Jtstikesmuhgo GDL Rifqighoza 1445 1 Bab1 3g I PDF
Jtstikesmuhgo GDL Rifqighoza 1445 1 Bab1 3g I PDF
PENDAHULUAN
A. JUDUL
Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat
(endemic) di Indonesia, mulai usia balita sampai orang dewasa. Prevalensi demam typhoid
paling tinggi pada usia 5 - 9 tahun karena pada usia tersebut orang-orang cenderung
memiliki aktivitas fisik yang banyak, atau dapat dikatakan sibuk dengan pekerjaan dan
memilih makan di luar rumah, atau jajan di tempat lain, khususnya pada anak usia sekolah,
yang mungkin tingkat kebersihannya masih kurang dimana bakteri Salmonella thypii banyak
berkembang biak khususnya dalam makanan sehingga mereka tertular demam typhoid. Pada
Soegeng., 2002).
Demam adalah suhu tubuh di atas batas normal. Demam dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Hasan, R.A., 2002; 647).
Suhu dapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan
panas yang hilang oleh tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk
memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu (Widiastuti, Samekto.,
2003: 103).
sedang berkembang. Besarnya angka pasti demam typhoid di dunia ini sangat sukar
ditentukan, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spectrum klinisnya sangat
luas. Di perkirakan angka kejadian dari 150/100.000/ tahun di Amerika Selatan dan
dilaporkan antara 3-19 tahun mencapai 91% kasus. Angka yang kurang lebih sama juga di
Kejadian demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi
lingkungan; di daeral semarang (Jawa Tengah) 157 kasus per 100.000 penduduk, sedangkan
di daerah urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk. Perbedaan insidens di perkotaan
berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadai serta sanitasi
Antigen S. thypi O dan S. thypi H impor memiliki korelasi bermakna dengan antigen
local sehingga dapat dipertimbangkan untuk dipakai dilaboratoriun yang tidak dapat
memproduksi antigen sendiri dan memilih uji widal tabung sebagai metode untuk
Pada penelitian ini tidak dapat ditentukan spesifisitas dan sensitivitas karena hanya
didapatkan 3 sampel dengan hasil biakan kuman S almonella positif. Hasil uji widal sampel
dengan biakan kuman Salmonella positif Sampel Antigen antigen yang dilarutkan pada
reagen impor adalah sebanyak 1010 bakteri/ml, sedangkan antigen lokal menggunakan
konsentrasi antigen 109 bakteri/ml. Hal ini bisa menyebabkan antigen impor sudah
teraglutinasi. Karena konsentrasi antigen impor lebih tinggi, sedangkan antigen lokal dengan
konsentrasi yang lebih rendah belum teraglutinasi (fenomena prozone dan postzone) .
sampel (semua sampel negatif dengan antigen lokal). Salmonella paratyphi B hanya
menunjukkan korelasi lemah antara antigen impor dan antigen lokal. Kedua antigen tersebut
perlu diteliti lebih lanjut dengan sampel yang lebih beragam (Wardhani, dkk, 2005).
Peningkatan titer aglutinin H saja tanpa disertai peningkatan aglutinin O tidak dapat
dipakai untuk mendiagnosis penyakit demam tifoid. Penyebab hal tersebut dapat terjadi ada
3, yaitu.
a. Pernah terinfeksi atau sering terinfeksi dengan S. typhi dosis rendah (< 105).
merangsang limfosit B atau sel plasma yang teraktifkan oleh virus dengue untuk
c. Kenaikan titer aglutinin pada demam nontifoid karena imunisasi sebelumnya atau
antigen lokal, sedangkan antigen S. Paratyphi B mempunyai korelasi lemah dengan antigen
lokal. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan sensitivitas dan spesifisitas
Angka kematian dari penyakit ini mencapai 20%. Kematian umumnya disebabkan
oleh komplikasi typhoid antara lain radang paru- paru, perdarahan usus, dan kebocoran usus.
Dengan antibiotika yang tepat, angka kematian dapat ditekan menjadi sekitar 1 sampai 2%.
Dengan pengobatan yang pas, lamanya penyakit pun dapat ditekan menjadi sekitar seminggu
(Supari, 2006).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk kasus Demam typhoid ini
sebagai bahan studi karya tulis ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Anak Pemenuhan
RSUD Kebumen.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Agar perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien
typhoid abdominalis.
2. Tujuan khusus
D. PENGUMPULAN DATA
Karya tulis ilmiah ini ditulis menggunakan metode diskriftif naratif agar lebih mudah
2. Studi dokumenter dengan menggunakan catatan medik atau catatan keperawatan pada
3. Wawancara langsung pada klien, keluarga klien dan orang terdekat klien, tenaga
4. Observasi dan partisipasi aktif langsung dengan merawat klien di rumah sakit.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Thypoid Abdominalis
1. Definisi
Demam typhoid adalah penyakit infeksi yang biasanya mengenai saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada sluran cerna dan ganggun
Typhus abdominalis adalah infeksi bakteri hebat yang diawali selaput lender
usus jika diobati, secara progresif menyerbu seluruh tubuh (Tambayong, 2003:143)
Demam typhoid adalah penyakit menular yang bersifat akut,yang ditadai dengan
Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit
demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
demam lebih dari 7 hari, penularan terjadi secara fekal oral melalui makanan yang
terkontaminasi dan jika tidak diobati , secara progresif menyerbu jaringan seluruh
tubuh.
2. Etiologi
basil negative, mempunyai flagel yang memungkinkan kumanini dapat bergerak, tidak
antigen pada bagian soma ( badan ), Antigen H (Ag H) yang merupakan antigen pada
bagaian flagel (alat gerak ) dan Antigen Vi (Ag Vi) yang merupakan antigen bagian
demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadi antara
lain: perforasi usus, perdarahan , toksmia, dan kematian (Ranuh dan dkk.2005).
3. Patofisiologi
makanan dan air yamg tercemar, sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung
sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plague peyeri yang
limfe dan mencapai kelenjar limfe mesentrial yang juga mengalami hipertropi. Setelah
kelenjar limfe ini Salmonella thyposa masuk aliran darah melalui duktus thorococicus.
Kuman kuman salmonella thyposa lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari
usus. Salmonella thyposa bersarang di plague peyeri, limfa, hati dan bagian-bagian lain
prathypi A, B, C masuk lambung dan di dalam lambung kuman tersebut ada yang mati
dan ada yang hidup, dengan adanya kumankuman tersebut lambung mengadakan
mual muntah. Kuman yang masih hidup masuk usus halus kemudian menuju lamina
propia/ saluran limpa dan bisa menyebabkan splenomegali, dari saluran limfe kuman
masuk aliran darah melalui ductus thoracocicus dan masuk lagi ke sirkulasi portal yang
bias menyebabkan hepatomegali, dari hati kuman bisa masuk ke kandung empedu yang
bisa menyebabkan koleosistisis Di sirkulasi darah, kuman mengeluarkan endotoksin
yang merangsang pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada daerah yang meradang
sehingga terjadi inflamasi usus. Dengan aadanya peradangan maka akan meningkatkan
/merangasng peristaltik sehingga menyebabkan diare, dan juga akan menimbulkan nyeri
adanya sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit yang meningkatkan set poin
2002:436).
4. Manifestasi klinis
Masa tunas kuman Salmonella thypi adalah 7-14 hari (rata-rata 3-30 hari), selam
masa inkubasi ditemukan gejala prodo normal berupa rasa tidak enak badan.biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat pada malam hari,dalam minggu kedua pasien
terus dalam keadaan demam,yang turun secara berangsur-angsur pada minggu ketiga.
Pada pasien dengan thypoid juga terdapat atau muncul tanda lidah kotor yang
ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan jarang disertai tremor, hati
dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan,biasanya timbul konstipasai maupun
Selain tanda /keluhan yang sering terjadi pada penderita thypoid yaitu: demam,
nyeri kepala/pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,obstipasi, perasaan tidak enak
sementara penderita merasa dingin, tidak nafsu makan, sakit kepala, batuk , sukar buang
5. Penatalaksanaan
a. Perawatan
Tirah baring total selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali.
b. Diit
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein, tidak
gas.
c. Pengobatan
boleh diberikan bila jumlah leukosit < 2000/ul.bila pasien alergi dapat diberikan
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Leukosit
Pada kebanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada sedian darah
tepi berada dalam batas normal, kadang-kadang terdapat leukositas walaupun tidak
ada komplikasi atau infeksi sekunder, oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit
pengobatan.
c. Biakan darah
d. Uji widal
yang spesifik terhadap Salmonella terdapat dalam serum pasien demam thypoid,
juga pada orang yang pernah tertular Salmonella. Antigen yang digunakan pada uji
widal adalah suspense Salmonella yang sudah dimatikan dan telah diolah di
dalam serum pasien yang disangka menderita demam thypoid. Pada keadaan
7. Pathway
Lambung
Sebagian besar dimusnahkan oleh asam
sirkulasi portal
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan endotoksin bakteri
tubuh
Merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen
Peningkatan
Nyeri set point
temperatur Konstipasi Diare
(Supridjadi,2004:75-76 )
1. Fokus Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Identitas pasien meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat
rumah, suku bangsa, agama dan nama orang tua. Keluhan utama pasien biasanya
mengeluh demam tinggi dan naik turun, biasanya disertai muntah, tidak nafsu
orang berbeda tergantung pada tingkat demam, , keadaan sosial, ekonomi, hygiene
dan sanitasi. Akibat timbul keluhan: anak menjadi rewel dan menjadi gelisah,
badan menjadi lemah, suhu badan tinggi dan aktivitas bermain kurang. Faktor yang
memperberat adalah ibu menghentikan pemberian makanan karena anak tidak mau
yang pernah di derita oleh anak maupun keluarga dalam hal ini orang tua. Apakah
3) Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi dan kulit kebiasaan defekasi, ada tidaknya
frekuensi defekasi dan miksi, karakteristik urin dan feses, pola input cairan,
infeksi saluran kemih, masalah bau badan, perspirasi berlebih, dan lain-lain.
4) Pola latihan-aktivitas
Pentingnya latihan atau gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain. Kemampuan klien dalam menata diri
lain, 3: dibantu orang dan alat, 4: tergantung dalam mlakukan ADL, kekuatan
otot dan Range Of Motion, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama dan
mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap peristiwa yang telah lama
terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu,
tempat, dan nama (orang, atau benda yang lain). Tingkat pendidikan, persepsi
nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan untuk mengikuti, menilai nyeri skala
0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh atau
Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau
2. Diagnosa keperawatan
absorsi, mual/muntah
(Soegiyanto, 2002)
3. Fokus Intervensi
kriteria hasil (NOC: Thermoregulation) dapat terarasi dengan kriteria hasil: Suhu
tubuh dalam rentang normal 36,5-37,5 C, tidak ada perubahan warna kulit, Nadi
2009)
Intervensi prioritas (NIC: Temperature Regulation) untuk masalah tersebut
adalah monitor suhu setiap 4 jam sekali, lakukan tepid water sponge, rencanakan
monitoring suhu secara kontinyu, monitor TD, Nadi, RR, monitor warna dan suhu
(Dochterman,2009).
dapat teratasi dengan kriteria hasil (NOC: Paint Control) Mampu mengontrol nyeri
nyeri (skala, intensitas dan tanda nyeri), tanda-tanda vital dalam rentang normal
(Moorhead,2009).
kaji nyeri secara komprehensif, ajarkan tehnik non farmskologis untuk management
kolaborasikan dengan dokter apabila ada keluham dan tindakan nyeri tidak berhasil
(Dochterman, 2009).
keluarga pasien mengerti dan mampu merawat tentang penyakit yang diderita
dkk,2009).
yang spesifik, gambaran tentang tanda gejala yang muncul pada penyakit dengan
cara yang tepat, gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat, sediakan
(Dochterman,2009).
mual/muntah
Tujuan menurut NOC (Nutrition Status: Food and Fluid Intake) tidak ada
tanda-tanda mal nutrisi, tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti (Moorhead
dkk,2009).
Nutrition Management:
Timbang berat badan pasien setiap 2 hari sekali, kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien, yakinkan diet
yang dimakan mengandung rendah serat untuk mencegah diare, motivasi pasien
untuk makan sedikit tapi sering, anjurkan pasien untuk makan dalam kondisi
dapat teratasi dengan kriteria hasil (NOC: bowel elimination, electrolyte and acid
base balance) : menjaga sekitar rectal teriritasi, feses berbentuk, tidak terjadi diare,
adalah monitor intake dan output, identifikasi factor penyebab diare, monitor tanda
BAB III
RESUME KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Penkajian ini dilakukan oleh Rifqi ghozali pada tanggal 23 juli 2012 pada pukul
1. Identitas Pasien
Nama An.A, umur 10 tahun , jenis kelamin laki-laki , agama Islam, suku bangsa
2. Riwayat Kesehatan
Klien masuk IGD RSUD Kebumen pada hari kamis tanggal 19 juli 2012 pada
pukul 01.00 wib dengan keluhan demam, ibu mengatakan demam 10 hari panas naik
turun pasien mengeluhkan mual dan nafsu makan menurun ,Ibu mengatakan
sembuh.Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 23 juli 2012 pukul 12.30 wib diruang
tekanan darah: 120/80 mmhg. Ibu mengatakan panas naik turun setiap hari terutama
Pasien sebelumnya pernah menderita penyakit typhoid pada usia 3th dan dirawat
di RSUD Kebumen .jadi pasien masuk untuk kedua kalinya dengan penyakit yang sama.
Ibu pasien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit seperti pasien .Ibu pasien mengatakan anggota keluarga memiliki keturunan
Ibu pasien mengatakan pada saat kehamilan pasien ibu tidak mengalami
gangguan hanya mual muntah biasa pada umur kehamilan 1 bulan pertama, hasil USG
normal. Pasien lahir pada usia kehamilan 9 bulan 10 hari dengan kelahiran spontan
dibantu oleh bidan, Pasien lahir dengan berat badan: 2500 gr dan panjang badan :48cm.
Pasien sudah mendapatkan imunisasi HBO ,BCG, Polio, DPT dan Campak.
3. Fokus Pengkajian
Pengkajian Pola Gordon diperoleh data pola nutrisi: Ibu pasien mengatakan
pasien memang susah makan saat dirumah kadang makan hanya 2x sehari minum air
putih 5-6 gelas sehari,saat dikaji pasien menghabiskan 5 sendok porsi diit yang
disediakan RS dan minum air putih 7-8 gelas sehari, pasien mengatakan mulutnya pahit
tidak enak untuk makan. Pola latihan dan aktivitas saat dirumah dalam kegiatan sehari-
hari serta kebutuhan sehari-hari pasien mampu memenuhinya secara mandiri,saat dikaji
pasien nampak bedrest dan dalam kebutuhan sehari-hari dengan bantuan ibu dan
perawat. Pola eliminasi sebelum sakit pasien BAB 1x sehari dengan konsistensi lunak
dam memiliki bau khas, BAk 5-6x sehari, saat dikaji klien BAB 1x sehari dengan
konsistensi padat lunak, warna kuning, dan berbau khas BAK 5-6x sehari. Pola istirahat
dan tidur: sebelum sakit ibu pasien mengatakan pasien tidur 10 jam perhari pasien
tidur malam mulai pukul 19.00-05.00wib pasien jarang sekali tidur siang, saat dikaji
pasien tidur siang sekitar 1-2 jam dan tidur malam dari jam 20.00-05.00wib. Pola
persepsi kesehatan: ibu mengatakan belum tahu mengenai penyakit thypoid pada
anaknya. Pola keyakinan dan nilai: sebelum sakit ibu mengatakan pasien rajin sholat
karena selalu dipantau oleh ibunya.saat dikaji klien tidak menjalankan sholat.
mentis, tanda-tanda vital adalah suhu: 38C ,nadi: 110x/menit, respirasi: 24x/menit,
datar,palpasi tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada masa ,auskultasi bising usus
(normal 11,7-17,3 gr/dl), Hematokrit 34,2 % (normal 35,0-52,0 %), Widal: Salmonella
Pada saat pengkajian tanggal 23 juli pukul 12.30wib pasien mendapatkan terapi
Tepid water sponge untuk menurunkan panas serta terapi obat paracetamol 250 mg,
3x250 mg.
Hasil analisa data dan prioritas diagnosa keperawatan pada tanggal 23 juli 2012
pukul 12.30wib adalah pertama hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai
dengan ibu mengatakan panas naik turun setiap hari terutama sore hari, tanda-tanda vital
tekanan darah :120/80 mmhg respirasi 24x/menit, nadi: 110x/menit, suhu:38C, akral
hangat, widal Salmonella. typhi O 1/400, Salmonella. typhi H 1/400, Salmonella. paratyphi
1/400.
Kedua defisit pengetahuan tentang penyakit typhoid berhubungan dengan
Kuranganya informasi ditandai dengan ibu mengatakan belum tahu tentang penyakit thypoid
pada anaknya. ibu tampak bingung saat ditanyai tentang penyakit typhoid yang diderita
anaknya.
denganhilangnya nafsu makan ditandai dengan pasien mengatakan tidak nafsu makan karena
mulutnya terasa pahituntuk makan enak,klien nampak lemas,klien tampak tidak tertarik untk
135cm, biocemical: Hemoglobin 11.4 gr/dl, Hematocrit: 34.2 %, clinis: turgor kulit: kering,
konjungtiva anemis, dietary: diit bubur kasar hanya menghabiskan 5 sendok makan.
criteria hasil dapat terarasi dengan kriteria hasil (NOC: Thermoregulation) Suhu tubuh
dalam rentang 36,5-37,5 C, tidak ada perubahan warna kulit, Nadi dalam rentang
Tindakan yang telah dilakukan pada tanggal 23 juli 2012 pukul 12.30 wib adalah
RR: 24x/menit, Nadi: 110x/menit serta memberikan tepid water sponge untuk
menurunkan suhu, memberikan obat antipiretik paracetamol 250 mg, pada pukul 14.00
Suhu 37,4 C, dari data diatas penulis menyimpulkan masalah keperawatan hipertermi
Tindakan yang telah dilaksanakan pada tanggal 24 juli 2012 pukul 07.00 wib
adalah mengukur Suhu: 36,7 C, mengukur RR: 22x/menit, mengukur Nadi: 88x/menit,
mengukur TD: 110/80mmhg, pada pukul 10.30 Wib memberikan injeksi cefotaxim 500
mg dan injeksi colsancetin 400 mg, mengobservasi mukosa bibir: kering, kulit tidak
kemerahan, akral hangat pada pukul 12.00 wib mengukur Suhu: 36,2C, RR: 20x/menit,
Evaluasi pada tanggal 24 juli 2012 pada pukul 15.00 Wib ibu mengatakan
pasien sudah enakan tapi masih lemas, TD: 110/80mmhg, RR: 20x/menit, Nadi:
84x/menit, Suhu: 36,2 C, pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, kulit tidak
kemerahan, akral hangat, dari data diatas penulis menyimpulkan masalah keperawatan
hipertermi teratasi, rencana selanjutnya adalah pantau perubahan suhu badan, tanda-
Tindakan yang telah dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pukul 07.00 wib
kemerahan, pada pukul 10.00wib memberikan injeksi cefotaxim 500 mg, memberikan
injeksi colsancetin 400 mg, pada pukul 12.00 wib mengukur TD: 90/70, RR: 22x/menit,
mengatakan sudah merasa enak dan sudah tidak panas lagi, TD: 90/70 mmhg, RR:
22x/menit, Nadi: 96x/menit, S:36,4 C, mukosa bibir lembab, kulit tidak kemerahan,
pasien mengerti dan mampu merawat tentang penyakit yang diderita pasien dengan
kriteria hasil (NOC: knowledge: diese process, Knowledge : health Behavior) keluarga
keluarga mampu malaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar, keluarga mampu
Tindakan yang telah dilakukan pada tanggal 23 juli 2012 pada pukul 12.30
adalah mengkaji tingkat pemahaman ibu terhadap penyakit yang diderita oleh pasien,
ibu mengatakan belum mengetahui penyakit thypoid yang terjadi pada anaknya.
Evaluasi pada tanggal 23 juli 2012 adalah ibu mengatakn belum paham dan
belum mengetahui penyakit thypoid pada anakanya, ibu tampak kebingungan saat
ditanya tentang penyakit thypoid yang diderita oleh anaknya, dari data yang diperoleh
thypoid.
Tindakan yang telah dilaksanakan pada tanggal 24 Juli 2012 pukul 11.00 WIB
Evaluasi dilakukan pada tanggal 24 Juli 2012 pukul 13.00 WIB setelah penulis
melakukan pendidikan kesehatan selama 1x20 menit didapatkan data keluarga pasien
gejala, penyebab, makanan yang dianjurkan untuk pasien thypoid, makanan yang
mengaplikasikan dirumah makanan yang dianjurkan serta makanan yang perlu dihindari
dapat terpenuhi dengan kriteria hasil (NOC: Nutrition Status: Food and Fluid Intake)
tidak ada tanda-tanda mal nutrisi, tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
(Morhead dkk,2009).
Tindakan yang dilakukan pada tanggal 23 juli 2012 pukul12.30 adalah mengkaji
status nutrisi pasien: pasien mengatakan mulutnya pahit untuk makan, menimbang berat
badan pasien BB: 23 kg, TB: 135 cm mengobservasi turgor kulit: kering, pasien tampak
lemas, pasien mendapat diit bubur kasar dan hanya menghabiskan 5 sendok makan.
Evaluasi pada tanggal 23 juli 2012 pad pukul 15.30 wib adalah pasien
mengatakan mulutnya pahit untuk makan, BB: 23kg, TB: 135 cm, turgor kulit: kering,
pasien tampak lemas, pasien hanya menghabiskan 5 sendok makan diit bubur kasar, dari
data diatas penulis menyimpulkan masalah belum resiko perubahan nutrisi belum
teratasi, rencana selanjutnya adalah motivasi klien untuk makan sedikit tapi sering,
Tindakan yang telah dilakukan pada tanggal 24 juli 2012 pada pukul 12.30wib
adalah memotivasi pasien untuk makan, menganjurkan pasien untuk makan dalam
kondisi hangat, mengobservasi turgor kulit: turgor kulit tidak elastis, pasien
Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 24 juli 2012 pada pukul 15.00 Wib adalah
pasien mengatakan mau makan tetapi mulutnya masih tidak enak, pasien masih tampak
lemas, pasien menghabiskan 7 sendok diit RS, dari data tersebut penulis menyimpulkan
bahwa masalah keperawatn resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi, rencana selanjutnya adalah anjurkan pasien makan dalam kondisi hangat,
Tindakan yang telah dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pada pukul 07.00Wib
adalah memberikan motivasi pada pasien untuk mau makan dalam kondisi hangat,
pasien mengatakan mulutnya masih tidak enak untuk makan, pada pukul 12.00wib
menimbang berat badan pasien BB:23,5 kg, mengobservasi diit yang dihabiskan oleh