disusun oleh:
Gambar 4. -karoten
Sifat-sifat kimia -karoten sangat berhubungan dengan sistem ikatan
rangkap terkonjugasi, yang terdapat dibagian tengah molekul karotenoid,
ditambah dengan sistem ikatan rangkap terkonjugasi, yang terdapat pada bagian
tengah molekul karotenoid, ditambah dengan bermacam-macam grup fungsional
pada struktur cincin. ROS yang dapat dibersihkan atau dihilangkan oleh
karatenoid adalah singlet oksigen dan radikal peroksil (Muchtadi, 2012).
Mekanisme aktivitas antioksidan karatenoid yaitu dengan mengabsorpsi
ekses energi dari singlet oksigen dan kemudian melepaskannya sebagai panas.
Karotenoid dapat berfungsi sebagai pemadam oksigen singlet dan pendeaktifasi
radikal bebas. Strategi pertahanan karotenoid adalah yang paling mungkin dalam
pencarian dua molekul oksigen berupa molekul singlet oksigen (1O2) dan
peroksida radikal. Lebih lanjut karotenoid akan mengaktivator terhadap elektron
molekul exitasi, dengan melibatkan radikal dan singlet oksigen. Interaksi dari
karotenoid dengan 1O2 tergantung kekuatan pemadaman proses fisika, dimana
akan terlibat langsung transfer energi diantara kedua molekul. Energi dari
molekul singlet oksigen berpindah ke molekul karotenoid, selanjutnya diperoleh
ground state (keadaan dasar) oksigen dan ketriplet exitasi karotenoid. Kelebihan
energi dari molekul yang tereksitasi akan ditransfer melalui mekanisme
pelepasan energi. Mekanisme karotenoid sebagai pemadam oksigen singlet
sebagai berikut:
1
O2 + 1Karotenoid 3O2 + 3Karotenoid
3
Karotenoid* 1Karotenoid + energi panas
Energi akan dilepas melalui interaksi rotasi dan vibrasi antara karotenoid
triplet dengan pelarut untuk mengembalikan karotenoid kekeadaan semula.
Karotenoid yang tereksitasi tersebut akan melepaskan panas kemudian kembali
menjadi karotenoid yang stabil. Antioksidan sekunder bekerja dengan cara
mengikat singlet oksigen dan mengubahnya ke bentuk triplet oksigen. Dari
mekanisme kerja antioksidan karotenoid di atas maka karotenoid bixin dapat
digolongkan ke dalam antioksidan sekunder (Kurniawati et al, 2007).
2.3Vitamin C (Asam askorbat)
Vitamin C atau asam askorbat adalah suatu senyawa beratom karbon 6 yang
dapat larut dalam air. Vitamin C merupakan vitamin yang disintesis dari glukosa
dalam hati dari semua jenis mamalia, kecuali manusia. Manusia tidak memiliki
enzim gulonolaktone oksidase, yang sangat penting untuk sintesis dari prekursor
vitamin C, yaitu 2-keto-1-gulonolakton, sehingga manusia tidak dapat
mensintesis vitamin C dalam tubuhnya sendiri (Padayatti et al, 2003).
Gambar 5. Asam Askorbat
Di dalam tubuh, vitamin C terdapat di dalam darah (khususnya leukosit),
korteks anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di saluran cerna
melalui mekanisme transport aktif (Padayatti et al, 2003).
Adapun karakteristik dan manfaat vitamin C adalah:
a. Larut di dalam air (asam askorbat-L) atau larut di alam lemak (Vitamin C ester
seperti ascorbyl palmitate).
b. Meningkatkan produksi kolagen.
c. Penting untuk berfungsinya neurotransmitters, termasuk dopamine, serotonin,
dan acetylcholine.
d. Berakumulasi di dalam sel darah putih untuk mempertahankan respons
imunitas yang kuat
Mekanisme aktivitas antioksidan Vitamin C merupakan suatu donor elektron
dan agen pereduksi disebut antioksidan karena dengan mendonorkan
elektronnya, vitamin ini mencegah senyawa-senyawa lain agar tidak teroksidasi.
Walaupun demikian, vitamin C sendiri akan teroksidasi dalam proses antioksidan
tersebut, sehingga menghasilkan asam dehidroaskorbat (Padayatty, 2003).
Gambar 6. Reaksi Reduksi dan Oksidasi Vitamin C
Menurut Padayatty et al (2003), setelah terbentuk, radikal askorbil (suatu
senyawa dengan elektron tidak berpasangan, serta asam dehidroaskorbat dapat
tereduksi kembali menjadi asam askorbat dengan bantuan enzim 4-
hidroksifenilpiruvat dioksigenase. Tetapi, di dalam tubuh manusia, reduksinya
hanya terjadi secara parsial, sehingga asam askorbat yang terlah teroksidasi
tidak seluruhnya kembali. Vitamin C dapat dioksidasi oleh senyawa-senyawa lain
yang berpotensi pada penyakit. Jenis-jenis senyawa yang menerima elektron dan
direduksi oleh vitamin C, dapat dibagi dalam beberapa kelas, antara lain:
a. Senyawa dengan elektron (radikal) yang tidak berpasangan, contohnya
radikal-radikal oksigen (superoksida, radikal hidroksil, radikal peroksil, radikal
sulfur, dan radikal nitrogen-oksigen).
b. Senyawa-senyawa yang reaktif tetapi tidak radikal, misalnya asam hipoklorit,
nitrosamin, asam nitrat, dan ozon.
c. Senyawa-senyawa yang dibentuk melalui reaksi senyawa pada kelas pertama
atau kelas kedua dengan vitamin C.
d. Reaksi transisi yang diperantarai logam (misalnya ferrum atau cuprum)
Vitamin C dapat menjadi antioksidan untuk lipid, protein, dan DNA,
dengan cara:
a. Untuk lipid, misalnya Low-Density Lipoprotein (LDL), akan beraksi dengan
oksigen sehingga menjadi lipid peroksida. Reaksi berikutnya akan
menghasilkan lipid hidroperoksida, yang akan menghasilkan proses radikal
bebas. Asam askorbat akan bereaksi dengan oksigen sehingga tidak terjadi
interaksi antara lipid dan oksigen, dan akan mencegah terjadinya
pembentukan lipid hidroperoksida.
b. Untuk protein, vitamin C mencegah reaksi oksigen dan asam amino
pembentuk peptide, atau reaksi oksigen dan peptida pembentuk protein.
c. Untuk DNA, reaksi DNA dengan oksigen akan menyebabkan kerusakan pada
DNA yang akhirnya menyebabkan mutasi (Padayatti et al, 2003).
Jika asam dehidroaskorbat tidak tereduksi kembali menjadi asam
askorbat, maka asam dehidroaskorbat akan dihidrolisis menjadi asam 2,3-
diketoglukonat. Senyawa tersebut terbentuk melalui rupture ireversibel dari cincin
lakton yang merupakan bagian dari asam askorbat, radikal askorbil, dan asam
dehidroaskorbat. Asam 2,3-diketoglukonat akan dimetabolisme menjadi xilosa,
xilonat, liksonat, dan oksalat (Padayatty et al, 2003).
Kerusakan karena oksidan akan menyebabkan penyakit seperti
aterosklerosis dan diabetes melitus tipe 2. Dan kemungkinan juga memiliki
peranan dalam terjadinya diabetes komplikata, gagal ginjal kronik, penyakit-
penyakit degenerasi neuron, arthritis rheumatoid, dan pancreatitis (Padayatty et
al, 2003).
2.3 Flavonoid
Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai
antioksidan dan mempunyai bioaktivitas sebagai obat. Pigmen/ zat warna yang
terdapat dalam tumbuhtumbuhan seperti zat warna merah, ungu, biru, kuning,
dan hijau tergolong senyawa flavonoid.Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi
sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Senyawa
flavonoid adalah senyawa-senyawa polifenol yang memiliki 15 atom karbon (C6-
C3-C6), terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh
rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon. Flavonoid mengandung sistem
aromatik yang terkonjugasi. Kebanyakan senyawa terkonjugasi pada umumnya
berwarna cerahsehingga menunjukkan pita serapan yang kuat pada daerah
spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak (Brunetty et al, 2013).
Gambar 7. Flavonoid
Berikut ini merupakan mekanisme flavonoid sebagai antioksidan:
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Juliana da Silva et al. 2012. Antioxidant activity of aqueous extract of passion fruit
(Passiflora edulis) leaves: In vitro and in vivo study. J. Food Research
International 53 (2013) 882890
Padayatty, J, Sebastian, Arie Katz, Yaohui Wang, Peter Eck, Oran Kwon, Je-
Hyuk Lee, Shenglin Chen, , Christopher Corpe, , Anand Dutta, BS, Sudhir
K Dutta, and Mark Levine. 2003. Vitamin C as an Antioxidant: Evaluation
of Its Role in Disease Prevention. Journal of the American College of
Nutrition, Vol. 22, No. 1, 1835
Wong Yuh Shan, Chiaw Mei Sia, Hock Eng Khoo, Yee Kwang Ang,Sui Kiat
Chang, Hip Seng Yim. 2014. Influence Of Extraction Conditions On
Antioxidant Properties Of Passion Fruit (Passiflora Edulis) Peel. Malaysia:
Univerisiti Putra Malaysia