Pendahuluan
Al-Quran adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai
petunjuk bagi umatnya. Di dalamnya terdapat ayat-ayat yang jelas bagi manusia yang mau
menggunakan akalnya. Al-Quran tidak meninggalkan sesuatu yang kecil apalagi yang besar
kecuali mencatatnya. Tiada satupun perkara baru yang diperbuat manusia, demikian pula
ilmu pengetahuan manusia kecuali pasti ada dalilnya di dalam Al-Quran. (Jamaluddin,
Mubasyir, 2006:35)
Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri. (Q.S. An-Nahl: 89)
Terkait dengan obat dan pengobatan, Al-Quran tidak memberikan penjelasan yang
sangat rinci tentangnya. Misalnya, Al-Quran tidak menjelaskan bahan-bahan apa saja yang
bisa digunakan sebagai obat, dan untuk mengobati penyakit apa. Al-Quran juga tidak
menjelaskan tentang metode-metode pengobatan, atau cara membuat obat dan cara
menggunakannya. Hal itu bisa dimaklumi karena Al-Quran memang bukan buku farmasi
atau buku kesehatan. Al-Quran bukan Farmakope atau De Materia Medica. Al-Quran
bukan buku farmakognosi atau farmakologi. Akan tetapi, Al-Quran adalah Kitab Suci yang
memberikan panduan bagi umat Islam supaya mereka selamat dan bahagia di dunia dan
akhirat. Tentang obat dan kesehatanpun Al-Quran memberikan panduan global, arah-arahan
sebagai penuntun bagi manusia dalam berinteraksi di bidang tersebut supaya mereka tidak
merugi di dunia maupun di akhirat
Pembahasan
Bahasa Arab obat adalah syifa. Di dalam al-Quran kata syifa dan derifatnya
digunakan sebanyak 8 kali, yaitu pada QS. 9:14, QS. 26:80, QS. 10:57, QS. 41:44, QS. 16:69,
QS. 17:82, QS. 3:103, QS. 9:109. Dari ayat-ayat tersebut dan ayat-ayat lain yang terkait
dengan kesehatan secara umum, penulis menyimpulkan beberapa point tentang obat dan
kesehatan dalam perspektif al-Quran, yaitu:
1.Penjelasan tentang aqidah. Al-Quran menegaskan bahwa yang menyembuhkan orang sakit
adalah Allah swt.
2.Penjelasan tentang kebijakan kesehatan masyarakat dan individu. Al-Quran memberi
gambaran bahwa usaha-usaha preventif (pencegahan) harus lebih didahulukan daripada usaha
kuratif (pengobatan).
3.Penjelasan tentang penyakit. Al-Quran memberikan gambaran bahwa penyakit digolongkan
menjadi dua, yaitu penyakit hati (maa fish-shuduur) dan penyakit badan/jasmani. Oleh karena
itu, definisi sehat harus mencakup kedua hal tersebut.
4.Penjelasan tentang obat. Karena penyakit dibagi dalam dua golongan, obat pun dibagi dua
golongan yaitu obat penyakit hati dan obat penyakit jasmani. Al-Quran menunjukkan bahwa
Al-Quran dan madu bisa berfungsi sebagai obat.
iaH anamiagabes asaupreb umak sata nakbijawid ,namireb gnay gnaro-gnaro awkatreb
umak raga umak mulebes gnaro-gnaro sata nakbijawid (Q.S. Al-Baqarah: 183)
Dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu (79),
dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku (80), dan yang
akan mematikanku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali) (81),
(QS 26: 79-81)
Penutup
Manusia terdiri dari aspek jasmani dan ruhani. Oleh karena itu dalam memandang
kesehatan manusia harus melihat kedua aspek tersebut. Al-Quran memberikan panduan yang
menarik tentang hal itu, yaitu bahwa dalam kondisi sakitpun manusia jangan sampai
melupakan Allah. Bahkan justru Dia-lah sebenarnya Dzat Yang Menyembuhkan. Selain itu,
Al-Quran memberikan arahan bahwa seharusnya yang menjadi perhatian utama dalam
mewujudkan kesehatan individu maupun masyarakat adalah upaya-upaya yang bersifat
preventif, karena manusia pada asalnya adalah dalam kondisi sehat. Namun demikian, tidak
berarti meninggalkan upaya kuratif. Al-Quran menyebutkan dua hal yang bisa digunakan
untuk pengobatan kuratif tersebut, yaitu Al-Quran itu sendiri dan madu. []
DAFTAR PUSTAKA
1.Al-Harari, Muhammad al-Amin. Tafsir Hadaiq ar-Rauh war-Raihan. Makkah: Dar Thouq
wan-Najah. tt.
2.Al-Maraghi, Ahmad Musthofa. Tafsir al-Maroghi. Beirut: Dar Ihya at-Turats al-Arabi.tt.
3.Chaerunissa, Anis Yohana, et.al. Farmasetika Dasar. Bandung: Widya Padjadjaran. 2009.
4.Ebrahim, Abul Fadl Mohsin. Biomedical Issues, Islamic Perspective. Kuala Lumpur: A.S.
Noordeen. 1993.
5.Hambali, Iftachulain. Islamic Pineal Therapy. Jakarta: Prestasi. 2011.
6.Jamaluddin dan Mubasyir. Al-Quran Bertutur tentang Makanan dan Obat-Obatan.
Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2006.
7.Kahel, Abduddaim. The Holy Heal. Banten: Kalim, 2010.
8.Raqith, Hamad Hasan.Hidup Sehat Cara Islam. Bandung: Penerbit Jembar. 2007.
9.http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/27/09271015/Seimbangkan.Upaya.Preventif.dan.K
uratif. diunduh hari Jumat tgl 15 Juni 2012 jam 15:03.