Fauziah FST
Fauziah FST
FAUZIAH
JAKARTA
2011 M/1433 H
EFEKTIVITAS PENYERAPAN LOGAM KROMIUM (Cr VI)
Skripsi
FAUZIAH
107095003016
JAKARTA
2011 M/1433 H
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul Efektivitas Penyerapan Logam Kromium (Cr VI) dan Kadmium
(Cd) oleh Scenedesmus dimorphus yang ditulis oleh Fauziah, NIM
107095003016 telah diuji dan di nyatakan LULUS dalam sidang Munaqasyah
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tangga 08 Desember 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi
Biologi.
Menyetujui
Penguji 1, Penguji 2,
Pembimbing 1, Pembimbing 2,
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M. Sis. DR. Lily Surayya Eka Putri, M. Env. Stud.
NIP. 1968 0117 2001 12 1001 NIP. 1969 4042 00501 2005
PERNYATAAN
Fauziah
NIM. 107095003016
ABSTRAK
Demi masa.
Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan
serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati
untuk kesabaran.
{QS. Al-Asr: 1-3}
Terimakasihku.
Ummi dan aba yang tiada henti memberi doa dan motivasi
Doa mu kini terwujud, harapanmu kenyataan
Tanpamu takkan ku capai cita
Berkat cintamu, kuraih impian
Kuharap semangat ini akan terus berkobar
pada adik-adikku (Isol, Rika, Pipit, Riza & Lana)
Demi mencapai satu tujuan bersama
Membahagiakan ummi dan aba
Inilah janjiku
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadiran Allah SWT Yang
Penyerapan Logam Kromium (Cr VI) dan Kadmium (Cd) oleh Scenedesmus
dimorphus dapat penulis selesaikan sesuai dengan harapan. Shalawat dan salam
keluarga dan para pengikutnya yang senatiasa memberi tauladan kepada umatnya.
logam berat.
untuk semua bantuan dan dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak dalam
pelaksanaan studi sampai penelitian sehingga tersusun skripsi ini, semoga allah
SWT memberkan balasan yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
tidak mungkin tersusun tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, yaitu:
1. DR. Lily Surayya Eka Putri, M. Stud. Env. selaku Ketua Pogram Studi Biologi
2. Dasumiati M. Si. selaku pembimbing II. Terimakasih atas transfer ilmu dan
4. Megga R. Pikoli, M. Si. dan Narti Fitriana, M. Si. Selaku penguji sidang yang
telah banyak memberi masukan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Etyn Yunita, M. Si. dan Dini Damayanti, S.Si. yang telah banyak memberi
Amal, Restu, Puput, Yudhi, Seno, Jael, Dwi, Ifah, Ery, Kiki, Ida, Niar, Mbul,
Ozan dan Galih (B 1007 UIN), Mardiansyah, S. Si. (Biologi 2003), Taufik
Hidayat (Fisika 2007) dan Itoh (Kimia 2007) serta semua teman penulis.
Penulis sadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saran
skripsi ini.
BAB I PENDAHULUAN
3.4.2. Inokulasi............................................................................ 25
LAMPIRAN ................................................................................................ 55
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Halaman
Lampiran 11. Uji Anova terhadap kerapatan sel, jumlah koloni dan
pH media pada logam Cd ..............................................................................
71
Lampiran 12. Uji lanjutan terhadap keraptan sel , jumlah koloni dan
pH media selama 11 hari pengamatan pada logam Cr
(VI)...............................................................................................................
73
PENDAHULUAN
dihasilkan oleh industri dapat berupa bahan organik maupun anorganik. Logam
berat dan limbah anorganik lainnya tidak dapat membusuk sehingga sulit
didegradasi, apabila limbah ini masuk ke dalam perairan maka akan menyebabkan
peningkatan jumlah ion logam dalam air (Giyatmi, dkk., 2008). Menurut Palar
(1994), air yang mengandung cuprum (Cu), kromium (Cr), dan argentum (Ag)
Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, ambang batas krom
heksavalen (Cr VI) adalah 1 mg/L. Kromium (Cr VI) ini bersifat karsinogenik dan
Kadmium (Cd) dapat menimbulkan efek yang negatif terhadap tubuh manusia
seperti kerusakan pada ginjal dan jantung, selain itu kadmium juga dapat
1
2
industri sebesar 0,5 mg/l (Anggraini, 2007), dengan demikian konsentrasi ini telah
mengurangi pencemaran logam berat, baik secara fisika, kimia dan biologi.
Pengolahan limbah secara biologis untuk mengurangi logam berat dari air
sinar matahari, karbondioksida (CO2) dan nutrient berupa garam mineral (Afrizi,
2002).
85%, 88% dan 89% . Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dicari dan diuji
2. Apakah S. dimorphus lebih efektiv menyerap logam Cr (VI) dari pada Cd?
kerapatan S. dimorphus?
3
1.3. Hipotesis
dimorphus.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi pengolahan limbah
logam berat dan memberikan informasi tentang potensi Scenedesmus sp. sebagai
sehingga dapat digunakan sebagai masukan bagi industri dalam mengolah limbah
logam beratnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorophyccales
Famili : Scenedesmaceae
Genus : Scenedesmus
Spesies : S. dimorphus
ujungnya dengan sel terluar berbentuk bulan sabit. Sel mempunyai panjang antara
sp. mempunyai kloroplas yang memanjang dan berisi satu pirenoid. Kloroplas
pada sel yang sudah tua biasanya mengisi seluruh rongga sel. Setiap sel dalam
coenobium mempunyai sebuah inti. (Smith, 1955 dan Pentecost, 1984 dalam
Afrizi, 2002).
4
5
A B
Struktur dinding sel Scenedesmus sp. tersusun atas lapisan pektin dan
selulosa (Gambar 1). Khotimah, dkk (2010) menyatakan bahwa struktur selulosa
pada dinding sel Scenedesmus sp. berpotensi cukup besar untuk dijadikan sebagai
sifat polar pada adsorben tersebut, dengan demikian selulosa lebih kuat
Gambar 3. Proses pertukaran ion Cr pada permukaan membran sel (Cossich, dkk, 2002)
Bold dan Wyne (1985) menyatakan bahwa Scenedesmus sp. berkembang biak
secara aseksual dengan autokoloni (membelah diri). Pembelahan sel terjadi dua
yang kedua terjadi secara membujur (Steenberge, 1975 dalam Afrizi, 2002).
autokoloni dilakukan dengan cara memecah dinding sel induk, tiap koloni yang
Scenedesmus sp. akan menghasilkan sel gamet biflagel. Sel gamet tersebut akan
melebur dan membentuk zigot, kemudian zigot akan membesar dan membelah
menjadi 40 sel atau lebih. Sel gamet yang tidak dapat melebur dengan sel gamet
lainnya akan mati dan mengalami lisis (Bold dan Wyne, 1985)
Scenedesnus sp. tersebar luas di perairan tawar dan payau, khususnya pada
kondisi yang kaya nutrient. Selain itu menurut Bold dan Wyne (1985),
Scenedesmus sp. dalam kultur dapat ditandai dengan bertambah besarnya ukuran
sel atau bertambah banyaknya jumlah sel. Hingga saat ini kepadatan sel
1. Fase istirahat
fisiologis mikroalga sangat aktif dan terjadi proses sintesis protein baru.
Fase ini diawali oleh pembelahan sel dengan laju pertumbuhan tetap. Pada
kondisi kultur yang optimum, laju pertumbuhan pada fase ini mencapai maksimal.
3. Fase stasioner
dengan fase logaritmik. Pada fase ini laju reproduksi sama dengan laju kematian,
dengan demikian penambahan dan pengurangan jumlah sel relatif sama atau
4. Fase kematian
Pada fase ini laju kematian lebih cepat daripada laju reproduksi. Jumlah
jumlah hara yang ada, dan beberapa kondisi lingkungan yang lain. Secara
2.2.1. Inokulum
10.000 sel/ml, sedangkan Xiaolei Jin, dkk (1996) mengenai toksisitas nikel (Ni)
yang baik untuk Scenedesmus pada medium Beneck adalah 5.000.000 sel/ml
(Rahmadi, 2009).
10
2.2.2. Cahaya
sumber cahaya berasal dari matahari yang dapat langsung dimanfaatkan oleh
organisme autotrof menjadi energi kimia oleh aktifitas klorofil (Afrizi, 2002).
Laju fotosintesis dikontrol oleh tiga faktor yang bekerja saling berkaitan.
(Spotte, 1979 dalam Afrizi, 2002). Hal dan Rao (1987) menjelaskan keterkaitan
Cahaya
n CO2 + n H2O n CH2O + n O2
Klorofil
lux cocok untuk kultur dalam Erlenmeyer, sedangkan intensitas 5.000-10.000 lux
untuk volume yang lebih besar (Fadilla, 2010). Kisaran intensitas cahaya untuk
alga. Hal ini terkait dengan lamanya penyinaran, semakin lama waktu penyinaran
maka semakin banyak cahaya yang dapat dimanfaatkan dalam proses fotosintesis.
Penyerapan saat fase terang 10-15 kali lebih besar daripada fase gelap (Darley,
1982).
11
subspicatus pada medium Bristol dengan fotoperiodisasi 16 jam terang dan 8 jam
pada medium Beneck, Afrizi (2002) melalukan penelitian tentang pengaruh warna
dan lapisan cahaya merah, biru, hijau dan putih terhadap pertumbuhan
ditimbulkan oleh kromium. Hal tersebut terjadi karena transport ion logam ke
dalam sel berlangsung melalui transport aktif (Knauer, dkk, 1997). Proses
transport aktif dapat terjadi bila ada energi yang di dapatkan dari proses
fotosintesis sel.
Cahaya memiliki panjang gelombang yang berbeda, daya serap oleh pigmen
yang berbeda dan kemampuan penetrasi yang berbeda pula (Afrizi, 2002).
ke dalam air yang paling baik adalah warna cahaya biru. Menurut Govindjee dan
Braun (1974) dalam Afrizi (2002), alga memiliki beberapa pigmen yang mampu
yang sangat baik dalam menyerap warna merah dan biru. Pigmen ini terdiri dari
klorofil a dan b (Afrizi, 2002). (2) Karotenoid adalah pigmen yang mampu
12
menyerapa cahaya warna biru dan hijau dengan baik. (3) Phycobilin adalah
pigmen yang mampu menyerapa cahaya warna hijau, kuning dan orange.
pada media akan menyebabkan penurunan laju fotosintesis (Reynold, 1984) yang
2.2.4. Nutrien
unsur-unsur Mn, Bo, Zn, Cu, dan Co dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit
(elemen mikro).
2.2.5. Suhu
dapat mengakibatkan penurunan laju fotosintesis dan pada suhu ekstrim seperti
pada suhu 400C yang melebihi suhu optimum dapat mengakibatkan jumlah sel
13
Miyachi, 1988). Pertumbuhan optimal Scenedesmus sp. dilakukan pada suhu 310C
sampai 320C, dengan suhu maksimum 340C sampai 360C (Afrizi, 2002).
senyawa yang bersifat asam. Selama fotosintesis pada siang hari, alga hijau
hasil panen yang baik dari kultur Scenedesmus adalah pada pH sekitar 7 (Afrizi,
2002). Agar mendapatkan hasil yang baik, kultur Scenedesmus sp. dilakukan pada
Kromium (Cr) dalam table periodik merupakan unsur dengan nomor atom 24
dan nomor massa 51,996. Atom tersebut terletak pada periode 4, golongan IVB.
Logam kromium berwarna putih, kristal keras dan sangat tahan korosi, melebur
pada suhu 10930C sehingga sering digunakan sebagai lapisan, pelindung atau
bentuk chromite (FeO.Cr2O3). Logam kromium larut dalam asam klorida encer
atau pekat. Jika tidak terkena udara, akan membentuk ion-ion kromium.
Logam kromium tidak dapat teroksidasi oleh udara yang lembab dan bahkan pada
proses pemanasan cairan, logam kromium teroksidasi dalam jumlah yang sangat
sedikit. Logam kromium mudah larut dalam HCl, sulfat, dan perklorat. Sesuai
dengan tingkat oksidasinya, logam atau ion kromium yang telah membentuk
Ion kromium (II) memiliki bilangan oksidasi +2, bersifat agak tidak stabil
karena merupakan zat pereduksi yang kuat, bahkan dapat menguraikan air
mudah mengoksidasinya menjadi ion kromium (III). Ion ini membentuk larutan
yang berwarna biru. Senyawa yang terbentuk darri ion Cr 3+ akan bersifat basa
Dalam larutan ion-ion ini berwarna hijau atau lembayung. Senyawa yang
terbentuk dari ion logam Cr3+ bersifat amfoter (Yefridaa dan Yuniartis, 2009).
Kromium (Cr III) merupakan mikroelemen bagi makhluk hidup, tetapi bersifat
toksik dalam dosis tinggi. Kromium (Cr III) dibutuhkan untuk metabolisme
hormon insulin dan pengaturan kadar glukosa darah. Defisiensi Cr (III) bisa
dari ion kromium (VI) akan bersifat asam. Ion-ion kromat dan dikromat
Kromium adalah bahan kimia yang persisten, bioakumulatif, dan toksik yang
tinggi serta tidak mampu terurai di dalam lingkungan, sulit diuraikan dan akhirnya
heksavalen (Cr VI) lebih toksik dibandingkan Cr (III), baik paparan akut maupun
kronis (Yuliani, 2009). Tingkat toksisitas Cr (VI) sangat tinggi sehingga bersifat
racun terhadap semua organisme untuk konsentrasi > 0,05 ppm. Cr (VI) bersifat
Kadmium (Cd) adalah salah satu logam berat dengan penyebaran yang sangat
luas di alam, logam ini bernomor atom 48, berat atom 112,40 dengan titik cair
321oC dan titik didih 765oC. Di alam Cd bersenyawa dengan belerang (S) sebagai
Kadmium merupakan logam lunak (ductile) berwarna putih perak dan mudah
teroksidasi oleh udara bebas dan gas amonia (NH3) (Palar, 2004). Kadmium
bervalensi dua (Cd2+) adalah bentuk terlarut stabil dalam lingkungan perairan laut
pada pH dibawah 8,0. Kadar Cd di perairan alami berkisar antara 0,29-0,55 ppb
dengan rata-rata 0,42 ppb. Di lingkungan alami yang bersifat basa, kadmium
ikatan kompleks dengan ligan baik organik maupun anorganik, yaitu Cd2+,
tulang, hati, kelenjer reproduki dan ginjal. Logam Cd juga bersifat neurotoksin
Mekanisme pengambilan logam berat oleh mikroalga terdiri atas dua proses
yakni adsorbi dan absorbsi. Adsorbsi terjadi melalui dua proses, yakni pertukaran
ion dan pengikatan ion logam berat oleh gugus fungsi yang terdapat pada
permukaan sel. Dinding sel mikroalga umumnya terdiri atas selulosa yang
memiliki gugus fungsional seperti hidroksil yang dapat berikatan dengan logam
lambat dari pada adsorbsi. Logam berat yang terabsorbsi akan terakumulasi di
dalam sel logam berat yang terabsorbsi akan berkaitan dengan protein pengikat
logam seperti metalotionein dan fitokelatin, selanjutnya logam berat tersebut akan
antara lain pH, suhu, cahaya, keberadaan ion lain dan agen pengkelat. Derajat
akan membentuk senyawa komplek yang tidak larut dalam air pada pH tinggi.
Kromium (Cr VI) dan Kadmium akan berbentuk ion bebas pada pH rendah
enzimatik dan transport aktif. (Soeder & Stengel, 1974). Cahaya juga
melalui transport aktif yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh cahaya. Hal
logam berat oleh mikroalga. Hasil penelitian Issa dkk (1995) menunjukkan bahwa
ion Ca2+ dapat menghambat pengambilan ion Cd2+, Ni2+, Mn2+ dan Co2+ pada
ion Ca2+ dengan ion logam berat untuk berikatan dengan situs pengikatan yang
pengkelat akan berikatan dengan ion Cr (VI) dan Cd sehinga pengambilan kedua
ion logam tersebut oleh mikroalga berkurang. Ion Cr (VI) dan Cd yang berikatan
Selain itu mikroalga juga mampu melakukan detoksifikasi logam berat yang
merupakan proses pengubahan logam berat menjadi bentuk yang tidak beracun
terjadi melalui adsorbsi logam berat pada dinding sel. Logam berat dapat
teradsorpsi pada dinding sel karena dinding sel mikroalga memiliki gugus
merupakan salah satu protein pengikat logam merupakan salah satu proses
mikroalga antara lain metalotionin dan fitokelatin yang dapat berikatan dengan
logam berat karena memiliki gugus sulfidril (-SH) yang dapat berikatan dengan
suatu unsur yang terdapat dalam suatu cuplikan berdasarkan penerapan cahaya
pada panjang gelombang tertentu oleh atom-atom bentuk gas dalam keadaan dasar
unsur-unsur logam dalam jumlah renik karena mempunyai kepekaan tinggi. Cara
19
analisis dengan alat ini akan mendapatkan kadar total unsur dalam cuplikan.
Untuk analisis suatu logam tertentu dapat dilakukan dengan campuran unsur-
dasar yang berada dalam nyala. Hal ini merupakan dasar penentuan kuantitatif
Industrialisasi
Organik Anorganik
Pengolahan Limbah
Mikroalga
Penyerapan Logam
Pengurangan Konsentrasi
Aman bagi lingkungan Logam Pada Limbah Cair
METODOLOGI PENELITIAN
2011.
Bahan
(DUTATONIK H-16) yang mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap
yang dibutuhkan, meliputi N, P, K, Mg, Ca, S, Zn, Cl, Fe, Mn, Cu, B, Mo, Co, Na
Alat
Peralatan yang digunakan meliputi alat gelas (labu Erlenmeyer, gelas objek,
gelas penutup, kuvet, gelas ukur, gelas piala, pipet tetes, batang pengaduk),
21
22
Serapan Atom (SSA) Perkin Elmer A Analyst 700, kamera kodak EasyShare
M340, spatula, mikropipet dan tip, isolasi, aluminium foil, tissue, spiritus,
pembakar spiritus.
acak lengkap (RAL) yang terdiri atas empat macam perlakuan dan tiga ulangan
2001 tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang
diperbolehkan bagi kegiatan industri dengan ambang batas 1 mg/l bagi Cr (VI)
Konsentrasi (ppm)
Perlakuan
Cr (VI) Cd
1 0,1 0,1
2 1 1
3 2 5
4 0 (kontrol)
3.4.1. Persiapan
1. Alat
bersih. Setelah kering alat gelas dibungkus dengan kertas kemudian disterilisasi
tekanan 2 atm.
kemudian ditera dengan akuades ingga volume 3 L dan diaduk sampai homogen.
Pembuatan larutan stok diawali dengan pembuatan larutan induk 1000 ppm
dilakukan pengenceran sampai 100 ppm dengan volume 100 ml untuk masing-
a. Cr (VI)
dan ditera dengan larutan pupuk daun hingga volume 100 ml dengan konsentrasi
b. Cd
ditera dengan larutan pupuk daun hingga volume 100 ml dengan konsentrasi awal
diinkubasi selama 7 hari dengan fotoperiodisasi 12 jam terang dan 12 jam gelap.
Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan sel yang seragam dalam tahap
3.4.2. Inokulasi
1.290 lux. Fotoperiodisasi diatur dengan 12 jam terang dan 12 jam gelap.
meliputi suhu ruang (0C), kelembapan (%) dan intensitas cahaya (lux).
kerapatan sel selama penelitian berlangsung. Perhitungan dimulai dari t 0 (hari ke-
waktu cukup lama untuk memasuki fase kematian sehingga pengamatan tidak
k = n x Fp x Lb (2500)
Keterangan:
k = kerapatan sel S. dimorphus (sel/ml)
n = jumlah total sel dalam 4 kotak kamar hitung
Fp = faktor pengenceran yang digunakan
Lb = Luas bidang pandang
kerapatan sel. Koloni yang dihitung merupakan kumpulan beberapa sel individu
dewasa.
27
mikrometer okuler. Bagian sel S. dimorphus yang diukur adalah panjang dan lebar
Persen penurunan logam kromium (Cr (VI)) dan kadmium (Cd) dihitung dengan
perumusan:
Keterangan:
Cterserap = konentrasi logam terserap (mg/L)
Cawal = konsentrasi logam sebelum pengontakan (mg/L)
Cakhir = konsentrasi logam setelah pengontakan (mg/l)
28
Data yang didapat berupa data persen penyerapan logam, kerapatan sel,
jumlah koloni, dan ukuran sel berupa pajang dan lebar. Data tersebut dianalisis
dengan dengan analisis of varians (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan
Persiapan alat
Inokulasi sel
Inkubasi 10 hari
pH media
Kelembapan
Intensitas cahaya
pada setiap konsentrasi yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
rata penurunan konsentrasi Cr (VI) tertinggi pada hari ke-5 sebesar 94,24% dan
77,36% pada hari ke-10 yaitu terdapat pada konsentrasi 0,1 ppm (Gambar 9).
Cr (VI).
94,23
100 77,36
Penyerapan (%)
80
60
31,98 29,77
25,72 23,94
40
20
0
0,1 1 2
Konsentrasi (ppm)
hari ke-5 hari ke-10
pada konsentrasi rendah memiliki laju penyerapan yang lebih cepat. Tingginya
30
31
struktur dinding sel yang salah satu penyusunnya adalah selulosa. Selulosa
memiliki gugus hidroksil sehingga dapat berikatan dengan logam berat (Gupta
pertukaran ion antara selulosa dengan Cr (VI) (Gambar 3). Interaksi yang terjadi
pengubahan logam berat menjadi bentuk tidak beracun (Rusmin, 2005). Selain itu
pengikat logam dan protein yang terdapat pada mikroalga antara lain
logam berat karena memiliki gugus sulfidril (-SH) (Pinto dkk, 2002). Cobbet
Tingginya penyerapan Cr (VI) konsentrasi 0,1 ppm pada hari ke-5 dan 10
tidak diikuti dengan konsentrasi 1 ppm yang hanya sebesar 31,98% dan 25,72%
begitu pula dengan konsentrasi 2 ppm sebesar 29,77% dan 23,94%. Semakin
jumlah molekul yang berada pada media semakin banyak dan kemampuan S.
lanjutan, konsentrasi 0,1 ppm dan kontrol berbeda nyata dengan konsentrasi 2
sampai hari ke-5. Pada hari berikutnya nilai pH mengalami penurunan sampai
nilai pH 5,92 dan 5,77 di hari ke-10 untuk konsentrasi 0,1 ppm dan kontrol
(Lampiran 5). Menurunnya nilai pH pada konsentrasi 0,1 ppm diduga karena
Nilai pH pada kontrol juga mengalami penurunan, hal ini diduga karena
media terus meningkat sampai hari ke-10. Semakin tinggi nilai pH media akan
mengendap. Pada pH yang tinggi, konsentrasi OH- larutan juga tinggi sehingga
ion Cr lebih mudah mengikat OH- dari pada dengan adsorben (Khotimah dkk,
33
(VI) pada hari ke-5 dan 10. Tingginya nilai pH pada konsentrasi 1 dan 2 ppm juga
diduga karena proses fotosintesis yang terjadi. Pada saat fotosintesis, sebagian
ion H+ dalam media menurun sehingga nilai pH meningkat (Graham & Wilcox,
2000).
100
65.91
penyerapan (%)
80
50.33 55.53 60.73 58,9
60
40
20 0
0
0,1 1 5
Konsentrasi (ppm)
hari ke-5 hari ke-10
Gambar 10. Kemampuan penyerapan logam Cd oleh S. dimorpus pada hari ke-5 dan 10
menggantikan fungsi Zn pada mikroalga (Hunter & Boyd, 1997) meskipun tidak
semaksimal kerja Zn. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Lane dan
34
ini dapat meningkatkan jumlah CO2 yang tersedia untuk fotosintesis karena enzim
tersebut merupakan katalis pada reaksi pengubahan ion bikarbonat (HCO 3-)
menjadi CO2 (Graham & Wilcox, 2000). Meskipun demikian berdasarkan uji
dengan kata lain S. dimorphus mampu beradaptasi pada perlakuan yang diberikan.
Selain kemampuan S. dimorphus dalam memanfaatkan logam Cd, hal ini juga
selulosa yang melapisi diding sel S. dimorphus. Penyerapan Cd oleh dinding sel
dapat mencegah Cd masuk kedalam sel atau mengurangi jumlah sel yang masuk
kedalam sel (Rusmin, 2005) sehingga akan mengurangi tingkat keracunan pada
konsentrasi tinggi seperti pada konsentrasi 5 ppm dan S. dimorphus akan terus
sel).
Pada hari ke-10 penyerapan tertinggi terdapat pada konsentrasi 1 ppm yakni
sebesar 60,73%. Hal ini diduga karena pada konsentrasi tersebut masih bisa
jumlahnya mencapai maksimal seperti pada fase eksponensial. Hal ini terkait
dengan ukuran sel yang berukuran kecil, dimana rasio antar luas permukaan dan
volume menjadi sangat besar bila jumlahnya juga maksimal dan akan sangat
halnya dengan konsentrasi 0,1 ppm penyerapan tidak terjadi karena diduga pada
sebagian Cd telah mengalami pengendapan sehingga tidak dapat diserap lagi oleh
pH media (Lampiran 5). Perubahan pH media yang terjadi relatif sama antar
setiap konsentrasi sampai hari terakhir, perubahan yang terjadi tidak dipengaruhi
hari ke-10.
basa dan membentuk senyawa kompleks yang tidak larut dalam air sehingga tidak
konsentrasi CO2, ion karbonat (CO32-) dan ion bikarbonat (HCO3) dalam media
(Reynolds, 1984 dalam Rahmadi, 2005). Hal ini memberikan dampak yang
kurang baik bagi penyerapan Cd karena pada pH basa Cd akan mengendap, tetapi
berdampak baik bagi pertumbuhan sel karena sel tidak mengalami keracunan.
6,5
Log jumlah (sel/ml)
6,3
6,1
5,9
5,7
5,5
0 5 10
Hari ke-
Cr 0.1 ppm Cr 1 ppm Cr 2 ppm kontrol
tidak terlihat pada tiap konsentrasi tetapi langsung memasuki fase eksponensial.
37
Fase adaptasi diduga terjadi kurang dari 24 jam sehingga tidak teramati saat
pengamatan dihari pertama. Hal ini terjadi karena media yang digunakan sama
(0,1 , 1, 2 dan kontrol) dan cenderung terus naik meskipun tidak signifikan dan
befluktuatif menunjukkan terjadi suatu fase eksponensial. Hal ini terus terjadi
sampai hari ke-9 dan hari ke-10 sebagian besar masing-masing konsentrasi
dimorphus pada setiap konsentrasi dapat diamati secara visual yakni dengan
melihat perubahan warna kultur (Lampiran 7). Perubahan warna kultur pada
ke-0, 5 dan 10. Hal ini sejalan dengan perhitungan jumlah sel yang cenderung
Berdasarkan uji lanjutan, konsentrasi 0,1 dan kontrol berbeda nyata dengan
70
yang diberikan (p0,05). Menurut Siver & Trainor (1981 dalam Rusmin, 2005)
pembentukan koloni dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, cahaya
dan nutrien. Pembentukan koloni pada penelitian ini dipengaruhi kadar nutrien
karena faktor suhu dan cahaya pada penelitian relatif konstan (Lampiran 6).
koloni konsentrasi 2 ppm berbeda nyata dengan konsentrasi 0,1 , 1 dan kontrol
(Lampiran 9). Jumlah koloni terendah ada pada konsentrasi 2 ppm, rendahnya
jumlah koloni pada konsntrasi tersebut diduga akibat sel-sel mengalami kematian
akibat keracunan logam Cr (VI) sehingga hanya sel-sel yang masih mampu
bertahan hiduplah yang membentuk koloni. Pada ketiga konsentrasi lainnya yakni
0,1; 1 ppm dan kontrol, jumlah koloni yang terbentuk tidak berbeda nyata. Jumlah
39
koloni terus mengalami peningkatan dan jumlah koloni tertinggi terjadi pada hari
ke-3 dan 4, sedangkan pada hari ke-5 jumlah koloni menurun sampai hari ke-10.
10
8
Ukuran sel
0
0 5 10 0 5 10
Panjang (m) Lebar (m)
Cd 0.1 ppm Cd 1 ppm Cd 5 ppm kontrol
Gambar 13. Perubahan ukuran panjang dan lebar S. dimorphus pada hari ke-0, 5 dan 10
di beberapa konsentrasi logam Cr (VI)
Selain pembentukan koloni, juga dilakukan pengukuran panjang dan lebar sel.
Rata-rata ukuran panjang dan lebar sel pada masing-masing konsentrasi relatif
sama (Gambar 13). Hasil uji Anova terhadap pengaruh konsentrasi pada ukuran
panjang dan lebar sel S. dimorphus pada hari ke-0, 5 dan 10 menyatakan bahwa
tidak ada pengaruh konsentrasi terhadap ukuran panjang dan lebar sel S.
dimorphus (p0,05) (Lampiran 13). Rata-rata ukuran panjang dan lebar sel S.
dimorphus dari hari ke-0, 5 dan 10 terus mengalami peningkatan meskipun tidak
signifikan.
konsentrasi mempengaruhi kerapatan sel (p0,05) dan sesuai dengan uji lanjutan
40
kontrol dan 0,1 ppm berbeda nyata dengan konsentrasi 1 dan 5 ppm (Lampiran
membutuhkan proses adaptasi yang cukup lama sampai hari kedua untuk kontrol
6,5
Log jumlah (sel/ml)
6,3
6,1
5,9
5,7
5,5
0 5 10
Hari ke-
Cd 0.1 ppm Cd 1 ppm Cd 5 ppm kontrol
Tingginya rata-rata kerapatan sel pada konsentrasi 0,1 ppm diduga karena
rendahnya konsentrasi 0,1 ppm yang masih mampu ditoleran oleh S. dimorphus.
semakin maksimal. Fase eksponensial pada konsentrasi 0,1 ppm terjadi pada hari
ketiga sampai hari ke-10. Hal sebaliknya terjadi pada konsentrasi 1 ppm, rata-rata
kerapatan sel terus menurun dan mengalami peningaktan rata-rata kerapatan sel
pada hari ke-9 dengan kata lain, proses adaptasi yang terjadi pada konsentrasi 1
ppm lebih lama dari konsentrasi 0,1 ppm dan kontrol. Rata-rata kerapatan pada
konsentrasi 5 ppm terus mengalami penurunan sampai hari ke-5 dan 10 setelah
tidak mampu melakukan adaptasi, hal ini karena logam Cd pada konsentrasi
41
Spesies (ROS) yang dapat merusak mitokondria. Reactive Oxygen Spesies dapat
dan pada akhirnya sel mengalami kematian. Pada penelitian ini fase stasioner
tersebut sudah terlihat secara visual, dimana terjadi perubahan warna kultur pada
semua media. Konsentrasi 0,1 ppm dan kontrol terus mengalami perubahana
warna media menjadi lebih pekat dan pada konsentrasi 1 dan 5 ppm warna media
semakin pucat pada hari ke-5 dan memudar pada hari ke-10 pada konsetrasi 5
dipengarui oleh konsentrasi (p0,05) (Lampiran 11). Jika kerapatan sel tertinggi
ada pada perlakuan dengan konsentrasi 0,1 ppm dan terendah pada konsentrasi 5
ppm, hal ini diikuti dengan pembentukan koloni pada konsentrasi 0,1 ppm yang
(Gambar 15).
70
Jumlah koloni per ml
60
50
40
30
20
10
0
0 5 10
Hari ke-
Cd 0,1 ppm Cd 1 ppm Cd 5 ppm Kontrol
kerapatan sel yang semakin tinggi sampai hari ke-10. Dua konsentrasi lainnya 1
dan 5 ppm terus mengalami penurunan jumlah koloni seiring menurunnya jumlah
mengalami kematian akibat keracunan. Koloni yang ada pada keempat perlakuan
berdasarkan uji lanjutan, konsentrasi 0,1 , 5 ppm dan kontrol berbeda nyata
10
Gambar 16. Perubahan ukuran panjang dan lebar S. dimorphus pada hari ke-0, 5 dan 10
pada beberapa konsentrasi logam Cd
Salah satu parameter yang diuji adalah ukuran sel S. dimorphus meliputi
panjang dan lebar. Tidak terlihat perubahan panjang dan lebar yang signifikan
dari gambar 16. Ukuran panjang dan lebar sel tidak dipengaruhi oleh konsentrasi
logam Cd pada berbagai konsentrasi (p0,05) (Lampiran 11) dan perubahan yang
tidak signifikan tersebut dapat dilihat pula secara mikroskopis (Lampiran 8).
Penyerapan logam Cr (VI) oleh S. dimorphus pada hari ke-5 terus mengalami
semakin sedikit pula yang terserap. Akan tetapi kerapatan sel mengalami
konsentrasi 0,1 ppm sebesar 94, 24% dengan kerapatan 935.833.3 sel/ml.
80 80
Kerapatan (sel/ml)
Kerapatan (sel/ml)
Penyerapan (%)
Penyerapan (%)
60 60
6 6
40 40
20 20
0 3 0 3
0,1
1 21 23 0,1
1 12 23
Konsentrasi (ppm) Konsentrasi (ppm)
Gambar 17. Efektivitas penyerapan logam Cr (VI) pada hari ke-5 dan 10
Keterangan:
Penyerapan pada hari ke-10 tidak jauh berbeda dengan hari ke-5 yang mengalami
pada konsentrasi 0,1 ppm sebesar 77, 36% diikuti dengan kerapatan tertinggi
1.038.333 sel/ml.
Pada gambar 18 terlihat bahwa penyerapan pada hari ke-5 terjadi dengan
semakin tingginya konsentrasi logam Cd, maka jumlah ion logam Cd yang
terserap semakin bertambah. Sebaliknya penurunan terjadi pada kerapatan sel. Hal
ini diduga karena keterbatasan sel dalam beradaptasi pada kondisi lingkungan
yang kurang baik dengan semakin tingginya konsentrasi Cd yang diberikan pada
45
80
Kerapatan (sel/ml)
80
Kerapatan (sel/ml)
Penyerapan (%)
Penyerapan (%)
60 60
6 6
40 40
20 20
0 3 0 3
1
0,1 12 35
0,11 12 35
Konsentrasi (ppm) Konsentrasi (ppm)
Penyerapan pada hari ke-10 tidak stabil seiring dengan peningkatan konsentrasi
yang diberikan. Pada 0,1 ppm penyerapan tidak terjadi karena terkait dengan
reaksi yang terjadi di dalam media, penyerapan pada konsentrasi 1 ppm lebih
tinggi dari 5 ppm yakni sebesar 60,73%. Berbeda halnya dengan kerapatan yang
diikuti dengan kerapatan tinggi pula. Hal sebaliknya juga dapat terjadi tergantung
mekanisme yang ada padanya. Hal tersebut juga tidak lepas dari sifat-sifat logam
penyerapan pada hari ke-5 dan 10. Semakin banyak konsentrasi yang terserap oleh
S. dimorphus pada kerapatan tertentu akan diketahui logam mana yang lebih
efektiv diserap.
logam Cr (VI) pada hari ke-5 lebih tinggi dibandingkan dengan Cd pada hari ke-
10. Efektivitas penyerapan Cr (VI) tertinggi pada konsentrasi 0,1 ppm sebesar
cahaya berkisar 1007-1290 lux. Kondisi ini merupakan kondisi yang sesuai
diorphus.(Rusmin, 2005).
BAB V
5.1. Kesimpulan
bahwa:
dan 2 ppm mencapai 25%-94,24% pada hari ke-5 dan hari ke-10 sebesar -
dan 5 ppm.
S. dimorphus.
5.2. Saran
tersebut
47
48
makroalga.
DAFTAR PUSTAKA
Afkar, E., H. Ababna and A. A. Fathi. 2010. Toxicological respons of the green
alga Chlorella vulgaris to some heavy metal. American Journal
Enviromental Science 6 (3): 230-237
Afizi, I. 2002. Pengaruh Warna dan Lapis Cahaya Merah, Biru, Hijau dan Putih
Terhadap Pertuumbuhan Scenedesmus. Skripsi.Progran Studi Budidaya
Perairan Fakultas Perikanan dan ILmu kelautan Institut Pertanian Bogor.
Afriansyah, A. 2009. Konsentrasi kadmium (Cd) dan tembaga (Cu) dalam air,
seston, kerang dan fraksinasinya dalam sedimen di perairan Delta Berau,
Kalimantan Timur. Skripsi. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Anonim. 2006. Desorpsi Ion Logam Tembaga (II) dari Biomassa Chlorella sp
yang Terimobilisasi dalam Silika Gel. Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Anwar, D., 1996, Kandungan logam berat Cu dan Hg dalam aritrosit Warga
Genjeran, Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Airlangga.
49
50
Diantriani, N. P. dkk. 2008. Proses biosorpsi dan desorpsi ion Ct (VI) pada
biosorbent rumput laut Eucheuma spinosum. Jurnal Kimia
Graham, L. E. & L. W. Wilcox. 2000. Algae. Prentice Hall, Inc., New Jersey
Khotimah, N. dkk. 2010. Adsorbsi logam kromium (IV) oleh biomassa Chara
fragilis menggunakan spektroskopi serapan atom. Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Program Kreativitas Mahasiswa
51
Knauer, K. R. Behra & L. Sigg. 1997. Adsorption and uptake of copper by the
green alga Scenedesmus subspicatus (Chlorophyta). Jurnal. Phycol
Giyatmi, dkk. 2008. Penurunan Kadar Cu,Cr dan Ag dalam Limbah Cair Industri
Perak di Kotagede setelah diadsorpsi dengan tanah liat dari daerah
godean. Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta, 25-26
Agustus 2008 ISSN 1978-0176
Graham, L. E. & L. W. Wilcox. 2000. Algae. Prentice Hall, inc. New Jersey
Kundari, N. A., dkk. 2009. Kinetika reduksi krom (vi) dalam limbah cair industri
pelapisan logam. Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir.
52
Palar H., 1994, Pencemaran dan toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta.
______. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineke Cipta. Jakarta.
Sanusi, H.S. 2006. Kimia Laut, Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan
Lingkungan. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Slamet, R. dkk. 2003. Pengolahan limbah logam berat chromium (VI) dengan
fotokatalis TiO2. Jurnal Makara, Teknologi, Vol.7, No. 1.
Slamet, R. dkk. 2005. Pengolahan limbah organik (fenol) dan logam berat
(Cr6+ atau Pt4+) secara simultan dengan fotokatalis TiO2, ZnO-TiO2,
dan CdS-TiO2. Jurnal Makara, Teknologi, Vol. 9, No. 2
Soeprijanto, B. Aryanto dan R. Fabella. Biosorpsi Ion Logam Berat Cu (II) dalam
Larutan Menggunakan Biomassa Phanerochaete chrysosporium. Jurnal.
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya
Sony. 2009. Penentuan Kadar Logam Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dalam Air
PAM Hasil Penyaringan water purifier tipe drinking stand. Skripsi.
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara Medan.
54
Triani, L. 2006. Desorpsi Ion Logam Tembaga (II) dari Biomassa Chlorella sp
yang Terimobilisasi Dalam Silika Gel. Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang.
Xiaolei Jin, D. J. Kushner dan C. Nalewajko. 19966. Nickel uptake and release in
nickel-resistant and sensitive strains of Scenedesmus acutus F. alternans
(Chlorophyceae), Enviromental and Eksperrimental Botany.
Yuliani, D. 2009. Penentuan Kadar Logam Mangan (Mn) dan Kromium (Cr)
dalam Air Minum Hasil Penyaringan Yamaha Water Purifier dengan
Metode Spektofotometri Serapan Atom. Skripsi Departemen Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra
Utara Medan.
Logam Cr
Hari ke-
Konsentrasi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Cr 0,1 ppm 709166,7 815000,0 753333,3 729166,7 859166,7 935833,3 1187500 1066667 1282500 872500,0 1337500
Cr 1 ppm 608333,3 601666,7 797500,0 992500,0 861666,7 1142500 883333,3 859166,7 1259167 795833,3 761666,7
Cr 2 ppm 516666,7 632500,0 625000,0 715833,3 621666,7 773333,3 897500,0 741666,7 785833,3 814166,7 669166,7
Kontrol 660833,3 865833,3 740833,3 748333,3 826666,7 1071667 1312500 968333,3 1270833 916666,7 1038333
Logam Cd
Hari ke-
Konsentrasi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Cd 0,1 ppm 467500,0 493333,3 562500,0 920000,0 1204167 1564167 1665833 1533333 1611667 2005833 1948333
Cd 1 ppm 524166,7 389166,7 591666,7 504166,7 606666,7 449166,7 415833,3 488333,3 535833,3 558333,3 640833,3
Cd 5 ppm 450833,3 480000,0 514166,7 486666,7 460833,3 363333.3 393333,3 434166,7 409166,7 354166,7 330833,3
Kontrol 521666,7 505833,3 623333,3 668333,3 1285000 1560000 2119167 1968333 2183333 2149167 2085833
56
Logam Cr (VI)
Logam Cd
Logam Cr (VI)
Logam Cd
Logam Cr (VI)
Logam Cd
Logam Cr (VI)
8,5
7,5
Nilai pH
6,5
5,5
0 5 10
Hari ke-
Lanjutan lampiran 5
Logam Cd
8,5
Nilai pH
7,5
6,5
5,5
0 5 10
Hari ke-
Logam Cr (VI)
Hari ke-0
Hari ke-5
Hari ke-10
Keterangan:
Kontrol
0,1 ppm
1 ppm
2 ppm
63
Logam Cd
Hari ke-0
Hari ke-5
Hari ke-10
Keterangan:
Kontrol
0,1 ppm
1 ppm
5 ppm
64
Logam Cr (VI)
Hari ke-0
Hari ke-5
Hari ke-10
Keterangan:
Kiri : panjang Kanan : lebar
65
Logam Cd
Hari ke-0
Hari ke-5
Hari ke-10
Keterangan:
Kiri : panjang Kanan : lebar
66
Lampiran 9. Uji Anova terhadap kerapatan sel, jumlah koloni dan pH media
selama 11 hari pengamatan pada logam Cr (VI)
KERAPATAN
Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F Sig.
Kerapatan Antar kelompok 4.397E11 3 1.466E11 3,968 0,014
Dalam kelompok 1.478E12 40 3.694E10
Total 1.917E12 43
Hipotesis:
H0 : Konsentrasi mempengaruhi kerapatan sel
H1 : Konsentrasi tidak mempengaruhi kerapatan sel
Kriteria pengujian:
Jika q hitung < q tebel (0,05), H0 diterima
Jika q hitung > q tabel (0,05), H0 ditolak
Kesimpulan:
Kerapatan sel Scenedesmus dimorphus (sel/ml) selama 11 hari pengamatan
dipengaruhi konsentrasi logam Cr (VI)
KOLONI
Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F Sig.
Koloni Antar kelompok 2947,280 3 982,427 7,283 0,001
Dalam kelompok 5395,475 40 134,887
Total 8342,755 43
Hipotesis:
H0 : Konsentrasi logam Cr (VI) mempenaruhi jumlah koloni
H1 : Konsentrasi logam Cr (VI) tidak mempengaruhi jumlah koloni
Kriteria pengujian:
Jika q hitung < q tebel (0,05), H0 diterima
Jika q hitung > q tabel (0,05), H0 ditolak
Kesimpulan:
Jumlah koloni Scenedesmus dimorphus (koloni/ml) selama 11 hari pengamatan
dipengaruhi konsentrasi logam Cr (VI)
67
pH MEDIA
Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F Sig.
pH Antar kelompok 6,068 3 2,023 3,883 0,016
Dalam kelompok 20,834 40 0,521
Total 26,902 43
Hipotesis:
H0 : Konsentrasi logam Cr (VI) mempengaruhi jumlah koloni
H1 : Konsentrasi logam Cr (VI) tidak mempengaruhi jumlah koloni
Kriteria pengujian:
Jika Sig. hitung < Sig. tebel (0,05), H0 diterima
Jika Sig. hitung > Sig tabel (0,05), H0 ditolak
Kesimpulan:
pH media Scenedesmus dimorphus selama 11 hari pengamatan dipengaruhi
konsentrasi logam Cr (VI)
68
Lampiran 10. Uji lanjutan terhadap keraptan sel , jumlah koloni dan pH
media pada logam Cr (VI) antar tiap konsentrasi
KERAPATAN
alpha = 0.05
Konsentrasi N 1 2
Cr 2 ppm 11 7.084848E5
Cr 1 ppm 11 8.693939E5 8.693939E5
Kontrol 11 9.473485E5
Cr 0,1 ppm 11 9.589394E5
Sig. 0,057 0,310
Hipotesis:
H0: Tidak ada perbedaan kerapatan sel Scenedesmus dimorphus (sel/ml) antar
perlakuan
Taraf nyata
Kriteria pengujian
Hasil perhitungan
1 Keterangan:
2
3 1= 0 ppm 3 = 1 ppm
4 ** ** 2 = 0,1 ppm 4 = 2 ppm
1 2 3 4
** = berbeda nyata (=0,05)
69
KOLONI
alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2
Cr 2 ppm 11 1.857576E1
Cr 1 ppm 11 3.209091E1
Cr 0,1 ppm 11 3.848485E1
Kontrol 11 3.875757E1
Sig. 1,000 0,212
Hipotesis:
H0: Tidak ada perbedaan Jumlah kolonisel Scenedesmus dimorphus (sel/ml) antar
perlakuan
H1:Ada perbedaan kerapatan sel Scenedesmus dimorphus (sel/ml) antar perlakuan
Taraf nyata
Untuk = 0,05, maka q tabel adalah q (0,05p)
Kriteria pengujian
Jika q hitung < q tabel, H0 diterima
Jika q hitung > q tabel, H0 ditolak
Hasil perhitungan
1
2
3
4 ** ** **
1 2 3 4
Keterangan:
1= 0 ppm 3 = 1 ppm
2 = 0,1 ppm 4 = 2 ppm
pH MEDIA
alpha = 0.05
Konsentrasi N 1 2
Kontrol 11 6,970909
Cr 0,1 ppm 11 7,009394
Cr 1 ppm 11 7,702121
Cr 2 ppm 11 7,760303
Sig. 0,901 0,851
Hipotesis:
Taraf nyata
Kriteria pengujian
Hasil perhitungan
0
0,1
1 ** **
2 ** **
0 0,1 1 2
Keterangan:
1= 0 ppm 3 = 1 ppm
2 = 0,1 ppm 4 = 2 ppm
Lampiran 11. Uji Anova terhadap kerapatan sel, jumlah koloni dan pH media
pada logam Cd
KERAPATAN
Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F Sig.
Kerapatan Antar kelompok 8.613E12 3 2.871E12 13,305 0,000
Dalam
kelompok 8.632E12 40 2.158E11
Total 1.724E13 43
Hipotesis:
Kriteria pengujian:
Kesimpulan:
KOLONI
Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F Sig.
Koloni Antar kelompok 1877,078 3 625,693 8,099 0,000
Dalam
kelompok 3090,344 40 77,259
Total 4967,422 43
Hipotesis:
Kriteria pengujian:
Kesimpulan:
pH MEDIA
Jumlah kuadrat df Kuadrat tengah F Sig.
Ph Antar kelompok 0,088 3 0,029 0,076 0,973
Dalam
15,397 40 0,385
kelompok
Total 15,485 43
Hipotesis:
Kriteria pengujian:
Kesimpulan:
Lampiran 12. Uji lanjutan terhadap keraptan sel , jumlah koloni dan pH
media selama 11 hari pengamatan pada logam Cr (VI)
KERAPATAN
alpha = 0.05
Konsentrasi N 1 2
Cd 5 ppm 11 4.252273E5
Cd 1 ppm 11 5.185606E5
Cd 0,1 ppm 11 1.270606E6
Kontrol 11 1.424545E6
Sig. 0,640 0,442
Hipotesis:
H0: Tidak ada perbedaan kerapatan sel Scenedesmus dimorphus (sel/ml) antar
perlakuan
Taraf nyata
Kriteria pengujian
Hasil perhitungan
0 Keterangan:
1
2 ** 1= 0 ppm 3 = 1 ppm
3 ** ** ** 2 = 0,1 ppm 4 = 5 ppm
0 1 2 3
** = berbeda nyata (=0,05)
74
KOLONI
alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2
Cd 1 ppm 11 2.793939E1
Cd 5 ppm 11 4.018182E1
Kontrol 11 4.190909E1
Cd 0,1 ppm 11 4.521212E1
Sig. 1,000 0,213
Hipotesis:
H0: Tidak ada perbedaan Jumlah koloni sel Scenedesmus dimorphus (sel/ml)
antar perlakuan
perlakuan
Taraf nyata
Kriteria pengujian
Hasil perhitungan
Keterangan:
1
2 1= 0 ppm 3 = 1 ppm
3 ** ** 2 = 0,1 ppm 4 = 5 ppm
4 **
1 2 3 4 ** = berbeda nyata (=0,05)
75
Lampiran 13. Uji Anova terhadap penyerapan logam Cr (VI), ukuran panjang dan
lebar sel S. dimorphus Cr (VI)
PENYERAPAN
Jumlah kuadrat df Kuadat tengah F Sig.
Penyerapan Antar kelompok 5207,651 3 1735,884 2,320 0,152
Dalam
5985,779 8 748,222
kelompok
Total 11193,430 11
Hipotesis:
Kriteria pengujian:
Kesimpulan:
Hipotesis:
Kriteria pengujian:
Kesimpulan:
Lampiran 14. Uji Anova terhadap penyerapan logam Cd, ukuran panjang dan
lebar sel S. dimorphus
PENYERAPAN
Jumalah kuadrat df Kuadrat tengah F Sig.
Penyerapan Antar kelompok 3672,773 3 1224,258 1,606 0,263
Dalam
6097,038 8 762,130
kelompok
Total 9769,811 11
Hipotesis:
Kriteria pengujian:
Kesimpulan:
Hipotesis:
Kriteria pengujian:
Kesimpulan:
VI dan Cd berdasarkan rumus Berat Molekul (BM) unsur yang digunakan, karena
logam yang digunakan dalam bentuk senyawa kimia atau bukan logam murni.
Jadi untuk membuat larutan logam Cr dengan konsentrasi 1000 ppm dengan
memasukkan 3,135 g CdSO4 . 8H2O dalam 1000ml akuades