Anda di halaman 1dari 95

EFEKTIVITAS PENYERAPANN LOGAM KROMIUM

(Cr VI) DAN KADMIUM (Cd) OLEH Scenedesmus dimorphus

FAUZIAH

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1433 H
EFEKTIVITAS PENYERAPAN LOGAM KROMIUM (Cr VI)

DAN KADMIUM (Cd) OLEH Scenedesmus dimorphus

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

FAUZIAH
107095003016

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1433 H
PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul Efektivitas Penyerapan Logam Kromium (Cr VI) dan Kadmium
(Cd) oleh Scenedesmus dimorphus yang ditulis oleh Fauziah, NIM
107095003016 telah diuji dan di nyatakan LULUS dalam sidang Munaqasyah
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tangga 08 Desember 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi
Biologi.
Menyetujui
Penguji 1, Penguji 2,

Megga Ratnasari Pikkoli, M, Si. Narti Fitriyana, M. Si.


NIP. 1972 0322 2002 12 2002 NIDN. 0331 10 7403

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

DR. Lily Surayya Eka Putri, M. Env. Stud. Dasumiati, M. Si.


NIP. 1969 4042 00501 2005 NIP. 1973 0923 1999 03 2002
Mengetahui,
Dekan Ketua
Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Biologi

Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M. Sis. DR. Lily Surayya Eka Putri, M. Env. Stud.
NIP. 1968 0117 2001 12 1001 NIP. 1969 4042 00501 2005
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN KEASLIAN SKRIPSI INI BENAR-


BENARA HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN

Jakarta, Desember 2011

Fauziah
NIM. 107095003016
ABSTRAK

F A U Z I A H. Efektivitas Penyerapan Logam Kromium Cr (VI) dan Kadmium


(Cd) oleh Scenedesmus dimorphus. Skripsi. Program Studi Biologi Fakultas Sains
dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011.

Penelitian ini bertujuan 1) Mengetahui kemampuan penyerapan S. dimorphus,


2) Pengaruh konsentrasi logam terhadap kerapatan dan 3) Efektivitas penyerapan
logam Cr (VI) dan Cd oleh S. dimorphus dari berbagai konsentrasi logam.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri atas empat perlakuan dengan tiga ulangan pada masing-masing
logam, yakni konsentrasi logam Cr (VI) 0,1 , 1, 2 dan 0 ppm (kontrol) dan logam
Cd 0,1 , 1, 5 dan 0 ppm (kontrol), masing-masing sampel dianalisa dengan
Spektofotometer Serapan Atom. Analisis data menggunakan analisis variansi yang
dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan Efektivitas
penyerapan tertinggi terjadi di hari ke-5 pada konsentrasi Cr (VI) 0,1 ppm yakni
sebesar 94,24% dengan kerapatan 935.833,3 sel/ ml dan pada logam Cd
penyerapan sebesar 65,91% dengan kerapatan 363333,3 sel/ml di konsentrasi 5
ppm. Tingkat Efektivitas penyerapan S. dimorphus terhadap logam Cr (VI) lebih
tinggi dibandingkan dengan logam Cd.

Kata Kunci: Efektivitas penyerapan, Kadmium (Cd), Kromium Cr (VI),


Scenedesmus dimorphus,
ABSTRACT

F A U Z I A H. Absorption Effectiveness Metals Chromium Cr (VI) and


Cadmium (Cd) by Scenedesmus dimorphus. Departement of Biology. Faculty of
Science and Technology. State Islamic University of Jakarta. 2011

This reaserch was conducted 1) the absorption ability of S. dimorphus, 2) the


effect of metal concentration on the density and 3) the effectiveness of metal
uptake of Cr (VI) and Cd by S. dimorphus of various concentrations of metals.
The design used in this study was Complete Randomized Design (CRD)
consisting of four treatments with three replications at each metal, the metal
concentrations of Cr (VI) 0.1, 1, 2 and 0 ppm (control) and the metals Cd 0.1, 1, 5
and 0 ppm (control), each sample was analyzed by Atomic Absorption
Spectrophotometer. Data analysis using analysis of variance followed by Duncan
test. The results showed the highest absorption effectiveness occured in day-to-5
on the concentration of Cr (VI) 0.1 ppm which was equal to 94.24% with a
density of 935,833.3 cells / ml and the metals Cd uptake by 65.91% with a density
of 363,333.3 cells / ml at a concentration of 5 ppm. Effectiveness of the
absorption rate of S. dimorphus to metal Cr (VI) was higher than Cd.

Keywords : Effectiveness absorption, Cadmium (Cd), Chromium (Cr VI),


Scenedesmus dimorphus,
Persembahanku..

Demi masa.
Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan
serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati
untuk kesabaran.
{QS. Al-Asr: 1-3}

Salah satu kunci bahagia adalah keberanian untuk memilih


Melakukan apa yang kita pilih dengan kesungguhan
Dan berani menerima konsenkuensi dari pilihan tersebut
Bahagia adalah akhir dari masalah dan kerinduan

Kupersembahkan karya ini untuk


Keluarga besar H. Sarjan (Alm) dan H. Nali tercinta

Terimakasihku.
Ummi dan aba yang tiada henti memberi doa dan motivasi
Doa mu kini terwujud, harapanmu kenyataan
Tanpamu takkan ku capai cita
Berkat cintamu, kuraih impian
Kuharap semangat ini akan terus berkobar
pada adik-adikku (Isol, Rika, Pipit, Riza & Lana)
Demi mencapai satu tujuan bersama
Membahagiakan ummi dan aba
Inilah janjiku

Yang takkan terlupa


Teguh Budiyanto & keluarga
Dukungan dan pengorbananmu sangat berharga bagiku
Terimakasih telah memberi hujan
dalam hatiku
{14 November 2009}
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadiran Allah SWT Yang

Maha Pemurah, berkat kemurahan-Nya skripsi dengan judul Efektivitas

Penyerapan Logam Kromium (Cr VI) dan Kadmium (Cd) oleh Scenedesmus

dimorphus dapat penulis selesaikan sesuai dengan harapan. Shalawat dan salam

selalu tercurahlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga dan para pengikutnya yang senatiasa memberi tauladan kepada umatnya.

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi

Scenedesmus dimorphus sebagai biosorben maupun sebagai bioindikator

pencemaran lingkungan perairan dan menjadi solusi bagi pengolahan limbah

logam berat.

Dengan segala hormat dan kerendahan hati, penulis haturkan terimaksih

untuk semua bantuan dan dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak dalam

pelaksanaan studi sampai penelitian sehingga tersusun skripsi ini, semoga allah

SWT memberkan balasan yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

tidak mungkin tersusun tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, yaitu:

1. DR. Lily Surayya Eka Putri, M. Stud. Env. selaku Ketua Pogram Studi Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi serta pembimbing I yang telah memberi

kesempatan penulis melaksanakan penelitian ini, dengan penuh kesabaran dan

arahan selalu membimbing penulis.

2. Dasumiati M. Si. selaku pembimbing II. Terimakasih atas transfer ilmu dan

nasehat yang diberikan kepada penulis.


3. DR. Syopiansyah Jaya Putra, M. Sis. selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Megga R. Pikoli, M. Si. dan Narti Fitriana, M. Si. Selaku penguji sidang yang

telah banyak memberi masukan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Etyn Yunita, M. Si. dan Dini Damayanti, S.Si. yang telah banyak memberi

arahan dan saran serta senantiasa meluangkan waktunya membimbing penulis.

6. Segenap Dosen Biologi yang penuh dedikasi membuka wawasan

mahasiswanya, semoga cahaya ilmu selalu menerangi kehidupan kita semua.

7. Kepala Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajaran staff, khususnya Kabag.

Laboratorium Biologi dan Kabag. Laboratorium Lingkungan beserta semua

laboran yang telah banyak membantu selama penelitian berlangsung.

8. Rahmania A. Darmawan, M. Sc., Arif Dwi Santos, M. Eng., Agung Setiawan,

M. Si, jajaran peneliti Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) BPPT-Thamrin,

Bapak Chandra (LIPI Cibinong) dan Ibu Sherly (LIPI Ancol).

9. Wulan Rahmansari Nurutami teman seperjuangan dalam penelitian ini; Nasti,

Amal, Restu, Puput, Yudhi, Seno, Jael, Dwi, Ifah, Ery, Kiki, Ida, Niar, Mbul,

Ozan dan Galih (B 1007 UIN), Mardiansyah, S. Si. (Biologi 2003), Taufik

Hidayat (Fisika 2007) dan Itoh (Kimia 2007) serta semua teman penulis.

Penulis sadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saran

dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan

skripsi ini.

Jakarta, Desember 2011


Fauziah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 2

1.3. Hipotesis ....................................................................................... 3

1.4. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3

1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Scenedesmus dimorphus ................................................................ 4

2.1.1. Klasifikasi dan Struktur Sel S. dimorphus. ......................... 4

2.1.2. Reproduksi S. dimorphus. .................................................. 6

2.1.3. Pertumbuhan Scenedesmus sp. ........................................... 7

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kultur Mikroalga .................... 9

2.2.1. Inokulum ........................................................................... 9

2.2.2. Cahaya .............................................................................. 10


2.2.3. Karbondioksida (CO2) ....................................................... 12

2.2.4. Nutrien .............................................................................. 12

2.2.5. Suhu .................................................................................. 12

2.2.6. Derajat Keasaman (pH) ..................................................... 13

2.3. Logam Berat Kromium (Cr VI)..................................................... 13

2.4. Logam Berat Kadmium (Cd) ........................................................ 15

2.5. Mekanisme Pengambilan Logam Berat oleh Mikroalga ................ 16

2.6. Detoksifikasi Logam Berat oleh Mikroalga ................................... 18

2.7. Spektrofotometer Serapan Atom ................................................... 18

2.8. Kerangka Berfikir ......................................................................... 20

BAB III METODOLOGI PEBELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 21

3.2. Bahan dan alat ............................................................................... 21

3.3. Rancangan Penelitian .................................................................... 22

3.4. Cara Kerja ..................................................................................... 22

3.4.1. Persiapan .......................................................................... 23

3.4.2. Inokulasi............................................................................ 25

3.4.3. Pengukuran kondisi fisik ruang kultur ................................ 25

3.4.4. Pengukuran pH media........................................................ 25

3.4.5. Penghitungan kerapatan sel................................................ 25

3.4.6. Perhitungan jumlah koloni ................................................. 26

3.4.7. Pengukuran sel .................................................................. 27


3.4.8. Pengujian penyerapan logam Cr (VI) dan Cd ..................... 27

3.5. Analisis Data ................................................................................. 28

3.4. Skema Penelitian ........................................................................... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Efektivitas Penyerapan Logam Cr (VI) dan Cd oleh S. dimorphus 30

4.1.1. Efektivitas Penyerapan Logam Cr (VI) .............................. 30

4.1.2. Efektivitas Penyerapan Logam Cd ..................................... 33

4.2. Kerapatan, Koloni dan Ukuran Sel S. dimorphus ......................... 36

4.2.1. S. dimorphus pada berbagai konsentrasi logam Cr (VI) ..... 36

4.2.2. S. dimorphus pada berbagai konsentrasi logam Cd ............ 39

4.3. Hubungan Efektivitas Penyerapan dengan Kerapatan S.


dimorhus pada Logam Cr (VI) dan Cd .......................................... 43

4.3.1. Hubungan Efektivitas Penyerapan dengan Kerapatan S.


dimorhuspada Logam Cr (VI) .......................................... 43

4.3.2. Hubungan Efektivitas Penyerapan dengan Kerapatan S.


dimorhuspada Logam Cd .................................................. 44

4.4. Kondisi Ruang Kultur .................................................................... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan .................................................................................. 47

5.2. Saran ............................................................................................ 47

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 49

LAMPIRAN ................................................................................................ 55
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Koloni sel dan struktur scenedesmus sp. ........................................................


5

Gambar 2. Struktur kimia selulosa ..................................................................................


5

Gambar 3. Proses pertukaran ion Cr pada permukaan membran sel ................................


6

Gambar 4. Pembelahan sel secara autokoloni .................................................................


7

Gambar 5. Pola pertumbuhan sel ....................................................................................


9

Gambar 6. Kerangka berfikir ..........................................................................................


20

Gambar 7. Skema Hemocytometer Improved Neubauer ..................................................


27

Gambar 8. Skema penelitian ...........................................................................................


29

Kemampuan penyerapan logam Cr (VI) oleh S.


Gambar 9.
dimorpus pada hari ke-5 dan 10.....................................................................
30

Kemampuan penyerapan logam Cd oleh S. dimorpus


Gambar 10.
pada hari ke-5 dan 10 ....................................................................................
33

Pertumbuhan S. dimorphus beberapa konsentrasi


Gambar 11.
logam Cr (VI) ............................................................................................
36

Pembentukan koloni S. dimorphus pada beberapa


Gambar 12.
konsentrasi logam Cr (VI) .............................................................................
38

Perubahan ukuran panjang dan lebar S. dimorphus pada


Gambar 13. hari ke-0, 5 dan 10 di beberapa konsentrasi logam Cr
(VI)...............................................................................................................
39

Pertumbuhan S. dimorphus pada beberapa konsentrasi


Gambar 14.
Cd .................................................................................................................
40

Gambar 15. Pembentukan koloni S. dimorphus pada beberapa 42


konsentrasi logam Cd ....................................................................................
Perubahan ukuran panjang dan lebar S. dimorphus
Gambar 16. pada hari ke-0, 5 dan 10 pada beberapa konsentrasi
logam Cd ......................................................................................................
43

Efektivitas penyerapan logam Cr (VI) pada hari ke-5


Gambar 17.
dan 10 ...........................................................................................................
44

Efektivitas penyerapan logam Cd pada hari ke-5 dan


Gambar 18.
10 .................................................................................................................
45
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rata-rata kerapatan S. dimorphs (Sel/ml) ......................................................


55

Rata-rata kerapatan sel yang telah ditransformasikan


Lampiran 2.
dalam bentuk log (Sel/ml). ............................................................................
56

Lampiran 3. Data jumlah koloni yang terbentuk selama 11 hari


pengamatan ...................................................................................................
57

Lampiran 4. Data ukuran sel .............................................................................................


58

Lampiran 5. Perubahan pH media pada beberapa konsentrasi logam


Cr (VI) dan Cd ..............................................................................................
59

Lampiran 6. Data faktor fisik ............................................................................................


61

Lampiran 7. Pengamatan makroskopis. .............................................................................


62

Lampiran 8. Pengamatan mikroskopis...............................................................................


64

Lampiran 9. Uji Anova terhadap kerapatan sel, jumlah koloni dan


pH media selama 11 hari pengamatan pada logam Cr 66
(VI)...............................................................................................................
Lampiran 10. Uji lanjutan terhadap keraptan sel , jumlah koloni dan
pH media pada logam Cr (VI) antar tiap konsentrasi .....................................68

Lampiran 11. Uji Anova terhadap kerapatan sel, jumlah koloni dan
pH media pada logam Cd ..............................................................................
71

Lampiran 12. Uji lanjutan terhadap keraptan sel , jumlah koloni dan
pH media selama 11 hari pengamatan pada logam Cr
(VI)...............................................................................................................
73

Lampiran 13. Uji Anova terhadap penyerapan logam Cr (VI), ukuran


panjang dan lebar sel S. dimorphus Cr (VI) ...................................................
75
Lampiran 14. Uji Anova terhadap penyerapan logam Cd, ukuran 77
panjang dan lebar sel S. dimorphus...............................................................

Lampiran 15. Perhitungan penentuan jumlah logam yang digunakan ..................................


79
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan teknologi dan berkembangnya dunia industri, ikut andil dalam

menyebabkan pencemaran lingkungan, terutama di sekitar industri. Limbah yang

dihasilkan oleh industri dapat berupa bahan organik maupun anorganik. Logam

berat dan limbah anorganik lainnya tidak dapat membusuk sehingga sulit

didegradasi, apabila limbah ini masuk ke dalam perairan maka akan menyebabkan

peningkatan jumlah ion logam dalam air (Giyatmi, dkk., 2008). Menurut Palar

(1994), air yang mengandung cuprum (Cu), kromium (Cr), dan argentum (Ag)

yang merupakan logam-logam berbahaya bagi tubuh manusia, karena cenderung

untuk berakumulasi dalam jaringan tubuh manusia dan menimbulkan keracunan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang

Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, ambang batas krom

heksavalen (Cr VI) adalah 1 mg/L. Kromium (Cr VI) ini bersifat karsinogenik dan

dapat menyebabkan iritasi pada kulit manusia (Slamet, 2005), sedangkan

Kadmium (Cd) dapat menimbulkan efek yang negatif terhadap tubuh manusia

seperti kerusakan pada ginjal dan jantung, selain itu kadmium juga dapat

menimbulkan kanker paru-paru, gangguan sistem reproduksi, dan anemia (Palar,

1994). Limbah industri pelapisan logam, khususnya pelapisan krom,

menghasilkan limbah dengan konsentrasi rata-rata sekitar 75.900 mg/L dalam

1
2

bentuk CrO42- (Kundari, 2009). Limbah buangan kadmium (Cd) di kawasan

industri sebesar 0,5 mg/l (Anggraini, 2007), dengan demikian konsentrasi ini telah

melampaui baku mutu limbah cair kadmium (Cd) 0,01 mg/l.

Berbagai metode telah banyak dikembangkan untuk mengatasi dan

mengurangi pencemaran logam berat, baik secara fisika, kimia dan biologi.

Pengolahan limbah secara biologis untuk mengurangi logam berat dari air

tercemar menjadi suatu teknologi alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan.

Salah satu diantaranya memanfaatkan kemampuan pertukaran ion, pembentukan

senyawa kompleks dan kemampuan penyerapan mikroorganisme dalam menyerap

logam berat. Keuntungan pemanfaatan mikroorganisme sebagai biosorben adalah

biaya yang relatif murah dalam pengkulturannya mengingat hanya memerlukan

sinar matahari, karbondioksida (CO2) dan nutrient berupa garam mineral (Afrizi,

2002).

Inthorn, dkk. (2001), menggunakan salah satunya Scenedesmus acutus dalam

menyerap logam Hg, Cd, dan Pb dengan efektifivas penyerapan berturut-turut

85%, 88% dan 89% . Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dicari dan diuji

efektifitas Scenedesmus dimorphus dalam penyerapan logam berat.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah S. dimorphus mampu menyerap logam Cr (VI) dan Cd?

2. Apakah S. dimorphus lebih efektiv menyerap logam Cr (VI) dari pada Cd?

3. Bagaimana pengaruh berbagai konsentrasi logam Cr (VI) dan Cd terhadap

kerapatan S. dimorphus?
3

1.3. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. S. dimorphus mampu menyerap logam Cr (VI) dan Cd

2. S. dimorphus lebih efektiv menyerap logam Cr (VI) dan Cd

3. Berbagai konsentrasi logam Cr (VI) dan Cd mempengaruhi kerapatan S.

dimorphus.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Kemampuan S. dimorphus dalam menyerap logam Cr (VI) dan Cd

2. Efektivitas penyerapan logam Cr (VI) dan Cd oleh S. dimorphus

3. Pengaruh konsentrasi Cr (VI) dan Cd terhadap kerapatan S. dimorphus

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi pengolahan limbah

logam berat dan memberikan informasi tentang potensi Scenedesmus sp. sebagai

biosorben maupun sebagai bioindikator pencemaran lingkungan perairan,

sehingga dapat digunakan sebagai masukan bagi industri dalam mengolah limbah

logam beratnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Scenedesmus dimorphus

2.1.1. Klasifikasi dan Struktur Sel S. dimorphus

Klasifikasian S. dimorphus menurut Bold dan Wyne (1985) sebagai berikut:

Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorophyccales
Famili : Scenedesmaceae
Genus : Scenedesmus
Spesies : S. dimorphus

S. dimorphus merupakan jenis alga hijau berkoloni. Setiap koloni disebut

Coenobium dengan jumlah sel selalu berkelipatan dua, biasanya 2, 4 atau 8,

kadang-kadang 16 atau 32. Sel berbentuk silinder yang meruncing disetiap

ujungnya dengan sel terluar berbentuk bulan sabit. Sel mempunyai panjang antara

12 m sampai 25 m dan lebar antara 3 m sampai 9 m. Sel muda Scenedesmus

sp. mempunyai kloroplas yang memanjang dan berisi satu pirenoid. Kloroplas

pada sel yang sudah tua biasanya mengisi seluruh rongga sel. Setiap sel dalam

coenobium mempunyai sebuah inti. (Smith, 1955 dan Pentecost, 1984 dalam

Afrizi, 2002).

4
5

A B

Gambar 1. Koloni sel (A) dan struktur scenedesmus sp. (B)


(Cahyaningsih, 2008 dan Anonim, 2011)

Struktur dinding sel Scenedesmus sp. tersusun atas lapisan pektin dan

selulosa (Gambar 1). Khotimah, dkk (2010) menyatakan bahwa struktur selulosa

pada dinding sel Scenedesmus sp. berpotensi cukup besar untuk dijadikan sebagai

penangkap karena gugus OH yang terikat dapat berinteraksi dengan komponen

adsorbat (Gambar 2). Adanya gugus OH pada selulosa menyebabkan terjadinya

sifat polar pada adsorben tersebut, dengan demikian selulosa lebih kuat

menangkap zat yang bersifat polar.

Gambar 2. Struktur kimia selulosa (Khotimah, dkk, 2010)


6

Mekanisme pertukaran ion tergambarkan pada penelitian Cossich, dkk (2002)

yang menggunakan Sargassum sp dalam biosopsi logam Cr (III), di mana Cr (VI)

mengalami reaksi reduksi pada pH rendah menjadi Cr (III) dan Cr (III)

dihilangkan melalui proses pertukaran kation.

Gambar 3. Proses pertukaran ion Cr pada permukaan membran sel (Cossich, dkk, 2002)

2.1.2. Reproduksi Scenedesmus sp.

Bold dan Wyne (1985) menyatakan bahwa Scenedesmus sp. berkembang biak

secara aseksual dengan autokoloni (membelah diri). Pembelahan sel terjadi dua

kali. Pembelahan pertama berlangsung secara melintang sedangkan pembelahan

yang kedua terjadi secara membujur (Steenberge, 1975 dalam Afrizi, 2002).

Pembelahan akan dilakukan sampai terbentuk empat sel anakan. Pelepasan

autokoloni dilakukan dengan cara memecah dinding sel induk, tiap koloni yang

dihasilkan mempunyai kemampuan untuk memproduksi autokoloni (Graham dan

Wilcox, 2000) (Gambar 4).


7

Gambar 4. Pembelahan sel secara autokoloni

Reproduksi seksual Scenedesmus sp. terjadi melalui isogami. Koloni

Scenedesmus sp. akan menghasilkan sel gamet biflagel. Sel gamet tersebut akan

melebur dan membentuk zigot, kemudian zigot akan membesar dan membelah

menjadi 40 sel atau lebih. Sel gamet yang tidak dapat melebur dengan sel gamet

lainnya akan mati dan mengalami lisis (Bold dan Wyne, 1985)

Scenedesnus sp. tersebar luas di perairan tawar dan payau, khususnya pada

kondisi yang kaya nutrient. Selain itu menurut Bold dan Wyne (1985),

Secenedesmus sp. tersebar luas di perairan tawar dan tanah.

2.1.3. Pertumbuhan Scenedesmus sp.

Scenedesmus sp. merupakan alga hijau yang memiliki karaktetistik

pertumbuhan secara umum sama dengan alga yang lain. Pertumbuhan

Scenedesmus sp. dalam kultur dapat ditandai dengan bertambah besarnya ukuran

sel atau bertambah banyaknya jumlah sel. Hingga saat ini kepadatan sel

digunakan secara luas untuk mengetahui pertumbuhan mikroalga dalam kultur.

Ada empat fase pertumbuhan yaitu (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995) :


8

1. Fase istirahat

Sesaat setelah penambahan inokulum ke dalam media kultur, populasi

tidak mengalami perubahan. Ukuran sel pada umumnya meningkat. Secara

fisiologis mikroalga sangat aktif dan terjadi proses sintesis protein baru.

Organisme mengalami metabolisme, tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga

kepadatan sel belum meningkat.

2. Fase logaritmik atau eksponensial

Fase ini diawali oleh pembelahan sel dengan laju pertumbuhan tetap. Pada

kondisi kultur yang optimum, laju pertumbuhan pada fase ini mencapai maksimal.

3. Fase stasioner

Pada fase ini, pertumbuhan mulai mengalami penurunan dibandingkan

dengan fase logaritmik. Pada fase ini laju reproduksi sama dengan laju kematian,

dengan demikian penambahan dan pengurangan jumlah sel relatif sama atau

seimbang sehingga kepadatan sel tetap.

4. Fase kematian

Pada fase ini laju kematian lebih cepat daripada laju reproduksi. Jumlah

sel menurun secara logaritmik. Penurunan kepadatan sel ditandai dengan

perubahan kondisi optimum yang dipengaruhi oleh temperatur, cahaya, pH air,

jumlah hara yang ada, dan beberapa kondisi lingkungan yang lain. Secara

skematik pola pertumbuhan mikroalga dapat digambarkan seperti gambar 6.


9

Gambar 5. Pola pertumbuhan sel (Pumprey,B. 1996)

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kultur Mikroalga

2.2.1. Inokulum

Inokulum merupakan sejumlah sel yang aktif membelah yang dimasukkan ke

dalam media pertumbuhan (Rahmadi, 2009). Jumlah inokulum yang digunakan

dalam penelitian mengenai Scenedesmus sp. berbeda-beda tergantung dari

tujuannya. Penelitian yang dilakukan Trainor (1993) tentang morfologi

Scenedesmus sebspicatus pada medium Bristol menggunakan inokulum sebanyak

10.000 sel/ml, sedangkan Xiaolei Jin, dkk (1996) mengenai toksisitas nikel (Ni)

terhadap Scenedesmus acutus pada medium Chu 10 menggunakan inokulum

sebanyak 1.000.000 sel/ml. Hasil penelitian Yoosy (2000) menunjukkan inokulum

yang baik untuk Scenedesmus pada medium Beneck adalah 5.000.000 sel/ml

(Rahmadi, 2009).
10

2.2.2. Cahaya

Cahaya mempunyai peranan penting dalam proses fotosintesis. Di alam

sumber cahaya berasal dari matahari yang dapat langsung dimanfaatkan oleh

organisme autotrof menjadi energi kimia oleh aktifitas klorofil (Afrizi, 2002).

Laju fotosintesis dikontrol oleh tiga faktor yang bekerja saling berkaitan.

Ketiga faktor tersebut adalah intensitas cahaya, karbondioksida, dan temperatur

(Spotte, 1979 dalam Afrizi, 2002). Hal dan Rao (1987) menjelaskan keterkaitan

ketiga faktor tersebut yang dapat dilihat melalui reaksi fotosintesis.

Cahaya
n CO2 + n H2O n CH2O + n O2
Klorofil

Intensitas cahaya mempuyai korelasi yang sangat kuat dengan proses

fotosintesis, tetapi tidak selamanya penambahan intensitas cahaya diikuti oleh

peningkatan proses fotosintesis (Grahame, 1987). Intensitas cahaya yang terlalu

tinggi dapat menyebabkan fotoinhibisi dan pemanasan. Intensitas cahaya 1.000

lux cocok untuk kultur dalam Erlenmeyer, sedangkan intensitas 5.000-10.000 lux

untuk volume yang lebih besar (Fadilla, 2010). Kisaran intensitas cahaya untuk

pertumbuhan Scenedesmus sp. adalah 500-10.000 lux (Chrismadha, dkk, 1999).

Selain intensitas cahaya, fotoperiodisasi juga berperan dalam pertumbuhan

alga. Hal ini terkait dengan lamanya penyinaran, semakin lama waktu penyinaran

maka semakin banyak cahaya yang dapat dimanfaatkan dalam proses fotosintesis.

Selain itu, fotoperiodisasi juga berpengaruh terhadap penyerapan nutrien.

Penyerapan saat fase terang 10-15 kali lebih besar daripada fase gelap (Darley,

1982).
11

Fotoperiodisasi yang digunakan dalam penelitian Scenedesnus sp. bebeda-

beda. Trainor (1993) melakukan penelitian mengenai morfologi Scenedesmus

subspicatus pada medium Bristol dengan fotoperiodisasi 16 jam terang dan 8 jam

gelap, sedangkan Yossy (2000) menggunakan fotoperiodisasi 15 jam terang dan 9

jam gelap untuk penelitian jumlah inokulum Scenedesmus yang ditumbuhkan

pada medium Beneck, Afrizi (2002) melalukan penelitian tentang pengaruh warna

dan lapisan cahaya merah, biru, hijau dan putih terhadap pertumbuhan

Scenedesmus dengan lama penyinaran 24 jam terang.

Secara tidak langsung cahaya berpengaruh terhadap tingkat toksisitas yang

ditimbulkan oleh kromium. Hal tersebut terjadi karena transport ion logam ke

dalam sel berlangsung melalui transport aktif (Knauer, dkk, 1997). Proses

transport aktif dapat terjadi bila ada energi yang di dapatkan dari proses

fotosintesis sel.

Cahaya memiliki panjang gelombang yang berbeda, daya serap oleh pigmen

yang berbeda dan kemampuan penetrasi yang berbeda pula (Afrizi, 2002).

Grahame (1987) menyatakan untuk cahaya yang memiliki kemampuan penetrasi

ke dalam air yang paling baik adalah warna cahaya biru. Menurut Govindjee dan

Braun (1974) dalam Afrizi (2002), alga memiliki beberapa pigmen yang mampu

menyerap cahaya. Pigmen-pigmen tersebut adalah (1) Klorofil adalah pigmen

yang sangat baik dalam menyerap warna merah dan biru. Pigmen ini terdiri dari

klorofil a, b, c, dan d. tetapi untuk ordo Chlorococcales hanya memiliki pigmen

klorofil a dan b (Afrizi, 2002). (2) Karotenoid adalah pigmen yang mampu
12

menyerapa cahaya warna biru dan hijau dengan baik. (3) Phycobilin adalah

pigmen yang mampu menyerapa cahaya warna hijau, kuning dan orange.

2.2.3. Karbondioksida (CO2)

Karbondiaoksida (CO2) merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan sel.

Keberadaannya di dalam media kultur merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi proses fotosintesis karena sumber karbon (C) dalam proses

fotosintesis diperoleh dari karbondioksida (CO2 ). Penurunan konsentrasi CO2

pada media akan menyebabkan penurunan laju fotosintesis (Reynold, 1984) yang

mempengaruhi pertumbuhan sel. Hal ini dapat diatasi dengan mempertahankan

konsentrasi CO2 terlarut dengan pengocokan media kultur.

2.2.4. Nutrien

Soeder dan Hegewald (1985) yang dikutip Borowitzka (1988) menyatakan

bahwa Scenedesmus sp. membutuhkan unsur-unsur yang diperlukan dalam jumlah

cukup besar (elemen makro) yaitu C, H, O, P, K, N, S, Ca, Fe dan Mg, sedangkan

unsur-unsur Mn, Bo, Zn, Cu, dan Co dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit

(elemen mikro).

2.2.5. Suhu

Suhu merupakan faktor yang penting untuk pertumbuhan mikroalga. Suhu

mempengaruhi proses-proses biologi, kimia dan fisika. Peningkatan temperatur

dapat merangsang aktifitas molekul (Spotte, 1979). Sedangkan penurunan suhu

dapat mengakibatkan penurunan laju fotosintesis dan pada suhu ekstrim seperti

pada suhu 400C yang melebihi suhu optimum dapat mengakibatkan jumlah sel
13

berkurang tajam, sementara peningkatan biomassa dan fotosintesis masih

berlanjut selama periode tertentu (Rabinovitch, 1956 dalam Oh-hama dan

Miyachi, 1988). Pertumbuhan optimal Scenedesmus sp. dilakukan pada suhu 310C

sampai 320C, dengan suhu maksimum 340C sampai 360C (Afrizi, 2002).

2.2.6. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) perairan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi CO 2 dan

senyawa yang bersifat asam. Selama fotosintesis pada siang hari, alga hijau

menggunakan CO2 dari perairan sehingga hal ini mengakibatkan pH perairan

meningkat sedangkan pada malam hari fotosintesis tidak berlangsung tetapi

respirasi tetap berlangsung sehingga menurunkan pH perairan. menyatakan bahwa

hasil panen yang baik dari kultur Scenedesmus adalah pada pH sekitar 7 (Afrizi,

2002). Agar mendapatkan hasil yang baik, kultur Scenedesmus sp. dilakukan pada

pH antara 7 - 8,5 (Isana, 1993).

2.3. Logam Kromium (Cr VI)

Kromium (Cr) dalam table periodik merupakan unsur dengan nomor atom 24

dan nomor massa 51,996. Atom tersebut terletak pada periode 4, golongan IVB.

Logam kromium berwarna putih, kristal keras dan sangat tahan korosi, melebur

pada suhu 10930C sehingga sering digunakan sebagai lapisan, pelindung atau

logam paduan (Koesnarpadi, 2007). Di alam logam kromium ditemukan dalam

bentuk chromite (FeO.Cr2O3). Logam kromium larut dalam asam klorida encer

atau pekat. Jika tidak terkena udara, akan membentuk ion-ion kromium.

Cr + 2HCl Cr2+ + 2Cr + H2


14

Logam kromium tidak dapat teroksidasi oleh udara yang lembab dan bahkan pada

proses pemanasan cairan, logam kromium teroksidasi dalam jumlah yang sangat

sedikit. Logam kromium mudah larut dalam HCl, sulfat, dan perklorat. Sesuai

dengan tingkat oksidasinya, logam atau ion kromium yang telah membentuk

senyawa, mempunyai sifat-sifat yang berbeda sesuai dengan tingkat oksidasinya.

Dalam larutan-larutan air, kromium membentuk tiga jenis ion yaitu:

1. Ion Kromium (II) atau kromo (Cr2+)

Ion kromium (II) memiliki bilangan oksidasi +2, bersifat agak tidak stabil

karena merupakan zat pereduksi yang kuat, bahkan dapat menguraikan air

perlahan-lahan dengan membentuk hidrogen. Oksigen dari atmosfir dengan

mudah mengoksidasinya menjadi ion kromium (III). Ion ini membentuk larutan

yang berwarna biru. Senyawa yang terbentuk darri ion Cr 3+ akan bersifat basa

(Yefridaa dan Yuniartis, 2009).

2. Ion Kromium (III) atau kromit (Cr 3+)

Ion kromium (III) memiliki bilangan oksidasi +6 dan bersifat stabil.

Dalam larutan ion-ion ini berwarna hijau atau lembayung. Senyawa yang

terbentuk dari ion logam Cr3+ bersifat amfoter (Yefridaa dan Yuniartis, 2009).

Kromium (Cr III) merupakan mikroelemen bagi makhluk hidup, tetapi bersifat

toksik dalam dosis tinggi. Kromium (Cr III) dibutuhkan untuk metabolisme

hormon insulin dan pengaturan kadar glukosa darah. Defisiensi Cr (III) bisa

menyebabkan hiperglisemia, glukosoria, meningkatnya cadangan lemak tubuh,

munculnya penyakit kardiovaskuler, menurunnya jumlah sperma dan menebabkan

infertilisasi (Yuliani, 2009)


15

3. Ion Kromium (VI) atau kromat (Cr6+)

Ion kromium (VI) memiliki bilangan oksidasi +6. Ion-ion kromat

berwarna kuning. Sedangkan dikromat berwarna jingga. Senyawa yang terbentuk

dari ion kromium (VI) akan bersifat asam. Ion-ion kromat dan dikromat

merupakan zat pengoksidasi yang kuat (Yefridaa dan Yuniartis, 2009).

Kromium adalah bahan kimia yang persisten, bioakumulatif, dan toksik yang

tinggi serta tidak mampu terurai di dalam lingkungan, sulit diuraikan dan akhirnya

diakumulasi di dalam tubuh manusia melalui rantai makanan. Kromium

heksavalen (Cr VI) lebih toksik dibandingkan Cr (III), baik paparan akut maupun

kronis (Yuliani, 2009). Tingkat toksisitas Cr (VI) sangat tinggi sehingga bersifat

racun terhadap semua organisme untuk konsentrasi > 0,05 ppm. Cr (VI) bersifat

karsinogenik dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit manusia.

2.4. Logam Kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) adalah salah satu logam berat dengan penyebaran yang sangat

luas di alam, logam ini bernomor atom 48, berat atom 112,40 dengan titik cair

321oC dan titik didih 765oC. Di alam Cd bersenyawa dengan belerang (S) sebagai

greennocckite (CdS) yang ditemui bersamaan dengan senyawa spalerite (ZnS).

Kadmium merupakan logam lunak (ductile) berwarna putih perak dan mudah

teroksidasi oleh udara bebas dan gas amonia (NH3) (Palar, 2004). Kadmium

bervalensi dua (Cd2+) adalah bentuk terlarut stabil dalam lingkungan perairan laut

pada pH dibawah 8,0. Kadar Cd di perairan alami berkisar antara 0,29-0,55 ppb

dengan rata-rata 0,42 ppb. Di lingkungan alami yang bersifat basa, kadmium

mengalami hidrolisis, teradsorpsi oleh padatan tersuspensi dan membentuk ikatan


16

kompleks dengan bahan organik. Di perairan alami, kadmium (Cd) membentuk

ikatan kompleks dengan ligan baik organik maupun anorganik, yaitu Cd2+,

Cd(OH)+, CdCl+, CdSO4, CdCO3 dan Cd organik (Sanusi, 2006).

Cd bersifat kronis dan pada manusia biasanya terakomulasi dalam ginjal.

Keracunan Cd dalam waktu lama dapat membahayakan kesehatan paru-paru,

tulang, hati, kelenjer reproduki dan ginjal. Logam Cd juga bersifat neurotoksin

yang menimbulkan dampak rusaknya indera penciuman (Anwar.1996).

2.5. Mekanisme Pengambilan Logam Berat oleh Mikroalga

Mekanisme pengambilan logam berat oleh mikroalga terdiri atas dua proses

yakni adsorbi dan absorbsi. Adsorbsi terjadi melalui dua proses, yakni pertukaran

ion dan pengikatan ion logam berat oleh gugus fungsi yang terdapat pada

permukaan sel. Dinding sel mikroalga umumnya terdiri atas selulosa yang

memiliki gugus fungsional seperti hidroksil yang dapat berikatan dengan logam

berat (Kauner dkk, 1997 & Gupta dkk, 2000 )

Absorbs berlangsung melalui transport aktif dan prosesnya berlangsung lebih

lambat dari pada adsorbsi. Logam berat yang terabsorbsi akan terakumulasi di

dalam sel logam berat yang terabsorbsi akan berkaitan dengan protein pengikat

logam seperti metalotionein dan fitokelatin, selanjutnya logam berat tersebut akan

diakumulasi di vakuola (Niess, 1999).

Pengambilan Cr (VI) dan Cd oleh mikroalga dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain pH, suhu, cahaya, keberadaan ion lain dan agen pengkelat. Derajat

keasaman yang tinggi akan menghambat pengambilan Cr (VI) dan Cd oleh

mikroalga. Pengambilan Cr (VI) dan Cd terhambat karena kedua logam tersebut


17

akan membentuk senyawa komplek yang tidak larut dalam air pada pH tinggi.

Kromium (Cr VI) dan Kadmium akan berbentuk ion bebas pada pH rendah

sehingga mudah diserap oleh mikroalga.

Peningkatan suhu akan meningkatkan pegambilan Cr (VI) dan Cd oleh

mikroalga karena suhu mempengaruhin kecepatan metabolism seperti aktivitas

enzimatik dan transport aktif. (Soeder & Stengel, 1974). Cahaya juga

mempengaruhi pengambilan Cr (VI) dan Cd karena pengambilan Cd terjadi

melalui transport aktif yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh cahaya. Hal

tersebut disebabkan transport aktif menggunakan energi yang diperolah dari

proses fotosintesis. (Darley, 1982).

Keberadaan ion lain dilingkungan dapat juga mempngaruhi pengambilan

logam berat oleh mikroalga. Hasil penelitian Issa dkk (1995) menunjukkan bahwa

ion Ca2+ dapat menghambat pengambilan ion Cd2+, Ni2+, Mn2+ dan Co2+ pada

mikroalga Kirchneriella linaris. Penghambatan terjadi karena terjadi kompetensi

ion Ca2+ dengan ion logam berat untuk berikatan dengan situs pengikatan yang

terdapat di permukaan sel.

Agen pengkelat dapat mengurangi pengambilan Cr (VI) dan Cd oleh

mikroalga mengurangi pengambilan Cr (VI) dan Cd oleh mikroalga karena agen

pengkelat akan berikatan dengan ion Cr (VI) dan Cd sehinga pengambilan kedua

ion logam tersebut oleh mikroalga berkurang. Ion Cr (VI) dan Cd yang berikatan

dengan pengekelatakan membentuk molekul yang ukurannya terlalu besar untuk

diserap oleh mikroalga (Reynold, 1984 & Skowronski, 1986).


18

Selain itu mikroalga juga mampu melakukan detoksifikasi logam berat yang

merupakan proses pengubahan logam berat menjadi bentuk yang tidak beracun

(Rusmin, 2005). Detoksifikasi dapat terjadi secara ekstraseluler dan intraseluler

(Twiss & Nalewajko, 1992).

2.6. Detoksifikasi Logam Berat oleh Mikroalga

Detoksifikasi ektraseluler disebut juga mekanisme toleransi. Proses tersebut

terjadi melalui adsorbsi logam berat pada dinding sel. Logam berat dapat

teradsorpsi pada dinding sel karena dinding sel mikroalga memiliki gugus

funsional yang dapat berikatan dengan logam berat (Rusmin, 2005).

Proses detoksifikasi secara intraseluler disebut juga mekanisme resistensi.

Proses tersebut berlangsung melalui pembentukan protein pengikat logam yang

merupakan salah satu protein pengikat logam merupakan salah satu proses

detoksifikasi secara intraselular. Protein pengikat logam yang terdapat pada

mikroalga antara lain metalotionin dan fitokelatin yang dapat berikatan dengan

logam berat karena memiliki gugus sulfidril (-SH) yang dapat berikatan dengan

logam berat (Pinto dkk. 2003).

2.7. Spektrofotometer Serapan Atom

Spektrofotometer serapan atom adalah suatu metode pengukuran kuantitatif

suatu unsur yang terdapat dalam suatu cuplikan berdasarkan penerapan cahaya

pada panjang gelombang tertentu oleh atom-atom bentuk gas dalam keadaan dasar

(Sony, 2009). Spektrofotometer serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif

unsur-unsur logam dalam jumlah renik karena mempunyai kepekaan tinggi. Cara
19

analisis dengan alat ini akan mendapatkan kadar total unsur dalam cuplikan.

Untuk analisis suatu logam tertentu dapat dilakukan dengan campuran unsur-

unsur lain tanpa dilakukan pemisahan terlebih dahulu (Triani, 2006).

Jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi dilewatkan nyala yang

mengandung atom-ataom bersangkutan, maka sebagian cahaya itu akan diserap.

Jauhnya penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan

dasar yang berada dalam nyala. Hal ini merupakan dasar penentuan kuantitatif

logam-logam dengan menggunakan SSA (Sony, 2009).


20

2.5. Kerangka Berfikir

Industrialisasi

Dampak Positif Dampak Negatif

Kesejahteraan Pencemaran Lingkungan

Air Tanah Udara

Organik Anorganik

Logam Berat Cr (VI) & Cd)

Pengolahan Limbah

Fisika Kimia Biologi

Mikroalga

Penyerapan Logam

Pengurangan Konsentrasi
Aman bagi lingkungan Logam Pada Limbah Cair

Gambar 6. Kerangka berfikir


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, analisis

kandungan logam dilakukan di Laboratorium Lingkungan Pusat Laboratorium

Terpadu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan di

Laboratorium BTL-Puspitek Serpong. Waktu pelaksanaan bulan Juli-Oktober

2011.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan selama penelitian berupa kultur S. dimorphus, berasal

dari koleksi laboratorium Limnologi-LIPI Cibinong dan pupuk daun komersil

(DUTATONIK H-16) yang mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap

yang dibutuhkan, meliputi N, P, K, Mg, Ca, S, Zn, Cl, Fe, Mn, Cu, B, Mo, Co, Na

dan vitamin B Kompleks, akuades, alkohol 70%, dan spiritus.

Alat

Peralatan yang digunakan meliputi alat gelas (labu Erlenmeyer, gelas objek,

gelas penutup, kuvet, gelas ukur, gelas piala, pipet tetes, batang pengaduk),

Lampu TL berkekuatan 36 watt, Automatic on/off, timbangan analitik, pH meter,

luxmeter, termometer, autoklaf, alat sentrifugasi, tabung sentrifugasi, mikroskop

21
22

cahaya, Hemocytometer Neubauer, hand counter, mikrotube, Spektrofotometer

Serapan Atom (SSA) Perkin Elmer A Analyst 700, kamera kodak EasyShare

M340, spatula, mikropipet dan tip, isolasi, aluminium foil, tissue, spiritus,

pembakar spiritus.

3.3. Rancangan Penelitian

Metode penelitian ini bersifat eksperimental dengan menggunakan rancangan

acak lengkap (RAL) yang terdiri atas empat macam perlakuan dan tiga ulangan

pada masing-masing logam berat (Tabel 1). Konsentrasi pada masing-masing

perlakuan yang diberikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun

2001 tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang

diperbolehkan bagi kegiatan industri dengan ambang batas 1 mg/l bagi Cr (VI)

dan 0,01 mg/l bagi Cd.

Tabel 1. Rancangan penelitian pada masing-masing logam Cr (VI) dan Cd

Konsentrasi (ppm)
Perlakuan
Cr (VI) Cd
1 0,1 0,1
2 1 1
3 2 5
4 0 (kontrol)

3.4. Cara Kerja

Pada bulan pertama dilakukan prapenelitian untuk mendapatkan volume

kultur yang representatif sampai mendapatkan sejumlah biomassa yang

dibutuhkan dalam analisis logam berat.


23

3.4.1. Persiapan

1. Alat

Seluruh peralatan yang akan digunakan dalam penelitian dicuci sampai

bersih. Setelah kering alat gelas dibungkus dengan kertas kemudian disterilisasi

Basah menggunakan autoklaf dengan suhu 1210C selama 15 menit dengan

tekanan 2 atm.

2. Pembuatan larutan stok pupuk daun

Pupuk daun yang digunakan merupakan pupuk komersil (DUTATONIC H-

16). Pupuk daun sebanyak 2,25 g dilarutkan ke dalam 1 L akuades kemudian di

aduk sesesampai larut, selanjutnya larutan tersebut dimasukkan ke dalam wadah

kemudian ditera dengan akuades ingga volume 3 L dan diaduk sampai homogen.

3. Pembuatan larutan stok Cr (VI) dan Cd 100 ppm

Pembuatan larutan stok diawali dengan pembuatan larutan induk 1000 ppm

dengan melarutkan senyawa K2CrO4 sebanyak 3,734 g dan 3,135 g senyawa

CdSO4.8H2O dengan 1 L akuades pada masing-masing labu ukur. Kemudian

dilakukan pengenceran sampai 100 ppm dengan volume 100 ml untuk masing-

masing larutas stok Cr (VI) dan Cd.

4. Pembuatan media perlakuan

a. Cr (VI)

Pembuatan media untuk perlakuan 1, 2 dan 3 berturut-turut dengan

memasukkan 0,1 , 1 dan 2 ml larutan stok Cr (VI) ke dalam erlenmeyer 250 ml


24

dan ditera dengan larutan pupuk daun hingga volume 100 ml dengan konsentrasi

awal 0,1 , 1 dan 2 ppm.

Pembuatan media perlakuan dengan konsentrasi 0 ppm (perlakuan 4)

diperoleh dengan mengambil 100 ml larutan pupuk daun, dimasukkan ke dalam

erlenmeyer tanpa diberi penambahan larutan stok Cr (VI).

b. Cd

Pembuatan media untuk perlakuan 1, 2 dan 3 berturut-turut dengan

memasukkan 0,1 , 1 dan 5 ml larutan stok Cd ke dalam erlenmeyer 250 ml dan

ditera dengan larutan pupuk daun hingga volume 100 ml dengan konsentrasi awal

0,1 , 1 dan 5 ppm.

Pembuatan media perlakuan dengan konsentrasi 0 ppm (perlakuan 4)

diperoleh dengan mengambil 100 ml larutan pupuk daun, dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer 250 ml tanpa diberi penambahan larutan stok Cd.

5. Perbanyakan kultur mikroalga

Perbanyakan kultur mikroalga dilakukan tiap satu minggu sekali dengan

perbandingan 1:1. Biakan S. dimorphus sebanyak 50 ml diinokulasikan ke dalam

50 ml larutan pupuk daun. Kemudian biakan diletakkan di ruang kultur dan

diinkubasi selama 7 hari dengan fotoperiodisasi 12 jam terang dan 12 jam gelap.

Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan sel yang seragam dalam tahap

pertumbuhan (Rahmadi, 2005). Perbanyakan dilakukan sampai mendapatkan

volume dan kerapatan yang dibutuhkan.


25

3.4.2. Inokulasi

Sel S. dimorphus dengan kerapatan 500.000 sel/ml diinokulasikan ke

dalam masing-masing media perlakuan. Media perlakuan yang telah

diinokulasikan kemudian diletakkan di ruang kultur dengan pencahayaan 2 buah

lampu TL berkekuatan 36 Watt dengan kisaran intensitas cahaya sebesar 1.007-

1.290 lux. Fotoperiodisasi diatur dengan 12 jam terang dan 12 jam gelap.

3.4.3. Pengukuran kondisi fisik ruang kultur

Pengukuran dilakukan setiap 24 jam sekali selama penelitian berlangsung,

meliputi suhu ruang (0C), kelembapan (%) dan intensitas cahaya (lux).

3.4.4. Pengukuran pH media

Pengambilan sampel untuk pengukuran pH media diambil sebanyak 2 ml

dan diukur dengan alat pH meter, sampling dilakukan bersamaan dengan

pengambilan sampel untuk perhitungan kerapatan sel.

3.4.5. Penghitungan kerapatan sel

Perhitungan jumlah sel dilakukan setiap 24 jam sekali untuk mengetahui

kerapatan sel selama penelitian berlangsung. Perhitungan dimulai dari t 0 (hari ke-

0) sampai t10 (hari ke-10). Berdasarkan penelitian pendahuluan Rahmadi (2005)

menunjukkan bahwa kultur S. dimorphus dan mikroalga secara umum memiliki

waktu cukup lama untuk memasuki fase kematian sehingga pengamatan tidak

dilakukan sampai tercapai fase kematian. Kultur S. dimorphus diambil sebanyak


26

1 ml secara aseptik dari masing-masing perlakuan. Penghitungan jumlah sel

dilakukan dengan menggunakan kamar hitung Hemocytometer Improved Neubauer.

Perhitungan kerapatan sel S. dimorphus menggunakan kotak besar yang ada

pada Hemocytometer Improved Neubauer. Kerapatan sel dihitung dengan rumus:

k = n x Fp x Lb (2500)

Keterangan:
k = kerapatan sel S. dimorphus (sel/ml)
n = jumlah total sel dalam 4 kotak kamar hitung
Fp = faktor pengenceran yang digunakan
Lb = Luas bidang pandang

Gambar 7. Skema Hemocytometer Improved Neubauer (Perez, 2006)

3.4.6. Perhitungan Jumlah koloni

Perhitungan jumlah koloni dilakukan bersamaan dengan perhitungan

kerapatan sel. Koloni yang dihitung merupakan kumpulan beberapa sel individu

dewasa.
27

3.4.7. Pengukuran sel

Pengukuran sel S. dimorphus dilakukan pada saat hari pertama, fase

ekseponensial dan stasioner. Sel-sel S. dimorphus yang diukur merupakan sel

indi(VI)du yang telah dewasa. Pengukuran sel S. dimorphus dilakukam di bawah

mikroskop dengan perbesaran 10 x 40. Pengukuran tersebut menggunakan

mikrometer okuler. Bagian sel S. dimorphus yang diukur adalah panjang dan lebar

dan dilakukan pada 5 sel untuk setiap perlakuan.

3.4.8. Pengujian penyerapan logam Cr (VI) dan Cd

Masing-masing sampel pada hari ke-5 dan ke-10 di ambil sebanyak 25 ml

selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, kemudian

supernatan yang terbentuk diambil dan siap untuk di analisis kandungan

logamnya dengam spektrofotometer serapan atom (SSA).

Pehitungan konsentrasi logam Cr (VI) dan Cd terserap menggunakan metode

Langmuir dengan persamaan sebagai berikut:

Cterserap = Cawal Cakhir

Persen penurunan logam kromium (Cr (VI)) dan kadmium (Cd) dihitung dengan

perumusan:

% penurunan = Cawal Cakhir x 100%


Cawal

Keterangan:
Cterserap = konentrasi logam terserap (mg/L)
Cawal = konsentrasi logam sebelum pengontakan (mg/L)
Cakhir = konsentrasi logam setelah pengontakan (mg/l)
28

3.5. Analisis Data

Data yang didapat berupa data persen penyerapan logam, kerapatan sel,

jumlah koloni, dan ukuran sel berupa pajang dan lebar. Data tersebut dianalisis

dengan dengan analisis of varians (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan

dengan dibantu program SPSS 16.


29

3.6. Skema Penelitian

Persiapan alat

Pembuatan stok media Pembuatan stok Cr (VI) & Cd

Pembuatan media perlakuan

Inokulasi sel

Inkubasi 10 hari

Pengukuran Perhitungan Pengukuran Pengujian


faktor fisik kerapatan sel & ukuran sel penyerapan
jumlah koloni (panjang & logam Cr (VI) &
(selam 11 hari) lebar) (hari ke-0, Cd (hari ke-5 &
5 & 10) 10)

Suhu Analisis data

pH media

Kelembapan

Intensitas cahaya

Gambar 8. Skema penelitian


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Efektivitas Penyerapan Logam Cr (VI) dan Cd oleh S. dimorphus

4.1.1. Efektivitas Penyerapan logam Cr (VI)

Efektivitas penyerapan logam Cr (VI) oleh S. dimorphus memiliki perbedaan

pada setiap konsentrasi yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-

rata penurunan konsentrasi Cr (VI) tertinggi pada hari ke-5 sebesar 94,24% dan

77,36% pada hari ke-10 yaitu terdapat pada konsentrasi 0,1 ppm (Gambar 9).

Perbedaan ini terkait dengan kemampuan S. dimorphus dalam menyerap logam

Cr (VI).

94,23
100 77,36
Penyerapan (%)

80
60
31,98 29,77
25,72 23,94
40
20
0
0,1 1 2
Konsentrasi (ppm)
hari ke-5 hari ke-10

Gambar 9. Kemampuan penyerapan logam Cr (VI) oleh S. dimorpus


pada hari ke-5 dan 10

Berdasarkan penelitian Khotimah dkk (2010), proses penyerapan Cr (VI)

pada konsentrasi rendah memiliki laju penyerapan yang lebih cepat. Tingginya

30
31

kemampuan penyerapan S. dimorphus pada konsentrasi 0,1 ppm terkait dengan

struktur dinding sel yang salah satu penyusunnya adalah selulosa. Selulosa

memiliki gugus hidroksil sehingga dapat berikatan dengan logam berat (Gupta

dkk, 2000). Adanya gugus hidroksil tersebut menyebabkan terjadinya mekanisme

pertukaran ion antara selulosa dengan Cr (VI) (Gambar 3). Interaksi yang terjadi

antara selulosa deangan ion Cr (VI) tersebut merupakan mekanisme detoksifikasi

ekstraluler atau disebut juga mekanisme toleransi. Detoksifikasi adalah proses

pengubahan logam berat menjadi bentuk tidak beracun (Rusmin, 2005). Selain itu

dapat pula terjadi mekanisme detoksifikasi intraseluler yang disebut juga

mekanisme resisten. Proses tersebut berlangsung melalui pembentukan protein

pengikat logam dan protein yang terdapat pada mikroalga antara lain

metalotionein dan fitokelatin. Kedua potein tersebut dapat berikatan dengan

logam berat karena memiliki gugus sulfidril (-SH) (Pinto dkk, 2002). Cobbet

(2000) menyatakan bahwa fitokelatin membentuk kompleks dengan logam berat

dan berfungsi sebagai detoksifikan.

Tingginya penyerapan Cr (VI) konsentrasi 0,1 ppm pada hari ke-5 dan 10

tidak diikuti dengan konsentrasi 1 ppm yang hanya sebesar 31,98% dan 25,72%

begitu pula dengan konsentrasi 2 ppm sebesar 29,77% dan 23,94%. Semakin

menurunnya kemampuan penyerapan seiring meningkatnya konsentrasi karena

jumlah molekul yang berada pada media semakin banyak dan kemampuan S.

dimorphus dalam menyerapa logam Cr (VI) semakin kecil. Lamanya masa

inkubasi mengakibatkan berkurangnya nutrisi dan kemampuan penyerapan S.


32

dimorphus menurun. Meskipun demikian, konsentrasi 0,1 , 1 dan 2 ppm tidak

mempengaruhi penyerapan logam Cr (VI) (p 0,05) (Lampiran 9).

Penyerapan logam Cr (VI) dipengaruhi faktor lingkungan salah satunya

adalah pH media. Selama 11 hari pengamatan pH media terus mengalami

perubahan. Nilai pH dipengaruhi oleh konsentrasi (p0,05) dan bersadarkan uji

lanjutan, konsentrasi 0,1 ppm dan kontrol berbeda nyata dengan konsentrasi 2

ppm (Lampiran 10). Perbedaan ini menunjukkan respon yang diberikan S.

dimorphus terhadap lingkungan yang berbeda di setiap konsentrasi.

Perubahan pH terus mengalami kenaikan pada masing-masing konsentrasi

sampai hari ke-5. Pada hari berikutnya nilai pH mengalami penurunan sampai

nilai pH 5,92 dan 5,77 di hari ke-10 untuk konsentrasi 0,1 ppm dan kontrol

(Lampiran 5). Menurunnya nilai pH pada konsentrasi 0,1 ppm diduga karena

berdasarkan persamaan reaksi penyerapan logam Cr (VI) oleh S. dimorphus

menghasilkan ion H+ sehingga dengan semakin banyaknya ion H+ maka

kesetimbangan akan bergesar ke kiri dan kecepatan penyerapan semakin menurun

(Gambar 3) (Khotimah dkk, 2010).

Nilai pH pada kontrol juga mengalami penurunan, hal ini diduga karena

konsentrasi CO2 terlarut tidak dimanfaakan oleh sel sehingga menyebabkan pH

media semakin asam. Hal sebaliknya terjadi pada konsentrasi 1 da 2 ppm, pH

media terus meningkat sampai hari ke-10. Semakin tinggi nilai pH media akan

mengubah ion dikromat menjadi Cr3+. Ion Cr 3+


merupakan ion yang mudah

mengendap. Pada pH yang tinggi, konsentrasi OH- larutan juga tinggi sehingga

ion Cr lebih mudah mengikat OH- dari pada dengan adsorben (Khotimah dkk,
33

2010). Hal ini yang menyebabkan rendahnya kemampuan penyerapan logam Cr

(VI) pada hari ke-5 dan 10. Tingginya nilai pH pada konsentrasi 1 dan 2 ppm juga

diduga karena proses fotosintesis yang terjadi. Pada saat fotosintesis, sebagian

besar mikroalga menggunakan karbondioksida (CO2) terlarut atau ion bikarbonat

(HCO3) sebagai sumber karbon. Penyerapan CO2 akan mengakibatkan konsentrasi

ion H+ dalam media menurun sehingga nilai pH meningkat (Graham & Wilcox,

2000).

4.1.2. Efektivitas Penyerapan Logam Cd

Hasil penelitian terhadap efektivitas penyerapan logam Cd dihari ke-5 pada

masing-masing konsentrasi 0,1 , 1 dan 5 ppm menunjukkan terjadi peningkatan

penyerapan seiring dengan semakin besarnya konsentrasi logam Cd (Gambar 10).

100
65.91
penyerapan (%)

80
50.33 55.53 60.73 58,9
60
40
20 0
0
0,1 1 5
Konsentrasi (ppm)
hari ke-5 hari ke-10

Gambar 10. Kemampuan penyerapan logam Cd oleh S. dimorpus pada hari ke-5 dan 10

Hal ini diduga karena S. dimorphus dapat memanfaatkan sebagian Cd untuk

menggantikan fungsi Zn pada mikroalga (Hunter & Boyd, 1997) meskipun tidak

semaksimal kerja Zn. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Lane dan
34

Morel (2000) dalam Rusmin (2005) menunjukkan bahwa Cd dapat digunakan

oleh Thalassiosira weissflogii untuk mensintesis enzim karbonik anhidrase. Enzim

ini dapat meningkatkan jumlah CO2 yang tersedia untuk fotosintesis karena enzim

tersebut merupakan katalis pada reaksi pengubahan ion bikarbonat (HCO 3-)

menjadi CO2 (Graham & Wilcox, 2000). Meskipun demikian berdasarkan uji

Anova, konsentrasi tersebut tidak mempengaruhi penyerapan logam Cd (p0,05),

dengan kata lain S. dimorphus mampu beradaptasi pada perlakuan yang diberikan.

Selain kemampuan S. dimorphus dalam memanfaatkan logam Cd, hal ini juga

berkaitan dengan kemampuan S. dimorphus melakukan mekanisme detoksifikasi

eksteraseluler yang terjadi akibat interaksi Cd dengan gugus hidroksil pada

selulosa yang melapisi diding sel S. dimorphus. Penyerapan Cd oleh dinding sel

dapat mencegah Cd masuk kedalam sel atau mengurangi jumlah sel yang masuk

kedalam sel (Rusmin, 2005) sehingga akan mengurangi tingkat keracunan pada

konsentrasi tinggi seperti pada konsentrasi 5 ppm dan S. dimorphus akan terus

tumbuh. Mekanisme detoksifikasi intraseluler diduga juga terjadi pada penyerapan

Cd melalui pembentukan fitokelatin. Niess (1999) menyatakan bahwa Cd yang

berikatan dengan fitokelatin akan membentuk senyawa komplek yang tidak

beracun. Senyawa komplek tersebut selanjutnya diakumulasi di vakuola (organel

sel).

Pada hari ke-10 penyerapan tertinggi terdapat pada konsentrasi 1 ppm yakni

sebesar 60,73%. Hal ini diduga karena pada konsentrasi tersebut masih bisa

ditoleransi oleh S. dimorphus sehingga penyerapan masih bisa terjadi meskipun

sebagian Cd mengalami pengendapan, selain itu jumlah sel juga mempengaruhi


35

kemampuan penyerapan karena setiap sel memiliki fase-fase tertentu dimana

jumlahnya mencapai maksimal seperti pada fase eksponensial. Hal ini terkait

dengan ukuran sel yang berukuran kecil, dimana rasio antar luas permukaan dan

volume menjadi sangat besar bila jumlahnya juga maksimal dan akan sangat

menguntungkan dalam penyerapan (Nontji, 2006) dengan demikian semakin

banyak jumlah sel maka kemampuan penyerapan Cd semakin tinggi. Berbeda

halnya dengan konsentrasi 0,1 ppm penyerapan tidak terjadi karena diduga pada

hari ke-10 nutrisi pada media semakin berkurang sehingga S. dimorphus

memanfaatkan logam Cd terlarut untuk metabolismenya dan diduga juga

sebagian Cd telah mengalami pengendapan sehingga tidak dapat diserap lagi oleh

S. dimorphus. Konsentrasi 5 ppm pada hari ke-10 mengalami penurunan

penyerapan karena selain sebagian Cd mengalami pengendapan sehingga tidak

dapat diserap, konsentrasi tersebut mulai meracuni sel sehingga menurunkan

kemampuan penyerapan S. dimorphus.

Faktor lain yang turut berpengaruh dalam penyerapan Cd adalah perubahan

pH media (Lampiran 5). Perubahan pH media yang terjadi relatif sama antar

setiap konsentrasi sampai hari terakhir, perubahan yang terjadi tidak dipengaruhi

konsentrasi (p0,05) (Lampiran 11). Pada hari ke-5 pH media di masing-masing

konsentrasi mengalami peningkatan menjadi 7,90-7,93 dan 8,12-8,18 pada

hari ke-10.

Skowronski (1986) menyatakan Cd akan mengalami pengendapan pada pH

basa dan membentuk senyawa kompleks yang tidak larut dalam air sehingga tidak

dapat diserap oleh S. dimorphus. Meningkatnya pH media menunjukkan adanya


36

pertumbuhan pada masing-masing konsentrasi. Pertumbuhan S. dimorphus dapat

menyebabkan kenaikan pH akibat perubahan reaksi kesetimbangan antara

konsentrasi CO2, ion karbonat (CO32-) dan ion bikarbonat (HCO3) dalam media

(Reynolds, 1984 dalam Rahmadi, 2005). Hal ini memberikan dampak yang

kurang baik bagi penyerapan Cd karena pada pH basa Cd akan mengendap, tetapi

berdampak baik bagi pertumbuhan sel karena sel tidak mengalami keracunan.

4.2. Kerapatan, Koloni dan Ukuran Sel S. dimorphus

4.2.1. S. dimorphus pada berbagai konsentrasi logam Cr (VI)

Kemampuan penyerapan logam Cr (VI) oleh S. dimorphus terkait dengan

kerapatan sel. Rata-rata kerapatan sel pada setiap konsentrasi mengalami

peningkatan meskipun tidak signifikan dan cenderung fluktuatif (Gambar 11).

6,5
Log jumlah (sel/ml)

6,3

6,1

5,9

5,7

5,5
0 5 10
Hari ke-
Cr 0.1 ppm Cr 1 ppm Cr 2 ppm kontrol

Gambar 11. Pertumbuhan S. dimorphus beberapa konsentrasi logam Cr (VI)

Adanya mekanisme detoksifikasi pada S. dimorphus mempermudah sel

melakukan adaptasi. Berdasarkan grafik pertumbuhan S. dimorphus, fase adaptasi

tidak terlihat pada tiap konsentrasi tetapi langsung memasuki fase eksponensial.
37

Fase adaptasi diduga terjadi kurang dari 24 jam sehingga tidak teramati saat

pengamatan dihari pertama. Hal ini terjadi karena media yang digunakan sama

dengan media perbanyakan (peremajaan) sehingga sel S. dimorphus tidak

membutuhkan waktu yang lama dalam beradaptasi.

Pola pertumbuhan yang tidak terlihat jelas pada masing-masing konsentrasi

(0,1 , 1, 2 dan kontrol) dan cenderung terus naik meskipun tidak signifikan dan

befluktuatif menunjukkan terjadi suatu fase eksponensial. Hal ini terus terjadi

sampai hari ke-9 dan hari ke-10 sebagian besar masing-masing konsentrasi

mengalami penurunan kerapatan sel. Peningkatan rata-rata kerapatan S.

dimorphus pada setiap konsentrasi dapat diamati secara visual yakni dengan

melihat perubahan warna kultur (Lampiran 7). Perubahan warna kultur pada

masing-masing konsentrasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada hari

ke-0, 5 dan 10. Hal ini sejalan dengan perhitungan jumlah sel yang cenderung

fluktuatif dan tidak signifikan.

Hasil uji Anova terhadap pengaruh konsentrasi pada kerapatan sel

menunjukkan konsentrasi mempengaruhi kerapatan sel (p0,05) (Lampiran 9).

Berdasarkan uji lanjutan, konsentrasi 0,1 dan kontrol berbeda nyata dengan

konsentrasi 2 ppm. Perbedaan ini terkait dengan kemampuan S. dimorphus dalam

penyerapan logam Cr (VI) dan beradaptasi.


38

70

Jumlah koloni per ml


60
50
40
30
20
10
0
0 5 10
Hari ke-
Cr 0.1 ppm Cr 1 ppm Cr 2 ppm kontrol

Gambar 12. Pembentukan koloni S. dimorphus pada beberapa konsentrasi


logam Cr (VI)

Peningkatan rata-rata kerapatan sel diikuti dengan pembentukan koloni

(Gambar 12). Secara statistik, pembentukan koloni dipengaruhi oleh konsentrasi

yang diberikan (p0,05). Menurut Siver & Trainor (1981 dalam Rusmin, 2005)

pembentukan koloni dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, cahaya

dan nutrien. Pembentukan koloni pada penelitian ini dipengaruhi kadar nutrien

karena faktor suhu dan cahaya pada penelitian relatif konstan (Lampiran 6).

Peningkatan jumlah koloni diduga akibat petumbuhan yang terjadi sehingga

konsentrasi nutrien pada media berkurang. Berdasarkan uji lanjutan, jumlah

koloni konsentrasi 2 ppm berbeda nyata dengan konsentrasi 0,1 , 1 dan kontrol

(Lampiran 9). Jumlah koloni terendah ada pada konsentrasi 2 ppm, rendahnya

jumlah koloni pada konsntrasi tersebut diduga akibat sel-sel mengalami kematian

akibat keracunan logam Cr (VI) sehingga hanya sel-sel yang masih mampu

bertahan hiduplah yang membentuk koloni. Pada ketiga konsentrasi lainnya yakni

0,1; 1 ppm dan kontrol, jumlah koloni yang terbentuk tidak berbeda nyata. Jumlah
39

koloni terus mengalami peningkatan dan jumlah koloni tertinggi terjadi pada hari

ke-3 dan 4, sedangkan pada hari ke-5 jumlah koloni menurun sampai hari ke-10.

10

8
Ukuran sel

0
0 5 10 0 5 10
Panjang (m) Lebar (m)
Cd 0.1 ppm Cd 1 ppm Cd 5 ppm kontrol

Gambar 13. Perubahan ukuran panjang dan lebar S. dimorphus pada hari ke-0, 5 dan 10
di beberapa konsentrasi logam Cr (VI)

Selain pembentukan koloni, juga dilakukan pengukuran panjang dan lebar sel.

Rata-rata ukuran panjang dan lebar sel pada masing-masing konsentrasi relatif

sama (Gambar 13). Hasil uji Anova terhadap pengaruh konsentrasi pada ukuran

panjang dan lebar sel S. dimorphus pada hari ke-0, 5 dan 10 menyatakan bahwa

tidak ada pengaruh konsentrasi terhadap ukuran panjang dan lebar sel S.

dimorphus (p0,05) (Lampiran 13). Rata-rata ukuran panjang dan lebar sel S.

dimorphus dari hari ke-0, 5 dan 10 terus mengalami peningkatan meskipun tidak

signifikan.

4.2.2. S. dimorphus pada berbagai konsentrasi logam Cd

Pertumbuhan sel berkaitan dengan rata-rata kerapatan sel. Secara statistik

konsentrasi mempengaruhi kerapatan sel (p0,05) dan sesuai dengan uji lanjutan
40

kontrol dan 0,1 ppm berbeda nyata dengan konsentrasi 1 dan 5 ppm (Lampiran

12). Rata-rata kerapatan sel tidak langsung mengalami peningkatan, tetapi

membutuhkan proses adaptasi yang cukup lama sampai hari kedua untuk kontrol

dan konsentrasi 0,1 ppm (Gambar 14).

6,5
Log jumlah (sel/ml)

6,3

6,1

5,9

5,7

5,5
0 5 10
Hari ke-
Cd 0.1 ppm Cd 1 ppm Cd 5 ppm kontrol

Gambar 14. Pertumbuhan S. dimorphus pada beberapa konsentrasi Cd

Tingginya rata-rata kerapatan sel pada konsentrasi 0,1 ppm diduga karena

rendahnya konsentrasi 0,1 ppm yang masih mampu ditoleran oleh S. dimorphus.

selain itu dengan kemampuan logam Cd yang dapat menggantikan fungsi Zn

dalam mensintesis enzim karbonik anhidrase yang menyebabkan pertumbuhan

semakin maksimal. Fase eksponensial pada konsentrasi 0,1 ppm terjadi pada hari

ketiga sampai hari ke-10. Hal sebaliknya terjadi pada konsentrasi 1 ppm, rata-rata

kerapatan sel terus menurun dan mengalami peningaktan rata-rata kerapatan sel

pada hari ke-9 dengan kata lain, proses adaptasi yang terjadi pada konsentrasi 1

ppm lebih lama dari konsentrasi 0,1 ppm dan kontrol. Rata-rata kerapatan pada

konsentrasi 5 ppm terus mengalami penurunan sampai hari ke-5 dan 10 setelah

tidak mampu melakukan adaptasi, hal ini karena logam Cd pada konsentrasi
41

tersebut mulai meracuni S. dimorphus dengan kemampuan beradaptasi yang

kurang baik mengakibatkan kematian sel.

Kematian sel akibat karacunan diawali proses rusaknya kloroplas, seperti

pada pengamatan mikroskopis yang menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil

kloroplas yang masih tersisa (Lampiran 8). Kerusakan kloroplas menyebabkan

terhambatnya proses fotosintesis. Proses fotosintesis yang terhambat

menyebabkan kebutuhan karbon organik esensial yang dibutuhkan berkurang.

Selain menyebabkan kerusakan kloroplas, logam Cd diduga dapat menyebabkan

kerusakan mitokondria. Cd dapat merangsang terbentuknya Reactive Oxygen

Spesies (ROS) yang dapat merusak mitokondria. Reactive Oxygen Spesies dapat

menyebabkan peroksidasi lemak pada membran mitokondria sehingga

mitokondria mengalami kerusakan (Pinto dkk, 2003). Kerusakan tersebut

mengakibatkan proses respirasi terhambat. Hal ini menyebabkan energi yang

dihasilkan dari proses respirasi tidak mencukupi untuk melakukan metabolisme

dan pada akhirnya sel mengalami kematian. Pada penelitian ini fase stasioner

tidak terlihat karena terjadi setelah hari ke-10.

Secara fisik penurunan kerapatan S. dimorphus pada kedua konsentrasi

tersebut sudah terlihat secara visual, dimana terjadi perubahan warna kultur pada

semua media. Konsentrasi 0,1 ppm dan kontrol terus mengalami perubahana

warna media menjadi lebih pekat dan pada konsentrasi 1 dan 5 ppm warna media

semakin pucat pada hari ke-5 dan memudar pada hari ke-10 pada konsetrasi 5

ppm menjadi bening. (Lampiran 7).


42

Selain kerapatan sel yang dipengaruhi konsentrasi, pembentukan koloni juga

dipengarui oleh konsentrasi (p0,05) (Lampiran 11). Jika kerapatan sel tertinggi

ada pada perlakuan dengan konsentrasi 0,1 ppm dan terendah pada konsentrasi 5

ppm, hal ini diikuti dengan pembentukan koloni pada konsentrasi 0,1 ppm yang

relatif tinggi dan fluktuatif dibandingkan dengan tiga konsentrasi lainnya

(Gambar 15).

70
Jumlah koloni per ml

60
50
40
30
20
10
0
0 5 10
Hari ke-
Cd 0,1 ppm Cd 1 ppm Cd 5 ppm Kontrol

Gambar 15. Pembentukan koloni S. dimorphus pada beberapa konsentrasi logam Cd

Jumlah koloni yang terbentuk pada kontrol berbanding terbalik dengan

kerapatan sel yang semakin tinggi sampai hari ke-10. Dua konsentrasi lainnya 1

dan 5 ppm terus mengalami penurunan jumlah koloni seiring menurunnya jumlah

kerapatan S. dimorphus. Menurunnya jumlah koloni kemungkinan akibat sel yang

mengalami kematian akibat keracunan. Koloni yang ada pada keempat perlakuan

merupakan sel S. dimorphus yang masih mampu bertahan hidup. Sedangkan

berdasarkan uji lanjutan, konsentrasi 0,1 , 5 ppm dan kontrol berbeda nyata

dengan konsentrasi 1 ppm (Lampiran 12).


43

10

Ukuran sel (m)


8
6
4
2
0
0 5 10 0 5 10
Panjang (m) Lebar (m)
Cd 0.1 ppm Cd 1 ppm Cd 5 ppm kontrol

Gambar 16. Perubahan ukuran panjang dan lebar S. dimorphus pada hari ke-0, 5 dan 10
pada beberapa konsentrasi logam Cd

Salah satu parameter yang diuji adalah ukuran sel S. dimorphus meliputi

panjang dan lebar. Tidak terlihat perubahan panjang dan lebar yang signifikan

dari gambar 16. Ukuran panjang dan lebar sel tidak dipengaruhi oleh konsentrasi

logam Cd pada berbagai konsentrasi (p0,05) (Lampiran 11) dan perubahan yang

tidak signifikan tersebut dapat dilihat pula secara mikroskopis (Lampiran 8).

4.3. Hubungan Efektivitas Penyerapan dengan Kerapatan S. dimorhus pada


Logam Cr (VI) dan Cd

4.3.1. Hubungan Efektivitas Penyerapan dengan Kerapatan S. dimorhus


pada Logam Cr (VI)

Penyerapan logam Cr (VI) oleh S. dimorphus pada hari ke-5 terus mengalami

penurunan dengan bertambahnya konsentrasi, dengan demikian ion logam Cr (VI)

semakin sedikit pula yang terserap. Akan tetapi kerapatan sel mengalami

peningkatan meski tidak signifikan (Gambar 17). Penyerapan tertinggi pada

konsentrasi 0,1 ppm sebesar 94, 24% dengan kerapatan 935.833.3 sel/ml.

Tingginya penyerapan tidak diikuti dengan tingginya kerapatan sel kerapatan


44

tertinggi ada pada konsentrasi 1 ppm yakni 1.142.500 sel/ml tetapi

penyerapannya hanya sebesar 31,98%.

Hari ke-5 Hari ke-10


100 9 100 9

80 80

Kerapatan (sel/ml)
Kerapatan (sel/ml)
Penyerapan (%)

Penyerapan (%)
60 60
6 6
40 40

20 20

0 3 0 3
0,1
1 21 23 0,1
1 12 23
Konsentrasi (ppm) Konsentrasi (ppm)

Gambar 17. Efektivitas penyerapan logam Cr (VI) pada hari ke-5 dan 10
Keterangan:

Penyerapan pada hari ke-10 tidak jauh berbeda dengan hari ke-5 yang mengalami

penurunan penyerapan sering dengan tingginya konsentrasi. Penyerapa tertinggi

pada konsentrasi 0,1 ppm sebesar 77, 36% diikuti dengan kerapatan tertinggi

1.038.333 sel/ml.

4.3.2. Hubungan Efektivitas penyerapan dengan kerapatan S. dimorhus pada


logam Cd

Pada gambar 18 terlihat bahwa penyerapan pada hari ke-5 terjadi dengan

semakin tingginya konsentrasi logam Cd, maka jumlah ion logam Cd yang

terserap semakin bertambah. Sebaliknya penurunan terjadi pada kerapatan sel. Hal

ini diduga karena keterbatasan sel dalam beradaptasi pada kondisi lingkungan

yang kurang baik dengan semakin tingginya konsentrasi Cd yang diberikan pada
45

media sehingga menyebabkan penurunan kerapatan sel seiring tingginya

konsentrasi. Penyerapan tertinggi pada konserasi 5 ppm sebesar 65,91% dan

kerapatan tertinggi pada konsentrasi 0,1 ppm yakni 1.564.167 sel/ml.

Hari ke-5 Hari ke-10


100 9 100 9

80

Kerapatan (sel/ml)
80

Kerapatan (sel/ml)
Penyerapan (%)

Penyerapan (%)
60 60
6 6
40 40

20 20

0 3 0 3
1
0,1 12 35
0,11 12 35
Konsentrasi (ppm) Konsentrasi (ppm)

Gambar 18. Efektivitas penyerapan logam Cd pada hari ke-5 dan 10


Keterangan:

Penyerapan pada hari ke-10 tidak stabil seiring dengan peningkatan konsentrasi

yang diberikan. Pada 0,1 ppm penyerapan tidak terjadi karena terkait dengan

reaksi yang terjadi di dalam media, penyerapan pada konsentrasi 1 ppm lebih

tinggi dari 5 ppm yakni sebesar 60,73%. Berbeda halnya dengan kerapatan yang

terus mengalami penurunan dengan semakin tingginya konsentrasi yang

menunjukkan batas toleransi pertumbuhan S. dimorphus, kerapatan tertinggi pada

konsentrasi 0,1 ppm yakni 1.948.333 sel/ml.

Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa penyerapan tertinggi tidak selalu

diikuti dengan kerapatan tinggi pula. Hal sebaliknya juga dapat terjadi tergantung

dari kemamuan S. dimorpus sendiri dalam melalukan adaptasi dengan berbagai


46

mekanisme yang ada padanya. Hal tersebut juga tidak lepas dari sifat-sifat logam

berat yang digunakan karena S. dimorphus memiliki mekaniseme adaptasi yang

berbeda pada setiap logam berat yang berinteraksi dengannya.

Analisa perbandingan dilakukan dengan cara membandingkan persen

penyerapan pada hari ke-5 dan 10. Semakin banyak konsentrasi yang terserap oleh

S. dimorphus pada kerapatan tertentu akan diketahui logam mana yang lebih

efektiv diserap.

Berdasarkan Gambar 18 dan 19, kemampuan S. dimorphus dalam menyerap

logam Cr (VI) pada hari ke-5 lebih tinggi dibandingkan dengan Cd pada hari ke-

10. Efektivitas penyerapan Cr (VI) tertinggi pada konsentrasi 0,1 ppm sebesar

94,24%, sedangkan pada logam Cd sebesar 65,91% pada konsentrasi 5 ppm.

4.4. Kondisi Fisik Ruang Kultur

Kondisi ruang kultur S. dimorphus selama pengamatan 11 hari terhadap

konsentrasi logam Cr VI dan Cd tersaji pada lampiran 6. Suhu ruang kultur

berkisar antara 26,9-27,8 oC dengan kelembaban antara 20-25 % dan intensitas

cahaya berkisar 1007-1290 lux. Kondisi ini merupakan kondisi yang sesuai

dengan batas toleransi semua faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan S.

diorphus.(Rusmin, 2005).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa:

1. S. dimorphus mampu menyerap logam Cr (VI) pada konsentrasi 0,1 , 1

dan 2 ppm mencapai 25%-94,24% pada hari ke-5 dan hari ke-10 sebesar -

23,94%-77,36%, sedangkan pada logam Cd sebesar 50,33%-65,91% pada

hari ke-5 dan di hari ke-10 sebesar58,9%-60,73% pada konsentrasi 0,1 , 1

dan 5 ppm.

2. Efektivitas penyerapan logam Cr (VI) oleh S. dimorphus sebesar 94,24%

pada konsentrasi 0,1 ppm, sedangkan pada Cd sebesar 65,91% pada

konsentrasi 5 ppm, penyerapan ini terjadi pada hari ke-5. Efektivitas

penyerapan logam Cr (VI) lebih tinggi dibandingkan dengan Cd.

3. Konsentrasi logam Cr (VI) dan Cd mempengaruhi peningkatan kerapatan

S. dimorphus.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan konsentrasi Cr (VI) dan Cd

yang lebih tinggi agar dapat mengetahui kemampuan penyerapan logam

tersebut

47
48

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjutan dengan menggunakan logam

berat lain yang sangat berbahaya bagi lingkungan dengan memanfaatkan

kemampuan penyerapan S. dimorphus serta jenis mikroalga lain atau

makroalga.
DAFTAR PUSTAKA

Afkar, E., H. Ababna and A. A. Fathi. 2010. Toxicological respons of the green
alga Chlorella vulgaris to some heavy metal. American Journal
Enviromental Science 6 (3): 230-237

Afizi, I. 2002. Pengaruh Warna dan Lapis Cahaya Merah, Biru, Hijau dan Putih
Terhadap Pertuumbuhan Scenedesmus. Skripsi.Progran Studi Budidaya
Perairan Fakultas Perikanan dan ILmu kelautan Institut Pertanian Bogor.

Afriansyah, A. 2009. Konsentrasi kadmium (Cd) dan tembaga (Cu) dalam air,
seston, kerang dan fraksinasinya dalam sedimen di perairan Delta Berau,
Kalimantan Timur. Skripsi. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Al-Homaidan, A. A. 2006. Heavy metal level in Saudi Arabian Spirulina.


Pakistan Journal of biological Science 9 (14): 2693-2695, ISSN 1028-
8880

Anonim. 2006. Desorpsi Ion Logam Tembaga (II) dari Biomassa Chlorella sp
yang Terimobilisasi dalam Silika Gel. Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Anwar, D., 1996, Kandungan logam berat Cu dan Hg dalam aritrosit Warga
Genjeran, Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Airlangga.

Anonim. http://cronodon.com/BioTech/Algal_Bodies.html. akses 4 April 2011

Brady, D., B Letebele, JR Duncan and PD Rose. 1994. Bioaccumulation of metals


by Scenedesmus, Selenastrum and Chlorella algae. ISSN 0378-
4738=Water SA Vol. 20 No. 3

Bold, H. C dan M. J. Wyne. 1985. Introduction to The Algae Structure and


Reproduction. Prentice-Hall Inc, New Jersey.

Bramandita, A. 2009. Pengendapan kromium heksavelen dengan serbuk besi.


Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Institut Pertanian Bogor.

Cahyaningsih, S. dan S. Subyakto. 2008. Kultur massal scenedesmus sp. sebagai


upaya penyedia pakan rotifer dalam bentuk alami maupun konsentrat.
Jurnal Berkala ilmiah perikanan Vol. 3 No. 1

49
50

Cobbet, C. S. 2000. Phytocelatin biosynthesis and function in heavy metal


detoxification. Curr. Opin. Plant. Biol. 3

Cossich, E.S., C.R.G Tavares., T.M.K.Ravagnani., Biosorption of chromium(III)


by Sargassum sp. Biomass. Universidad Catolica de Valparaiso. Chile,
Vol. 5 No. 2, Issue of August 15, 2002.

Damayanti, D. 2006. Pengaruh Beberapa Konsentrasi Medium Ekstrak Tauge


Terhadap Kerapatan Sel Mikroalga Marga Scenedesmus Meyen Selama
10 hari Pengamatan. Skripsi.Universitas Indonesia Depok.

Darley, W. M. 1982. Algal Biology: a physiological approach. Dalam Wikinson,


J. F. 1982. Basic microbiology. Vol 9. Blackwel Scientific Puplication,
London.

Diantriani, N. P. dkk. 2008. Proses biosorpsi dan desorpsi ion Ct (VI) pada
biosorbent rumput laut Eucheuma spinosum. Jurnal Kimia

Disyawongs, G. 2002. Accumulation of copper, mercury and lead in Spirulina


platensi studied in Zarrouks medium. The Journal of KMITNB, Vol. 12,
No. 4

Fadilla, Z. 2010. Pengaruh konsentrasi limbah cair tahu terhadap pertumbuhan


mikroalga Scenedesmus sp. Skripsi. Program Stusi Biologi Fakultas sains
dan Teknologi Universitas islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Graham, L. E. & L. W. Wilcox. 2000. Algae. Prentice Hall, Inc., New Jersey

Gupta, R., P. Ahuya, S. Khan, R. K. sakena & H. Mohapatara. 2000. Microbial


biosorbent: meeting challenges of heavy metal pollution in aqueous
solution. Current science 78 (8)

Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan


Zooplankton. Cetakan Pertama. Kanisius. Yogyakarta.

Issa, A. A., R. Abdel-Basset & M. S. Adam. 1995. Aboition of heavy metal


toxicity ob Kirchneriella lunaris (Chlorophyta) by calcium. Annalysisi of
Botany 75.

Keputusan Menteri negara lingkungan hidup Nomor : kep-51/menlh/10/1995


tentang Baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri

Khotimah, N. dkk. 2010. Adsorbsi logam kromium (IV) oleh biomassa Chara
fragilis menggunakan spektroskopi serapan atom. Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Program Kreativitas Mahasiswa
51

Knauer, K. R. Behra & L. Sigg. 1997. Adsorption and uptake of copper by the
green alga Scenedesmus subspicatus (Chlorophyta). Jurnal. Phycol

Koesnarpadi, S. 2007. Biotransformasi kromium (VI) oleh bakteri Pseudomonas


putida. Jurnal Kimia Mulawarman Vol. 5 Nomor 1.

Garbayo, I., M. J. Dominguez, and JM vega. 2007. Effect of abiotic stress on


Chlamidomonas acidophila viability. Journal. Communicating Current
Research and Education Topics and Trends in Applied Microbiology

Giyatmi, dkk. 2008. Penurunan Kadar Cu,Cr dan Ag dalam Limbah Cair Industri
Perak di Kotagede setelah diadsorpsi dengan tanah liat dari daerah
godean. Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta, 25-26
Agustus 2008 ISSN 1978-0176

Grahame, J. 1987. Plankton and Fisheries. University of Leeda. Edward Arnold.


London

Graham, L. E. & L. W. Wilcox. 2000. Algae. Prentice Hall, inc. New Jersey

Hall, D. O. and K. K. Rao. 1987. Photosynthesis. 4th edition. Edward Arnold


Hoddeer and Stoughton Limited. London

Hariani, P. L. dkk. 2009. Penurunan konsentrasi Cr (VI) dalam air dengan


koagulan FeSO4. Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomer 2

Hendayana, S. dkk, 1994, Kimia Analitik Instrumen, IKIP Semarang Press.

Inthorn. D., N. Sidititoon, S. Silapanuntakul & A. Incharcensakdi . 2002. Sorption


of mercury, cadmium and lead by microalgae. Scienceasia 28: 253-261.

Isana, Y. 1993. Tingkat intensitas cahaya minimum yang masih dapat


menumbuhkan populasi Scenedesmus acuminatus (Lagerh). Skripsi
Fakultas Biologi Universitas Nasional.

Kresnawaty, I dan Tri-Panji. 2007. Biosorpsi logam Zn oleh biomassa


Saccharomyces cerevisiae. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan
Indonesia, Bogor 16151, Indonesia. Jurnal. Menara Perkebunan, 75(2),
80-92.

Koesnarpadi, S. 2007. Biotransformasi kromium (VI) oleh bakteri Pseudomonas


putida. Jurnal Kimia Mulawarman Volume 5 Nomor 1.

Kundari, N. A., dkk. 2009. Kinetika reduksi krom (vi) dalam limbah cair industri
pelapisan logam. Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir.
52

Madigan, M. T., J. M. Martinko & J. Parker. 1997.Bilogi of microorganisms 8th


ed. Prentice hall, New jersey.

Muhaemin, M. 2004. Toxicity and bioacucumulation of lead in Chlorella and


Dunaliella. Journal of Coastal Development. Volume 8, Number 1,
Oktober 2004 : 27-33.

Mulja, M. 1995. Analisis Instrumental. Airlangga press. Surabaya

Niess, D. H 1999. Microbial heavy-metal resistence. Applied Microbiology and


Biotechnology.

Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan Tanpa Keberadaan Plankton.Lembaga Ilmu


Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Oseanografi. Jakarta

Oh-Hama, T dan S, Miyachi, 1988. Cholorella in Microalgal Biotechnology.


Edited M. A. Borowitzka and Lesley J. Borowitzka. Cambrige University
press. Cambrige. New York.

Palar H., 1994, Pencemaran dan toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta.

______. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineke Cipta. Jakarta.

Palmqvist , K., S. Sjoberg, And G. Samuelsson 1988. Induction of Inorganic


Carbon Accumulation in the Unicellular Green Algae Scenedesmus
obliquus and Chlamydomonas reinhardtiil. Journal.Plant Physiol. (1988)
87, 437-442

Perez, S. 2006. Cell counts using Improved Neubauer Haemocytometer.


http://peopleorengstate.edu/~weisv/protocols/symbiodinium/Cell count.
pdf. Akses 11 Desember 2011

Pinto, E. T. C. S., S. Kutner, M. A. S. Leitao, O. K. Okamato, D. Morse & P.


Colepicolo. 2003. Heavy meta induced oxidative stress in algae. J. Phycol.
39. 1008-1012

Pumprey, B. 1996. Fermentatation basics.


http://www.biocompare.com/Articles/application
Note/1542/FERMENTATION-BASICS.html. Akses 24 Mei 2010

Radini, D. 2009. Technical Note-42. Metode perhitungan biomassa mikroalga

Rahmadi, A. 2005. Pengaruh Beberapa Konsentrasi Tembaga (Cu) pada Medium


Basal Bold (MBB) Terhadap Kerapatan Sel Mikroalga Scenedesmus.
Skripsi. Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan
Alam Universitas Indonesia.
53

Reynold, C. S. 1984. The Ecology of Freshwater Phytoplankton. Cambridge


University Press. Cambridge.

Ramadhan, B dan M. Hamdajani. Biosorpsi logam berat Cr (VI) dengan


menggunakan biomassa Saccharomyces cerevisiae. Jurnal. Program studi
Teknik Lingkungan Fakultas teknik Sipil dan lingkungan ITB

Rezaee, A. dkk, 2006. Biosorption of mercury by biomassa of filamentous algae


Spirogyra spesies. Journal of Biological Science 6 (40: 695-700)

Rusmin. 2005. Pengaruh Beberapa Konsentrasi Kadmium (Cd) pada Medium


Basal Bold (MBB) Terhadap Kerapatan Sel Mikroalga Scenedesmus.
Skripsi. Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan
Alam Universitas Indonesia.

Sanusi, H.S. 2006. Kimia Laut, Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan
Lingkungan. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Skowronski, T. 1986. Influence of some physic-chemical factors on cadmium


uptake by the green algae Stichococcus bacillaris. Applied Microbiology
and Biotechnology 24: 423-425

Slamet, R. dkk. 2003. Pengolahan limbah logam berat chromium (VI) dengan
fotokatalis TiO2. Jurnal Makara, Teknologi, Vol.7, No. 1.

Slamet, R. dkk. 2005. Pengolahan limbah organik (fenol) dan logam berat
(Cr6+ atau Pt4+) secara simultan dengan fotokatalis TiO2, ZnO-TiO2,
dan CdS-TiO2. Jurnal Makara, Teknologi, Vol. 9, No. 2

Soeder, C. J & E. Stengel. 1974. Physico-chemical factors affecting metabolism


and growth rate. Dalam Stewart (ed.). 1974. Algal physiology and
biochemistry. University of Calfornia Press, Los Angeles.

Soeprijanto, B. Aryanto dan R. Fabella. Biosorpsi Ion Logam Berat Cu (II) dalam
Larutan Menggunakan Biomassa Phanerochaete chrysosporium. Jurnal.
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya

Sony. 2009. Penentuan Kadar Logam Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dalam Air
PAM Hasil Penyaringan water purifier tipe drinking stand. Skripsi.
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara Medan.
54

Suhendrayatna. 2001. Bioremoval logam berat dengan menggunakan


mikroorganisme. disampaikan pada Seminar Bioteknologi untuk
Indonesia abad 21

Trainor, F. R. 1993. Cyclomorphosis in Scenedemus subspicatus (Chlococcales,


Chlorophyta): stimulation of colony developmentlow temperature.
Phycologia.

Twiss, M. R. & C. Nawelajko. 1992. Influence of phosphorus nutrition on copper


toxicity to three strain of Scenedesmus acutus (Chlorophyceae). Journal
of Phycology 28: 291-298

Triani, L. 2006. Desorpsi Ion Logam Tembaga (II) dari Biomassa Chlorella sp
yang Terimobilisasi Dalam Silika Gel. Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang.

Wisnu, AW., 1994, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Offet, yogyakarta.

Walsh, A. 1955. Application of Absorbtion Spectra to Chemical Analysis.


Spectrochemica. Acta. Vol 7.

Xiaolei Jin, D. J. Kushner dan C. Nalewajko. 19966. Nickel uptake and release in
nickel-resistant and sensitive strains of Scenedesmus acutus F. alternans
(Chlorophyceae), Enviromental and Eksperrimental Botany.

Yefridaa dan Yuniartis. 2009. Laporan akhir penelitian BBI.

Yossy, C. 2000. Studi Pendahuluan Pengaruh Jumlah Inokulum Terhadap


Pertumbuhan Mikroalga Scenedesmus meyen dalam Medium Beneck.
Skripsi. Departemen Biologi Fakultas Matematiaka dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Indonesia.

Yuliani, D. 2009. Penentuan Kadar Logam Mangan (Mn) dan Kromium (Cr)
dalam Air Minum Hasil Penyaringan Yamaha Water Purifier dengan
Metode Spektofotometri Serapan Atom. Skripsi Departemen Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra
Utara Medan.

Zulkarnain. 2008. Efektifitas Biji Kelor (Moringo oleifera Lamk) dalam


mengurangi Kadar Kadmium (II). Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang.
55

Lampiran 1. Rata-rata kerapatan S. dimorphus (sel/ml)

Logam Cr

Hari ke-
Konsentrasi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Cr 0,1 ppm 709166,7 815000,0 753333,3 729166,7 859166,7 935833,3 1187500 1066667 1282500 872500,0 1337500
Cr 1 ppm 608333,3 601666,7 797500,0 992500,0 861666,7 1142500 883333,3 859166,7 1259167 795833,3 761666,7
Cr 2 ppm 516666,7 632500,0 625000,0 715833,3 621666,7 773333,3 897500,0 741666,7 785833,3 814166,7 669166,7
Kontrol 660833,3 865833,3 740833,3 748333,3 826666,7 1071667 1312500 968333,3 1270833 916666,7 1038333

Logam Cd

Hari ke-
Konsentrasi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Cd 0,1 ppm 467500,0 493333,3 562500,0 920000,0 1204167 1564167 1665833 1533333 1611667 2005833 1948333
Cd 1 ppm 524166,7 389166,7 591666,7 504166,7 606666,7 449166,7 415833,3 488333,3 535833,3 558333,3 640833,3
Cd 5 ppm 450833,3 480000,0 514166,7 486666,7 460833,3 363333.3 393333,3 434166,7 409166,7 354166,7 330833,3
Kontrol 521666,7 505833,3 623333,3 668333,3 1285000 1560000 2119167 1968333 2183333 2149167 2085833
56

Lampiran 2. Rata-rata kerapatan sel yang telah ditransformasikan dalam bentuk


log (sel/ml).

Logam Cr (VI)

Hari ke- Cr 0.1 ppm Cr 1 ppm Cr 2 ppm Kontrol


0 5.85 5.78 5.71 5.82
1 5.91 5.77 5.80 5.93
2 5.87 5.90 5.79 5.86
3 5.86 5.99 5.85 5.87
4 5.93 5.93 5.79 5.91
5 5.97 6.05 5.88 6.03
6 6.07 5.94 5.95 6.11
7 6.02 5.93 5.87 5.98
8 6.10 6.10 5.89 6.10
9 5.94 5.90 5.91 5.96
10 6.12 5.88 5.82 6.01

Logam Cd

Hari ke- Cd 0.1 ppm Cd 1 ppm Cd 5 ppm Kontrol


0 5.66 5.71 5.65 5.71
1 5.69 5.59 5.68 5.70
2 5.75 5.77 5.71 5.79
3 5.96 5.70 5.68 5.82
4 6.08 5.78 5.66 6.10
5 6.19 5.65 5.56 6.19
6 6.22 5.61 5.59 6.32
7 6.18 5.68 5.63 6.29
8 6.20 5.72 5.61 6.33
9 6.30 5.74 5.54 6.33
10 6.28 5.80 5.519 6.31
57

Lampiran 3. Data jumlah koloni yang terbentuk selama 11 hari pengamatan

Logam Cr (VI)

Jumlah koloni per ml


Hari ke-
Cr 0.1 ppm Cr 1 ppm Cr 2 ppm kontrol
0 21,67 18,00 16,67 19,67
1 29,00 18,67 13,67 26,67
2 26,67 29,00 15,67 26,33
3 25,33 58,67 24,00 31,33
4 50,33 47,33 22,00 50,33
5 51,67 46,67 20,67 55,33
6 51,67 28,00 18,00 61,00
7 47,33 28,67 16,33 36,00
8 47,67 42,67 19,33 49,00
9 39,67 21,67 22,67 38,33
10 32,33 13,67 15,33 32,33

Logam Cd

Jumlah koloni per ml


Hari ke-
Cd 0,1 ppm Cd 1 ppm Cd 5 ppm Kontrol
0 44,00 51,67 41,67 53,67
1 41,00 34,33 43,33 43,33
2 47,33 45,00 51,67 50,33
3 60,33 32,33 47,67 48,67
4 36,33 32,67 45,00 42,33
5 54,67 17,00 34,33 41,33
6 44,33 15,33 38,00 42,00
7 44,67 19,67 38,67 40,00
8 31,00 17,67 38,33 31,00
9 43,67 23,67 35,00 34,00
10 50,00 18,00 28,33 34,33
58

Lampiran 4. Data ukuran sel

Logam Cr (VI)

Panjang (m) Lebar (m)


Sampel
0 5 10 0 5 10
Kontrol 4,80 5,73 5,80 1,87 2,37 2,47
Cr 0,1 ppm 4,93 5,60 6,00 1,83 2,50 2,73
Cr 1 ppm 4,87 5,03 5,50 2,20 2,60 2,90
Cr 2 ppm 4,73 5,10 5,61 1,97 2,77 3,10

Logam Cd

Panjang (m) Lebar (m)


Sampel
0 5 10 0 5 10
Kontrol 5,10 5,60 6,70 2,10 2,17 2,53
Cd 0,1 ppm 5,47 6,50 6,93 2,23 2,63 3,00
Cd 1 ppm 5,50 5,83 5,37 2,17 3,03 2,03
Cd 5 ppm 3,60 5,00 4,97 2,23 2,00 2,03
59

Lampiran 5. Perubahan pH media pada beberapa konsentrasi logam Cr (VI)


dan Cd

Logam Cr (VI)

8,5

7,5
Nilai pH

6,5

5,5
0 5 10
Hari ke-

Cr 0.1 ppm Cr 1 ppm Cr 2 ppm kontrol

Hari ke- Cr 0,1 ppm Cr 1 ppm Cr 2 ppm Kontrol


0 6,30 6,33 6,45 6,17
1 6,81 6,98 7,02 6,74
2 7,45 7,49 7,46 7,20
3 7,29 7,43 7,57 7,24
4 7,85 7,92 8,04 7,79
5 7,97 7,94 8,10 8,00
6 7,70 8,04 8,13 7,83
7 7,70 8,03 8,04 7,86
8 5,97 8,17 8,13 5,77
9 6,12 8,21 8,22 6,25
10 5,92 8,14 8.17 5,77
60

Lanjutan lampiran 5

Logam Cd

8,5
Nilai pH

7,5

6,5

5,5
0 5 10
Hari ke-

Cd 0.1 ppm Cd 1 ppm Cd 5 ppm kontrol

Hari Cd 0.1 ppm Cd 1 ppm Cd 5 ppm Kontrol


0 6.68 6,94 7,01 6,3,
1 6.46 6,64 6,61 6,37
2 7,04 7,10 7,15 7,02
3 7,53 7,57 7,60 7,39
4 7,87 7,92 7,86 7,71
5 7,92 7,93 7,90 7,76
6 8,07 8,02 7,97 7,95
7 8,20 8,06 8,00 8,10
8 8,25 8,13 8,11 8,22
9 8,26 8,20 8,10 8,33
10 8,18 8,15 8.12 8.24
61

Lampiran 6. Data faktor fisik

Hari Suhu (oC) Kelembapan (%) Intensitas cahaya (lux)


ke- Cr (VI) Cd Cr (VI) Cd Cr (VI) Cd
0 26.9 27.5 22 23 1290 1009
1 27.5 27.5 23 21 1143 1007
2 27.5 27.8 21 21 1136 1034
3 27.5 27.8 25 21 1029 1025
4 27.5 27.5 21 21 1051 1088
5 27.5 27.8 21 21 1126 1024
6 27.5 27.8 21 21 1122 1002
7 27.5 27.5 21 20 1025 1111
8 27.5 27.5 21 23 1110 1022
9 27.5 27.5 21 20 1048 1032
10 27.5 27.5 21 20 1078 1034
Kisaran 26.9-27.7 27.5-27.8 21-25 20-23 1029-1290 1007-1111
62

Lampiran 7. Pengamatan makroskopis

Logam Cr (VI)

Hari ke-0

Hari ke-5

Hari ke-10

Keterangan:
Kontrol
0,1 ppm
1 ppm
2 ppm
63

Logam Cd

Hari ke-0

Hari ke-5

Hari ke-10

Keterangan:
Kontrol
0,1 ppm
1 ppm
5 ppm
64

Lampiran 8. Pengamatan mikroskopis

Logam Cr (VI)

Hari ke-0

Hari ke-5

Hari ke-10
Keterangan:
Kiri : panjang Kanan : lebar
65

Logam Cd

Hari ke-0

Hari ke-5

Hari ke-10
Keterangan:
Kiri : panjang Kanan : lebar
66

Lampiran 9. Uji Anova terhadap kerapatan sel, jumlah koloni dan pH media
selama 11 hari pengamatan pada logam Cr (VI)

KERAPATAN
Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F Sig.
Kerapatan Antar kelompok 4.397E11 3 1.466E11 3,968 0,014
Dalam kelompok 1.478E12 40 3.694E10
Total 1.917E12 43

Hipotesis:
H0 : Konsentrasi mempengaruhi kerapatan sel
H1 : Konsentrasi tidak mempengaruhi kerapatan sel

Kriteria pengujian:
Jika q hitung < q tebel (0,05), H0 diterima
Jika q hitung > q tabel (0,05), H0 ditolak

Kesimpulan:
Kerapatan sel Scenedesmus dimorphus (sel/ml) selama 11 hari pengamatan
dipengaruhi konsentrasi logam Cr (VI)
KOLONI
Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F Sig.
Koloni Antar kelompok 2947,280 3 982,427 7,283 0,001
Dalam kelompok 5395,475 40 134,887
Total 8342,755 43

Hipotesis:
H0 : Konsentrasi logam Cr (VI) mempenaruhi jumlah koloni
H1 : Konsentrasi logam Cr (VI) tidak mempengaruhi jumlah koloni
Kriteria pengujian:
Jika q hitung < q tebel (0,05), H0 diterima
Jika q hitung > q tabel (0,05), H0 ditolak

Kesimpulan:
Jumlah koloni Scenedesmus dimorphus (koloni/ml) selama 11 hari pengamatan
dipengaruhi konsentrasi logam Cr (VI)
67

pH MEDIA
Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F Sig.
pH Antar kelompok 6,068 3 2,023 3,883 0,016
Dalam kelompok 20,834 40 0,521
Total 26,902 43

Hipotesis:
H0 : Konsentrasi logam Cr (VI) mempengaruhi jumlah koloni
H1 : Konsentrasi logam Cr (VI) tidak mempengaruhi jumlah koloni

Kriteria pengujian:
Jika Sig. hitung < Sig. tebel (0,05), H0 diterima
Jika Sig. hitung > Sig tabel (0,05), H0 ditolak

Kesimpulan:
pH media Scenedesmus dimorphus selama 11 hari pengamatan dipengaruhi
konsentrasi logam Cr (VI)
68

Lampiran 10. Uji lanjutan terhadap keraptan sel , jumlah koloni dan pH
media pada logam Cr (VI) antar tiap konsentrasi

KERAPATAN
alpha = 0.05
Konsentrasi N 1 2
Cr 2 ppm 11 7.084848E5
Cr 1 ppm 11 8.693939E5 8.693939E5
Kontrol 11 9.473485E5
Cr 0,1 ppm 11 9.589394E5
Sig. 0,057 0,310

Hipotesis:

H0: Tidak ada perbedaan kerapatan sel Scenedesmus dimorphus (sel/ml) antar
perlakuan

H1:Ada perbedaan kerapatan sel Scenedesmus dimorphus (sel/ml) antar perlakuan

Taraf nyata

Untuk = 0,05, maka q tabel adalah q (0,05p)

Kriteria pengujian

Jika q hitung < q tabel, H0 diterima


Jika q hitung > q tabel, H0 ditolak

Hasil perhitungan

1 Keterangan:
2
3 1= 0 ppm 3 = 1 ppm
4 ** ** 2 = 0,1 ppm 4 = 2 ppm
1 2 3 4
** = berbeda nyata (=0,05)
69

KOLONI
alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2
Cr 2 ppm 11 1.857576E1
Cr 1 ppm 11 3.209091E1
Cr 0,1 ppm 11 3.848485E1
Kontrol 11 3.875757E1
Sig. 1,000 0,212

Hipotesis:
H0: Tidak ada perbedaan Jumlah kolonisel Scenedesmus dimorphus (sel/ml) antar
perlakuan
H1:Ada perbedaan kerapatan sel Scenedesmus dimorphus (sel/ml) antar perlakuan

Taraf nyata
Untuk = 0,05, maka q tabel adalah q (0,05p)

Kriteria pengujian
Jika q hitung < q tabel, H0 diterima
Jika q hitung > q tabel, H0 ditolak

Hasil perhitungan
1
2
3
4 ** ** **
1 2 3 4

Keterangan:
1= 0 ppm 3 = 1 ppm
2 = 0,1 ppm 4 = 2 ppm

** = berbeda nyata (=0,05)


70

pH MEDIA
alpha = 0.05
Konsentrasi N 1 2
Kontrol 11 6,970909
Cr 0,1 ppm 11 7,009394
Cr 1 ppm 11 7,702121
Cr 2 ppm 11 7,760303
Sig. 0,901 0,851

Hipotesis:

H0: Tidak ada perbedaan pH media antar perlakuan


H1:Ada perbedaan pH media antar perlakuan

Taraf nyata

Untuk = 0,05, maka q tabel adalah q (0,05p)

Kriteria pengujian

Jika q hitung < q tabel, H0 diterima


Jika q hitung > q tabel, H0 ditolak

Hasil perhitungan

0
0,1
1 ** **
2 ** **
0 0,1 1 2

Keterangan:
1= 0 ppm 3 = 1 ppm
2 = 0,1 ppm 4 = 2 ppm

** = berbeda nyata (=0,05)


71

Lampiran 11. Uji Anova terhadap kerapatan sel, jumlah koloni dan pH media
pada logam Cd

KERAPATAN
Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F Sig.
Kerapatan Antar kelompok 8.613E12 3 2.871E12 13,305 0,000
Dalam
kelompok 8.632E12 40 2.158E11

Total 1.724E13 43

Hipotesis:

H0 : Konsentrasi logam Cd mempengaruhi kerapatan sel


H1 : Konsentrasi logam Cd tidak mempengaruhi kerapatan sel

Kriteria pengujian:

Jika q hitung < q tebel (0,05), H0 diterima


Jika q hitung > q tabel (0,05), H0 ditolak

Kesimpulan:

Kerapatan sel ScenedeJsmus dimorphus (sel/ml) selama 11 hari pengamatan


dipengaruhi konsentrasi logam Cd

KOLONI
Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F Sig.
Koloni Antar kelompok 1877,078 3 625,693 8,099 0,000
Dalam
kelompok 3090,344 40 77,259
Total 4967,422 43

Hipotesis:

H0 : Konsentrasi mempenaruhi jumlah koloni


H1 : Konsentrasi tidak mempengaruhi jumlah koloni
72

Kriteria pengujian:

Jika Sig. hitung < Sig. tebel (0,05), H0 diterima


Jika Sig. hitung > Sig tabel (0,05), H0 ditolak

Kesimpulan:

Jumlah koloni Scenedesmus dimorphus (koloni/ml) selama 11 hari pengamatan


dipengaruhi konsentrasi logam Cd

pH MEDIA
Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F Sig.
Ph Antar kelompok 0,088 3 0,029 0,076 0,973
Dalam
15,397 40 0,385
kelompok
Total 15,485 43

Hipotesis:

H0 : Konsentrasi loagm Cd mempengaruhi jumlah koloni


H1 : Konsentrasi logam Cd tidak mempengaruhi jumlah koloni

Kriteria pengujian:

Jika Sig. hitung < Sig. tebel (0,05), H0 diterima


Jika Sig. hitung > Sig tabel (0,05), H0 ditolak

Kesimpulan:

pH media Scenedesmus dimorphus selama 11 hari pengamatan dipengaruhi


konsentrasi logam Cd
73

Lampiran 12. Uji lanjutan terhadap keraptan sel , jumlah koloni dan pH
media selama 11 hari pengamatan pada logam Cr (VI)

KERAPATAN
alpha = 0.05
Konsentrasi N 1 2
Cd 5 ppm 11 4.252273E5
Cd 1 ppm 11 5.185606E5
Cd 0,1 ppm 11 1.270606E6
Kontrol 11 1.424545E6
Sig. 0,640 0,442

Hipotesis:

H0: Tidak ada perbedaan kerapatan sel Scenedesmus dimorphus (sel/ml) antar
perlakuan

H1:Ada perbedaan kerapatan sel Scenedesmus dimorphus (sel/ml) antar perlakuan

Taraf nyata

Untuk = 0,05, maka q tabel adalah q (0,05p)

Kriteria pengujian

Jika q hitung < q tabel, H0 diterima


Jika q hitung > q tabel, H0 ditolak

Hasil perhitungan

0 Keterangan:
1
2 ** 1= 0 ppm 3 = 1 ppm
3 ** ** ** 2 = 0,1 ppm 4 = 5 ppm
0 1 2 3
** = berbeda nyata (=0,05)
74

KOLONI
alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2
Cd 1 ppm 11 2.793939E1
Cd 5 ppm 11 4.018182E1
Kontrol 11 4.190909E1
Cd 0,1 ppm 11 4.521212E1
Sig. 1,000 0,213

Hipotesis:

H0: Tidak ada perbedaan Jumlah koloni sel Scenedesmus dimorphus (sel/ml)
antar perlakuan

H1:Ada perbedaan jumlah koloni sel Scenedesmus dimorphus (sel/ml) antar

perlakuan

Taraf nyata

Untuk = 0,05, maka q tabel adalah q (0,05p)

Kriteria pengujian

Jika q hitung < q tabel, H0 diterima


Jika q hitung > q tabel, H0 ditolak

Hasil perhitungan
Keterangan:
1
2 1= 0 ppm 3 = 1 ppm
3 ** ** 2 = 0,1 ppm 4 = 5 ppm
4 **
1 2 3 4 ** = berbeda nyata (=0,05)
75

Lampiran 13. Uji Anova terhadap penyerapan logam Cr (VI), ukuran panjang dan
lebar sel S. dimorphus Cr (VI)

PENYERAPAN
Jumlah kuadrat df Kuadat tengah F Sig.
Penyerapan Antar kelompok 5207,651 3 1735,884 2,320 0,152
Dalam
5985,779 8 748,222
kelompok
Total 11193,430 11

Hipotesis:

H0 : Konsentrasi mempengaruhi penyerapan logam Cr (VI)


H1 : Konsentrasi tidak mempengaruhi penyerapan logam Cr (VI)

Kriteria pengujian:

Jika q hitung < q tebel (0,05), H0 diterima


Jika q hitung > q tabel (0,05), H0 ditolak

Kesimpulan:

Penyerapan logam Cr (VI) Scenedesmus dimorphus tidak dipengaruhi konsentrasi

UKURAN PANJANG DAN LEBAR


Jumlah kuadrat df Kuadat tengah F Sig.
Panjang Antar kelompok 0,347 3 0,116 0,510 0,686
Dalam
1,813 8 0,227
kelompok
Total 2,160 11
Lebar Antar kelompok 0,285 3 0,095 0,485 0,702
Dalam
1,566 8 0,196
kelompok
Total 1,851 11
76

Hipotesis:

H0 : Konsentrasi mempengaruhi ukuran panjang dan lebar pada Scenedesmus


dimorphus

H1 : Konsentrasi tidak mempengaruhi ukuran panjang dan lebar pada


Scenedesmus dimorphus

Kriteria pengujian:

Jika Sig. hitung < Sig. tebel (0,05), H0 diterima


Jika Sig. hitung > Sig tabel (0,05), H0 ditolak

Kesimpulan:

Ukuran panjang dan lebar Scenedesmus dimorphustidak dipengaruhi konsentrasi


logam Cr (VI)
77

Lampiran 14. Uji Anova terhadap penyerapan logam Cd, ukuran panjang dan
lebar sel S. dimorphus

PENYERAPAN
Jumalah kuadrat df Kuadrat tengah F Sig.
Penyerapan Antar kelompok 3672,773 3 1224,258 1,606 0,263
Dalam
6097,038 8 762,130
kelompok
Total 9769,811 11

Hipotesis:

H0 : Konsentrasi mempengaruhi penyerapan logam Cd


H1 : Konsentrasi tidak mempengaruhi penyerapan logam Cd

Kriteria pengujian:

Jika q hitung < q tebel (0,05), H0 diterima


Jika q hitung > q tabel (0,05), H0 ditolak

Kesimpulan:

Penyerapan logam Cr (VI) Scenedesmus dimorphus tidak dipengaruhi konsentrasi

UKURAN PANJANG DAN LEBAR


Jumalah kuadrat df Kuadrat tengah F Sig.
Panjang Antar kelompok 5,045 3 1,682 3,478 0,070
Dalam
3,867 8 0,483
kelompok
Total 8,912 11
Lebar Antar kelompok 0,459 3 0,153 1,194 0,372
Dalam
1,024 8 0,128
kelompok
Total 1,483 11
78

Hipotesis:

H0 : Konsentrasi logam Cd mempengaruhi ukuran panjang dan lebar pada


Scenedesmus dimorphus

H1 : Konsentrasi logam Cd tidak mempengaruhi ukuran panjang dan lebar


pada Scenedesmus dimorphus

Kriteria pengujian:

Jika q hitung < q tebel (0,05), H0 diterima


Jika q hitung > q tabel (0,05), H0 ditolak

Kesimpulan:

Ukuran panjang dan lebar Scenedesmus dimorphustidak dipengaruhi konsentrasi


logam Cr (VI)
79

Lampiran 15. Perhitungan penentuan jumlah logam yang digunakan

Penentuan jumlah logam yang dibutuhkan dalam pembuatan larutan logam Cr

VI dan Cd berdasarkan rumus Berat Molekul (BM) unsur yang digunakan, karena

logam yang digunakan dalam bentuk senyawa kimia atau bukan logam murni.

Logam Cr VI Pembuatan larutan Cr VI konsentrasi


1000 ppm

K2CrO4 Cr 1000 ppm = gr x Ar Cr x larutan (ml)


Mr K2CrO4
Ar
1000 ppm = gr x 52 x 1000 ml
K = 39,1 x 2 = 78,2 194,2
Cr = 52 x1 = 52 194200 = gr x 52000
O = 16 x4 = 64 +
gr = 194200
194,2 52000
= 3,734 gr

Jadi untuk membuat larutan logam Cr VI dengan konsentrasi 1000 ppm


dengan melarutkan 3,734 g K2CrO4 dalam 1000ml akuades.

Logam Cd Pembuatan larutan Cd konsentrasi


1000 ppm

CdSO4 . 8H2O Cd 1000 ppm = g x Ar Cd x larutan (ml)


Mr CdSO4 . 8H2O
Ar
1000 ppm = g x 112,4 x 1000 ml
Cd = 112,4 x 1 = 112,4
352,47
S = 32,07x 1 = 32,07 352470 = g x 112400
O = 16 x 12 = 192
g = 352470
H =1 x 16 = 16 + 112400
352,47 = 3,135 g

Jadi untuk membuat larutan logam Cr dengan konsentrasi 1000 ppm dengan
memasukkan 3,135 g CdSO4 . 8H2O dalam 1000ml akuades

Anda mungkin juga menyukai