dilakukan tidak mencemari daerah perbaikan dan

tidak menimbulkan kotor.

2.3.6 Persyaratan Khusus Bengkel

1. Memiliki ruang serah terima kendaraan, berfungsi untuk menerima

kendaraan dari pelanggan yang ingin memperbaiki kendaraan atau

memodifikasi kendaraannya serta sebagai ruang untuk proses akhir

kendaraan yang telah menjalani perbaikan atau modifikasi.

2. Ruang perbaikan besar, ruangan ini tempat untuk melakukan

perbaikan oleh mekanik dari pembongkaran mesin, pemeriksaan

pembakaran dan ruang bakar kendaraan, pengantian oli mesin atau

transmisi, dan cuci kendaraan setelah selesai diperbaiki.

3. Ruang perbaikan enterance, ruang tertutup untuk perbaikan body

seperti pengecatan dan pendempulan agar udara tidak tercemar oleh

zat berbahaya.

4. Gudang komponen kendaraan, untuk menyimpan suku cadang yang

dibutuhkan kendaraan yang sedang diperbaiki atau dimodifikasi.

2.4 Tinjauan Umum Retail

Retail adalah penjualan dari suatu komoditas kepada konsumen. Berasal

dari bahasa Perancis, dengan asal kata retailer yang berarti memotong
44

menjadi kecil-kecil (Risch, 1991, p.2). Dalam kamus bahasa Indonesia

retail dapat diartikan eceran.

Retail dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sebagai berikut :

1. Speciality Store, biasa terletak pada daerah urban dan sub urban.

Produk yang ditawarkan sangat bervariasi.

2. General Store, toko yang memiliki keterbatasan dalam produk yang

ditawarkan, biasanya dalam satu jenis produk yang sama.

3. Flea Market Store, tempat perorangan dalam menjalankan bisnis

retail dan segala keperluan ditentukan oleh pemilik toko. Sering

ditemukan pada daerah pedesaan, tetapi mudah ditemui diperkotaan

seperti kios, kedai, dan stan.

4. Boutique, tempat dimana lebih banyak kaum wanita untuk membeli

segala keperluan dalam bidang fashion.

5. Department Store, tempat yang menawarkan variasi produk dalam

jumlah yang besar, meliputi hard goods atau soft goods. Point terbesar

terdapat pada tingkat pelayanan, pekerja dalam jumlah besar, dan

volume penjualan.

6. Chain Store, berpusat pada pemilik dan pengaturan organisasinya

terdapat dua atau lebih unit yang sama, disetiap unitnya memiliki

klasifikasi barang yang sama. Seperti toko obat-obatan, sepatu,

restoran, jewelery, dan lainnya.

7. Supermarket, tiap konsumen memilih dan membeli sesuatu

mengandalkan diri sendiri. Barang yang ditawarkan beragam seputar

kebutuhan rumah tangga, bahan makanan dan lainnya.


45

8. Direct Marketing Retailer, merupakan toko yang penawaran

barangnya menggunakan mediator katalog. Pembelian produk dapat

melalui telepon, email, sms dan media lainnya.

2.4.1 Fungsi dan Tujuan Terhadap Retail

Retail merupakan tahap akhir proses distribusi dengan dilakukannya

penjualan langsung pada konsumen akhir.

Bisnis retail bertujuan sebagai perantara antara distributor dengan

konsumen akhir. Retailer berperan sebagai penghimpun barang, took retail

sebagai tempat rujukan.

Beberapa fungsi pada retail dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Retail berperan sebagai penentu eksistensi barang dari manufacture di

pasar konsumsi.

2. Membeli dan menyimpan barang.

3. Memindahkan hak milik barang tersebut kepada konsumen akhir.

4. Memberikan informasi mengenai sifat dasar dan pemakaian barang

tersebut.

5. Memberikan kredit kepada konsumen (dalam kasus tertentu).

2.4.2 Klasifikasi Jenis Kegiatan pada Retail

1. Konsumsi

Retail menawarkan produk yang pastinya untuk dibeli oleh pelanggan

serta pelanggan yang datang bermaksud untuk membeli produk


46

tersebut berdasarkan kebutuhan atau hanya menunjang kesenangan

mereka dan akan di konsumsi/di pakai oleh pelanggan tersebut.

2. Transaksi

Aktifitas jual beli yang berlangsung, membuat sebuah kegiatan

pembayaran akan produk yang pelanggan pilih untuk dikonsumsi

dengan cara transaksi.

3. Rekreasi

Pengunjung yang datang bermaksud untuk mencari kesenangan

dengan membeli suatu produk tertentu yang akan ia pakai atau

konsumsi.

4. Edukasi

Pengunjung yang datang ingin mendapatkan pengetahuan mengenai

kualitas produk yang dijual, dengan fungsi yang sama tetapi

ditawarkan dengan berbagai jenis yang berbeda membuat para

pelanggan mempelajari akan kebutuhan dan keunggulan suatu produk.

2.4.3 Klasifikasi Jenis Aktifitas Retail

Aktifitas pada retail dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Aspek pengunjung/konsumen

Pengunjung yang datang dan menemui pegawai dan menyatakan

permasalahan kendaraannya.

Pengunjung menunggu antrian atau giliran pengerjaan pada

kendaraannya.
47

Pengunjung menunggu pengerjaan pada kendaraannya dan dapat

memakai fasilitas tambahan seperti wifi dan pemesanan makan

dan minum.

Pengunjung berdiskusi dengan mekanik atau kepala bengkel

secara langsung saat kendaraannya dalam pengerjaan.

Pengunjung bernegosiasi dan melakukan pembayaran pada jasa

bengkel tersebut.

2. Aspek penunjang kinerja pegawai

Pegawai melayani konsumen yang ingin memakai jasanya.

Pegawai mengerjakan pekerjaan perbaikan atau modifikasi pada

kendaraan konsumen.

Pegawai mengambil dan memasang sparepart yang sudah

tersedia pada bengkel.

Pegawai harus memesan sparepart, bila dibutuhkan dan atas

rekomendasi konsumen.

Pegawai menanyakan atau berdiskusi atas permasalahan yang

ditemukan pada kendaraan konsumen dan atas sparepart yang

akan dipasang pada kendaraan tersebut.

Pegawai melakukan tiap-tiap pekerjaan sesuai job desk mereka

masing-masing, seperti : pengerjaan bubut, pengecatan,

kelistrikan, dan pengaturan.

3. Aspek pegawai

Pegawai membuat laporan harian, mingguan, bulanan dan tahunan

pengeluaran dan pendapatan bengkel.


48

Pegawai mengadakan diskusi kepada atasan atau pemilik bengkel

mengenai permasalahan kendaraan pada konsumen.

Mengadakan penentuan pegawai yang akan menangani pada tiap

konsumen.

2.4.4 Klasifikasi Fasilitas

1. Fasilitas untuk pengelola, yaitu :

Ruang kantor, dimana tempat pegawai melakukan pekerjaan

sesuai tugasnya masing-masing.

2. Fasilitas komersil, yaitu :

Vitrine pakaian

Vitrine aksesoris

Ruang ganti

2.4.5 Persyaratan Umum Retail

1. Lokasi dapat dijangkau dengan mudah dalam suatu area perdagangan.

Memiliki akses untuk keluar masuk kendaraan.

2. Parkir yang cukup dan sesuai dengan permintaan komersial secara

keeluruhan.

3. Satu lokasi yang mana dapat menjadi bangunan atau fungsi lain yang

mendukung perdagangan tersebut.

4. Lingkungan sekitar mendukung dan nyaman untuk berbelanja dan

mampu menciptakan suasana dan karisma untuk perbelanjaan tersebut.


49

5. Pendukung lokasi untuk menciptakan suasana belanja yang menarik,

aman dan nyaman. Seperti taman dan promosi lainnya.

6. Gedung tergabung dan menyediakan untuk penyewa yang diseleksi

sesuai dengan kebutuhan dan dikelola untuk mendapatkan keuntungan

bagi penyewa.

2.4.6 Persyaratan Khusus Retail

Terdiri dari 7 unsur yaitu :

1. Unsur Hardware, meliputi lokasi dan arsitektur bangunan.

2. Unsur Software, meliputi daya tarik, fasilitas penunjang pengunjung,

fasilitas kemudahan pengunjung, dan kelengkapan produk.

3. Unsur Brainware, meliputi manajemen dalam mengelola.

4. Unsur Promotion & Publication, meliputi pengiklanan, publikasi,

diskon, dan lainnya yang mendukung pemasaran.

5. Unsur Merchandising, pengadaan barang-barang untuk disediakan di

dalam toko untuk mencapai sasaran toko.

6. Unsur Pricing, penetapan harga yang patut pada tiap produk yang

ditawarkan oleh toko berdasarkan faktor harga saing antar toko, biaya

produksi, dan berdasarkan permintaan konsumen (Berman & Evans,

2004).

7. Unsur Atmosfer, suasana dalam toko yang berperan memikat para

calon pembeli. Itu semua terbentuk dari :


50

a. Desain eksternal, meliputi desain depan toko yang menunjukkan ke

khasan toko tersebut, marquee meliputi simbol yang berupa tulisan

atau gambar, pintu masuk dan jalan masuk toko.

b. Desain internal, meliputi visual yang berkaitan dengan

pencahayaan, ukuran dan bentuk-bentuk desain furniture di

dalamnya, tactile berkaitan dengan sentuhan tangan dan kulit,

olfactory meliputi aroma dan aural meliputi suara-suara yang

dihasilkan di dalam toko, seperti musik yang di putar oleh

pengelola.

8. Unsur Sales, pada sales harus memenuhi peran-peran penting seperti :

a. Selling yaitu mendorong produk tertentu agar naik tingkat

penjualannya.

b. Cross Selling yaitu menawarkan produk lain yang berkaitan

dengan produk yang diminati konsumen.

c. Advising yaitu berperan menjadi penasihat konsumen untuk

memberikan pandangan pada produk yang dibeli konsumen.

2.5 Tinjauan Umum Motor Cafe Racer

Motor cafe racer adalah sepeda motor yang telah dimodifikasi untuk

kecepatan dan penanganan daripada kenyamanannya. Bodywork motor ini dan

tata letak kontrol biasanya menirukan gaya kontemporer Prix roadracers yaitu

sebuah arena balap motor dengan menggunakan motor racing.

Karakter dari motor cafe racer yaitu memungkinkan lutut pengendaranya

bersentuhan dengan tangki motor, stang balap yang sempit dan posisi tangan yang
51

rendah dan kursi berpunuk sehingga membuat badan pengendara lebih rendah dan

mendekat dengan tangki motor untuk mengurangi hambatan angin dan

menghasilkan kontrol yang lebih baik ketika dalam posisi tersebut, dan klip-ons

(dua potong bar yang di baut langsung ke masing-masing tabung garpu) atau

clubmans atau ace bar (bar piece yang menempel pada pemasangan lokasi tetapi

drop-down dan maju). Ergonomi yang dihasilkan dari bar rendah dan kursi

belakang sering nya dibutuhkan rearsets berupa pijakan belakang kaki dan kontrol

kaki, seperti ciri khas balap sepeda motor zaman dulu. Distinctive dengan gaya

fairings setengah atau penuh terkadang dipasang dengan frame.

Motor ini memiliki penampilan yang baku, bentuk bagian yang pasti dan

mesin yang di setting untuk kecepatan maksimum. Cafe racer merupakan motor

yang ramping, ringan dan menangani permukaan jalan dengan baik. Mesin motor

yang paling menentukan masa kejayaan cafe racer adalah Norton dan Triumph.

(Gambar 2.9. Motor Cafe Racer)

2.5.1 Sejarah Motor Cafe Racer

Bagaimana kafe-kafe di jalanan Inggris dapat menjadi pusat sebuah

subkultur sepeda motor? Mengapa restoran-restoran dan kedai-kedai kecil dan

sepi yang tadinya hanya menyajikan makanan ringan berubah jadi tempat
52

ngumpul para pengendara sepeda motor? Dari mana asal nama cafe racer? Untuk

menjelaskan semua ini, ada 2 hal penjelasan secara terpisah : Sistem jalanan di

Inggris dan kebangkitan youth culture.

Pertama, kita kembali ke tahun-tahun setelah Perang Dunia I. Inggris telah

melewati perang dan suasana kembali normal. Saat itu jalur lalu lintas di Inggris

lebih banyak diisi oleh mobil dan sepeda motor. Kereta tanpa kuda dan sepeda

bermesin tidak lagi dianggap tren baru semata. Dengan naiknya angka lalu lintas

maka diciptakan sistem jalan baru di Inggris. Jalan-jalan lama tidak sanggup lagi

menampung jumlah mobil dan sepeda motor yang terus meningkat akhirnya di-

upgrade dan ditambahkan jalan-jalan baru.

Dengan kembali normalnya industri di Inggris, bisnis pengangkutan dan

transportasi tumbuh dengan pesat bersama jalan-jalan baru yang disebut

motorways. Bersama industri ini, bermunculanlah kafe-kafe , SPBU, dan tempat-

tempat istirahat di sisi jalan yang dikunjungi oleh supir truk dan motoris yang

ingin rehat sejenak dalam perjalanannya.

Motorways baru ini membuat para pengantar barang keluar dari jalan-jalan

utama dan melintasi Inggris ke kota-kota seperti Manchester dan Birmingham di

utara. Motorways di masa ini tidak bisa dibandingkan dengan jalan raya seperti di

jaman sekarang. Bentuknya kecil dan sempit, sebagian malah hanya jalan tanah

atau jalan setapak yang diperlebar dan diratakan lalu dipasangi rambu-rambu.

Tikungan tajam, lajur yang sempit, dan kumpulan ternak yang menyebrang begitu

saja, membuat rute-rute ini tidak memungkinkan dilalui dengan kecepatan tinggi.

Selain itu, kendaraan pada masa ini juga masih termasuk primitif dibandingkan

dengan angkutan jaman sekarang. Beberapa truk kecil hanya dapat melaju dengan
53

kecepatan maksimum 30 mph. Jadi wajar jika para pekerja angkut ini sering

berhenti dalam perjalanan mereka. Setiap beberapa mil sepanjang rute yang

ditempuh biasanya banyak ditemui tempat pemberhentian. Sebagian besar tempat

pemberhentian tersebut merupakan persimpangan menuju kota dan desa yang

lebih kecil dan dapat ditemukan sebuah kafe.

Selama bertahun-tahun kafe-kafe dan restaurant ini hanya buka siang hari

selama jam kerja. Mereka melayani pengunjung-pengunjung dengan makanan

hangat dan secangkir teh panas. Beberapa pemilik caf mungkin saja mengulur

waktu tutupnya satu atau dua jam untuk mendapatkan pelanggan lebih, tapi tidak

ada maksud untuk nongkrong.

Faktor penting berikutnya dalam munculnya Cafe racer dan Rocker yaitu

bangkitnya Youth Culture, walaupun sebelum Perang Dunia II, pemahaman

mengenai konsep ini masih lemah. Di awal tahun 30-an, Inggris keluar dari krisis

dan para pemudanya telah bekerja kembali. Dengan pekerjaan yang layak, para

pemuda ini memiliki uang lebih. Ditambah dengan cukup tingginya angka suplai

motor tua, maka hasilnya dalam waktu singkat para pemuda memenuhi jalanan

dengan sepeda motornya. Sebagian sekedar jalan-jalan sore bersama pacarnya,

yang lainnya hanya sebatas ingin berkendara dengan tujuan rekreasional.

Seiring bangkitnya Inggris pasca perang, lusinan perusahaan menawarkan

berbagai jenis sepeda motor dan part-part nya. Maka balap motor pun kembali

populer. Tidak puas dengan motor standart, maka para pemuda ini mengganti

part-part nya dengan yang lebih advance, yang mereka lihat di event-event balap.

Bahkan sebagian dari mereka membuat special home made part.


54

Namun semua ini mendadak terhenti di akhir tahun 30-an, para pemuda ini

harus melepas jaket kulitnya dan mengenakan seragam tentara seiring dengan

berperangnya Inggris melawan Jerman. Selama Perang Dunia II pemerintah

Inggris mengambil kendali industri sepeda motor untuk kebutuhan perang.

Dengan berakhirnya produksi sepeda motor, maka dunia balap dan penggemar

sepeda motor pun turut padam. Setelah perang berakhir, dibutuhkan 7 atau 8 tahun

untuk menjadi normal.

Beberapa hal terjadi pada awal 60-an dimana semuanya berpadu

membangkitkan lagi era cafe racer. Para pemuda di Inggris kembali bekerja dan

mempunyai uang lebih. Industri sepeda motor Inggris pun mencapai masa

jayanya, dengan banyak dibuatnya sepeda motor hebat seperti Norton Dominator,

BSA Gold Star, Triumph Tiger 110 dan Velocette Venom. Sepeda motor ini

bukan hanya banyak digunakan dalam balapan di seluruh Inggris, tapi juga

banyak dijual di dealer setiap kota. Berakhirnya perang, maka pemuda dan sepeda

motor kembali bergabung.

Mungkin yang menjadi faktor utama dalam terbentuknya kultur Cafe racer

atau Rocker adalah booming nya Youth Culture pada tahun 60-an. Pada saat itu

sedang gencarnya vokal Eddie Cochran, Elvis Presley dan Gene Vincent

mengalun di radio-radio. RocknRoll telah menjadi ancaman baru bagi masyarakat.

Marlon Brando dan rebels lainnya menyemarakkan layar perak dengan jaket

kulitnya. Dalam waktu singkat, semua ini membuat sepeda motor dengan lifestyle

nya yang khas dipandang, dan angka penjualannya jadi meningkat. Kemudian

barang-barang seperti stang jepit, tangki fiber, body belakang, dan knalpot swept-
55

back menjadi perlengkapan standar bagi rider, dan bagi supplier barang-barang

tersebut menjadi bisnis besar.

Setelah booming Youth Culture, tetap belum ada tempat yang benar-benar

mereka pakai untuk santai sampai mereka menemukan kafe-kafe di tempat

pemberhentian tersebut sangat cocok. Maka kafe-kafe sepanjang North and South

Circular road buka lebih lama untuk mengakomodasi para motoris, dan menjadi

pusat sosial dari budaya baru ini. Kelompok yang sering datang ke sebuah caf

akan menjadikannya tempat berkumpul permanen. Kadang antar kelompok ini

mengadakan balapan dari satu kafe ke kafe, kegiatan tersebut, terlebih dilakukan

saat tengah malam ditambah dengan kesan nakal dari jaket kulit, nampaknya

memberikan para pemuda ini reputasi buruk di mata Pers Inggris, polisi dan

bahkan industri sepeda motor Inggris.

2.5.2 Sejarah Motor Cafe Racer di Indonesia

Di Indonesia sendiri virus ini hadir setelah dibawa oleh Franky M.

Astorianto, seorang builder dari bengkel modifikasi Yasashi Garage yang

berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Dan pada sekitar pertengahan tahun 2009

silam, aliran modifikasi ini pun mulai tercium di beberapa modifikator. Sehingga

pada akhirnya beberapa pecinta modifikasi di tanah air pun mulai terjangkit ini.

2.5.3 Perkembangan Motor Cafe Racer

Gaya cafe racer berkembang sepanjang waktu. Pada pertengahan 1970an,

sepeda Jepang telah menyusul sepeda Inggris di pasaran, dan tampilan motor

balap grand prix telah berubah. Dengan buatan tangan, tangki bensin aluminium
56

yang sering dicat dari tahun 1960-an berkembang menjadi persegi, sempit dan

berbahan fiberglass. Selain brand Eropa, kini tiga dan empat silinder Honda dan

Kawasaki dapat menjadi dasar untuk konversi pembuatan cafe racer. Pada tahun

1977, sejumlah produsen telah memproduksi cafe racer, terutama Harley-

Davidson XLCR.

Pada pertengahan 1970an, pengendara terus memodifikasi motor mereka

dan disebut "pembalap kafe" dengan menjadi anggota klub. Sejumlah produsen

Eropa, termasuk Benelli, BMW, BULTACO dan Derbi memproduksi cafe racer

varian sepeda motor standar mereka dengan tanpa modifikasi telah menjadi lebih

cepat atau lebih kuat. Akhirnya gaya cafe racer menjadi hanya latihan styling

yang tidak memiliki tujuan fungsional dan membuat sepeda kurang nyaman untuk

naik. Segera setelah itu, motor cafe racer paling baru mulai menampilkan

bodywork dari pabrik, memiliki kemampuan untuk memodifikasi dengan barang-

barang aftermarket.

2.6 Tinjauan Khusus (Data Survei)

2.6.1 Carburator Springs

2.6.1.1 Sejarah Carburator Springs

Bengkel yang dimulai di halaman rumahnya di bilangan Kemanggisan

Hilir, Slipi, Jakarta-Barat, sekitar 30 tahun yang lalu, akhirnya berpindah dari satu

tempat ke tempat lain dan menemukan tempat persinggahan terakhirnya di

kawasan Bintaro.

Awalnya pemilik bengkel ini yaitu Ignatius Hendra yang akrab disapa

Bingky seorang lulusan Arsitek tahun 1985 di Universitas Trisakti ini hanya
57

senang meng-custom mobil VW pribadinya, lama kelamaan teman-teman Bingky

tertarik melihatnya dan minta untuk di custom pada mobil mereka. Seiring

berjalannya waktu bengkel tersebut besar dengan sendirinya. Karena semakin

ramai, tetangga sekitar rumahnya merasa terganggu akhirnya bengkel tersebut

beberapa kali pindah lokasi dan terakhir menetap di Bintaro.

Munculnya ide membuat bengkel motor berawal dari kebiasaannya

membawa motor Harley Davidson kesayangannya ke bengkel. Menurutnya

daripada ia sering pergi ke bengkel motor, lebih baik ia mencoba meng-custom

sendiri karena ia sudah mempunyai bengkel mobil yang alatnya pun dapat

digunakan untuk motor.

Awalnya bengkel mobil dan motor ini belum mempunyai nama, tapi

sekitar beberapa tahun kemudian Bingky menyandangkan nama Carburator

Spring Automotive Resto dan Bikerstation dengan jumlah pegawai bengkel

sebanyak 20 orang.

Bengkel yang umumnya membangun motor-motor Harley ini,

mendatangkan mesin Harley Davidson langsung dari Amerika. Dikembangkan

sesuai konsep yang diinginkan di bengkel yang kini menjadi tempat

nongkrongnya para pecinta otomotif. Untuk membangun 1 unit motor dibutuhkan

waktu sekitar dua hingga tiga bulan, tergantung dari tingkat kesulitan konsep yang

diinginkan. Semua pengerjaan dapat dilakukan di bengkel ini, yaitu service,

maintanance, penitipan, custom, dan builder.


58

Lokasi

Carburator Springs ini terletak di Jl. RC Veteran No 13 Bintaro, Jakarta

Selatan. Bangunan ini akses masuknya dekat dengan jalan raya.

(Peta 2.1. Lokasi Carburator Springs)

Struktur Organisasi

PEMILIK
CARBURATOR SPRINGS

CAR STATION BICYCLE KAFE ADMINISTRASI ADVERTISING


STATION PROMOTION

HEAD HEAD
HEAD OPERATION MERCHANDISING
STORE
ENGINEE
ENGINEE HEAD CHEF
MEKANIK
BUBUT MEKANIK CHEF
BUBUT
MEKANIK KASI
LAS
MEKANIK
LAS WAITRESS
MEKANIK
ATUR VELG
MEKANIK
ATUR VELG
PENGECATAN

PENGECATAN

(Bagan 2.1. Struktur Organisasi Galeri Motor Carburator Springs)


59

Fasilitas

1. Galeri motor

2. Workshop area

3. Merchandising store

4. Kafe

5. Panggung untuk acara musik atau event lainnya.

2.6.1.2 Desain Carburator Springs

Pada saat wawancara langsung dengan pemilik Carburator Springs, ia

mengatakan bahwa konsep desain pada galeri motornya yaitu ingin menunjukan

gaya Art Deco. Gaya ini populer dan muncul pada tahun 1930an dimana motor

vintage dan mobil Hot Rod sedang populer dikalangan masyarakat, khususnya di

wilayah Benua Eropa dan Amerika. Sentuhan Art Deco dapat kita rasakan

dibeberapa sudut ruang dengan elemen pendukungnya.

Profil tampak depan bangunan Carburator Springs


60

(Gambar 2.10. Tampak Depan Bangunan Carburator Springs)

Analisa desain interior dapat diuraikan menurut fasilitas yang ada, yaitu :

1. Ruang pajang (Gallery Area)

Area ini merupakan area yang berfungsi sebagai ruang untuk

memajang beberapa motor yang telah dihasilkan oleh Carburator

Spring dan dapat menjadi koleksi pribadi pemilik ataupun untuk

diperjual belikan.

(Gambar 2.11. Ruang pajang/Gallery Area Carburator Springs)

Di dalam ruangan ini juga terdapat area kerja untuk owner yang

multifungsi juga sebagai area menonton televisi dan berdiskusi


61

dengan konsumen, merchandising store dan sebuah area kerja

untuk seorang pegawai pada bagian administrasi. Pada ruangan

tersebut dibangun bukan dengan batu bata dan semen, melainkan

dengan kontainer bekas yang dialihfungsikan menjadi suatu

ruangan. Dan penyambungannya menggunakan cara pengelasan

dan menambahkan sistem baut juga engsel. Pada bagian lantai

digunakan lambaran besi, dan pada dinding hanya bagian kontainer

yang di cat ulang. Terlihat aksesoris ruangan seperti bingkai foto

dan gambar untuk mendukung konsep desain art deco tersebut.

Bentuk-bentuk yang terdapat dikeseluruhan ruangan yaitu bentuk

geometris seperti persegi, persegi panjang seperti ciri khas dari art

deco itu sendiri.

2. Workshop Area

Area ini dapat dipanggil dengan sebutan lain yaitu bengkel

Bikerstation. Di area ini lah para pegawai khususnya yang

menangani masalah teknis melakukan pekerjaannya ditempat

tersebut.

Area ini memiliki beberapa fungsi sesuai aktifitasnya, yaitu :

Area untuk membubut.

Area untuk mensetting velg motor.

Area untuk membuat tangki bensin motor & velg motor.

Area untuk mengelas besi.

Area untuk mengecat bagian-bagian pada motor.

Area untuk memperbaiki mesin kendaraan.


62

(Gambar 2.12. Area Workshop atau Bengkel Carburator Springs)

3. Merchandising Store

Ruangan ini menyatu dengan galeri motor sehingga tidak dapat

disebut sebuah toko. Letaknya disudut ruangan dekat dengan area

kerja pemilik Carburator Springs.

(Gambar 2.13. Merchandising Store pada Carburator Springs)

Jenis pakaian dan aksesoris yang dijual disini yaitu bertema Hard

Rock Metal. Dan dapat terlihat jelas desain pakaian dan

aksesorisnya pada gambar. Pakaian dan aksesoris yang dijual

diperuntukan semua kalangan dan gender yaitu baik laki-laki

maupun perempuan untuk umum dan bagi konsumen yang datang.

4. Kafe

Desain Interior kafe lebih diutamakan daripada area atau ruangan

lainnya di Carburator Springs. Karena sewaktu penulis berkunjung


63

untuk melakukan survei lapangan, terlihat jelas kafe sebagai daya

tarik utama selain galeri motor di tempat ini. Pelayanannya ramah

walau fungsi tempat ini terkesan keras dengan pandangan otomotif

dan akrab dengan area kotornya.

Kafe ini juga terbagi dalam 2 area, yaitu indoor dan outdoor.

Adanya banyak pepohonan dan tinggi sudah terlihat kesejukan

dari dalam ruangan.

(Gambar 2.14. Kafe pada bagian dalam di Carburator Springs)

(Gambar 2.15. Kafe pada bagian luar di Carburator Springs)

Menu yang ditawarkan sesuai dengan konsep yang berasal dari luar

negeri ini, yaitu makanan Western seperti pasta, steak, sandwich

dan lainnya.

5. Area panggung

Pada area ini diperuntukan pengunjung menikmati live music yang

biasa diadakan pada waktu akhir pekan. Serta diperuntukan bagi


64

pihak lain untuk membuat sebuah acara dengan menyewa

panggung dan area terbukanya. Panggung ini dapat disewa dengan

reservasi sebelumnya. Panggung ini terdapat dua buah dengan

ukuran besar dan kecil. Panggung berukuran besar berada

dibelakang bangunan Carburator Springs, sedangkan yang

berukuran kecil berada di dekat

(Gambar 2.16. Bagian kiri panggung besar dan kanan panggung kecil)

2.6.1.3 Analisa SWOT pada Carburator Springs

1. Strength

Carburator Springs sudah memiliki jam terbang sangat lama

diantara galeri motor di Jakarta.

Dapat membuat segala bentuk dan gaya motor custom.

Merupakan tempat yang terbesar di Jakarta, khususnya Jakarta

Selatan.

2. Weakness

Kurang terjaga akan kebersihannya dan kerapiannya.

Belum adanya ruang kerja/kantor yang diperuntukan pegawai.


65

3. Opportunity

Adanya sasaran pasar yang luas karena masyarakat dapat

membuat dan memodifikasi motor dalam berbagai aliran gaya,

dan adanya respon positif masyarakat yang cukup tinggi dan

dengan adanya kafe dan resto sebagai penunjang tempat

tersebut.

4. Thread

Hadirnya banyak tempat untuk galeri motor dan custom motor

yang lebih kompetitif dan memiliki promosi yang intens.

2.6.2 Studio Motor

2.6.2.1 Sejarah

Pada tahun 2008 bengkel yang didirikan oleh Donny Ariyanto ini dominan

untuk modifikasi motor Mio Low Rider, seiring perkembangan trend akhirnya

tahun lalu mencoba untuk melayani modifikasi motor batangan menjadi cafe

racer, semenjak itu terus berkembang sampai sekarang. Studio Motor memilih

sebagai spesialis vintage karena tantangannya lebih berat. Semua detail harus

harmonis dengan tema dan komponen lain. Bermula dengan 3 orang bagian

mekanik dan 2 orang bagian body repair, bengkel yang buka setiap hari Senin

hingga Sabtu, membutuhkan waktu sedikitnya 2 bulan untuk menyelesaikan 1

motor modifikasi aliran vintage.

Awalnya galeri motor Studio motor merupakan bengkel biasa, dengan

berjalannya waktu diikuti pembelajaran, membuat modifikasi motor hasil karya

mereka dimuat di media cetak MOTOR Plus. Setelah dimuat responsnya luar
66

biasa, sehingga membesarkan nama bengkel motor ini. Diikuti dengan

perpindahan tempat yang bermula dari daerah Pondok Pinang, lalu pindah tempat

ke daerah Bintaro dekat Rumah Sakit Dr.Soeyoto, kemudian pindah dan masih

disekitar kawasan Bintaro sektor 3A.

Lokasi

Studio Motor terletak di Jl. Kesehatan Raya, No. 3A, Bintaro,

Jakarta Selatan. Bangunan ini terletak disamping jalan raya. Tidak

ada tanda letak bangunan ini dari kejauhan, sehingga bila ingin

mengunjungi tempat ini harus memerhatikan di selasar jalan raya

tersebut.

(Peta 2.2. Lokasi Studio Motor)

Fasilitas

1. Gallery Area

2. Workshop area

3. Merchandising store

4. Kafe
67

Struktur Organisasi
PEMILIK

STUDIO MOTOR

BENGKEL MERCHANDISING KAFE


STORE

HEAD OPERATION STAFF


STAFF

STAFF STAFF
STAFF

STAFF STAFF

STAFF STAFF

STAFF

SECURITY OFFICE BOY

(Bagan 2.2. Struktur Organisasi Galeri Motor Studio Motor)

2.6.1.1 Desain Studio Motor

Pada saat berkunjung dan melakukan survei lapangan, belum terdapat

konsep yang signifikan. Bila dilihat secara umum, gaya yang diterapkan pada

interior ruangan tersebut ialah modern kontemporer. Karena terdapat unsur gaya

lama yang diperbaharui agar mendukung fungsi dari tempat tersebut yaitu untuk

motor cafe racer. Bentuk-bentuk yang digunakan ialah bentuk-bentuk geometris.


68

Profil tampak depan bangunan Studio Motor

(Gambar 2.17. Tampak Depan Bangunan Studio Motor)

Analisa desain interior dapat diuraikan menurut fasilitas yang ada, yaitu :

1. Ruang pajang (Gallery Area)

Area ini merupakan area yang berfungsi sebagai ruang untuk

memajang beberapa motor yang telah dihasilkan oleh Studio Motor

dan dapat menjadi koleksi pemilik ataupun untuk diperjual belikan.


69

(Gambar 2.18. Ruang pajang/Gallery Area Studio Motor)

Ruangan atau area ini, menyatu dengan area merchandising store.

Pada gambar dapat kita lihat letak posisinya. Penerapan gaya

interiornya dapat dilihat dengan penggunaan warna-warna berbeda

pada sisi-sisi dindingnya. Pencahayaan menggunakan general

lighting yang setara dengan ceiling gypsum. Pada stand untuk

motor, menggunakan split level untuk membedakan area pamer

dengan sekitarnya.

2. Workshop Area

Di area ini lah para pegawai menangani masalah teknis pada motor

cafe racer mereka melakukan pekerjaannya ditempat tersebut.

Area ini memiliki beberapa fungsi sesuai aktifitasnya, yaitu :

Area untuk mensetting velg motor.

Area untuk membuat tangki bensin motor & velg motor.

Area untuk mengelas besi.

Area untuk memperbaiki mesin kendaraan.


70

(Gambar 2.19. Area Workshop atau Bengkel Studio Motor)

3. Merchandising Store

Ruangan ini menyatu dengan galeri motor sehingga tidak dapat

disebut sebuah toko, sama seperti di Carburator Springs. Display

produk yang dijual ada pada tiap sisi ruangan ini.

(Gambar 2.20. Merchandising Store pada Studio Motor)

Jenis pakaian dan aksesoris yang dijual disini cenderung untuk

kaum anak muda, bergaya kasual dan ringan.

4. Kafe

Kafe ini dapat dikatakan bersifat semi outdoor, berada diluar

ruangan tetapi tidak tertutup dinding, hanya diberi atap kanopi

kain. Furniturenya tidak menjadi bagian konsep seperti ruangan

lain. Kafe ini sedang mengadakan perenovasian dan sifatnya

menjadi indoor, dan diterapkan sebuah gaya modern kontemporer.


71

(Gambar 2.21. Kiri Sebelum Direnovasi dan Kanan Setelah Direnovasi)

Menu yang ditawarkan sesuai dengan konsep yang berasal dari luar

negeri ini, yaitu makanan Western seperti pasta, sandwich dan

lainnya.

2.6.2.3 Analisa SWOT pada Studio Motor

1. Strength

Studio Motor menjadi spesialist gaya cafe racer untuk

memodifikasi dan built sebuah motor.

2. Weakness

Kurang terkonsep dalam gaya interiornya.

Belum adanya ruang kerja/kantor yang diperuntukan pegawai.

Belum memiliki lahan yang cukup luas, sehingga beberapa

pekerjan harus dilakukan diluar tempat.

3. Opportunity

Adanya sasaran pasar yang luas karena masyarakat dapat

membuat dan memodifikasi motor dalam berbagai aliran gaya,

dan adanya respon positif masyarakat yang cukup tinggi dan


72

dengan adanya cafe dan resto sebagai penunjang tempat

tersebut.

4. Thread

Hadirnya banyak tempat untuk galeri motor dan custom motor

yang lebih kompetitif dan memiliki promosi yang intens.

2.6.3 Deus ex Machina

2.6.3.1 Sejarah Deus ex Machina

Deus ex Machina (dewa dari mesin) raung ke dalam kesadaran budaya

Australia pada tahun 2006, dengan beberapa sepeda motor yang disesuaikan

dengan gagasan kuno akan lebih menyenangkan dari sekedar memiliki. Deus ex

Machina merupakan langkah besar mereka adalah budaya. Keterbukaan dan

antusiasme dengan orang-orang, dimanapun mereka berada. Deus tidak hanya

untuk menjual bagian sepeda motor buatan tangan atau custom, tapi juga untuk

merayakan budaya kreativitas. The Deus ex Machina showroom / cafe / kantor

pusat di Sydney segera menjadi kuil industri seni yang jujur.

Filosofi Deus mengingat era sebelumnya yaitu berbagai kegiatan yang

menyenangkan seperti sepeda motor, berselancar, skateboard, apa pun yang

dipasarkan ke faksi fundamentalis. Semua disambut oleh Deus, dimana yang

hanya menghormati untuk kejujuran dan kenikmatan dengan mesin. Inklusivitas,

keaslian dan antusiasme. Ini adalah lapangan yang sederhana dan tulus untuk di

seluruh dunia. Sejak membuka pintu di Kuil Camperdown dari Deus Antusiasme

telah menyebar gaya postmodernisme internal yang dikenal di seluruh dunia.


73

Lokasi

Deus ex Mechina Bali ini terletak di Jl. Batu Mejan No.1, Canggu,

Bali. Bangunan ini terdapat disebelah jalan raya, ada tanda seperti

papan tulisan yang bertuliskan logo Deus ex Mechina dan fasilitas

didalamnya. Deus terletak diantara lahan persawahan, sehingga

terlihat bangunan paling menonjol diantara kehijauan.

(Peta 2.3. Lokasi Deus ex Machina)

Fasilitas

1. Galeri motor

2. Workshop area

3. Merchandising store

4. Kafe

5. Galeri Seni/Lukisan

6. Artwork area

7. Studio fotografi

8. Workshop sepeda fixie

9. Workshop papan seluncur


74

Struktur Organisasi
Director

Chief Financial Creative Director General Manager


Officer

Assistant Manager
Chief Accounting

Admin

Production E-shop Head Bar &


Event Manager Admin
Manager Manage Resto
Warehouse

Safety Manager E-shop Assistant


Assistant Production E-shop
Manager Operato Admin
Online & Senior
Logistic
Motorcycle HRD Personnel
Cook Chef
Manager
Sales
Executive Technical Skill Head Bartender

Sales Head Mechanic Bartender


Promotion
Mechanic
Cashier
Graphic Cycle Works
Designer Manager
Waiters

Web Technical Skill


Designer

Cycle Works
Staff
Sharpener
Manager

Technical Skill

Sharpener
Staff
Retail
Manager

Retail Staff

Retail Cashier

Fabrication

(Bagan 2.3. Struktur Organisasi Deus ex Machina)


75

2.6.3.2 Desain Deus ex Machina

Pada saat berkunjung dan melakukan survei lapangan, belum terdapat

konsep yang signifikan. Bila dilihat secara umum, gaya yang diterapkan pada

interior ruangan dan beberapa furniture ialah industrial style dan menerapkan

unsur etnik pada bangunannya. Karena terdapat unsur gaya lama yang

diperbaharui agar mendukung fungsi dari tempat tersebut yaitu untuk motor cafe

racer. Bentuk-bentuk yang digunakan ialah bentuk-bentuk geometris, sedangkan

bentuk furniture dan elemen interior seperti pintu banyak menambahkan unsur

ukiran khas indonesia, seperti gebyok dan dipan jepara.

Profil Deus ex Machina Australia

(Gambar 2.22. Tampak Depan Bangunan Deus ex Machina Australia)


76

Profil Deus ex Machina Amerika

(Gambar 2.23. Tampak Depan Bangunan Deus ex Machina Amerika)

Profil tampak atas dan depan bangunan Deus ex Machina Bali

(Gambar 2.24. Tampak Depan Bangunan Deus ex Machina Bali)

Analisa desain interior dapat diuraikan menurut fasilitas yang ada, yaitu :

1. Ruang pajang (Gallery Area)

Area ini merupakan area komersial yang menjadi point of view di

Deus ex Machina, Bali.

(Gambar 2.25. Ruang pajang/Gallery Area Deus ex Machina)


77

Seperti hasil survei pada galeri-geleri motor sebelumnya, ruangan

atau area ini menyatu dengan area merchandising store, seperti

yang kita lihat pada gambar. Penerapan gaya interiornya dapat

dilihat dengan penggunaan warna-warna natural dan material alam

yang mendukung konsep interiornya, yaitu modern etnik.

Pencahayaan menggunakan general lighting pada lampu gantung.

Lantainya tidak menggunakan keramik, melainkan plesteran

semen, beberapa bagian dinding terdapat bata ekspose, dan

ceilingnya memakai sistem open ceiling dan terlihat langit-langit

bermaterial kayu yang tinggi. Cocok dengan penghawaan yang

cenderung panas dan terik ditengah persawahan.

2. Workshop Area

Di area ini lah para pegawai tidak hanya menangani masalah teknis

pada motor cafe racer tetapi mereka juga mengerjakan dan

menangani masalah pada papan selancar, dan juga sepeda fixie.

Area ini memiliki beberapa fungsi sesuai aktifitasnya, yaitu :

Area untuk mensetting velg motor.

Area untuk membuat tangki bensin motor & velg motor.

Area untuk mengelas besi.

Area untuk memperbaiki mesin motor dan bagian sepeda.

Area untuk mengecat bagian motor, papan selancar, dan

sepeda

Area untuk membuat dasar papan selancar.


78

(Gambar 2.26. Area Workshop Motor , papan selancar dan sepeda)

3. Merchandising Store

Ruangan ini menyatu dengan galeri motor, sama seperti di

Carburator Springs dan Studio Motor. Display produk yang dijual

ada pada sekeliling ruangan ini dan ditengah ruangan.


79

(Gambar 2.27. Merchandising Store pada Deus ex Machina)

Jenis pakaian dan aksesoris yang dijual cenderung untuk kaum

anak muda, bergaya kasual dan urban dan terdapat pakaian untuk

para bikers cafe racer. Pada area ini juga terdapat area pajang

untuk papan seluncur yang diperjual belikan.

4. Kafe

Kafe ini bersifat semi outdoor, berada hampir disekeliling

bangunan utama, yaitu disekeliling area galeri dan merchandising

store. Kafe yang dibawahi oleh chef sekelas bintang lima, dan

dapur yang diterapkan dengan sistem open kitchen, sehingga

pengunjung dapat melihat aktifitas dapur disana.


80

(Gambar 2.28. Kafe dan Open Kitchen Deus ex Machina)

Menu yang disajikan tentunya sesuai dengan konsep dan bercita

rasa internasional yang berasal dari luar negeri, yaitu makanan

Western seperti pasta, steak, sandwich, wine dan lainnya.

5. Fasilitas pendukung lain

Berbeda dengan galeri-galeri motor sebelumnya, deus ex machina

mempunyai beberapa fasilitas lain yang disediakan, yaitu seperti

galeri seni, studio fotografi, skate park dan workshop seni.

(Gambar 2.29. Fasilitas Pendukung pada Deus ex Machina)


81

2.6.3.3 Analisa SWOT pada Deus ex Mechina

1. Strength

Deus ex Mechina sudah memiliki cabang di beberapa negara,

nama yang sudah dikenal luas masyarakat.

Di Bali, Deus ex Mechina menjadi salah satu tempat galeri

motor terbesar di Indonesia.

Deus ex Mechina memiliki banyak fasilitas yang berujung

pada bidang olahraga dan seni.

Adanya konsep lokal pada gaya interiornya, sehingga membuat

tempat ini berbaur dan menghargai muatan lokal sekitar.

2. Weakness

Belum mendirikan di kota besar lain, khususnya di Jakarta,

hanya beberapa outlet merchandising saja.

3. Opportunity

Adanya sasaran pasar yang luas karena hasil karya Deus ex

Mechina sudah di akui di beberapa negara.

Adanya peluang untuk menambah cabang di beberapa kota

besar, khususnya di Indonesia.

4. Thread

Perlu dikembangkan lebih luas pada promosi dan pemasaran

sehingga menjadi galeri motor yang kompetitif.

Anda mungkin juga menyukai