Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN

DARAH PADA LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI


DI POSYANDU LANJUT USIA DI DESA WOTGALEH
SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

KUNTI JATININGSIH
NIM : J 210 131 011

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

0
1
2

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA


LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI POSYANDU
LANJUT USIA DI DESA WOTGALEH SUKOHARJO

Kunti Jatiningsih1, Agus Sudaryanto2, Faizah Betty2

ABSTRAK

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan


tuberculosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia . Salah satu kemunduran fisik lansia yang sering terjadi adalah
kemunduran sistem kardiovaskuler. Katup jantung menebal dan menjadi kaku,
berkurangnya denyut jantung terhadap respon stress, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, tekanan darah meningkat akibat resistensi pembuluh darah
perifer. Kontrol tekanan darah yang ketat pada lansia berhubungan dengan
pencegahan terjadinya peningkatan tekanan darah yang tak terkendali. Aktivitas
fisik seperti senam pada usia lanjut yang dilakukan secara rutin akan
meningkatkan kebugaran fisik, sehingga secara tidak langsung senam dapat
meningkatkan fungsi jantung dan menurunkan tekanan darah serta mengurangi
resiko penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah sehingga akan menjaga
elastisitasnya. Tujuan dari penelitian mengetahui pengaruh senam lansia terhadap
tekanan darah pada lanjut usia dengan hipertensi. Jenis penelitian yang digunakan
pre eksperiment atau eksperimen semu. Rancangan penelitian yang digunakan
adalah one group pretest posttest. Sampel dilakukan dengan teknik non
probability sampling dengan metode purposive sampling. Instrumen penelitian
berupa senam lansia sebanyak 3 kali dalam 1 minggu. Setiap terapi senam
dilakukan selama 40 menit. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji
Wilcoxon Signed Ranks. Hasil penelitian diketahui rata-rata tekanan darah sistolik
sebelum senam lansia sebesar 167,50 mmHg dan setelah senam rata-rata tekanan
darah sistol menjadi 161,47 mmHg. Sedangkan untuk tekanan darah diastol rata-
rata sebelum senam 88,47 mmHg dan setelah senam rata-rata tekanan darah
diastol menjadi 82,22 mmHg. Terdapat pengaruh senam lansia terhadap tekanan
darah pada lanjut usia dengan Hipertensi di Posyandu lanjut usia Desa Wotgaleh
Sukoharjo.

Kata kunci : senam lansia, tekanan darah, lansia


3

THE INFLUENCE OF ELDERLY EXERCISE ON BLOOD PRESSURE OF THE


ELDERLY WITH HYPERTENSION IN ELDERLY HEALTH CENTER
IN WOTGALEH SUKOHARJO

Kunti Jatiningsih1, Agus Sudaryanto2, Faizah Betty Rahayuningsih2

ABSTRACT

Hypertension is the third leading cause of death after stroke and


tuberculosis, which reached 6.7% of the population of deaths in all age groups in
Indonesia. One of elderly physical deterioration that often occurs is the
deterioration of the cardiovascular system. Heart valves become thickened and
stiff, reduced heart rate response to stress, loss of elasticity of blood vessels,
increased blood pressure due to peripheral vascular resistance. Tight blood
pressure control in the elderly associated with the prevention of an increase in
blood pressure control. Physical activity such as exercise in the elderly is done
regularly will improve physical fitness, thus indirectly exercise can improve heart
function and lower blood pressure and reduce the risk of accumulation of fat in
the blood vessel walls so that it will maintain its elasticity. The aim of the
research know the effect of exercise on blood pressure in elderly with
hypertension. This type of research used experimental or quasi-experimental pre.
The research design used is one group pretest posttest. The sample was done by
using a non probability sampling with pueposive sampling method. The research
instrument in the form of elderly exercise 3 times in 1 week. Each therapy
exercises performed for 40 minutes. Data analysis technique used was Wilcoxon
Signed Ranks. The survey results revealed an average systolic blood pressure
before exercise elderly at 167,50 mmHg and after elderly exercise average
systolic blood pressure becomes 161.47 mmHg. As for diastolic blood pressure an
average of 88,47 mmHg before exercise and after exercise average blood
pressure becomes 82,22 mmHg. The Influence elderly exercise on blood pressure
of the Elderly with Hypertension in Elderly Health Center in Wotgaleh Sukoharjo.

Keywords : elderly exercise, blood pressure, elderly


PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI POSYANDU LANJUT USIA
DI DESA WOTGALEH SUKOHARJO

Kunti Jatiningsih1, Agus Sudaryanto2, Faizah Betty2

LATAR BELAKANG Sekitar 60% lansia akan


Lansia adalah sebuah proses mengalami peningkatan tekanan darah
normal menjadi tua tanpa suatu kriteria setelah berusia 75 tahun (Nugroho,
usia tertentu di mana pada usia itu 2008). Kontrol tekanan darah yang
mengalami berbagai macam perubahan ketat pada lansia berhubungan dengan
baik perubahan molekul, sel dan pencegahan terjadinya peningkatan
perubahan kemampuan fungsi organ. tekanan darah yang tak terkendali dan
Ditinjau dari ilmu geriatri (Stanley dan beberapa penyakit lainnya, misalnya
Patricia, 2007) diabetes mellitus, serangan stroke,
Hipertensi merupakan penyebab infark miokard dan penyakit vaskuler
kematian nomor 3 setelah stroke dan perifer.
tuberculosis, yakni mencapai 6,7% dari Senam lansia pada usia lanjut yang
populasi kematian pada semua umur di dilakukan secara rutin akan
Indonesia. Berdasarkan data dari Dinas meningkatkan kebugaran fisik,
Kesehatan Kota Sukoharjo Jawa sehingga secara tidak langsung senam
Tengah, kasus tertinggi penyakit tidak dapat meningkatkan fungsi jantung dan
menular pada tahun 2011 adalah menurunkan tekanan darah serta
kelompok penyakit jantung dan mengurangi resiko penumpukan lemak
pembuluh darah, dari total 1.409.857 pada dinding pembuluh darah sehingga
kasus yang dilaporkan sebesar 62,43% akan menjaga elastisitasnya. Disisi lain
(880.193 kasus) adalah penyakit akan melatih otot jantung dalam
jantung dan pembuluh darah. berkontraksi sehingga kemampuan
Prevalensi kasus hipertensi essensial di pemompaannya akan selalu terjaga
Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 (Nugroho, 2008).
sebesar 1,96% menurun bila Aktivitas fisik seperti senam pada
dibandingkan dengan tahun 2010 usia lanjut yang dilakukan secara rutin
sebesar 2,00% (Dinkes, 2011). akan meningkatkan kebugaran fisik,
Salah satu kemunduran fisik lansia sehingga secara tidak langsung senam
yang sering terjadi adalah kemunduran dapat meningkatkan fungsi jantung dan
sistem kardiovaskuler. Katup jantung menurunkan tekanan darah serta
menebal dan menjadi kaku, mengurangi resiko penumpukan lemak
kemampuan jantung memompa darah pada dinding pembuluh darah sehingga
menurun 1% per tahun, berkurangnya akan menjaga elastisitasnya. Disisi lain
denyut jantung terhadap respon stress, akan melatih otot jantung dalam
kehilangan elastisitas pembuluh darah, berkontraksi sehingga kemampuan
tekanan darah meningkat akibat pemompaannya akan selalu terjaga
resistensi pembuluh darah perifer (Nugroho, 2008).
(Mubarak, 2006). Dari hasil studi pendahuluan yang
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

1
2

Sukoharjo, dari 6 posyandu lansia diukur sebelum perlakuan. Dengan


semua tidak melaksanakan senam kriteria eksklusi kondisi fisik dalam
lansia. Di peroleh data jumlah lansia keadaan sakit dan tidak dapat
yang terdaftar di 6 posyandu Desa melakukan senam lansia, menderita
Wotgaleh adalah 112 lansia yang rutin stroke sehingga tidak dapat bergerak,
mengikuti kegiatan posyandu. Hasil lansia dengan gangguan penglihatan.
observasi peneliti, terdapat 32 lansia Teknik analisa data yang digunakan
yang mengalami hipertensi. Kegiatan adalah uji Wilcoxon (Dahlan, 2011).
yang dilakukan di posyandu sebatas
pemeriksaan fisik meliputi HASIL PENELITIAN DAN
penimbangan berat badan dan cek PEMBAHASAN
tekanan darah. Peneliti melakukan Penelitian ini dilakukan di
pemeriksaan tekanan darah secara Posyandu Lansia Wotgaleh, tujuan
langsung pada 32 lansia yang penelitian mengetahui pengaruh senam
mengalami hipertensi, tekanan darah lansia terhadap tekanan darah pada
antara 150/90 mmHg sampai 180/100 lanjut usia dengan hipertensi.
mmHg.
Tujuan dari penelitian mengetahui Karakteristik Responden
pengaruh senam lansia terhadap Tabel 1. Karakteristik responden
tekanan darah pada lanjut usia dengan berdasarkan usia, jenis kelamin dan
hipertensi. pekerjaan
Karakteristik Frekuensi %
METODE PENELITIAN Usia
Jenis penelitian yang digunakan 50-55 10 31,2
pre eksperiment atau eksperimen semu. 56-65 22 68,8
Rancangan penelitian yang digunakan Total 32 100
adalah one group pretest posttest Jenis Kelamin
(Sugiyono, 2013). Populasi dalam Laki-laki 8 25,0
penelitian ini adalah lansia penderita Perempuan 24 75,0
hipertensi di posyandu lansia Desa Total 32 100
Wotgaleh, Sukoharjo. Pekerjaan
Pengambilan sampel dalam Bekerja 17 53,1
penelitian dilakukan dengan teknik non Tidak bekerja 15 46,9
probapiliti sampling dengan metode Total 23 100
purposive sampling. Puroposive Tabel 1 diperoleh distribusi usia
sampling adalah teknik menentukkan responden lebih banyak pada rentang
sammpel dengan pertimbangan tertentu usia 56-65 tahun yaitu 71,9%. Jenis
sesuai dengan tujuan yang dikehendaki kelamin responden paling banyak pada
(Sugiyono, 2011). perempuan yaitu 75,0%. Pekerjaan
Dengan kriteria inklusi lansia yang responden paling banyak pada bekerja
tinggal di wilayah Desa Wotgaleh, yaitu 53,1%.
Sukoharjo dan bersedia menjadi
responden, usia 50-65 tahun, bersedia
mengikuti senam lansia selama 3 kali
dalam satu minggu selama 3 minggu,
tekanan darah > 150/90 mmHg yang
3

Hasil Analisa Bivariat lansia terhadap tekanan darah diastol


1. Uji normalitas pada lansia penderita hipertensi di
Tabel 2. Hasil uji normalitas data Posyandu Lansia Wotgaleh karena nilai
p p value kurang dari 0,05.
Data Kesimpulan
value
Data tidak PEMBAHASAN
Sistol pre test 0,086
normal 1. Karakteristik responden
Data tidak Berdasarkan usia responden
Diastol pre test 0,013 pada penderita hipertensi yang ada
normal
Data tidak di wilayah posyandu wotgaleh
Sistol post test 0,020 diperoleh hasil bahwa responden
normal
Diastol post Data tidak usia 56-65 tahun lebih banyak yaitu
0,096 22 lansia (68,8%).
test normal
Berdasarkan hasil uji normalitas Semakin bertambahnya usia
data pada tabel 2 didapatkan data tidak seseorang, pengaturan metabolisme
berdistribusi normal sehingga tidak zat kapur (kalsium) terganggu,
dapat menggunakan uji t-test untuk sehingga banyak zat kapur yang
menganalisa data tetapi menggunakan beredar bersama darah. Banyaknya
uji alternatifnya yaitu uji Wilcoxon kalsium dalam darah
Signed Rank Test dengan tingkat (hypercalcedemia), menyebabkan
kepercayaan 95%. darah menjadi lebih padat sehingga
2. Uji beda tekanan darah sebelum dan tekanan darah menjadi meningkat.
setelah melakukan senam lansia Endapan kalsium di dinding
Tabel 3. Hasil uji beda tekanan darah pembuluh darah (arteriosclerosis)
sistol sebelum dan setelah dilakukan menyebabkan penyempitan
senam lansia pembuluh darah, akibatnya aliran
Variabel Z p value darah menjadi terganggu. Hal ini
Pre test dapat memacu peningkatan tekanan
- 4,945a 0,001 darah (Timio dan Verdecchia,
Post test
Berdasarkan tabel 3 dapat 2005).
diketahui nilai p value adalah 0,001 Frekuensi responden
yang berarti terdapat pengaruh senam berdasarkan jenis kelamin
lansia terhadap tekanan darah sistol menunjukkan sebagian besar
pada lansia penderita hipertensi di responden perempuan. Harrison,
Posyandu Lansia Wotgaleh karena nilai Wilson, dan Kasper (2005)
p value kurang dari 0,05. mengatakan bahwa sekitar 60%
penderita hipertensi adalah
Tabel 4. Perbedaan tekanan darah perempuan yang berusia 50 tahun ke
diastol sebelum dan setelah atas, padahal jumlah penderita
dilakukan senam lansia hipertensi pada usia muda labih
Variabel Z p value banyak terjadi pada laki-laki. Hal ini
Pre test a
disebabkan karena perempuan yang
- 4,774 0,001 belum menopause masih terlindung
Post test
Berdasarkan tabel 4 dapat oleh hormon estrogen yang berperan
diketahui nilai p value adalah 0,001 dalam meningkatkan kadar HDL
yang berarti terdapat pengaruh senam (High Density Lipoprotein). Pada
4

pemenopause, perempuan muda tekanan darah secara intermiten


sedikit demi sedikit mulai (Budisetio, 2005).
kehilangan hormon estrogen yang Stres secara mendadak
selama ini melindungi pembuluh menunjukkan tekanan peningkatan
darah dari kerusakan. Proses ini darah melalui peningkatan cardio
terus berlanjut dimana hormon output dan denyut jantung tanpa
estrogen tersebut berubah pengaruh resistensi perifer total
kuantitasnya sesuai dengan usia katekolamine, kortisol, vasopresin,
perempuan secara alami, yang endorphine, dan aldosteron yang
umumnya terjadi pada perempuan meningkatkan mekanisme
usia 44-45 tahun. peningkatan tekanan darah.
Penjelasan di atas Kemungkinan stress yang
mengungkapkan bahwa estrogen berkepanjangan menyebabkan
berperan penting mampu menurukan hipertensi akibat dari faktor dalam
tekanan darah pada wanita muda. neurohormonal. Selama stres rata-
Saat siklus menstruasi terjadi, rata tekanan arterial meningkat dari
tekanan darah akan menurun. Ini 100 mmHg sampai 120 mmHg,
terjadi ketika fase luteal berubah tekanan darah meningkat karena
menjadi fase folikular. Setelah penekanan curah jantung (Brod,
wanita tidak menstruasi lagi atau Fence, Hegi, dan Jikka, 2000).
postmenopause maka tidak akan Perubahan fungsional tekanan
terjadi perubahan dari fase darah pada beberapa tempat dapat
menstruasi di atas, dari fase luteal disebabkan oleh stres akut, bila
berubah menjadi fase folikular berulang secara intermiten beberapa
sehingga tekanan darah tidak akan kali, dapat menyebabkan suatu
menurun dan justru cenderung naik adaptasi struktural hipertropi
(Staessen, 2005). kardiovaskuler. Bila ini terjadi pada
Sebagian besar lansia yang tingkat vaskuler akan ada
bekerja tekanan darahnya lebih peningkatan tahanan (resistensi),
tinggi dibandingkan lansia yang yang disebabkan peningkatan rasio
tidak bekerja. Bekerja sering dinding pembuluh dengan
dikaitkan dengan penghasilan dan lumennya. Hal ini kemudian
penghasilan sering dikaitkan dengan mempertinggi pengaruh
kebutuhan manusia. Agar dapat hemodinamik tekanan.
tetap hidup manusia harus bekerja, Kemungkinan besar bahwa faktor
dengan bekerja seseorang akan neurohormonal yang menyebabkan
dapat memenuhi kebutuhan hidup hipertensi berjangka panjang. Stres
untuk keluarganya. Pada lansia yang berkepanjangan dan berulang-
bekerja memiliki tingkat stres yang ulang pada populasi hipertensi dapat
lebih tinggi dan beban kerja yang menyebabkan peningkatan tekanan
lebih berat daripada lansia yang darah yang irreversibel. Pekerjaan
tidak bekerja. Stres merupakan yang menumpuk dan tak kunjung
pemicu timbulnya hipertensi akibat selesai memicu keadaan stres, dan
terjadinya peningkatan aktivitas akhirnya dapat meningkatkan
simpati yang dapat meningkatkan tekanan darah (Knardahl, Sanders,
dan Johnson, 2002).
5

2. Analisa univariat terhadap berbagai macam sistem


Pemberian senam lansia kepada yang bekerja di dalam tubuh, salah
responden yang mengalami satunya adalah sistem
hipertensi dilakukan 40 menit kardiovaskuler. Saat melakukan
sebanyak 3 kali dalam 1 minggu. aktivitas fisik senam lansia, tekanan
Dari 32 lansia penderita hipertensi darah akan naik cukup banyak.
semua memenuhi kriteria inklusi Tekanan darah sistolik yang
dan tidak ada yang drop out. misalnya semula 110 mmHg
Distribusi frekuensi responden sewaktu istirahat akan naik menjadi
menunjukkan tekanan darah setelah 150 mmHg. Sebaliknya, segera
diberikan intervensi tekanan sistolik setelah latihan senam selesai, tekan
memiliki nilai tertinggi 175 mmHg darah akan turun sampai di bawah
dan tekanan diastolik memiliki nilai normal dan berlangsung 30-120
tertinggi 93 mmHg. Tekanan sistolik menit. Kalau senam dilakukan
memiliki nilai terendah 148 mmHg berulang-ulang, lama-kelamaan
dan tekanan diastolik memiliki nilai penurunan tekanan darah akan
terendah 70 mmHg. berlangsung lama. Itulah sebabnya
Hasil penelitian tersebut latihan aktivitas fisik senam yang
menunjukkan bahwa 32 responden dilakukan secara teratur bisa
mengalami penurunan tekanan menurunkan tekanan darah. Jenis
darah. Semua responden mengalami olahraga yang efektif menurunkan
penurunan tekanan darah tekanan darah adalah olahraga
dikarenakan mereka aktif mengikuti intensitas sedang. Frekuensi
gerakan senam dan mengikuti latihannya 3-5 kali seminggu
prosedur senam yang benar secara dengan latihan 20-60 menit sekali
berkontinuitas yaitu melakukan latihan.
latihan pemanasan, latihan inti serta Penurunan tekanan darah ini
latihan pendinginan atau latihan antara lain terjadi karena pembuluh
penutup. darah mengalami pelebaran dan
relaksasi. Lama kelamaan, latihan
3. Pengaruh senam lansia terhadap olahraga dapat melemaskan
penurunan tekanan darah pada pembuluh-pembuluh darah, sehigga
lansia dengan hipertensi tekanan darah menurun sama halnya
Data analisa menyimpulkan ada dengan melebarnya pipa air akan
pengaruh senam lansia terhadap menurunkan tekanan air. Dalam hal
tekanan darah pada lansia penderita ini, senam lansia dapat mengurangi
hipertensi di Posyandu Wotgaleh. tahanan perifer. Penurunan tekanan
Hal ini sesuai dengan pernyataan darah juga dapat terjadi akibat
Harber (2009) yaitu senam lansia aktivitas memompa jantung
merupakan suatu aktivitas fisik yang berkurang. Otot jantung pada orang
terutama bermanfaat untuk yang rutin berolahraga sangat kuat,
meningkatkan dan mempertahankan maka otot jantung dari individu
kesehatan dan daya tahan jantung, yang rajin berolahraga berkontraksi
paru, peredaran darah, otot dan lebih sedikit daripada otot jantung
sendi. Latihan aktivitas fisik akan orang yang jarang berolahraga untuk
memberikan pengaruh yang baik memompakan volume darah yang
6

sama. Karena latihan aktivitas fisik DAFTAR PUSTAKA


senam dapat menyebabkan Brod J, Fence V, Hegi K, Jikka
penurunan denyut jantung maka J.(2000). Cirdulatory change
akan menurunkan cardiac output, underlying blood pressure
yang pada akhirnya menyebabkan elevation during acut emosional
penurunan tekanan darah. stress (mental arithmetic) in
Peningkatan efesiensi kerja jantung normotensive and hypertensive
dicerminkan dengan penurunan subjects. Clin Sic. 1959. 18.
tekanan sistolik, sedangkan 269-279.
penurunan tahanan perifer
dicerminkan dengan penurunan Budisetio, Muljadi. 2001. Pencegahan
tekanan diastolik (Harber, 2009). dan Pengobatan Hipertensi Pada
Penderita Usia Dewasa.
SIMPULAN DAN SARAN J.Kedokteran Trisakti, Vol.20
A. Simpulan No.2.
1. Senam lansia berpengaruh
terhadap tekanan darah pada Dahlan, M. Sopiyudin. (2011). Statistik
lanjut usia dengan hipertensi di untuk kedokteran dan
posyandu lanjut usia di desa kesehatan. Jakarta : Salemba
wotgaleh sukoharjo. Medika.

B. Saran Dinkes (Dinas Kesehatan). (2011).


1. Bagi profesi keperawatan, dapat Profil kesehatan provinsi Jawa
dijadikan referensi dan dapat Tengah tahun 2011. Diakses:
digunakan untuk memberikan 21 April 2014 jam 21.00 dari
terapi non farmakologi yang http://www.dinkesjatengprov.go
efektif dan lebih murah bagi .id/dokumen/profil/profil2011/B
penderita hipertensi dalam AB%20I-VI%202011.pdf.
mengontrol tekanan darah
2. Bagi institusi pendidikan, dapat Harber, P.M., & Scoot, T. (2009).
dijadikan salah satu referensi Aerobic Exercise Training
dalam pembelajaran mengenai Improves Whole Muscle And
terapi komplementer untuk Single Myofiber Size And
mengontrol tekanan darah pada Function In Older Woman.
penderita hipertensi Journal Physical Regular
3. Bagi peneliti selanjutnya, Integral Company Physical,10,
penelitian ini dapat menjadi 11-42.
bahan referensi serta dapat
dikembangkan dengan Harrison,I., Wilson, B.W., & Kasper,
menambah variabel lain yang M.F. (2005). Prinsip Prinsip
berhubungan dengan senam Ilmu Penyakit Dalam, edisi 13
lansia seperti pengukuran denyut volume 3. Jakarta: EGC
nadi, kadar immunoglobulin
maupun frekuensi nafas. Mubarak, W.I. (2006). Buku ajar ilmu
keperawatan komunitas 2.
Jakarta : Sagung Seto.
7

Nugroho. (2008). Keperawatan Stanley, M. & Beare, P. G. (2006).


gerontik dan geriatrik edisi 3. Buku ajar keperawatan
Jakarta : EGC. gerontik. Jakarta: EGC
Sugiyono. (2013). Metode
Saryono. (2011). Metodologi penelitian penelitian pendidikan
kesehatan penuntun praktis pendekatan kuantitatif,
bagi pemula. Jogjakarta : Mitra kualitatif dan r dan d. Bandung
Cendekia Press. : CV. Alfa Beta.

Sugiyono. (2013). Metode penelitian Timio, M., & Verdeechia, P.


pendidikan pendekatan (2005).Blood pressure changer
kuantitatif, kualitatif dan r dan over 20 years in nuns in
d. Bandung : CV. Alfa Beta. secluded order.Journal
Hypertension in Elderly, 4 (1),
Staessen, V. (2005). Ambulatory blood 60-63. Diakses tanggal 28
pressure monotoring practical Februari 2015.
consideration. Journal of
Hypertension, 8 (4), 103-107.

Anda mungkin juga menyukai