Anda di halaman 1dari 27

MATA KULIAH MIKROBIOLOGI

STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI BAKTERIA

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matak Kuliah Mikrobiologi PSN 226

Dosen Pengampu:

Prof. Langkah Sembiring, M.Sc., Ph.D.

Oleh:
Nama : Erie Agusta.
NIM : 13708251069.
Kelas : Pend. Biologi 2.

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2014

ii
PRAKATA

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan
makalah struktur organisasi dan fungsi bakteria ini sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki. Saya juga berterima kasih pada Bapak Prof. Langkah
Sembiring, M.Sc., Ph.D selaku dosen mata kuliah Mikrobiologi yang telah
memberikan tugas ini kepada saya.
Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai morfologi sel bakteri, struktur eksternal sel
bakteri, dan struktur internal bakteri. Saya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Yogyakarta

4 November 2014

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................ ii
Prakata ............................................................................................................ iii
Daftar Isi......................................................................................................... iv
Daftar Gambar ................................................................................................ v
Daftar Tabel ................................................................................................... vi
Bab I Pengantar ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................ 2
D. Manfaat .......................................................................................... 2
Bab II Struktur Sel Organisasi Bakteri ..................................................... 3
A. Morfologi Sel Bakteri .................................................................... 3
B. Ukuran dan Aktivitas Metabolisme ............................................... 6
C. Struktur Umum Bakteri ................................................................. 7
D. Struktur Eksternal Sel bakteri ........................................................ 7
E. Struktur Internal Sel Bakteri .......................................................... 15
Bab III Penutup ............................................................................................ 21
Simpulan .......................................................................................... 21
Daftar Pustaka ................................................................................................ 22

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Berbagai Bentuk Bakteri ........................................................... 3


Gambar 2. Bentuk Bakteri Cocus dan Cocci ............................................. 4
Gambar 3. Bentuk Bakteri Bacillus dan Bacillis ........................................ 4
Gambar 4. Bentuk Bakteri Spiral ............................................................... 5
Gambar 5. Haloarcula japonica dan Holoquadratum walsbyi ................... 5
Gambar 6. Stella vacuolata ......................................................................... 6
Gambar 7. Bacteria dan Archaea ................................................................ 7
Gambar 8. Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif .................................... 7
Gambar 9. Inter-bridge DAP (Bakteri Gram Negatif) dan Lima Resi-
du Glisin (Bakteri Gram Positif) ............................................... 9
Gambar 10. Glycan Tetrapeptide ................................................................ 10
Gambar 11. Peptidoglian Cable .................................................................. 10
Gambar 12. Ikatan Ester Fosfat yang Mengandung Gula ............................ 11
Gambar 13. Asam Lipoteikoat ................................................................... 11
Gambar 14. Struktur O-Spesifik Polysaccharide, Core polysaccharide, dan Li
-pid A ................................................................................................ 12
Gambar 15. Hubungan Lapisan LPS untuk Keseluruhan Dinding Sel Bakteri Gr-
am Negatif ........................................................................................ 12
Gambar 16. Kapsul pada sel Rhodobacter capsulatus ................................ 13
Gambar 17. Struktur Flagel pada Bakteri .................................................. 14
Gambar 18. Perbedaan Flagella dan Fimbriae .......................................... 15
Gambar 19. Pili yang digunakan saat Konjugasi......................................... 15
Gambar 20. Struktur Membran Plasma ...................................................... 17
Gambar 21. DNA Bakteri ........................................................................... 18
Gambar 22. Large subunit dan Small subunit Ribosom bakteri ................. 19
Gambar 23. Endospora Bakteri ................................................................... 19

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Ribosoma Prokariotik ................................................. 18

vi
BAB I
PENGANTAR

A. Latar belakang
Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang bersifat ubiquitous atau ada
disegala tempat di Bumi termasuk habitat kita seperti tanah, air, hewan, tumbuhan dan
bahkan di dalam tubuh manusia itu sendiri. Akan tetapi ada beberapa kasus
menunjukan bahwa mikroorganisme ada yang tidak bisa hidup karena suhu habitat
yang terlalu panas atau dingin, pH yang terlalu asam atau pedas, dan bahkan tingkat
salinitas yang terlalu asin. Kemampuan ini menjadi ukuran tersendiri untuk menetukan
karakteristik dan pengelompkan mikroorganisme serta menjadi salah satu dasar dalam
mempelajari keanekaragaman mikroorganisme.
Keanekaragaman mikroorganisme dalam sudut pandang tingkat dunia di dalam
taksonomi terbagi menjadi empat kelompok besar, yakni bakteria, arkhabakteria, fungi,
dan protozoa. Bakteria merupakan salah satu kelompok dengan keanekaragaman
genetik terbesar jika dibandingkan dengan tiga kelompok laiinya. Perannya dalam
teknologi DNA rekombinan menempatkan posisinya sebagai mikroorganisme yang
sangat fundamental diera biologi mederen. Hasil ini tak lepas dari banyaknya studi atau
penelitian yang banyak menggunakan kelompok bakteria sebagai objek kajian dalam
penelitian tersebut.
Oleh karena itu, berdasarkan kajian tersebut maka penyusun ingin mendalami
lebih lanjut bagaimana struktur organisasi dan fungsi bakteria sehingga bisa
mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar tentang mikroorganisme kelompok
bakteria.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana morfologi/bentuk bakteria?
2. Apa saja struktur eksternal sel pada bakteria?
3. Apa saja struktur internal sel pada bakteria?

1
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana morfologi/bentuk bakteria.
2. Untuk mengetahui apa saja strutktur eksternal pada bakteria.
3. Untuk mengetahui apa saja strutktur internal pada bakteria.

D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah :
1. Sebagai penambah wawasan bagi para pembaca dalam memahamai
morfologi/bentuk bakteria.
2. Sebagai penambah wawasan bagi para pembaca dalam memahami struktur
eksternal sel pada bakteria.
3. Sebagai penambah wawasan bagi para pembaca dalam memahami struktur internal
sel pada bakteria.

2
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI PADA BAKTERIA

1. Morfologi Sel Bakteri


Morfologi sel bakteri didasari oleh oleh bentuk bakteri itu sendiri, yaitu bulat
(tunggal: coccus, jamak: cocci), batang atau silinder (tunggal: bacillus, jamak: bacilli),
dan spiral yaitu berbentuk batang melengkung atau melingkar-lingkar (Madigan, et al.,
2012:32; Pratiwi, 2008:23; Alcamo, 2008:88). Akan tetapi dalam 325 tahun sejak van
Leeuwenhoek membuka bidang bakteriologi, bakteri dengan bentuk yang tak terduga
telah banyak ditemukan, seperti bentuk segitiga (triangular), persegi (square) dan
bintang (star) (Kerksiek, 2009:1).

Gambar 1. Berbagai Bentuk Bakteri tidak Hanya Bulat, Batang, dan Spiral
tetapi ada yang berbentuk Bintang, Segitiga, dan Persegi
Sumber: Young, 2006:5
Menurut Pratiwi (2008:23) bentuk cocci umumnya bulat atau oval. Bila cocci
membelah diri, sel-sel dapat tetap melekat satu sama lain. Berdasarkan hal tersebut
cocci tebagi lagi menjadi beberapa golongan berdasarkan bentuknya yakni diplococci,
streptococci, tetrad, sarcina, dan staphylococci. Diplococci merupakan cocci yang
tetap berpasangan setelah membelah. Streptococci adalah cocci yang membelah
namun tetap melekat membentuk struktur rantai. Tetrad adalah cocci yang membelah
dalam 2 bidang dan tetap melekat membentuk kelompok 4 coccus. Sarcina adalah
cocci yang membelah dalam 3 bidang dan tetap melekat membentuk kubus dengan 8
coccus. Staphylococci adalah cocci yang membelah pada banyak bidang dan

3
membentuk kumpulan menyerupai buah anggur. Berikut penjelasannya pada Gambar
2.

Gambar 2. Bentuk Bakteri Cocus dan Cocci


Sumber: Pratiwi (2008:23)

Sementara itu, bakteri bentuk batang dikatakan sebagai bacillus (tunggal)


atau bacilli (jamak). Menurut Pratiwi (2008:23), bacilli membelah hanya melalui
sumbu pendeknya (dalam satu bidang) bahkan sebagian besar bacilli tampak sebagai
batang tunggal. Diplobacilli muncul dari pasangan bacilli setelah pembelahan dan
streptobacilli muncul dalam bentuk rantai (Pratiwi, 2008:23). Berikut penjabarannya
pada Gambar 3.

Gambar 3. Bentuk Bakteri Bacillus dan Bacillis


Sumber: Pratiwi (2008:23)

Sedangkan bentuk spiral, bakteri memiliki satu atau lebih lekukan dan tidak
dalam bentuk lurus. Bakteri berbentuk spiral ini dibedakan menjadi beberapa jenis.
Bakteri yang berbentuk batang melengkung menyerupai koma disebut vibrio. Bakteri
berpilin kaku disebut spirilla, sedangkan bakteri yang berpilin fleksibel disebut
spirochaeta. Berikut penjelasannya pada Gambar 4.

4
Gambar 4. Bentuk Bakteri Spiral
Sumber: Pratiwi (2008:23)

Bakteri bentuk segitiga (triangular) dan persegi (square) banyak ditemukan


pada kelompok bakteri halophilik (suka garam). Salah satu contoh dari bakteri bentuk
segitiga adalah Haloarcula japonica sedangkan bentuk persegi adalah Holoquadratum
walsbyi . Keduanya cenderung tumbuh mendatar, seperti sedikit mosaik mengambang. Bentuk
pipih mereka menjaga mereka mengapung dan paralel mengambang ke permukaan air. Bentuk
mereka juga memberikan permukaan ke arah matahari, dalam rangka untuk mengambil panas
dan energi. Berikut gambar bakteri segitiga (triangular) dan persegi (square) pada
Gambar 5.

Gambar 5. Haloarcula japonica dan Holoquadratum walsbyi


Salah satu jenis bakteri bentuk bintang (star) adalah genus Stella. Berdasarkan
kajian referensi yang diperoleh genus Stella banyak ditemukan di air tawar, dan
limbah. Ciri dari genus ini secara morfologi datar, dan memiliki bentuk 6 lekukan
membentuk bintang (Vasilyeva, 1985). Bakteri genus Stella merupakan bakteri gram
negatif, tidak bergerak, dan asporogenik. Di tahun 1985, salah satu jenis bakteri dari
genus ini Stella humosa telah mendapat kode strain AUCM B-1137 dari All Union
Collection of Microorganism Moscow (AUCM) di Rusia (Vasilyeva, 1985). Berikut
gambar bakteri bentuk bintang pada Gambar 6.

5
Gambar 6. Stella vacuolata
Sumber: Vasilyeva, 1985:2

Menurut Madigan et al (2012:32) variasi bentuk ini dipengarhui oleh aktifitas


bakteri untuk bertahan hidup dalam mendapatkan makanan pada habitatnya. Hal ini
seperti optimasi untuk serapan hara, pergerakan bakteri di lingkungan (bakteri
berserabut), dan seterusnya. Oleh karena itu morfologi berperan sebagai properti yang
mengkodekan secara genetik untuk memaksimalkan kebugaran bakteri hidup sukses di
habitat khususnya.

2. Ukuran Bakteri dan Aktivitas Metabolisme


Menurut Madigan et al, (2012), bakteri Thiomargarita nambiensis merupakan
bakteri dengan ukuran terbesar, yakni 750 dan jika dibandingkan dengan volume
bakteri E.coli sebesar 100.000.00 3. Kemudian bakteri dengan ukuran terbesar
kedua Epulopisicium fishelson dengan 80x600 . Semestinya dengan ukuran yang
sudah bisa dilihat dengan mata secara langsung bakteri Thiomargarita nambiensis
banyak digunakan oleh para ahli sebagai objek studi kelompok bakteria, akan tetapi
faktanya bakteri E.coli merupakan bakteri yang lebih banyak digunakan dibeberapa
kajian. Ternyata, fakta menunjukan ukuran bakteri berbanding terbalik dengan
aktivitas metabolismenya, semakin besar ukuran bakteri maka semakin lambat
aktivitas metabolisme, dan mempengaruhi pertumbuhan bakteri tersebut. Hal ini
disebabkan oleh rasio luas permukaan dan volume bakteri yang lebih kecil memiliki
nilai yang lebih besar.

6
3. Struktur Umum Bakteria
Seperti prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada
umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Sehubungan
dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) berada di daerah
sitoplasma. Organisme prokariotik ini terbagi menjadi dua kelompok besar yakni
kelompok Bacteria dan Archaea. Struktur mereka secara umum tersusun oleh
dinding sel, membran sitoplasma, nukleoid, sitoplasma, plasmid, dan Ribosom.
Berikut penjelasannya pada Gambar 7.

Gambar 7. Bacteria dan Archaea


Sumber: Madigan et al, 2012
Berdasarkan pewarnaan gram, kelompok bakteri dapat diklasifikasikan
dalam dua kelompok besar, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.
Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari
lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat,
sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dan
mempunyai struktur lipopolisakarida yang tebal. Berikut penjelasannya pada
Gambar 8.

Gambar 8. Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif


Sumber: Madigan et al, 2012

7
Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya
seperti flagel dan fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi.
Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri
dari kekeringan dan fagositosis. Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi
faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan
pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae. Bakteri juga memiliki kromo
-som, ribosom, dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola
gas, dan magnetosom. Beberapa bakteri mampu membentuk endospora yang mem-
buat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim. Clostridium
botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat
tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri
pengebab keracunan pada makanan kaleng.

4. Struktur Eksternal Sel Bakteri


Menurut Pratiwi (2008:24) Struktur eksternal sel bakteri meliputi dinding
sel, glikokaliks (kapsul), flagella, fimbriae, dan pili.
a. Dinding Sel Bakteri
Sitoplasma sel prokariotik dapat mempertahankan konsentrasi zat
terlarut dengan tekanan yang cukup tinggi, dan hal ini menciptakan osmotik
yang signifikan tekanan sekitar 2 atm (203 kPa) (Madigan et al, 2012:41).
Untuk menahan tekanan ini dan mencegah terjadinya lisis sel, sebagian besar
sel Bakteri memiliki dinding sel. Selain melindungi terhadap osmotik lisis,
dinding sel juga memberi bentuk dan kekakuan pada sel (Madigan et al,
2012:41). Pengetahuan struktur dan fungsi dinding sel tidak hanya penting
untuk memahami bagaimana sel-sel bakteri bekerja, tetapi juga bagaiman
dinding sel dalam merespon antibiotik (Madigan et al, 2012:41).
Berdasarkan perbedaan hasil rekasi teknik pewarnaan gram pada
dinding sel, maka jenis bakteri dapat dikelompokan menjadi dua, yakni bakteri
gram negatif dan bakteri gram positif.
1) Peptidoglikan Sel Bakteri Gram Negatif
Pada bakteri gram negatif, jembatan penghubung peptidoglikan
dibentuk oleh ikatan peptida dari kelompok amino dari DAP yang
merupakan satu rantai glycan ke grup karboksil terminal d-alanin pada

8
rantai glycan yang berdekatan seperti tampak pada Gambar 5 (Madigan et
al, 2012:43).
2) Peptidoglikan Sel Bakteri Gram Positif
Pada bakteri gram positif, jembatan penghubung sering terjadi
melalui jembatan peptida pendek, jenis dan jumlah asam amino dalam
interbridge bervariasi dari spesies ke spesies. Pada gram positif bakteri
Staphylococcus aureus, interbridge-nya terdiri dari lima residu glisin
seperti tampak pada Gambar 5 (Madigan et al, 2012:43).
Berdasarkan kajian penulis, menurut Madigan et al, (2012:43)
menyatakan bahwa peptidoglikan dapat dihancurkan oleh agen tertentu. Salah
satu agen tersebut adalah enzim lisozim, sebuah protein yang membelah -1,4-
glikosidik ikatan antara N-asetilglukosamin dan asam N-acetylmuramic pada
peptidoglikan seperti Gambar 9. Hal ini melemahkan dinding sel bakteri dan
saat ini terjadi, air dapat masuk ke dalam sel dan menyebabkan lisis. Enzim
lisozim dapat ditemukan pada kelenjar sekresi hewan termasuk air mata, air
liur, dan cairan tubuh lainnya, dan berfungsi sebagai garis utama pertahanan
terhadap infeksi bakteri.

Gambar 9. Inter-bridge DAP (Bakteri Gram Negatif) dan Lima Residu Glisin
(Bakteri Gram Positif)
Sumber: Madigan et al, 2012:43

Fakta lain yang ditemukan dalam kajian ini adalah tidak semua bakteri
yang telah diperiksa memiliki DAP pad peptidoglikan mereka dan
mengantikan DAP dengan lisin (Madigan et al, 2012:43). Sebuah hal yang
tidak biasa dari peptidoglikan adalah kehadiran dari dua asam amino dari d-
stereoisomer, d-alanin dan d-glutamat. Lebih dari 100 struktur peptidoglycans
yang diteliti dan terjadi variasi dalam inter-bridge peptida mereka (Madigan et

9
al, 2012:43). Sebaliknya, bagian glycan dari semua peptidoglycans adalah
konstan hanya N-asetilglukosamin dan asam N-acetylmuramic hadir dan
terhubung dalam -1,4. Untuk lebih jelasnya pada Gambar 10.

Gambar 10. Glycan Tetrapeptide


Sumber: Madigan et al, 2012:43

Medigan et al, (2012:44) menyatakan dinding sel bakteri gram positif


mengandung 90% lapisan peptidoglikan dan diperkirakan bahwa peptidoglikan
disintesis oleh sel dalam suatu "kabel" dengan ukuran lebar 50 nm, dengan
masing-masing kabel berisi beberapa helai cross-linked glycan seperti tampak
pada Gambar 11. Selain itu bakteri gram positif juga memiliki molekul asam
yang disebut asam teikoat (teichoic acid) (Medigan et al, 2012:44).

Gambar 11. Peptidoglian Cable


Sumber: Madigan, 2012:44
Istilah teichoic acid ini mencakup semua dinding sel, membran
sitoplasma, dan kapsul polimer yang terdiri dari gliserol fosfat atau fosfat
ribitol (Medigan et al, 2012:44). Polialkohol ini dihubungkan oleh ester fosfat
dan biasanya mengandung gula atau d-alanin seperti Gambar 12. Asam teikoat
ini berikatan secara kovalen dengan peptidoglikan. Karena fosfat pada asam
teikoat bermuatan negatif makan asam teikoat dapat bertanggung jawab atas
muatan listrik negatif di permukaan sel (Medigan et al, 2012:44). Asam teikoat

10
juga berfungsi untuk mengikat Ca2+ dan Mg2+ untuk transportasi ke dalam sel
(Medigan et al, 2012:44).

Gambar 12. Ikatan Ester Fosfat yang Mengandung Gula


Sumber: Medigan et al, 2012:44

Selain itu, Medigan et al, 2012:44 juga menjelaskan asam teikoat juga
melakukan ikatan kovalen dengan dinding sel bakteri gram positif dan disebut
dengan asam lipoteikoat, berikut penjelasannya pada Gambar 13.

Gambar 13. Asam Lipoteikoat


Sumber: Madigan et al, 2012: 44

Dalam bakteri gram negatif, hanya sejumlah kecil dari dinding sel
terdiri dari peptidoglikan, karena sebagian besar dinding terdiri dari membran
luar. Lapisan ini secara efektif menjadi lapisan terluar sel bakteri gram negatif,
akan tetapi membran luar ini tidak dibangun dari fosfolipid dan protein, seperti
membran sitoplasma (Medigan, 2012:44). Sebaliknya, membran luar juga
mengandung polisakarida dan lipid. Karena itu, membran luar adalah sering
disebut lapisan lipopolisakarida (LPS).
Bagian polisakarida dari LPS terdiri dari dua komponen, polisakarida
inti dan O-spesifik polisakarida. Polisakarida inti terdiri dari keto
deoxyoctonate (KDO), berbagai gula tujuh karbon (heptoses), glukosa,
11
galaktosa, dan N-asetilglukosamin. Sedangkan bagian yang terhubung dengan
inti adalah O-spesifik polisakarida, yang biasanya mengandung galaktosa,
glukosa, rhamnosa, dan mannosa, serta satu atau heksosa lebih dideoxy, seperti
abequose, radang usus, parasit, atau tyvelose. Gula ini terhubung dalam empat
atau lima beranggota urutan, yang seringkali bercabang. Berikut Penjelasannya
pada Gambar 14.

Gambar 14. Struktur O-Spesifik Polysaccharide, Core polysaccharide, dan Lipid A


Sumber: Madigan et al, 2012:45
Bagian lipid dari LPS, disebut lipid A, bukan gliserol akan tetapi lipid
khas, dimana asam lemak yang dimaksud terhubung dengan gugus amina dari
disakarida glukosamin fosfat (Gambar 14). Asam lemak yang biasa ditemukan
dalam lipid A meliputi kaproat (C6), laurat (C12), miristat (C14), palmitat
(C16), dan stearat (C18) asam. LPS menggantikan banyak fosfolipid pada
membran luar dan berfungsi sebagai jangkar untuk mengikat membran luar dan
peptidoglikan. Jadi, meskipun terluar membran secara teknis bilayer lipid,
strukturnya berbeda dari yang dari membran sitoplasma. Hubungan lapisan
LPS untuk keseluruhan dinding sel gram negatif ditunjukkan pada Gambar 15.

Gambar 15. Hubungan Lapisan LPS untuk Keseluruhan Dinding Sel Bakteri Gram Negatif
Sumber: Medigan et al, 2012:45

Selain pentingnya dalam memberikan kekuatan untuk gram negatif sel,


aktivitas biologis yang penting dari LPS adalah toksisitasnya terhadap hewan.
12
Patogen gram negatif yang umum bagi manusia termasuk spesies Salmonella,
Shigella, dan Escherichia. Toksisitas ini terkait dengan lapisan LPS,
khususnya, lipid A. Beberapa endotoksin menyebabkan gejala penyakit pada
manusia, termasuk diare, dan muntah. Endotoksin yang dihasilkan oleh
Salmonella dan enteropathogenic strain E. coli ini dapat diperoleh melalui
makanan yang terkontaminasi.
b. Kapsul
Glikokaliks (selubung gula) merupakan istilah bagi substansi yang
mengelilingi sel, dan digambarkan sebagai kapsul (Pratiwi, 2008:24). Kapsul
merupakan struktur yang sangat terorganisasi dan tidak mudah dihilangkan.
Ketebalan kapsul bervariasi dan fungsinya bagi bakteri antara lain sebagai
perlekatan bakteri pada permukaan, pelindung sel bakteri terhadap kekeringan,
perangkap nutrisi, dan proteksi bakteri (Pratiwi, 2008:24). Pada beberapa
spesies kapsul berperan pada virulensi. Kapsul melindungi bakteri patogen dari
fagositosis sil inang. Mayoritas kapsul terdiri dari polisakarida yang
mengandung bagian glukosa, gula amino, rhamnosa, 2-keto-3-deoxygalactonic
acid, asam uronat dari bermacam-macam gula, dan beberapa asam organik,
misalnya piruvat dan asetat. Bakteri Streptococcus pneumoniae dan Klebsiella
sp. memiliki kapsul polisakarida. Namun demikian, kapsul beberapa jenis
bakteri ada pula yang terdiri dari polipepetida terutama asam poligutamat.
Bakteri Bacillus anthracis dan Bacillus subtilis memproduksi kapsul asam D-
glutamat. Berikut penjelasanya pada Gambar 16.

Gambar 16. Kapsul pada sel Rhodobacter capsulatus


Sumber: Madigan et al, 2012:48

13
c. Flagela
Menurut Pratiwi (2008:25) flagela merupakan filament yang mencuat
dari sel bakteri dan berfungsi untuk pergerakan (motilitas) bakteri. Flagella
berbentuk panjang dan ramping. Panjang flagella pada umumnya beberapa kali
panjang sel dengan garis tengah berkisar 12-30 nm. Ada 5 macam tipe bakteri
berdasarkan jumlah dan letak flagelanya, yaitu atrikus (bakteri yang tidak
memiliki flagella), monotrikus (1 flagela), lofotrikus (1 atau lebih flagella pada
satu ujung sel), amfitrikus (sekelompok flagella pada masing-masing ujung
sel), dan peritrikus (flagela terdistribusi di seluruh permukaan sel).
Flagela memiliki 3 bagian dasar, yaitu filament (yang mengandung
protein flagelin), kait (hook) tempat filament tertanam, dan bagian dasar (basal
body) yang memaku flagella pada dinding sel dan membran plasma (Pratiwi,
2008:25). Gerakan flagella ini memungkinkan bakteri mendekati dan menjauhi
stimulus atau rangsang (taksis), misalnya stimulus kimia (kemotaksis),
stimulus udara (aerotaksis), stimulus medan magnet (magnetotaksis), dan
stimulus cahaya (fototaksis). Berikut penjelasanya pada Gambar 17.

Gambar 17. Struktur Flagel pada Bakteri


Sumber: Madigan et al, 2012:58

d. Fimbria
Fimbria termasuk golongan protein yang disebut lektin yang dapat mengenali
dan terikat pada residu gula khusus pada polisakarida permukaan sel. Hal itu
menyebabkan bakteri berfimbria cenderung saling melekat satu sama lain atau
melekat pada sel hewan (Pratiwi, 2008:26). Fimbria umumnya terdistribusi di
seluruh permukaan sel. Hal ini menjadi kemampuan enterotoksin bagi sauatu
organisme tertentu seperti Neisseria gonorrhoeae dan E.coli untuk

14
menimbulkan penyakit dengan fimbria yang dimilikinya. Berikut
penjelasannya pada Gambar 18.

Gambar 18. Perbedaan Flagella dan Fimbriae


Sumber: Madagian, 2012:49
e. Pili.
Pili (tunggal: pilus) secara morfologi sama dengan fimbria. Umumnya
pili lebih panjang dibandingkan fimbria. Menurut Pratiwi, (2008:26), pili
berperan khusus dalam transfer molekul genetic (DNA) dari satu bakteri ke
bakteri lainnya pada peristiwa konjugasi. Karena fungsinya yang spesifik pada
transfer DNA bakteri, maka pili seringkali disebut sebagai pili seks (Pratiwi,
2008:26). Berikut penjelasannya pada Gambar 19.

Gambar 19. Pili yang digunakan saat Konjugasi


Sumber: Madigan et al, 2012:49

5. Struktur Internal Sel Bakteri


Struktur internal sel bakteri merupakan struktur yang ada di dalam dinding sel
bakteri. Pada dinding sel bakteri terdapat sitoplasma yang merupakan substansi yang
menempati ruangan sel bagian dalam. Sitoplasma tersusun oleh enzim, air, protein,

15
karbohidrat, asam lemak, dan lipid yang membentuk sistem koloid yang secara optik
bersifat homogen (Pratiwi, 2008:29). Selain dikelilingi oleh dinding sel, sitoplasma
juga dikelilingi membran sel, dan lapisan lendir (slime layer). Selain itu struktur
internal sel bakteri juga tersusun oleh daerah inti (genomik), ribosom, dan endospora.
Berikut penjelasan terlebih dahulu tentang tentang membran sel baik dari struktur dan
fungi.
a. Struktur Membran Sel
Menurut Pratiwi (2008:29) membran sel adalah struktur tipis yang terdapat
di sebelah dalam dinding sel dan menutup sitoplasma sel. Komposisi membran
plasma/membran sel tersusun fosfolipid bilayer. Fosfolipid terdiri dari dua
hidrofobik (asam lemak) dan hidrofilik (gliserol-fosfat) (Madigan et al, 2012:35).
Sebagai agregat fosfolipid dalam larutan berair, secara alami membentuk sebuah
lipatan/bilayer. Pada membran fosfolipid, asam lemak bagian dalam membentuk
lingkungan yang hidrofobik sementara yang mengadap ke bagian ekternal
sitoplasma membentuk lingkungan yang hidrofilik. Secara umum asam lemak pada
membran sel tersusun oleh 14 sampai 20 atom karbon.
Membran sitoplasma hanya memiliki lebar 8-10 nanometer tapi masih
terlihat di transmisi mikroskop elektron, yang tergambar seperti dua garis gelap
yang dipisahkan oleh cahaya.gambaran inilah yang dikatakan sebagai fospolipid
(Madigan et al, 2012:35). Walaupun membran yang muncul terlihat kaku, akan
tetapi sebenarnya adalah sebuah cairan yang mirip dengan minyak. Dengan
demikian akan mempermudah pergerakan di dalam membran. Madigan et al
(2012:35), juga menyatakan membran sitoplasma beberapa bakteri diperkuat oleh
molekul hopanoid atau pada eukariotik dikenal dengan sterol. Sterol adalah
molekul kaku dan planar yang berfungsi untuk memperkuat membran sel
eukariotik, dan ini juga berlaku untuk hopanoid dalam menjalankan fungsi serupa
pada membran sitoplasma sel bakteri.
Kadar protein pada membran sitoplasma cukup tinggi. Protein membran
biasanya memiliki permukaan yang bersifat hidrofobik di daerah membran dan
bersifat hidrofilik pada permukaan di daerah yang menghubungi lingkungan dan
sitoplasma.
Banyak protein membran tertanam kuat dalam membran dan ini disebut
sebagai protein integral. Sedangkan protein lainnya disebut sebagai protein perifer.
Beberapa protein perifer ini adalah lipoprotein, molekul yang mengandung ekor
lipid. Protein perifer biasanya berinteraksi dengan protein integral dalam proses
metabolisme energi dan transportasi (Madigan et al, 2012:36). Adapun gambaran
bentuk protein integral dan protein perifer pada membran sel dapat dilihat pada
Gambar 20.

16
Perifer membran Protein

Gambar 20. Struktur Membran Plasma


Sumber: Madigan et al, 2012:37

Membran sitoplasma berperan dalam mengendalikan keluar masuknya


substansi kimiawi larutan ke dalam sel dan menyediakan peralatan biokimiawi
untuk memindahkan ion-ion mineral, gula, asam-asam amino, elektron, serta
metabolit-metabolit lain yang melintasi membran, substansi-substansi ini melewati
membran dengan cara difusi pasif dan angkutan aktif (Pelczar dan Chan,
2008:120). Membran plasma berfungsi sebagai sekat selektif material yang ada di
dalam dan di luar sel (bersifat selektif permeabel bagi transport material ke dalam
dan ke luar sel). Membran plasma juga berfungsi untuk memecah nutrien dan
memproduksi energi (Pratiwi, 2008:29).
b. Genomik
Bahan genetik bacteria umunya terdiri atas satu unit molekul DNA dengan
struktur lingkar dan ini biasanya disebut sebagai monoploid (Yuwono, 2005: 76).
Bahan genetik pada bakteria tidak dikemas di dalam suatu struktur yang jelas
karena bersifat prokariotik (tidak memiliki memran inti). Bakteri seringkali
memiliki bahan genetik tambahan yang disebut sebagai plasmid. Plasmid kerapkali
membawa gen tertentu yang memberikan keuntungan tambahan bagi bakteri untuk
mempertahankan hidupnya, seperti ketahanan terhadap antibiotik.
Fakta penelitian terbaru menyebutkan bahwa ukuran panjang untaian DNA
bakteri bahkan lebih panjang dibandingkan dengan ukuran panjang bakteri itu
sendiri. Fakta ini ternyata didukung oleh pengetahuan tentang mekanisme
pengemasan molekul DNA sehingga ukurannya jauh lebih kecil seperti tampak
pada gambar 21.

17
Gambar 21. DNA Bakteri
Sumber: Madigan et al, 2012

Pengemasan molekul DNA pada bakteri ini melibatkan proses kondensasi


DNA sehingga membentuk butiran DNA seperti tasbih. Setiap tasbih tersusun oleh
molekul DNA dalam keadaan berpilin yang berikatan dengan suatu protein dan
molekul poliamin. Butiran satu dengan butiran yang lain dipisahkan oleh molekul
DNA yang tidak berikatan dengan molekul protein maupun polianin yang disebut
DNA penghubung. Rangkaian ini membentuk struktur lengkung sehingga molekul
DNA yang panjang tersebut dapat dikeasm dalam struktur yang kompak.
c. Ribosom
Ribosom merupakan struktur multimolekul yang berperan sebagai pabrik
untuk sintesis protein (Roksoatmojo, 1993:143). Peranan ribosom berperan dalam
proses sintesa protein. Ribosoma dibangun dari molekul protein dan rRNA. Pada
bakteri dikenal ribosom 70S, angka tersbut merupakan penunjuk koefesien
sedimentasinya. Berikut penjabaran kompisisi ribosoma prokariotik pada Tabel 1
dan gambar 22.
Tabel 1. Komposisi Ribosoma Prokariotik
Aspek yang diukur Prokariotik
Ribosoma
1. Koefesien sedimentasi 70S
2. Berat 280.000 dalton
3. Jenis 2 buah
Subunit besar
1. Koefesien sedimentasi 50S
2. Berat 1.800.000 dalton
3. Molekul rRNA
a. Jumlah 2
b. Ukuran 23S dengan 3000 nukleotida
5s dengan 120 nukleotida
4. Jumlah protein 31-34
Subunit Kecil
1. Koefesien sedimentasi 30S
2. Berat 1.000.000 dalton
3. Molekul rRNA

18
a. Jumlah 1
b. Ukuran 16S dengan 21 nukleutida
4. Jumlah protein 21
Sumber: Roksoatmojo, 1993:143

Gambar 22. Large subunit dan Small subunit Ribosom bakteri


d. Endospora
Endospora yaitu struktur dengan dinding tebal dan lapisan tambahan pada
sel bakteri yang dibentuk di sebelah dalam membran sel (Pratiwi, 2008: 31).
Endospora berfungsi sebagai pertahanan sel bakteri terhadap panas ekstrem, kondisi
kurang air, dan paparan bahn kimia serta radiasi.
Menurut (Pratiwi, 2008:31), Struktur endospora terdiri atas inti (core),
korteks dan selubung (coat). Inti tersusun atas sitoplasma terdehidrasi (dehydrated),
DNA, ribosom, enzim, dan lain sebagainya. Korteks tersusun atas modifikasi
lapisan dinding sel (peptidoglikan) yang tidak saling silang (cross-linked)
sebagaimana pada sel vegetatif. Selubung tersusun atas protein yang bersifat
impermeable terhadap bahan-bahan kimiawi. Berikut penjelasannya pada gambar
23.

Gambar 23. Endospora Bakteria


Sumber: Madigan et al, 2012:54

Menurut Madigan et al (2012:54) suatu zat kimia yang ditemukan di


endospora yang tidak ditemukan pada sel vegetatif adalah asam dipikolinik yang

19
terakumulasi di dalam inti endospora. Endospora juga terdiri dari sebagian besar
kalsium dan berikatan dengan asam dipkolinik. Kalsium-dipikolinik ini hadir saat
endospora mengalami kekeringan pada tingkat 10% dan berfungsi mengikat air
pada endospora, dan membantu mereka dari dehidrasi. Sebagai tambahan, ikatan
komplek ini juga berada pada urutan DNA yang membantu ikatan DNA untuk lebih
stabil apabila terdenaturasi oleh panas. Inti endospora berbeda secara signifikan
dari sitoplasma vegetatif sel. Inti endospora tersusun oleh sedikit air jika
dibandingkan dengan sel vegetatif, dan kemudian sitoplasma inti endospora adalah
gel.
Pada saat endopora juga terdapat SASPs small acid soluble spore protein,
protein ini hanya terbentuk saat sporulasi dan memiliki 2 fungsi (Madigan et al,
2012:54). Mengkiat DNA endospora dan melindungi nya dari radiasi ultraviolet
dan suhu panas kering. Resistent ultraviolet ini mengubah molekul DNA yang
memiliki ketahanan lebih baik sehingga menolak radiasi UV yang menyebabkan
primidin mengalami mutasi. Sebagai tambahan SASPs juga memiliki fungsi
sebagai energi untuk pertumbuhan vegetatif sel.

20
BAB III
PENUTUP

Dari kajian makalah, maka simpulan untuk menjawab rumusan masalah yang telah
dibuat adalah sebagai berikut:

1. Morfologi/bentuk bakteri terbagi menjadi tiga bentuk, yakni bulat (cocus), batang
(bacillus), spiral, segitiga, persegi, dan bintang.
2. Struktur eksternal bakteri, terdiri dari kapsul, dinding sel, flagel, fimbria, dan pili
3. Struktur internal bakteri, terdiri dari membran sel, genomik, ribosom, dan endospora.
4. Organisasi sel bakteri digambarkan sebagai fisiologis bakteri menjalankan sistem
secara keceluruhan. Sistem tersebut bisa meliputi sistem transportasi nutrisi pada
membran sel bakteri secara difusi, osmosis, dan ATP. Sistem gerak dan melekat pada
sesama bakteri atau manusia dengan menggunakan alat gerak flagel dan fimbria.
Sistem pertahanan dari musuh dengan melibatkan sifat patogen membran luar bakteri
gram negatif, dan sistem reproduksi bakteri dengan melibatkan bahan genetik dan
ribosom.

21
DAFTAR PUSTAKA

Alcamo, I, Edward. (1983). Fundamentals of Microbiology. United States of America: The


Benjamin Publishning Company.

Kerksiek, Kristen, (2009). Shape Matters: Why bacteria care how they look. Artikel.
Diambil pada tanggal 3 November 2014, dari http://www.infection-
research.de/fileadmin/user_upload/Perspectives2009/August2009/Perspective-
BacterialShapes--12_08_2009.pdf

Madigan, M.T., Martinko, J.M., Bender, K.S., Buckley, D.H., & Sthal, D.A,. (2012). Brock
Biology of Microorganisms. New Jersey: Prentice-Hall International

Pelczar, Michael J. & Chan, E.C.S. (2008). Dasar-Dasar Mikrobiologi. (Diterjemahkan


oleh Ratna Siri Hadioetomo, Teja Imas, S. Sutarmi Tjirosomo, dan Sri Lestari
Angka). London: McGraw-Hill Book Company

Pratiwi, Sylvia T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlanngga.

Roksoatmojo, S.M. Issoegianti. (1993). Biologi Sel. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Perguran Tinggi.

Vasilyeva L. V. (1985). Stella, a New Genus of Soil Prosthecobacteria, with Proposals for
Stella humosa sp. nov. and Stella vacuolata sp. nov. International Journal Of
Systematic Bacteriology, 35, p. 518-521

Young, K. D. (2006). The Selective Value of Bacterial Shape. Microbiol. Mol. Biol. Rev.
2006, 70(3):660.

Yuwono, Tribowo. (2005). Biologi Molekuler. Jakarta: Erlangga

22

Anda mungkin juga menyukai