Anda di halaman 1dari 10

A.

Pengkajian Kegawatdaruratan
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada
secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
1) Chin lift/ Jaw thrust
2) Suction
3) Guedel Airway
4) Instubasi Trakea.
Pada klien gangguan sistem endokrin biasanya tidak ditemukan sumbatan jalan
napas

b. Breathing
Mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi
adekuat. Pada kasus gangguan sistem endokrin, terdapat RR klien >20 x/mnt, serta
nafas pasien terlihat cepat dan dalam (kusmaul). Sehingga ini memungkinkan
bahwa usaha ventilasi pasien tidak efektif. Disamping itu adanya bising mengi dan
sesak napas berat sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat
dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak. Selain itu, adapun hal-hal
yang perlu dikaji:
1) Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, dengan tujuan
mempertahankan saturasi oksigen >92%
2) Ambil darah untuk pemeriksaan arterial blood gases untuk menkaji PaO2 dan
PaCO2
3) Kaji respiratory rate
4) Periksa system pernapasan cari tanda:
a) Diaforesis dan cyanosis
b) Deviasi trachea
c) Kesimetrisan pergerakan dada
d) Retraksi dinding dada
e) Pernapasan cuping hidung
f) Takipneu/bradipneu
g) Penggunaan otot aksesoris pernafasan.
5) Dengarkan adanya:
a) Wheezing
b) Pengurangan aliran udara masuk

c. Circulation
Mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan. Adanya usaha yang kuat
untuk memperoleh oksigen maka jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi
kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi lebih
dari 120 x/menit. Serta terjadi ketidakseimbangan kadar glukosa darah, terjadi pula
penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi. Adanya kekurangan
oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap circulation ini.
Selain itu, ada beberapa hal lain yang perlu dikaji pada circulation dan yang lazim
dialami oleh penderita gangguan sistem endokrin adalah :
1) Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi.
2) Sakit kepala.
3) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah.
4) Catat tekanan darah
5) Kaji hasil EKG
6) Kaji intake output
7) Mukosa kering
8) CRT < 2 detik

d. Disability
Mengecek status neurologis.
Kaji status umum dengan memeriksa atau cek kesadaran dengan GCS, pada
penderita gangguan sistem endokrin biasanya mengalami kesemutan, mengalami
letargi, pergerakan ekstremitas lemah, respon pupil isokor, reflek +/+. Penurunan
tingkat kesadaran merupakan tanda ekstrim pertama dan pasien membutuhkan
pertolongan di ruang Intesnsive.

e. Exposure : environmental control, buka baju penderita tapi cegah hiportermia.


Pada saat pasien stabil dapat di tanyakan riwayat dan pemeriksaan lainnya.

2. Pengkajian Sekunder
a. Anamnesis
Anamnesis pada penderita gangguan endrokin sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi
pengobatan.
Pengkajian sekunder gawat darurat menggunakan metode SAMPLE yaitu
tanyakan :
1) Sign and symptom / tanda dan gejala yang dialami
2) Alergi
3) Medical/pengobatan
4) Penyakit penyerta yang diderita
5) Last meal/makanan yang terakhir dikonsumsi
6) Environment/lingkungan
Tanyakan pula
1) Riwayat kesehatan sekarang
2) Riwayat penyakit dahulu
a) Penyakit yang pernah diderita
Kaji kondisi yg pernah dialami oleh pasien diluar gangguan yg dirasakan
sekarang khususnya gangguan yg mungkin sudah berlangsung lama
karena tidak mengganggu aktivitas, kondisi ini tidak dikeluhkan, seperti :
(1) BB yg tidak sesuai dgn usia, misalnya selalu kurus meskipun
banyak makan
(2) Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul
dan tidak mudah berkonsentrasi
(3) Hospitalisasi : kaji alasan, kapan kejadiaanya, sudah dirawat berapa
lama,
(4) Informasi penggunaan obat-obatan yg dpt merangsang aktivitas
hormonal : hidrokortison, levothyroxine, kontrasepsi oral dan obat
antihipertensi, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara
minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan
klien untuk menanggulangi penyakitnya.
b) Riwayat alergi obat atau makanan
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien.
4) Riwayat Diit
Perubahan status nutrisi atau gangguan saluran pencernaan dapat
mencerminkan gangguan endokrin tertentu, pola dan kebiasaan makanyg
salah dapat menjadi faktor penyebab. Oleh karena itu kondisi berikut perlu
dikaji :
a) Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen
b) Penurunan atau penambahan BB yg drastis
c) Selera makan yg menurun atau bahkan berlebihan
d) Pola makan dan minum sehari-hari
e) Kebiasaan mengkonsumsi makanan yg dapat menggangu fungsi
endokrin seperti makanan yg bersift goitrogenik thd tiroid

3. Pengkajian riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional menurut


Gordon:
a. Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
1) Pasien mengganggap penyakit yang diderita merupakan penyakit serius dan
bila tidak segera ditangani akan berakibat fatal.
b. Pola metabolik nutrisi
2) Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat saja
mencerminkangangguan endokrin tertentu atau pola dan kebiasaan makan
yang salah dapat menjadi faktor penyebab, oleh karena itu kondisi berikut ini perlu
dikaji :
a) Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen.
b) Penurunan atau penambahan berat badan yang drastis
c) Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan
d) Pola makan dan minum sehari-hari
e) Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi
endokrinseperti makanan yang bersifat goitrogenik terhadap kelenjar
tiroid.
c. Pola eliminasi
Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin secara
langsung oleh ADH, Aldosteron, dan kortisol :
1) Perawat menanyakan tentang pola berkemih dan jumlah volume urine dan
apakah klien sering terbangunmalam hari untuk berkemih
2) Nyatakan volume urine dalam gelas untuk memudahkan persepsi klien
3) Eliminasi urine tentu sangat berhubungan erat dengan keseimbangan air
dan elektrolit tubuh
4) Bila dari hasil anamnesa adalah yang mengindikasikan volume urine
berlebih, pertanyaan kita di arahkanlebih jauh ke kemungkinan klien
kekurangan cairan, kaji apakah klien mengalami gejala kurang cairan dan
bagaimana klien mengatasinya.
5) Tanyakan seberapa banyak volume cairan yang dikonsumsi setiap hari
6) Kaji pola sebelum sakit untuk membandingkan pola sebelum sakit untuk
membandingan pola yang ada sekarang
d. Pola tidur-istrahat
Data yang sering muncul adalah pasien mengalami kesulitan tidur karena
sesak nafas.

e. Pola aktivitas-latihan
Kesemutan, pergerakan ekstremitas lemah. Perubahan kekuatan fisik
dihubungkan dengan sejumlah gangguan hormonal khususnya disfungsi
kelenjar tiroid dan adrenal.
f. Pola kognitif-presepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya
sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen ke otak.
g. Pola presepsi diri-konsep diri
Mengkaji kemampuan koping Klien, dukungan keluarga serta keyakinan
Klien tentang sehat dan sakit. Perubahan fisik, fungsi seksual dan reproduksi
serta perubahan-perubahan lainnya yang disebabkan oleh gangguan sistem
endokrin, apakah berpengaruh terhadap konsep diri Klien.
h. Pola peran-hubungan
Mengkaji hubungan atau interaksi pasien dengan orang sekitar apakah ada
perubahan.
i. Pola seksualitas-reproduktif
Fungsi seksual dan reproduksi sama penting untuk dikaji baik klien wanita maupun pria.
1) Pada klien wanita, kaji siklus menstruasinya mencakup lama,volume,
frekuensi dan perubahan fisik termasuk sensasi nyeri atau kram abdomen
sebelum, selama dan sesudah haid.
2) Untuk volume gunakan satuan jumlah pembalut yang di gunakan, kaji pula pada
umur berapa klien pertamakali menstruasi
3) Bila klien bersuami, kaji apakah pernah hamil, abortus, dan melahirkan
4) Jumlah anak yang pernah di lahirkan dan apakah klien menggunakan cara
tertentu untuk membatasi kelahiran atau cara untuk mendapatkan
keturunan
5) Pada klien pria, kaji apakah klien mampu ereksi dan orgasme dan
bagaimana perasaan klien setelah melakukannya, adakah perasaan puas
dan menyenangkan
6) Tanyakan pula adakah perubahan bentuk dan ukuran alat genitalnya.
j. Pola toleransi stress-koping
k. Pola nilai-keyakinan

4. Pemeriksaan Fisik
Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin. Pemeriksaan fisik secara
palpasi terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap kelenjar tiroid
dan kelenjar gonad pria (testis).
a. Inspeksi :
Disfungsi sistem endokrin :
Menyebabkan perubahan fisik sebagai dampaknya terhadap tumbang,
keseimbangan cairan&elektrolit, seks&reproduksi, metabolisme dan energy.
Hal-hal yang harus diamati :
1) Penampilan umum :
a) Apakah Klien tampak kelemahan berat, sedang dan ringan
b) Amati bentuk dan proporsi tubuh
c) Apakah terjadi kekerdilan atau seperti raksasa
2) Pemeriksaan Wajah :
Fokuskan pada abnormalitas struktur, bentuk dan ekspresi wajah seperti
dahi, rahang dan bibir.
3) Pemeriksaan Mata :
Amati adanya edema periorbital dan exopthalamus serta ekspresi wajah
tampak datar atau tumpul
4) Pemeriksaan Daerah Leher :
Amati bentuk leher apakah tampak membesar, asimetris, terdapat
peningkatan JVP, warna kulit sekitar leher apakah terjadi
hiper/hipopigmentasi dan amati apakah itu merata.
5) Apakah terjadi hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut :
Biasanya dijumpai pada orang yg mengalami gangguan kelenjar Adrenal
Apakah terjadi Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit :
Biasanya tampak pada orang yang mengalami hipofungsi kelenjar adrenal
sebagai akibat destruksi melanosit dikulit oleh proses autoimun.
6) Amati adanya penumpukan massa otot berlebihan pada leher bagian
belakang atau disebut bufflow neck atau leher/punuk kerbau. Terjadi pada
Klien hiperfungsi adrenokortikal
7) Amati keadaan rambut axilla dan dada :
Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada dada dan wajah wanita
disebut hirsutisme dan amati juga adanya striae pada buah dada atau
abdomen biasanya dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal

b. Palpasi
Hanya kelenjar tiroid dan testis yang dapat diperiksa secara palpasi. Palpasi
kelenjar tiroid dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Pemeriksa dibelakang klien, tangan diletakkan mengelilingi leher
2) Palpasi pada jari ke 2 dan 3
3) Anjurkan klien menelan atau minum air
4) Bila teraba kelenjar tiroid, rasakan bentuk, ukuran, konsisten, dan
permukaan.

Palpasi pada testis dilakukan dengan cara :


1) Gunakan handscoen, jaga privacy klien
2) Palpasi daerah skrotum, apakah teraba testis atau tidak
3) Skrotum biasanya akan terangkat ke atas jika dilakukan rangsangan

c. Auskultasi :
Auskultasi pada daerah leher diatas tiroid dapat mengidentifikasi bunyi " bruit
". Bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada arteri tiroidea.

d. Perkusi
1) Fungsi Motorik
Mengkaji tendon dalam-tendon reflex,
Refleks tendon dalam disesuaikan dengan tahap perkembangan biceps,
brachioradialis,triceps, Patellar, achilles. Peningkatan refleks dapat terlihat
pada penvakit hipertiroidisme, penurunan refleks dapat terlihat pada
penyakit hipotiroidisme
2) Fungsi sensorik
Mengkaji fungsi sensorik :
a) Tes sensitivitas klien terhadap nyeri, temperature, vibrasi, sentuhan,
lembut. Stereognosis. Bandingkan kesimetrisan area pada kedua sisi dan
tubuh. Dan bandingkan bagian distal dan proksimal dan ekstremitas.
minta klien untuk menutup mata. Untuk mengetes nyeri gunakan jarum
yang tajam dan tumpul.
b) Untuk tes temperature. gunakan botol yang berisi air hangat dan dingin.
c) Untuk mengetes rasa getar gunakan penala garpu tala.
d) Untuk mengetes stereognosis. tempatkan objek (bola kapas, pembalut
karet) pada tangan klien. kemudian minta klien mengidentifikasi objek
tersebut.
e) Neuropati periperal dan parastesia dapat terjadi pada diabetes,
hipotiroidisme dan akromegali.
f) Struktur Muskuloskeletal . Inspeksi ukuran dan proporsional struktur
tubuh klien Orang jangkung, yang disebabkan karena insufisiensi
growth hormon. Tulang yang sangat besar, bisa merupakan indikasi
akromegali.
g) Peningkatan kadar kalsium, tangan dan jari-jari klien kontraksi (spasme
karpal).

d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan kadar gula darah
2) Tes laboratorium DM
Jenis tes pada DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes pemantauan
terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
3) TSHs
Pemeriksaan TSHs adalah untuk mengukur kadar Thyroid Stimulating
Hormone (TSH) dalam darah dengan metode yang sensitive. TSHs berfungsi
untuk menstimulasi sekresi hormon tiroid yang sangat penting bagi tubuh
sehingga digunakan untuk menskrining kelainan tiroi, mediagnosis kondisi
hipotiroidisme (primer, sekunder dan tersier) dan hipertiroidisme.
Persiapan : Tidak memerlukan persiapan khusus
4) FT4
Pemeriksaan FT4 adalah untuk mengukur konsentrasi hormone FT4 yang
dikeluarkan berlebihan pada kondisi hypertiroid atau diproduksi kurang pada
kondisi hypothyroid. Pemeriksaan FT4 dalam mendiagnosa kondisi tyroid
seseorang lebih baik daripada T4 karena tidak dipengaruhi oleh perubahan
thyroxine-binding proteins.
5) T3
Pemeriksaan T3 adalah untuk mengetahui kadar konsentrasi hormon T3 dalam
darah sebagai bentuk pemantauan pengobatan penyakit tyroid.
6) T4
Pemeriksaan T4 adalah untuk mengetahui kadar konsentrasi hormon T4 dalam
darah sebagai bentuk pemantauan pengobatan penyakit tyroid.
7) FT3
Pemeriksaan FT3 adalah untuk membantu diagnosa T3 tirotoksis, hipertiroid
subklinik, sindrom eutiroid, dan gangguan fungsi tiroid lainnya

8) LH
LH atau Luteinizing Hormone atau gonadotropin dihasilkan oleh sel-sel gonad
yang berada pada kelenjar pituitari di dasar otak dan pengeluaran hormon ini
dirangsang oleh gonadotropin releasing hormone (GnRH). LH pada wanita
berfungsi untuk membantu pelepasan sel telur dari folikel, LH pada pria
berfungsi untuk merangsang testis dalam mensintesis hormon steroid dan
merangsang produksi testosteron pada sel Leydig. Pemeriksaan LH adalah
untuk mengukur konsentrasi kadar LH dalam darah yang dapat
memperkirakan terjadinya ovulasi;mengevaluasi infertilitas; dan
mendiagnosis gangguan gonad atau pituitari.

Soegondo, Sidartawan. 2005. Penatalaksanaan diabetes mellitus

terpadu. Jakarta: FKUI

Suyono. 2003. Metabolic endokrin: diabetes mellitus di Indonesia. Jakarta: PAPDI

FKUI

Anda mungkin juga menyukai