Anda di halaman 1dari 11

Bab II Tinjauan Pustaka

II.1 Garam rangkap

Garam rangkap adalah garam yang terdiri dari dua kation yang berbeda dengan
sebuah anion yang sama dalam satu kisi kristalnya. Garam rangkap biasanya
lebih mudah membentuk kristal besar dibandingkan dengan garam tunggal
penyusunnya. Kation garam rangkap umumnya terdiri kation logam transisi yang
bergabung dengan kation logam alkali atau ion amonium. Contoh-contoh garam
rangkap adalah garam mohr, amonium besi(II) sulfat heksahidrat,
(NH4)2Fe(SO4)2.6H2O; Tawas, kalium aluminium sulfat KAl(SO4)2.12H2O dan
dolomit, kalsium magnesium sulfat CaMg(CO3)2.

Garam rangkap (NH4)2(Fe)(SO4)2.6H2O berwarna hijau sedikit kebiruan seperti


tampak pada Gambar II.1. Garam rangkap ini dapat disintesis dari larutan jenuh
besi (II) sulfat dengan larutan jenuh ammonium sulfat. Kristal yang terbentuk
dapat digunakan sebagai larutan standar pada analisis titrimetri.

Gambar II.1 Garam rangkap (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O

Garam rangkap kalium aluminium sulfat KAl(SO4)2.12H2O disebut tawas.


Garam rangkap ini disintesis dari larutan Al2(SO4)3.18H2O dan larutan K2SO4.
Sintesis menggunakan perbandingan mol yang sama8 menghasilkan kristal yang
bersifat sangat stabil. Tawas sudah lama digunakan sebagai koagulan pada
penjernihan air, dan bahan baku pembuatan zeolit sintetis9.

Dalam kehidupan sehari-hari, tawas dapat pula dimanfaatkan untuk penawar bau
badan (deodoran) secara tradisional.10 Hal ini disebabkan aluminium bersifat
amfoter. Sifat amfoter menjadi kelebihan dari tawas, KAl(SO4)2.12H2O sebagai

2
penawar bau badan atau obat-obat tardisional seperti obat kumur dan sariawan.
Garam rangkap tawas dapat dilihat pada Gambar II.2 berikut :

Gambar II.2 Garam rangkap KAl(SO4)2.12H2O

Garam rangkap yang lainnya adalah dolomit. Garam ini merupakan mineral
kalsium-magnesium yang bersenyawa dengan dua unsur nonlogam: karbon dan
oksigen dengan rumus kimia CaMg(CO3)2. Garam rangkap ini bersifat stabil dan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan garam inggris (Epsom asalt ) yang
memiliki rumus kimia MgSO4. Garam rangkap CaMa(CO3)2 dapat dilihat pada
Gambar II.3.

Gambar II.3 Garam rangkap CaMg(CO3)2

3
II. 2 Garam rangkap CaCu(CH3COO)4.6H2O

Garam rangkap CaCu(CH3COO)4.6H2O merupakan mineral yang ditemukan di


New South Wales, Broken Hill Australia. Mineral ini diberi nama paceite.
Garam rangkap ini dinamai sesuai nama penemunya, Frank L. Pace (1948).11
Mineral Paceite kemudian berhasil disintesis di laboratorium guna dikaji sifat-
sifatnya. Mineral ini di sintesis dari tembaga(II) asetat yang berbentuk molekul
dimer pada tahun 1961. Penelitian terhadap garam rangkap ini terus
dikembangkan.

Langs dan Hare meneliti garam rangkap CaCu(CH3COO)4.6H2O dan menyatakan


bahwa ligan asetat yang biasanya merupakan ligan monodentat ternyata bisa
menjadi ligan jembatan sehingga berfungsi sebagai ligan bidentat. Ini dibuktikan
dari struktur kristal yang ditemukan dengan metode difraksi sinar X kristal
tunggal.

Mereka juga melaporkan ion kalsium pada garam rangkap tersebut tidak dapat
digantikan oleh kation alkali tanah lainnya seperti Ba dan Sr. Lebih jauh
dilaporkan ion Cu2+ dapat diganti oleh Cd2+. Garam rangkap yang dihasilkannya
mempunyai rumus kimia CaCd(CH3COO)4.6H2O sebagai isomorf dari
CaCu(CH3COO)4.6H2O. Kedua zat itu memiliki struktur seperti ditampilkan pada
Gambar II.4.

Pada Gambar II.4 tersebut dituliskan huruf M sebagai lambang atom logam untuk
Cu atau Cd. Pada gambar tampak ion-ion asetat adalah ligan bidentat yang
berperan sebagai ligan jembatan antara 2 ion logam sedemikian rupa sehingga
menghasilkan rantai polimer. Molekul-molekul air hanya terkoordinasi pada ion
logam kalsium. Struktur ikatan di sekeliling atom pusat logam kalsium tampak
terkoordinasi 6, sedangkan atom pusat logam M membentuk koordinasi 8
dengan O dari ligan-ligan asetat. Gambar II.4 dapat dilihat pada halaman berikut:

4
Gambar II.4 Stuktur CaM(CH3COO)4.6H2O dengan M = Cu atau Cd

Berdasarkan data literatur5 panjang ikatan pada lampiran A, atom logam M pada
koordinasi dengan 4 atom O dari 2 ion asetat yang ditunjukkan oleh M-O(2)
sebesar 1,973(2) . Panjang ikatan antara atom M dan O tersebut lebih pendek
dibandingkan dengan M-O(1) yaitu sebesar 2,790(3) . Pada struktur tersebut
ikatan M dan O yang jauh lebih panjang dapat pula dianggap tidak ada.
Akibatnya dalam struktur molekul itu bidang yang dibentuk oleh atom M
mendekati segiempat datar dengan 4 atom O terdekat.

Pada tahun 1983, peneliti-peneliti dari Belanda12 meninjau ulang struktur


CaCu(CH3COO)4.6H2O. Mereka menyimpulkan 4 atom O yang terkoordinasi di
sekeliling ion Cu2+ membentuk struktur segi empat datar. Struktur ini memiliki
panjang ikatan 1,969(1) . Adapun 4 atom O yang lainnya terkoordinasi secara
tetrahedral dengan panjang ikatan lebih besar dari pada ikatan Cu-O yaitu sebesar
2,788(2) . Struktur ini ditampilkan pada Gambar II.5.

Gambar II.5 Struktur molekul CaCu(CH3COO)4.6H2O

5
Pada laporan tersebut struktur CaCu(CH3COO)4.6H2O digambarkan molekul
polimer anorganik yang memanjang. Diantara rantai polimer itu, setiap dua unit
kalsium tembaga(II) asetat mengikat dua belas molekul air. Data kristalografi
garam ini menunjukkan rasio aksial a:c = 1 : 1,45549 dengan parameter sel
satuan a = 11,155, c = 16,236 dengan sistem kristal tetragonal-dipiramidal dengan
group ruang I 4/m.

Selain itu mereka juga mengemukakan bahwa dua belas molekul air yang
terperangkap diantara dua unit molekul kalsium tembaga(II) asetat membentuk
struktur kurungan. Molekul-molekul air berikatan dengan ion kalsium dan
sesamanya melalui ikatan hidrogen. Pada struktur garam rangkap ini, di
sepanjang rantai polimer, setiap dua molekul garam rangkap mengikat 12 molekul
air yang saling berikatan dalam struktur kurungan (water cage). Struktur ini
ditampilkan pada Gambar II.6

Gambar II.6 Struktur kurungan dari 12 molekul air

Georgiev dan Stoilova13 lebih jauh meneliti interaksi molekul air dan logam-
logam dalam garam rangkap yang mengandung anion asetat. Garam rangkap
asetat yang semula Cu tidak dapat digantikan oleh Zn dan Ca tidak berhasil
disubstitusi oleh Ba atau Sr, pada penelitian mereka ini berhasil disintesis variasi
garam rangkap asetat berupa BaZn(CH3COO)4.2H2O. Garam rangkap ini berbeda
dari garam CaCu(CH3COO)4.6H2O dalam jumlah air kristal dan kemagnetan.

6
II.3 Kalsium asetat monohidrat, Ca(CH3COO)2.H2O

Kalsium asetat erat hubungannya dengan garam rangkap CaCu(CH3COO)4.6H2O


dan pereaksi yang digunakan berupa CaO (kapur). Kalsium oksida, CaO dengan
air murni menghasilkan Ca(OH)2 yang disebut air kapur. Air kapur dapat berubah
menjadi batu kapur dengan melepas uap air. Batu kapur mempunyai rumus kimia
CaCO3. Kristal kalsium asetat monohidrat, Ca(CH3COO)2H2O dapat disintesis
dari batu kapur dengan larutan cuka.

Sintesis Ca(CH3COO)2H2O secara rinci dapat dilakukan dengan mereaksikan 20


ml larutan CaCO3 1 M dengan 80 ml larutan CH3COOH 1 M. Kedua larutan
dibuat menggunakan air yang sangat murni yang memiliki hantaran 18,2 Mcm -1.
Kristalisasi dapat dilakukan melalui 2 proses. Pertama dengan pemanasan pada
suhu 50 oC. Larutan kemudian didinginkan dan terbentuk kristal. Kedua dengan
cara mengikatkan benih kristal pada benang. Benih kristal itu dimasukkan ke
dalam larutan. Kristal pertama dan kristal kedua dari hasil sintesis dikarakterisasi
secara TGA. Kurva TGA dari kristal yang dibuat secara penempatan benih
berbeda dengan kristal yang dibuat dari proses pemanasan.14 Gambar II.7
menunjukkan sifat dekomposisi garam ini.

Gambar II.7 Kurva TGA Ca(CH3COO)2.H2O

7
Kurva TGA pada Gambar II.7 menunjukkan bahwa pada suhu 75 oC hingga 120
o
C satu mol air dalam garam tersebut telah selesai didekomposisikan. Pada suhu
75 oC terdapat puncak serapan yang menunjukkan banyaknya jumlah mol air yang
diuapkan yaitu sebesar 8,1 % yang setara dengan 0,75 mol air. Sisa zat
didekomposisikan lebih lanjut pada suhu 120 oC.

Tahap berikutnya adalh pada suhu 392 oC. Data dekomposisi menunjukkan bahwa
pada temperatur ini kalsium asetat anhidrat terurai menjadi CO2 dan H2O serta
padatan kalsium karboant. Tahap akhir dekomposisi adalah pada suhu 595 oC
dimana CaCO3 terurai menjadi CaO dan CO.2. Alat yang digunakan untuk
mendapatkan informasi ini diperlihatkan pada Gambar II.8

Gas
keluar
Aluminium

Tabung
alumina

tungku
sampel

Referensi

Termokopel

neraca

Gambar II.8 Instrumen termogravimetri (TGA)

8
Garam kalsium asetat yang disintesis dengan menggunakan pemanasan pada suhu
50 oC, hasil sintesis menunjukkan perbedaan temperatur dekomposisi untuk zat
yang sama. Kurva TGA Ca(CH3COO)2 hasil kristalisasi dengan pemanasan,
menunjukkan pada suhu 75 oC hingga suhu 120 oC belum menampakkan
pengurangan massa secara berarti. Pada suhu lebih tinggi yaitu 137 oC hingga
175 oC, tahap kesatu yang merupakan tahap penguapan air baru terjadi. Hal ini
menunjukkan pemanasan pada proses sintesis menyebabkan molekul air lebih
stabil dalam struktur kristal tersebut.11 Gambar II.9 menunjukkan perbedaan
kedua kurva tersebut.

Gambar II.9 Kurva TGA Ca(CH3COO)2.H2O hasil pemanasan

Dari Gambar II.9 tampak perbedaan hanya pada tahap pertama dekomposisi,
tahap-tahap selanjutnya yang ditandai oleh pengurangan massa yang terjadi pada
suhu 390 oC dan 415 oC. Demikian juga pada temperatur dekomposisi tahap
ketiga, yaitu suhu 580 oC menunjukkan proses yang sama seperti pada garam itu
yang disintesis tanpa melalui proses pemanasan.

9
II.4 Tembaga(II) Asetat Monohidrat Cu(CH3COO)2.H2O

Tembaga(II) asetat atau kupri asetat adalah senyawa kimia dengan rumus
Cu2(CH3COO)4 berupa dimer atau disingkat Cu2(Oac)4. AcO- adalah ion asetat
(CH3COO-). Secara komersial senyawa ini tersedia dalam bentuk hidratnya, yang
mengandung 2 molekul air. Dimer Cu2(Oac)4 berwujud padatan berwarna hijau
gelap sedangkan dimer hidratnya Cu2(Oac)4.2H2O berwarna hijau-kebiruan.
Sejak dahulu kala senyawa tembaga asetat digunakan sebagai fungisida dan zat
warna hijau. Sekarang Cu2(Oac)4 digunakan dalam sintesis anorganik dan sebagai
katalis maupun agen oksidator pada sintesis organik. Senyawa ini memiliki warna
nyala biru-hijau. Analisis TGA digambarkan kurva TGA pada Gambar II.10.

Gambar II.10 TGA Cu(CH3COO)2.H2O

Dari kurva tersebut tembaga asetat terdekomposisi dalam 2 tahap. Tahap pertama
pada suhu sampai 100-190 oC semua H2O diuapkan dengan puncak maksimum
pada suhu 145 oC. Pada tahap ini massa yang hilang sekitar 11,9 %. Data ini untuk
Cu(CH3COO)2.H2O dalam bentuk serbuk dan pengkondisian dengan udara
sehingga ada sebagian tembaga yang turut tersublimasi .10

Pada tahap kedua, Cu(CH3COO)2 terdekomposisi diantara suhu 220-325 oC


menghasilkan gas-gas. Dekomposisi berlanjut sehingga pada 375 oC tampak
massa yang hilang mencapai 68,1 % yang bersesuaian dengan massa Cu. Atom-
atom logam Cu dapat bereaksi dengan oksigen dari udara di dalam sistem

10
menghasilkan CuO. Pada susu 500-600o C dekomposisi telah konstan
15
menghasilkan CuO . Tembaga(II) asetat dengan kemurnian tinggi dapat
disintesis di laboratorium melalui 3 tahap reaksi. Persamaan totalnya adalah
sebagai berikut :

CuSO4 + 4 NH3 + 4 CH3COOH Cu2(Oac)4(H2O)2 + (NH4)2SO4

Reaksi ini menghasilkan tembaga(II) asetat dalam bentuk hidrat. Untuk


mendehidrasinya, hasil reaksi dipanaskan dalam suhu 100 oC divakum

Cu2(OAc)4.2H2O Cu2(OAc)4 + 2 H2O

Tembaga(II) asetat lebih banyak digunakan sebagai katalis atau agen pengoksidasi
dalam sintesisi-sintesis organik. Molekul Cu2(CH3COO)4.2H2O memiliki struktur
Lampion Tiongkok diperlihatkan pada Gambar II.11.

Gambar II.11 Struktur Kristal Cu2CH3COO)4.2H2O

II.5 Asam asetat, CH3COOH

Asam asetat glasial atau asam asetat murni adalah cairan higroskopis tidak
o
berwarna memiliki titik beku 16,7 C dengan rumus empiris C2H4O2 . asam
asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana setelah asam
format. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang
penting. Asam asetat digunakan dalam industri polimer seperti polietilena
tereftalat, selulosa asetat, polivinil asetat dan serat serta kain termasuk untuk

11
pereaksi membentuk polimer pada garam rangkap CaCu(CH3COO)4.6H2O.
Asam asetat merupakan nama trivial dan nama yang dianjurkan oleh IUPAC.
Nama ini berasal dari kata latin acetum, yang berarti cuka. Cuka pertama kali
disintesis dari zat anorganik oleh Hermann Kolbe (1847) melalui klorinasi karbon
disulfida menjadi karbon tetraklorida.

Selanjutnya pirolisis (pemanasan tanpa oksigen) menjadi tetrakloroetilena dan


klorinasi dalam air menjadi asam trikloroasetat, akhirnya reduksi melalui
elektrolisis menjadi asam asetat. Gambar II.12 menunjukkan struktur asam asetat.

Gambar II.12 Struktur molekul asam asetat CH3COOH

Gugus asetat, CH3COO- sebagai gugus karboksilat pada spektrum inframerah


menunjukkan serapan pada bilangan gelombang 1711 cm-1 untuk ulur C=O, pada
2930 cm-1 untuk CH3 dan serapan lebar pada 3200 cm-1 menunjukkan ikatan
hidrogen. Spektrum tersebut ditampilkan pada Gambar II.13.

Gambar II.13 Spektrum inframerah gugus karboksilat

12

Anda mungkin juga menyukai