KELOMPOK: 4
2.1 Arus
Arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal dari suatu massa air
sehingga massa air tersebut mencapai kestabilan. Gerakan tersebut merupakan
resultan dari beberapa gaya yang bekerja dan beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Terdapat dua gaya yang berperan dalam arus yaitu: gaya
primer dan gaya sekunder. Gaya primer berperan dalam menggerakkan arus dan
menentukan kecepatannya. Gaya primer ini terdiri dari gravitasi, gesekan angin
(wind stress), gaya dorong ke atas dan ke bawah (bouyancy), serta tekanan
atmosfir. Gaya sekunder mempengaruhi arah gerakan dan kondisi aliran arus.
Gaya sekunder meliputi gaya Coriolis dan gesekan lapisan air laut itu sendiri
(Pond and Pickard, 1983)
Menyebutkan fungsi arus dalam perairan diantaranya ialah: untuk keperluan
perencanaan analisis dampak lingkungan di suatu perairan yang membutuhkan
data tentang pola arus;untuk perencanaan struktur pantai atau pelabuhan agar
proses pengerjaannya efisien dan efektif serta menghasilkan daya tahan yang
tinggi;untuk studi rute pelayaran; untuk keperluan wisata laut; serta menjelaskan
proses sedimentasi, erosi pantai, sebaran organisme dan pola penyebaran limbah
pencemar (Herunadi, 1998 dalam Oli 2003).
Berdasarkan gaya-gaya pembangkit arus Gross (1990) dan Brown et al (1989)
membagi arus menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Arus Ekman, yaitu arus yang disebabkan oleh gesekan angin
b. Arus Pasang Surut, yaitu arus yang disebabkan oleh adanya gaya
pembangkit pasut
c. Arus Thermohaline, yaitu arus yang disebabkan karena adanya perbedaan
densitas air laut
d. Arus Geostrofik, yaitu arus yang disebabkan karena adanya gradien
tekanan mendatar dan gaya Coriolis
e. Wind Driven Current, yaitu arus yang dibangkitkan oleh angin, seperti
sirkulasi sebagian besar samudera di lapisan atas, gelombang permukaan
dan up-weling
f. Arus Inersia, yaitu suatu gerakan air dimana terjadi gesekan yang sangat
kecil (diasumsikan nol) dan gaya yang masih bekerja hanya gaya Coriolis
sehingga menyerupai kurva. Arus inersia yang terjadi di sekitar garis
lintang akan membentuk lingkaran (circular). Arah rotasi pada lingkaran
inersia adalah searah jarum jam dibelahan bumi utara dan berlawanan arah
jarum ja di belahan bumi selatan (Pond dan Pickard, 1983)
2.2 Lagrange
Metode Lagrange adalah suatu cara mengukur arus laut dengan cara melepas
benda apung atau drifter ke laut, kemudian diukur jarak dan vektor
perpindahannya. Metode ini ditemukan oleh Joseph Lagrange (1736-1811),
seorang matematikawan Prancis. (Johnson D Pattiaratchi 2004)
Dalam proses pengambilan data jarak, arah, dan waktu, setidaknya dibutuhkan
GPS dan alat penunjuk waktu atau stop watch untuk menandai stasiun setiap
interval waktu. Melalui waktu dan jarak, maka akan diketahui kecepatan arus
pada suatu perairan.Arah arus sendiri dapat diketahui melalu plotting stasiun dari
GPS. (Pond and Pickard, 1983)
Percobaan I
Lokasi : Pantai Melasti
Hari/tanggal : Rabu, 14-12-2016
Pukul : 17.58 WITA
Keadaaan air laut : Pasang
Cuaca : Hujan deras
Percobaan Panjang tali (m) Waktu (s)
1 10 75
2 10 31
3 10 51
4 10 72
5 10 61
6 10 109
7 10 52
8 10 100
9 10 85
10 10 70
Percobaan II
Lokasi : Pantai Melasti
Hari/tanggal : Kamis, 15-12-2016
Pukul : 15.49 WITA
Keadaaan air laut : Surut
Cuaca : Panas
Percobaan Panjang tali (m) Waktu (s)
1 10 68
2 10 63
3 10 107
4 10 62
5 10 74
6 10 101
7 10 105
8 10 93
9 10 74
10 10 60
Percobaan III
Lokasi : Pantai Melasti
Hari/tanggal : Kamis, 15-12-2016
Pukul : 17.04 WITA
Keadaaan air laut : Surut
Cuaca : Panas
Percobaan Panjang tali (m) Waktu (s)
1 10 112
2 10 75
3 10 63
4 10 96
5 10 108
6 10 64
7 10 81
8 10 77
9 10 111
10 10 63
s = jarak (m)
Percobaan I pada tanggal 14 Desember pukul 17,58 WITA
1 10 m 75 0,133
2 10 m 31 0,322
3 10 m 51 0,192
4 10 m 72 0,138
5 10 m 61 0,163
6 10 m 109 0,091
7 10 m 52 0,192
8 10 m 100 0,1
9 10 m 85 0,117
10 10 m 70 0,142
Rata-rata 0,240
1 10 m 68 0,147
2 10 m 63 0,158
3 10 m 107 0,093
4 10 m 62 0,161
5 10 m 74 0,135
6 10 m 101 0,099
7 10 m 105 0,095
8 10 m 93 0,107
9 10 m 74 0,135
10 10 m 60 0,166
Rata-rata 0,129
1 10 m 112 0,089
2 10 m 75 0,133
3 10 m 63 0,158
4 10 m 96 0,104
5 10 m 108 0,092
6 10 m 64 0,156
7 10 m 81 0,123
8 10 m 77 0,129
9 10 m 111 0,090
10 10 m 63 0,158
Rata-rata 0,123
6.2 Ralat Nisbi
Adapun ralat nisbi pada percobaan lagrange ini, yaitu dengan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
() = ( )
=
Xi = jumlah kecepatan
n = 10
= 0,240
( ) = (0,133 0,240) + (0,322 0,240) + (0,192 0,240) + (0,138
240) + (0,163 0,240) + (0,091 0,240) + (0,192 0,240)
+ (0,001 0,240) + (0,117 0,240) + (0,142- 0,240)
= -0,107 +0,082 - 0,048 - 0,102 0,163 - 0,077 - 0,149- 0,239
- 0,123 -0,098
= -0,164
(0,164)2
X =
(10)
0,026
=
10
= 0,0026
= 0,050
0,0,050
100 % 100%
0,240
= 100 % 0,208 %
= 99,792 %
(0.003)2
X =
(10)
910
=
10
= 0,910
= 0,00948
0.070
100 % 100%
0,079
= 100 % 0,0734 %
= 99,9269 %
(0.304)2
X =
(10)
0,0924
=
10
= 0,00924
= 0,961
0,961
100 % 100%
0,123
= 100 % 0,7813 %
= 99,2187 %
VII. Pembahasan
Dalam praktikum ini digunakan metode lagrange, dan alat yang digunakan adalah
drifter buoy. Metode lagrange atau lagrangian adalah suatu cara mengukur aliran massa
air dengan melepas benda apung atau drifter ke laut, dan kemudian mengikuti gerakan
aliran massa air laut tersebut. Pertamanya alat drifter buoy dimasukkan ke dalam air dan
setelah itu dilepas sampai tali berjarak 10 meter, dan kemudian kita akan mengetahui
waktu yang digunakan untuk drifter buoy mencapai jarak tali 10 meter. Setelah mendapat
waktu yang diperlukan, kita dapat menghitung kecepatan dari arus tersebut dengan
menggunakan rumus kecepatan:
=
Praktikum metode pengamatan lagrange ini dilakukan untuk mengukur kecepatan
arus. Praktikum ini dilakukan 2 hari yakni pada hari Rabu, 14 Desember 2016 pukul
17.58 WITA dan Kamis, 15 Desember 2016 pukul 15.49 WITA dan 17.04 WITA di
Pantai Melasti. Dimana alat lagrange ini di lemparkan ke pantai yang memiliki arus yang
kemudian alat ini akan tenggelam hingga terbawa arus sejauh 10 meter jika sudah tarik
kembali lagrange ini. Adapun kecapatan rata-rata yang di dapat dalam praktikum metode
lagrange di Pantai Melasti adalah pada percobaan 1 pukul 17:58 WITA pada hari rabu 14
Desember 2016 dengan keadaan air laut pasang dan cuaca hujan deras diperoleh
kecepatan rata-rata arus sebesar 0,240 m/s dan didapat ralat nisbi sama dengan 0,050
dengan persentase kebenaran sama dengan 99,792 %. Pada percobaan 2 pukul 15:49
WITA pada hari kamis 15 Desember 2016 dengan keadaan air laut surut dan cuaca panas
diperoleh kecepatan rata-rata arus sebesar 0,129 m/s dan didapat ralat nisbi sama dengan
0,00948 dengan persentase kebenaran sama dengan 99,9269 %. Pada percobaan 3 pukul
17:04 WITA pada hari kamis 15 Desember 2016 dengan keadaan air laut surut dan cuaca
panas diperoleh kecepatan rata-rata arus sebesar 0,123 m/s dan didapat ralat nisbi 0,961
dengan persentase sama dengan 99,2187 %.
VIII. Kesimpulan
1. Dalam mengukur kecepatan arus ada beberapa metode yang dapat dilakukan,
salah satunya metode Lagrange dengan menggunakan alat yang bernama
Drifter buoy. Metode Lagrange adalah suatu cara mengukur aliran massa air
dengan melepas Drifter buoy ke laut, kemudian mengikuti gerakan aliran
massa air laut.
2. Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan di Pantai Melasti dengan dua
hari yg berbeda percobaan pertama pada sore hari rabu tanggal 14 desember
2016, percobaan kedua dan ketiga pada sore hari kamis tanggal 15 desember
2016, tiap percobaan dilakukan 10 kali pengulangan, dengan menggunakan
tali sepanjang 10 meter. Didapatkan kecepatan rata-rata arus di Pantai Melasti
sebagai berikut: Pada percobaan 1 dengan keadaan air laut pasang dan cuaca
hujan deras diperoleh kecepatan rata-rata arus sebesar 0,240 m/s. Pada
percobaan 2 dengan keadaan air laut surut dan cuaca panas diperoleh
kecepatan rata-rata arus sebesar 0,129 m/s. Pada percobaan 3 dengan keadaan
air laut cerah dan cuaca cerah diperoleh kecepatan rata-rata arus sebesar 0,123
m/s.
DAFTAR PUSTAKA