Makalah
Dosen Pengampu:
Oleh:
Nama : Erie Agusta.
NIM : 13708251069.
Kelas : Pend. Biologi 2.
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2014
ii
PRAKATA
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan
makalah struktur organisasi dan fungsi bakteria ini sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki. Saya juga berterima kasih pada Bapak Prof. Langkah
Sembiring, M.Sc., Ph.D selaku dosen mata kuliah Mikrobiologi yang telah
memberikan tugas ini kepada saya.
Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai morfologi sel bakteri, struktur eksternal sel
bakteri, dan struktur internal bakteri. Saya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Yogyakarta
4 November 2014
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................ ii
Prakata ............................................................................................................ iii
Daftar Isi......................................................................................................... iv
Daftar Gambar ................................................................................................ v
Daftar Tabel ................................................................................................... vi
Bab I Pengantar ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................ 2
D. Manfaat .......................................................................................... 2
Bab II Struktur Sel Organisasi Bakteri ..................................................... 3
A. Morfologi Sel Bakteri .................................................................... 3
B. Ukuran dan Aktivitas Metabolisme ............................................... 6
C. Struktur Umum Bakteri ................................................................. 7
D. Struktur Eksternal Sel bakteri ........................................................ 7
E. Struktur Internal Sel Bakteri .......................................................... 15
Bab III Penutup ............................................................................................ 21
Simpulan .......................................................................................... 21
Daftar Pustaka ................................................................................................ 22
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENGANTAR
A. Latar belakang
Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang bersifat ubiquitous atau ada
disegala tempat di Bumi termasuk habitat kita seperti tanah, air, hewan, tumbuhan dan
bahkan di dalam tubuh manusia itu sendiri. Akan tetapi ada beberapa kasus
menunjukan bahwa mikroorganisme ada yang tidak bisa hidup karena suhu habitat
yang terlalu panas atau dingin, pH yang terlalu asam atau pedas, dan bahkan tingkat
salinitas yang terlalu asin. Kemampuan ini menjadi ukuran tersendiri untuk menetukan
karakteristik dan pengelompkan mikroorganisme serta menjadi salah satu dasar dalam
mempelajari keanekaragaman mikroorganisme.
Keanekaragaman mikroorganisme dalam sudut pandang tingkat dunia di dalam
taksonomi terbagi menjadi empat kelompok besar, yakni bakteria, arkhabakteria, fungi,
dan protozoa. Bakteria merupakan salah satu kelompok dengan keanekaragaman
genetik terbesar jika dibandingkan dengan tiga kelompok laiinya. Perannya dalam
teknologi DNA rekombinan menempatkan posisinya sebagai mikroorganisme yang
sangat fundamental diera biologi mederen. Hasil ini tak lepas dari banyaknya studi atau
penelitian yang banyak menggunakan kelompok bakteria sebagai objek kajian dalam
penelitian tersebut.
Oleh karena itu, berdasarkan kajian tersebut maka penyusun ingin mendalami
lebih lanjut bagaimana struktur organisasi dan fungsi bakteria sehingga bisa
mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar tentang mikroorganisme kelompok
bakteria.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana morfologi/bentuk bakteria?
2. Apa saja struktur eksternal sel pada bakteria?
3. Apa saja struktur internal sel pada bakteria?
1
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana morfologi/bentuk bakteria.
2. Untuk mengetahui apa saja strutktur eksternal pada bakteria.
3. Untuk mengetahui apa saja strutktur internal pada bakteria.
D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah :
1. Sebagai penambah wawasan bagi para pembaca dalam memahamai
morfologi/bentuk bakteria.
2. Sebagai penambah wawasan bagi para pembaca dalam memahami struktur
eksternal sel pada bakteria.
3. Sebagai penambah wawasan bagi para pembaca dalam memahami struktur internal
sel pada bakteria.
2
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI PADA BAKTERIA
Gambar 1. Berbagai Bentuk Bakteri tidak Hanya Bulat, Batang, dan Spiral
tetapi ada yang berbentuk Bintang, Segitiga, dan Persegi
Sumber: Young, 2006:5
Menurut Pratiwi (2008:23) bentuk cocci umumnya bulat atau oval. Bila cocci
membelah diri, sel-sel dapat tetap melekat satu sama lain. Berdasarkan hal tersebut
cocci tebagi lagi menjadi beberapa golongan berdasarkan bentuknya yakni diplococci,
streptococci, tetrad, sarcina, dan staphylococci. Diplococci merupakan cocci yang
tetap berpasangan setelah membelah. Streptococci adalah cocci yang membelah
namun tetap melekat membentuk struktur rantai. Tetrad adalah cocci yang membelah
dalam 2 bidang dan tetap melekat membentuk kelompok 4 coccus. Sarcina adalah
cocci yang membelah dalam 3 bidang dan tetap melekat membentuk kubus dengan 8
coccus. Staphylococci adalah cocci yang membelah pada banyak bidang dan
3
membentuk kumpulan menyerupai buah anggur. Berikut penjelasannya pada Gambar
2.
Sedangkan bentuk spiral, bakteri memiliki satu atau lebih lekukan dan tidak
dalam bentuk lurus. Bakteri berbentuk spiral ini dibedakan menjadi beberapa jenis.
Bakteri yang berbentuk batang melengkung menyerupai koma disebut vibrio. Bakteri
berpilin kaku disebut spirilla, sedangkan bakteri yang berpilin fleksibel disebut
spirochaeta. Berikut penjelasannya pada Gambar 4.
4
Gambar 4. Bentuk Bakteri Spiral
Sumber: Pratiwi (2008:23)
5
Gambar 6. Stella vacuolata
Sumber: Vasilyeva, 1985:2
6
3. Struktur Umum Bakteria
Seperti prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada
umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Sehubungan
dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) berada di daerah
sitoplasma. Organisme prokariotik ini terbagi menjadi dua kelompok besar yakni
kelompok Bacteria dan Archaea. Struktur mereka secara umum tersusun oleh
dinding sel, membran sitoplasma, nukleoid, sitoplasma, plasmid, dan Ribosom.
Berikut penjelasannya pada Gambar 7.
7
Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya
seperti flagel dan fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi.
Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri
dari kekeringan dan fagositosis. Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi
faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan
pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae. Bakteri juga memiliki kromo
-som, ribosom, dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola
gas, dan magnetosom. Beberapa bakteri mampu membentuk endospora yang mem-
buat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim. Clostridium
botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat
tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri
pengebab keracunan pada makanan kaleng.
8
rantai glycan yang berdekatan seperti tampak pada Gambar 5 (Madigan et
al, 2012:43).
2) Peptidoglikan Sel Bakteri Gram Positif
Pada bakteri gram positif, jembatan penghubung sering terjadi
melalui jembatan peptida pendek, jenis dan jumlah asam amino dalam
interbridge bervariasi dari spesies ke spesies. Pada gram positif bakteri
Staphylococcus aureus, interbridge-nya terdiri dari lima residu glisin
seperti tampak pada Gambar 5 (Madigan et al, 2012:43).
Berdasarkan kajian penulis, menurut Madigan et al, (2012:43)
menyatakan bahwa peptidoglikan dapat dihancurkan oleh agen tertentu. Salah
satu agen tersebut adalah enzim lisozim, sebuah protein yang membelah -1,4-
glikosidik ikatan antara N-asetilglukosamin dan asam N-acetylmuramic pada
peptidoglikan seperti Gambar 9. Hal ini melemahkan dinding sel bakteri dan
saat ini terjadi, air dapat masuk ke dalam sel dan menyebabkan lisis. Enzim
lisozim dapat ditemukan pada kelenjar sekresi hewan termasuk air mata, air
liur, dan cairan tubuh lainnya, dan berfungsi sebagai garis utama pertahanan
terhadap infeksi bakteri.
Gambar 9. Inter-bridge DAP (Bakteri Gram Negatif) dan Lima Residu Glisin
(Bakteri Gram Positif)
Sumber: Madigan et al, 2012:43
Fakta lain yang ditemukan dalam kajian ini adalah tidak semua bakteri
yang telah diperiksa memiliki DAP pad peptidoglikan mereka dan
mengantikan DAP dengan lisin (Madigan et al, 2012:43). Sebuah hal yang
tidak biasa dari peptidoglikan adalah kehadiran dari dua asam amino dari d-
stereoisomer, d-alanin dan d-glutamat. Lebih dari 100 struktur peptidoglycans
yang diteliti dan terjadi variasi dalam inter-bridge peptida mereka (Madigan et
9
al, 2012:43). Sebaliknya, bagian glycan dari semua peptidoglycans adalah
konstan hanya N-asetilglukosamin dan asam N-acetylmuramic hadir dan
terhubung dalam -1,4. Untuk lebih jelasnya pada Gambar 10.
10
juga berfungsi untuk mengikat Ca2+ dan Mg2+ untuk transportasi ke dalam sel
(Medigan et al, 2012:44).
Selain itu, Medigan et al, 2012:44 juga menjelaskan asam teikoat juga
melakukan ikatan kovalen dengan dinding sel bakteri gram positif dan disebut
dengan asam lipoteikoat, berikut penjelasannya pada Gambar 13.
Dalam bakteri gram negatif, hanya sejumlah kecil dari dinding sel
terdiri dari peptidoglikan, karena sebagian besar dinding terdiri dari membran
luar. Lapisan ini secara efektif menjadi lapisan terluar sel bakteri gram negatif,
akan tetapi membran luar ini tidak dibangun dari fosfolipid dan protein, seperti
membran sitoplasma (Medigan, 2012:44). Sebaliknya, membran luar juga
mengandung polisakarida dan lipid. Karena itu, membran luar adalah sering
disebut lapisan lipopolisakarida (LPS).
Bagian polisakarida dari LPS terdiri dari dua komponen, polisakarida
inti dan O-spesifik polisakarida. Polisakarida inti terdiri dari keto
deoxyoctonate (KDO), berbagai gula tujuh karbon (heptoses), glukosa,
11
galaktosa, dan N-asetilglukosamin. Sedangkan bagian yang terhubung dengan
inti adalah O-spesifik polisakarida, yang biasanya mengandung galaktosa,
glukosa, rhamnosa, dan mannosa, serta satu atau heksosa lebih dideoxy, seperti
abequose, radang usus, parasit, atau tyvelose. Gula ini terhubung dalam empat
atau lima beranggota urutan, yang seringkali bercabang. Berikut Penjelasannya
pada Gambar 14.
Gambar 15. Hubungan Lapisan LPS untuk Keseluruhan Dinding Sel Bakteri Gram Negatif
Sumber: Medigan et al, 2012:45
13
c. Flagela
Menurut Pratiwi (2008:25) flagela merupakan filament yang mencuat
dari sel bakteri dan berfungsi untuk pergerakan (motilitas) bakteri. Flagella
berbentuk panjang dan ramping. Panjang flagella pada umumnya beberapa kali
panjang sel dengan garis tengah berkisar 12-30 nm. Ada 5 macam tipe bakteri
berdasarkan jumlah dan letak flagelanya, yaitu atrikus (bakteri yang tidak
memiliki flagella), monotrikus (1 flagela), lofotrikus (1 atau lebih flagella pada
satu ujung sel), amfitrikus (sekelompok flagella pada masing-masing ujung
sel), dan peritrikus (flagela terdistribusi di seluruh permukaan sel).
Flagela memiliki 3 bagian dasar, yaitu filament (yang mengandung
protein flagelin), kait (hook) tempat filament tertanam, dan bagian dasar (basal
body) yang memaku flagella pada dinding sel dan membran plasma (Pratiwi,
2008:25). Gerakan flagella ini memungkinkan bakteri mendekati dan menjauhi
stimulus atau rangsang (taksis), misalnya stimulus kimia (kemotaksis),
stimulus udara (aerotaksis), stimulus medan magnet (magnetotaksis), dan
stimulus cahaya (fototaksis). Berikut penjelasanya pada Gambar 17.
d. Fimbria
Fimbria termasuk golongan protein yang disebut lektin yang dapat mengenali
dan terikat pada residu gula khusus pada polisakarida permukaan sel. Hal itu
menyebabkan bakteri berfimbria cenderung saling melekat satu sama lain atau
melekat pada sel hewan (Pratiwi, 2008:26). Fimbria umumnya terdistribusi di
seluruh permukaan sel. Hal ini menjadi kemampuan enterotoksin bagi sauatu
organisme tertentu seperti Neisseria gonorrhoeae dan E.coli untuk
14
menimbulkan penyakit dengan fimbria yang dimilikinya. Berikut
penjelasannya pada Gambar 18.
15
karbohidrat, asam lemak, dan lipid yang membentuk sistem koloid yang secara optik
bersifat homogen (Pratiwi, 2008:29). Selain dikelilingi oleh dinding sel, sitoplasma
juga dikelilingi membran sel, dan lapisan lendir (slime layer). Selain itu struktur
internal sel bakteri juga tersusun oleh daerah inti (genomik), ribosom, dan endospora.
Berikut penjelasan terlebih dahulu tentang tentang membran sel baik dari struktur dan
fungi.
a. Struktur Membran Sel
Menurut Pratiwi (2008:29) membran sel adalah struktur tipis yang terdapat
di sebelah dalam dinding sel dan menutup sitoplasma sel. Komposisi membran
plasma/membran sel tersusun fosfolipid bilayer. Fosfolipid terdiri dari dua
hidrofobik (asam lemak) dan hidrofilik (gliserol-fosfat) (Madigan et al, 2012:35).
Sebagai agregat fosfolipid dalam larutan berair, secara alami membentuk sebuah
lipatan/bilayer. Pada membran fosfolipid, asam lemak bagian dalam membentuk
lingkungan yang hidrofobik sementara yang mengadap ke bagian ekternal
sitoplasma membentuk lingkungan yang hidrofilik. Secara umum asam lemak pada
membran sel tersusun oleh 14 sampai 20 atom karbon.
Membran sitoplasma hanya memiliki lebar 8-10 nanometer tapi masih
terlihat di transmisi mikroskop elektron, yang tergambar seperti dua garis gelap
yang dipisahkan oleh cahaya.gambaran inilah yang dikatakan sebagai fospolipid
(Madigan et al, 2012:35). Walaupun membran yang muncul terlihat kaku, akan
tetapi sebenarnya adalah sebuah cairan yang mirip dengan minyak. Dengan
demikian akan mempermudah pergerakan di dalam membran. Madigan et al
(2012:35), juga menyatakan membran sitoplasma beberapa bakteri diperkuat oleh
molekul hopanoid atau pada eukariotik dikenal dengan sterol. Sterol adalah
molekul kaku dan planar yang berfungsi untuk memperkuat membran sel
eukariotik, dan ini juga berlaku untuk hopanoid dalam menjalankan fungsi serupa
pada membran sitoplasma sel bakteri.
Kadar protein pada membran sitoplasma cukup tinggi. Protein membran
biasanya memiliki permukaan yang bersifat hidrofobik di daerah membran dan
bersifat hidrofilik pada permukaan di daerah yang menghubungi lingkungan dan
sitoplasma.
Banyak protein membran tertanam kuat dalam membran dan ini disebut
sebagai protein integral. Sedangkan protein lainnya disebut sebagai protein perifer.
Beberapa protein perifer ini adalah lipoprotein, molekul yang mengandung ekor
lipid. Protein perifer biasanya berinteraksi dengan protein integral dalam proses
metabolisme energi dan transportasi (Madigan et al, 2012:36). Adapun gambaran
bentuk protein integral dan protein perifer pada membran sel dapat dilihat pada
Gambar 20.
16
Perifer membran Protein
17
Gambar 21. DNA Bakteri
Sumber: Madigan et al, 2012
18
a. Jumlah 1
b. Ukuran 16S dengan 21 nukleutida
4. Jumlah protein 21
Sumber: Roksoatmojo, 1993:143
19
terakumulasi di dalam inti endospora. Endospora juga terdiri dari sebagian besar
kalsium dan berikatan dengan asam dipkolinik. Kalsium-dipikolinik ini hadir saat
endospora mengalami kekeringan pada tingkat 10% dan berfungsi mengikat air
pada endospora, dan membantu mereka dari dehidrasi. Sebagai tambahan, ikatan
komplek ini juga berada pada urutan DNA yang membantu ikatan DNA untuk lebih
stabil apabila terdenaturasi oleh panas. Inti endospora berbeda secara signifikan
dari sitoplasma vegetatif sel. Inti endospora tersusun oleh sedikit air jika
dibandingkan dengan sel vegetatif, dan kemudian sitoplasma inti endospora adalah
gel.
Pada saat endopora juga terdapat SASPs small acid soluble spore protein,
protein ini hanya terbentuk saat sporulasi dan memiliki 2 fungsi (Madigan et al,
2012:54). Mengkiat DNA endospora dan melindungi nya dari radiasi ultraviolet
dan suhu panas kering. Resistent ultraviolet ini mengubah molekul DNA yang
memiliki ketahanan lebih baik sehingga menolak radiasi UV yang menyebabkan
primidin mengalami mutasi. Sebagai tambahan SASPs juga memiliki fungsi
sebagai energi untuk pertumbuhan vegetatif sel.
20
BAB III
PENUTUP
Dari kajian makalah, maka simpulan untuk menjawab rumusan masalah yang telah
dibuat adalah sebagai berikut:
1. Morfologi/bentuk bakteri terbagi menjadi tiga bentuk, yakni bulat (cocus), batang
(bacillus), spiral, segitiga, persegi, dan bintang.
2. Struktur eksternal bakteri, terdiri dari kapsul, dinding sel, flagel, fimbria, dan pili
3. Struktur internal bakteri, terdiri dari membran sel, genomik, ribosom, dan endospora.
4. Organisasi sel bakteri digambarkan sebagai fisiologis bakteri menjalankan sistem
secara keceluruhan. Sistem tersebut bisa meliputi sistem transportasi nutrisi pada
membran sel bakteri secara difusi, osmosis, dan ATP. Sistem gerak dan melekat pada
sesama bakteri atau manusia dengan menggunakan alat gerak flagel dan fimbria.
Sistem pertahanan dari musuh dengan melibatkan sifat patogen membran luar bakteri
gram negatif, dan sistem reproduksi bakteri dengan melibatkan bahan genetik dan
ribosom.
21
DAFTAR PUSTAKA
Kerksiek, Kristen, (2009). Shape Matters: Why bacteria care how they look. Artikel.
Diambil pada tanggal 3 November 2014, dari http://www.infection-
research.de/fileadmin/user_upload/Perspectives2009/August2009/Perspective-
BacterialShapes--12_08_2009.pdf
Madigan, M.T., Martinko, J.M., Bender, K.S., Buckley, D.H., & Sthal, D.A,. (2012). Brock
Biology of Microorganisms. New Jersey: Prentice-Hall International
Roksoatmojo, S.M. Issoegianti. (1993). Biologi Sel. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Perguran Tinggi.
Vasilyeva L. V. (1985). Stella, a New Genus of Soil Prosthecobacteria, with Proposals for
Stella humosa sp. nov. and Stella vacuolata sp. nov. International Journal Of
Systematic Bacteriology, 35, p. 518-521
Young, K. D. (2006). The Selective Value of Bacterial Shape. Microbiol. Mol. Biol. Rev.
2006, 70(3):660.
22