Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR PERAWATAN LUKA

A. Definisi

Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan
yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus
menerus.(Joyce M. Black, 2001).

Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih,
ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama
berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh
kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.

B. Etiologi / Penyebab Luka

Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan sebelum memulai
perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol penyebab dan faktor-faktor yang
mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses penyembuhan. Berikut ini akan
dijelaskan penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :

1. Trauma

2. Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia

3. Gigitan binatang atau serangga

4. Tekanan

5. Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena

6. Immunodefisiensi

7. Malignansi

8. Kerusakan jaringan ikat

9. Penyakit metabolik, seperti diabetes

10. Defisiensi nutrisi

11. Kerusakan psikososial

12. Efek obat-obatan

Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
dengan multifaktor.

C. Jenis-jenis luka
1. Berdasarkan Kategori

a. Luka Accidental

Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar; tepi luka
bergerigi; berdarah; tidak steril

b. Luka Bedah

Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction; tepi luka
bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah

2. Berdasarkan integritas kulit

a. Luka terbuka

Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan perdarahan disertai


kerusakan jaringan; risiko infeksi

b. Luka tertutup

Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan lunak;
mungkin cedera internal dan perdarahan

3. Berdasarkan Descriptors

a. Aberasi

Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik untuk
pengangkatan jaringan skar

b. Puncture

Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat alat-alat yang
tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit

c. Laserasi

Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko infeksi

d. Kontusio

Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar

4. Klasifikasi Luka Bedah

a. Luka bersih

Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, , pernafasan atau system
genitourinary, risiko infeksi rendah
b. Bersih terkontaminasi

Luka melibatkan system gastrointestinal, pernafasan atau system genitourinary, risiko infeksi

c. Kontaminasi

Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko tinggi infeksi

d. Infeksi

Area luka terdapat patogen; disertai tanda-tanda infeksi

D. Klasifikasi luka

1. Berdasarkan penyebab

a. Luka pembedahan atau bukan pembedahan

b. Akut atau kronik

2. Kedalaman jaringan yang terlibat

a. Superficial

Hanya jaringan epidermis

b. Partial thickness

Luka yang meluas sampai ke dalam dermis

c. Full thickness

Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan subkutan dan
kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur yang dibawahnya seperti otot, tendon
atau tulang

E. Prinsip Dasar Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan perubahan lingkungan
luka dan status kesehatan individu. Fisiologi dari penyembuhan luka yang normal adalah
melalui fase hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang merupakan suatu kerangka
untuk memahami prinsip dasar perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional
keperawatan dapat mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk merawat luka dan
dapat membantu perbaikan jaringan. Luka kronik mendorong para profesional keperawatan
untuk mencari cara mengatasi masalah ini. Penyembuhan luka kronik membutuhkan
perawatan yang berpusat pada pasien patient centered, holistik, interdisiplin, cost efektif
dan eviden based yang kuat.
Penelitian pada luka akut dengan model binatang menunjukkan ada empat fase penyembuhan
luka. Sehingga diyakini bahwa luka kronik harus juga melalui fase yang sama. Fase tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Hemostasis

Pada penyembuhan luka kerusakan pembuluh darah harus ditutup. Pada proses penyembuhan
luka platelet akan bekerja untuk menutup kerusakan pembuluh darah tersebut. Pembuluh
darah sendiri akan konstriksi dalam berespon terhadap injuri tetapi spasme ini biasanya rilek.
Platelet mensekresi substansi vasokonstriktif untuk membantu proses tersebut.

Dibawah pengaruh adenosin diphosphat (ADP) kebocoran dari kerusakan jaringan akan
menimbulkan agregasi platelet untuk merekatkan kolagen. ADP juga mensekresi faktor yang
berinteraksi dengan dan merangsang pembekuan intrinsik melalui produksi trombin, yang
akan membentuk fibrin dari fibrinogen. Hubungan fibrin diperkuat oleh agregasi platelet
menjadi hemostatik yang stabil. Akhirnya platelet juga mensekresi sitokin seperti platelet-
derived growth factor. Hemostatis terjadi dalam waktu beberapa menit setelah injuri kecuali
ada gangguan faktor pembekuan.

2. Inflamasi

Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses penyembuhan yang menampilkan
eritema, pembengkakan dan peningkatan suhu/hangat yang sering dihubungkan dengan nyeri,
secara klasik rubor et tumor cum calore et dolore. Tahap ini biasanya berlangsung hingga 4
hari sesudah injuri. Pada proses penyembuhan ini biasanya terjadi proses pembersihan
debris/sisa-sisa. Ini adalah pekerjaan dari PMNs (polymorphonucleocytes). Respon inflamasi
menyebabkan pembuluh darah menjadi bocor mengeluarkan plasma dan PMNs ke sekitar
jaringan. Neutropil memfagositosis sisa-sisa dan mikroorganisme dan merupakan pertahanan
awal terhadap infeksi. Mereka dibantu sel-sel mast lokal. Fibrin kemudian pecah sebagai
bagian dari pembersihan ini.

Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang membutuhkan kontraktor. Sel


yang berperan sebagai kontraktor pada penyembuhan luka ini adalah makrofag. Makrofag
mampu memfagosit bakteri dan merupakan garis pertahan kedua. Makrofag juga mensekresi
komotaktik yang bervariasi dan faktor pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan fibrobalas
(FGF), faktor pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta trasformasi (tgf) dan
interleukin-1 (IL-1).

3. Proliferasi (proliferasi, granulasi dan kontraksi)

Fase granulasi berawal dari hari ke empat sesudah perlukaan dan biasanya berlangsung
hingga hari ke 21 pada luka akut tergangung pada ukuran luka. Secara klinis ditandai oleh
adanya jaringan yang berwarna merah pada dasar luka dan mengganti jaringan dermal dan
kadang-kadang subdermal pada luka yang lebih dalam yang baik untuk kontraksi luka. Pada
penyembuhan luka secara analoginya satu kali pembersihan debris, dibawah kontraktur
langsung terbentuk jaringan baru.

Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang mensekresi kolagen pada dermal yang kemudian akan
terjadi regenerasi. Peran fibroblas disini adalah untuk kontraksi. Serat-serat halus merupakan
sel-sel perisit yang beregenerasi ke lapisan luar dari kapiler dan sel endotelial yang akan
membentuk garis. Proses ini disebut angiogenesis. Sel-sel roofer dan sider adalah
keratinosit yang bertanggungjawab untuk epitelisasi. Pada tahap akhir epitelisasi, terjadi
kontraktur dimana keratinosit berdifrensiasi untuk membentuk lapisan protektif luar atau
stratum korneum.

4. Remodeling atau maturasi

Setelah struktur dasar komplit mulailah finishing interior. Pada proses penyembuhan luka
jaringan dermal mengalami peningkatan tension/kekuatan, peran ini dilakukan oleh
fibroblast. Remodeling dapat membutuhkan waktu 2 tahun sesudah perlukaan.

Tabel 1. Fase penyembuhan luka

Analogi
Fase Sel-sel yang
Waktu membangun
penyembuhan berperan
rumah
Hemostasis Segera Platelets Capping off
conduits
Inflamation Hari 1-4 Neutrophils
Unskilled laborers
to clean uap the site

Supervisor Cell

Proliferation Hari 4 21 Macrophages Specific laborers at


the site:
Granulation Lymphocytes
Plumber
Angiocytes
Electrician
Neurocytes

Framers

Roofers and Siders


Contracture Fibroblasts

Keratinocytes
Remodelers

Remodeling Hari 21 2 Fibrocytes


tahun
Pada beberapa literatur dijelaskan juga bahwa proses penyembuhan luka meliputi dua
komponen utama yaitu regenerasi dan perbaikan (repair). Regenerasi adalah pergantian sel-
sel yang hilang dan jaringan dengan sel-sel yang bertipe sama, sedangkan repair adalah tipe
penyembuhan yang biasanya menghasilkan terbentuknya scar. Repair merupakan proses yang
lebih kompleks daripada regenerasi. Penyembuhan repair terjadi oleh intention primer,
sekunder dan tersier.

Intension Primer

Fase-fase dalam penyembuhan Intension primer :

1. Fase Inisial (3-5 hari)

2. Sudut insisi merapat, migrasi sel-sel epitel, mulai pertumbuhan sel

3. Fase granulasi (5 hari 4 minggu)

Fibroblas bermigrasi ke dalam bagian luka dan mensekresi kolagen. Selama fase granulasi
luka berwarna merah muda dan mengandung pembuluh darah. Tampak granula-granula
merah. Luka berisiko dehiscence dan resisten terhadap infeksi.

Epitelium permukaan pada tepi luka mulai terlihat. Dalam beberapa hari lapisan epitelium
yang tipis bermigrasi menyebrangi permukaan luka. Epitel menebal dan mulai matur dan luka
merapat. Pada luka superficial, reepitelisasi terjadi selama 3 5 hari.

4. Fase kontraktur scar ( 7 hari beberapa bulan )

Serabut-serabut kolagen terbentuk dan terjadi proses remodeling. Pergerakan miofibroblast


yang aktif menyebabkan kontraksi area penyembuhan, membentu menutup defek dan
membawa ujung kulit tertutup bersama-sama. Skar yang matur selanjutnya terbentuk. Skar
yang matur tidak mengandung pembuluh darah dan pucat dan lebih terasa nyeri daripada fase
granulasi

Intension sekunder

Adalah luka yang terjadi dari trauma, elserasi dan infeksi dan memiliki sejumlah besar
eksudat dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang cukup luas
menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih besar daripada
penyembuhan primer.

Intension Tersier

Adalah intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua lapisan jaringa granulasi dijahit
bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang terkontaminasi terbuka dan dijahit rapat setelah
infeksi dikendalikan. Ini juga dapat terjadi ketika luka primer mengalami infeksi, terbuka dan
dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan kemudian dijahit. Intension tersier biasanya
mengakibatkan skar yang lebih luas dan lebih dalam daripada intension primer atau sekunder

http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/05/konsep-dasar-perawatan-luka.html
Makalah Perawatan Luka

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka yang sering di temukan adalah luka yang bersih tanpa kontaminasi,missal luka insisi
yang tertutup, luka-luka yang melibatkan saluran kemih, missal cecio caesaria dibawah
sekmen bawah. Oleh karena itu bidan harus pula mengetahui dan terampil dalam melakukan
perawatan luka pasca operasi.

Dalam pengkajian luka harus memperhatikan kondisi klinis ibu, waktu dan tempat operasi
serta tampilan perawatan luka.

Keputusan untuk membalut luka kembali juga harus mencakup keputusan apakah kebersihan
luka merupakan tindakan yang di identifikasi. Bila luka perlu di bersihkan dan dibalut ulang
perawatan hrus dilakukan dengan teknik bersih dengan air atau normal salin. Bila luka
tampak terinfeksi perlu dilakukan rujukan.

B. Tujuan

Perawatan luka operasi bertujuan untuk meningkatakan proses penyembuhan jaringan dan
mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan luka oleh karena itu bidan harus
terampil dan melakukan perawatan luka pasca operasi.

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian
Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalut dengan tujuan mencegah
infeksi silang ( masuk melalui luka ) dan mempercepat prose penyembuhan luka.

1. Tahap respon inflantasi akut terhadap cedera. Tahap ini dimulai saat terjadinya luka

2. Tahap destruktif, pada tahap ini terjadi pemberian jaringan yang mati oleh leukosit
polimer fenuklear dan makrofag

3. Tahap poliferatif, pada tahap ini pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringa ikat dan
mengifultasi luka.

4. Tahap maturasi, pada tahap ini terjadi reepitalisasi, kontraksi luka dan organisasi
jaringan ikat

B. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1. Vaskularisasi, mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah


yang baik untuk pertumbuhan perbaikan sel

2. Anemia ,memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel


membutuhkan kadar protein yang cukup.

3. Usia , kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan,kematangan


usia seseorang.

4. Nutrisi,merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel terutama karena


kandungan zat gizi yang terdapat didalamnya.

5. Kemungkinan,obat-obatan,merokok dan stress,mempengaruhi proses penyembuhan


luka.

C. Perawatan Luka Insisi

Luka insisi dibersihkan dengan alcohol dan larutan suci hama(larutan betadine dan
sebagainya),lalu ditutup dengan kain penutup luka,secara penodik pembalut luka diganti dan
luka dibersihkan.Dibuat pula catatan kapan benang/orave,dicabut dan
dilonggarkan.Diperhatikan pula apakah luka sembuh perprinum atau dibawah luka terdapat
eksudat.

D. Penatalaksanan luka dengan eksudat :

1. Luka dengan sedikit eksudat di tutup dengan band and operative dressing.
2. Luka dengan eksudat sedang di tutup dengan tegal filmated swabs atau dengan pembalut
luka lainnya.

3. Luka dengan eksudat banyak ditutup dengan surgipad atau di kompres dengan cairan
suci hama lainnya.

Untuk memberikan kenyamanan dan kebebasan bergerak bagi penderita, sebaiknya di pakai
gurita.

E. Komplikasi luka insisi

1. Sebagai luka sembuh dan tertutup baik, sebagian lagi dengan eksudat sebagian lagi
dalam sejumlah sedang atau banyak akan keluar melalui lubang-lubang(fisdel)

2. Luka terbuka sebagian bernanah dan berinfeksi

3. Luka terbuka seluruhnya dan usus kelihatan

Tempat perawatan pasca operasi atau bedah

Setelah tindakan di kamar operasi , penderita dipindahkan dalam kamar rawat (recovery
room) yang di lengkapi dengan alat pendingin kamar udara setelah beberapa hari. Bila
keadaan penderita gawat, segera pindahkan ke unit kamar darurat(intensive care unit)

Pemberian cairan

Karena selama 24 jam pertama penderita Puasa Pasca Operasi (PPO), maka pemberian cairan
perinfus harus cukup banyak perban mengandung elektrolit yang diperlukan, agar jangan
terjadi hipertemia, dehidrasi, dan komplikasi pada organ-organ tubuh lainnya.

Nyeri

Sejak penderita sadar, dalam 24jam pertama. Rasa nyeri masih dirasakan di daerah operasi,
untuk mengurangi rasa nyeri di berikan obat-obatan anti septic dan penenang seperti suntikan
intramuskuler pthidin dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-15 mg atau secara perinfus
atau obat lainnya.

Mobilisasi

Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalan-jalannya
penyembuhan penderita, kemajian mobilisasi bergantung pula pada jenis-jenis operasi yang
di lakukan oleh komlikasi yang mungkin di jumpai. Secara psikologis hal ini memberikan
pula kepercayaan pada si sakit bahwa ia mulai sembuh.

Perubahan gerakan dan posisi yang harus di terangkan kepada penderita atau keluarga yang
menunggunya.
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombisis dam emboli sebaiknya, bila terlalau
dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan operasi, jadi mobilisasi secara
teratur dan bertahap serta di ikuti dengan istirahat adalah yang paling di anjurkan.

Pemberian obat-obatan

Antibiotik, kemoterapi dan antiflamasi

Cara pemilihan dan pemberian anti biotika sangat berbeda-beda disetiap institut, bahkan
dalam satu institutepun masing-masing dokter mempunyai cara dan pemilihan yang
berlainan.

Sebagai pedoman umum kira-kira sebagai berikut:

1. Sebelum melakukan uji biakan (culture test) dan uji kepekaan (sensitive test), pilihan
antibiotika. Pilihan antibiotika. Pembunuh kuman gram negative sebagai obat peroral atau
sebaliknya.

2. Setelah hasil uji-makan dan uji kepekaan di terima, berikan obat dengan berpedoman
dengan misi uji laboratorium tersebut dengan cara seperti diatas.

3. Posisi obat harus tepat dan akurat serta bersifat spektrum luas (Groad Spektrum).

4. Obat-obat pencegah perut kembung.

Untuk mencegah perut kembung dan untuk memperlancar kerja saluran pencernaan dapat
diberikan obat-obatan secara subkutan dan peroral, diantaranya : plasil, perim peran,
prostigmin, dan sebagainya. Apabila terjadi distansi abdomen, yang ditandai dengan adanya
perut kembung dan meteorimus, dilakukan dekompresi dengan pemasangan pita rektal dan
pita hasal. Boleh juga diberikan supporitoria bisa codyl, 36 jam pasca bedah.

5. Obat-obatan Lainnya.

Untuk meningkatkan vitalis dan keadaan umum penderita dapat diberikan roboronsia, obat
anti inflamasi, atau bahan tranfusi darah pada penderita yang anemis.

6. Perawatan Putih.

Setelah selesai operasi, dokter bedah dan anestesi telah membuat rencana pemeriksaan rutin
atau (check up) bayi penderita pasca bedah yang diteruskan kepada dokter atau nakes lain.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran, yang diukur adalah:

o Tekanan darah

o Jumlah nadi per menit

o Frekuensi pernafasan per menit


o Jumlah cairan masuk dan keluar (urine)

o Suhu badan

o Pemeriksaan lainnya menurut jenis operasi kasus periksaan dan pengukuran tersebut
sekurang-kurangnya dilakukan setiap 4 jam sekali dan dicatat dalam status penderita.

F. Peralatan dan Perlengkapan

1. Pinset anatomi

2. Gunting dan plester

3. Kapas sublimar

4. Bak instrument dan handscoon

5. Bengkok

6. Waskom berisi larutan klorin

7. Kassa steril

8. Troli

9. Tempat tidur

10. Perlak

11. Larutan Nacl 0,9 %

12. Betadine

13. Kapas alcohol

14. Peralatan cuci tangan

G. Prosedur Kerja

1. Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan.

2. Siapkan bahan dan alat secara ergonomis.

3. Pasang sampiran.

4. Atur posisi pasien senyaman mungkin.


5. Pasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dilakukan perawatan.

6. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

7. Pakai sarung tangan (handscoon).

8. Olesi plester dengan kapas alcohol, agar mudah dan tidak sakit saat plester dibuka.

9. Buka plester dan kasa dengan menggunakan pinset, buang dalam bengkok.

10. Kaji luka (tekan daerah sekitar luka, lihat sudah kering atau basah.

11. Bersihkan luka dengan larutan antiseptic atau larutan gram faal.

12. Buang kasa yang telah digunakan kedalam bengkok.

13. Keringkan luka dengan menggunakan kassa yang baru.

14. Berikan salep antiseptic.

15. Tutup luka dengan kassa dan memasang plester.

16. Rapikan pasien.

17. Bereskan alat.

18. Lepas sarung tangan (masukkan kedalam Waskom berisi larutan klorin 0,5% selama 10
menit ).

19. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk.

20. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawatan luka operasi

Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan dengan tujuan
mencegah infeksi slang ( masuk melalui luka ) dan mempererat proses penyembuhan luka.

Proses penyembuhan luka

1. Tahap Respon
2. Tahap destruktif

3. Tahap poliferatif

4. Tahap masturbasi

Faktor faktor yang mempengaruhiv

1. Faskularisasi

2. Anemia

3. Usia

4. Nutrisi

5. Kegemukan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

KDPK, Yuni _ Kusumawati, S.SIT.2008. Fitramanya. YOGYAKARTA.

KDPK Kebidanan , Musrifasul Uliyah, A.Aiz Alimun Hidayat . 2006 , Salemba Medika
Jakarta

Sinopsis Obstetri Edisi 2. PT. Rustam Mochtari ECG. 1998 Jakarta

http://insanimj.blogspot.com/2010/10/makalah-perawatan-luka.html

http://luruhi-ilmu.blogspot.com/2012/05/makalah-perawatan-luka.html

Anda mungkin juga menyukai