Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Profitabilitas

1. Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas perusahaan harus dilihat sebagai faktor pendorong dalam

memantau aspek likuiditas dan solvabilitas. Dalam jangka panjang, perusahaan

harus menghasilkan keuntungan yang cukup dari usahanya sehingga mampu

membayar kewajibannya. Kerugian yang terus menerus akan segera memperburuk

aspek solvabilitas perusahaan dan apabila perusahaan akan memperluas usahanya,

perusahaan memerlukan retained earning untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam

jangka pendek, kerugian akan segera menurunkan likuiditas perusahaan. Lebih

lanjut, profitabilitas perusahaan akan mempengaruhi kemampuan perusahaan

untuk mendapatkan pembiayaan dari luar (Ahmad dan Herni, 2010:179).

Rasio profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dengan kemampuan dan sumber yang

dimiliki, selain itu rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas

manajemen suatu perusahaan.

Rasio profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan

Modal (modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total assets yang dimiliki

bank pada periode tertentu. Agar hasil perhitungan rasio mendekati pada kondisi

yang sebenarnya (real), maka posisi modal atau assets di hitung secara rata rata

selama periode tertentu. (Selamet, 2006:155)

4
Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan

laba. Satu satunya ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih.

Para investor dan kreditor sangat berkepentingan dalam mengevaluasi

kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun di masa mendatang.

(Dewi, 2004:36)

2. Manfaat Rasio Profitabilitas

Manfaat dari rasio profitabilitas ini adalah untuk mengetahui :

a) Besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode,

b) Posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang,

c) Perkembangan laba dari waktu ke waktu,

d) Besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri,

e) Produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal

pinjaman maupun modal sendiri.

3. Cara Mengukur Profitabilitas

Rasio profitabilitas (profitability ratio) (Van Horne et al, 2005:222-224)

terdiri atas dua jenis rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya

dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya

dengan investasi. Bersama sama, rasio rasio ini akan menunjukkan efektivitas

operasional keseluruhan perusahaan.

(1) Profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan. Yaitu adalah margin laba

kotor :

5
Penjualan bersih Harga pokok penjualan

Penjualan bersih

(2) Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi. Kelompok kedua rasio

profitabilitas menghubungkan laba dengan investasi. Salah satu

pengukurannya adalah dengan tingkat pengembalian atas investasi (return

on investment ROI), atau tingkat pengembalian atas aktiva (return on

asset ROA) :

Laba Bersih Setelah Pajak

Total Aktiva

B. LEVERAGE

1. Pengertian Leverage

Leverage dalam pengertian bisnis mengacu pada penggunaan asset dan

sumber dana (sources of funds) oleh perusahaan di mana dalam penggunaan asset

atau dana tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap atau beban tetap.

Penggunaan asset (aktiva) atau dana tersebut pada akhirnya dimaksudkan untuk

meningkatkan keuntungan potensial bagi pemegang saham. Dalam perusahaan

dikenal dua macam leverage, yaitu leverage operasi (operating leverage) dan

leverage keuangan (financial leverage). Penggunaan kedua leverage ini dengan

tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya asset dan

sumber dananya. Dengan demikian penggunaan leverage akan meningkatkan

keuntungan bagi pemegang saham. Sebaliknya leverage juga dapat meningkatkan

6
risiko keuntungan. Jika perusahaan mendapat keuntungan yang lebih rendah dari

biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan

pemegang saham (Martono dan Agus, 2007:295)

Leverage keuangan adalah suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh

mana hutang dan saham preferen digunakan dalam struktur modal perusahaan.

Leverage perusahaan akan mempengaruhi laba per lembar saham, tingkat risiko

dan harga saham. (Dewi, 2004:138)

Rasio Leverage (utang) keuangan. Rasio utang terhadap ekuitas. Agar

dapat menilai sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang dipinjam, kita

dapat menggunakan beberapa rasio utang (debt ratio) yang berbeda. Rasio utang

terhadap ekuitas (debt-to-equity ratio) dihitung hanya membagi total utang

perusahaan (termasuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas pemegang

saham. (Van Horne et al, 2005:208-209).

Rasio Leverage, yaitu rasio untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva

perusahaan dibiayai dari utang. Dengan mengetahui leverage ratio akan dapat

dinilai tentang : (a) posisi perusahaan terhadap seluruh kewajibannya kepada

pihak lain; (b) kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat

tetap; (c) keseimbangan antara nilai aktiva tetap dengan modal. (Jumingan,

2006:227)

Leverage ratio atau rasio pengungkit digunakan untuk menjelaskan

penggunaan utang untuk membiayai sebagian daripada aktiva korporasi.

Pembiayaan dengan utang mempunyai pengaruh bagi korporasi karena utang

mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan korporasi dalam membayar

7
bunga atas utang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang dapat berakhir

dengan kebangkrutan korporasi. Tetapi penggunaan utang juga memberikan

subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan pemegang saham. Oleh

karena itu, penggunaan utang harus menyeimbangkan antara keuntungan dan

kerugiannya.

Ada beberapa macam leverage, diantaranya adalah :

(1) Operating Leverage

Operating leverage adalah untuk mengukur risiko operasional dan

peningkatannya dibandingkan biaya tetap operasional.

(2) Financial Leverage

Financial leverage adalah pengukuran rasio dan peningkatan apabila

dibandingkan dari biaya keuangan atau tingkat bunga (interest rate). Salah

satu cara untuk menentukan FL adalah bagaimana earning per share (EPS)

dipengaruhi oleh perubahan earning before interest and tax (EBIT).

(Tampubolon, 2005:37)

2. Cara Mengukur Leverage

Debt to equity ratio, yaitu rasio antara total utang dengan modal sendiri.

Rasio ini menunjukkan beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri

yang dijadikan jaminan utang. Bagi perusahaan makin besar rasio ini akan

semakin menguntungkan, tetapi bagi pihak bank makin besar rasio ini berarti akan

semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan perusahaan yang mungkin

terjadi. (Jumingan, 2006:227).

8
DER secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

DER = Total Utang

Ekuitas / Modal

C. Dividen Payout Ratio

1. Pengertian Dividen

Dividen merupakan distribusi laba kepada para pemegang saham dalam

berbagai bentuk. Ada beberapa perusahaan membayar dividen sebesar sama

dengan laba ditahan yang tersedia untuk keperluan tersebut, alasannya adalah

sebagai berikut : a) ada perjanjian dengan kreditor tertentu, b) ada persyaratan

dalam perundang undangan, c) ada keinginan untuk mempertahankan aktiva

untuk ekspansi, dan d) ada keinginan melakukan pembayaran dividen merata.

(Wibowo dan Abubakar, 2009:61).

2. Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau

menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan. Kebijakan dividen

yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang menciptakan

keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang

sehingga memaksimumkan harga saham. Bila pimpinan perusahaan melihat

adanya banyak peluang untuk pengembangan perusahaan, maka pimpinan akan

cenderung menahan labanya untuk pembiayaan rencana pengembangan. (Dewi,

2004:145)

9
Tiga pandangan dasar dalam kebijakan deviden :

(1) Kebijakan Deviden Tidak Relevan

Banyak kontroversi tentang masalah deviden didasarkan pada

ketidaksepakatan di antara komunitas akademis dan profesional. Sebagian

praktisi yang berpengalaman berpandangan bahwa harga saham berubah

akibat pengumuman deviden, sehingga deviden dipandang penting.

Banyak orang dari kalangan akademis yakni para profesor keuangan

yang berpendapat bahwa deviden tidak penting melihat kekacauan

permasalahan akibat tidak hati hatinya pendefinisian apa yang disebut

kebijakan deviden. Mereka berpendapat bahwa hubungan deviden dan

harga saham hanya ilusi.

(2) Deviden Yang Tinggi Meningkatkan Harga Saham

Keyakinan bahwa kebijakan deviden tidak penting secara implisit

mengasumsikan bahwa investor harus menggunakan tingkat

pengembalian yang sama entah pendapatan dari capital gain atau melalui

deviden. Namun, deviden lebih mudah diramalkan ketimbang capital

gain. Manajemen dapat mengontrol deviden, namun tidak bisa mengontrol

harga saham.

(3) Deviden Yang Rendah Meningkatkan Harga Saham

Pandangan ketiga tentang pengaruh deviden terhadap harga saham

menyatakan bahwa deviden sebenarnya merugikan nvestor. Argumen ini

umumnya berdasarkan perbedaan perlakuan pajak untuk pendapatan

10
deviden dan capital gain yang kerap berubah. (Keown et al, 2010:202-

206)

3. Bentuk Dividen

Pembagian dividen umumnya didasarkan atas akumulasi laba (yaitu laba

ditahan) atau atas beberapapos modal lainnya seperti tambahan modal disetor.

Dividen memiliki jenis sebagai berikut :

(a) Dividen Tunai

Dewan direksi melakukan pemungutan suara untuk mengumumkan

dividend tunai (cash dividend), dan jika hasilnya disetujui, maka dividen

segera diumumkan. Sebelum dividen dibayarkan, daftar pemegang saham

terakhir harus disiapkan. Karena itu, biasanya terdapat tenggang waktu

antara saaat pengumuman dan pembayaran.

(b) Dividen Properti

Hutang dividen dalam bentuk aktiva perusahaan selain kas disebut

sebagai dividend properti atau dividend in kind. Dividen properti dapat

berupa barang dagang, real estat, atau investasi, atau bentuk lainnya yang

dirancang oleh dewan direksi.

(c) Dividen Likuidasi

Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan kadang kadang disebut

sebagai dividen likuidasi (liquidating dividends), yang menyiratkan

bahwa dividen ini merupakan pengembalian dari investasi pemegang

saham dan bukan dari laba.

11
(d) Dividen Saham

Dividen saham (stock dividend) merupakan penerbitan oleh suatu

perseroan atas saham miliknya sendiri kepada pemegang saham atas dasar

prorata. (Kieso et al, 2008:321-325)

4. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Faktor faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah

 Posisi kas atau likuiditas perusahaan.

 Kebutuhan pembayaran kembali utang perusahaan.

 Tingkat ekspansi yang tinggi memerlukan dana yang besar, sehingga laba

yang diperoleh lebih baik ditahan.

 Akses perusahaan di pasar modal.

 Posisi pemegang saham dalam kelompok pajak. Jika pemegang saham

termasuk dalam kelompok pembayar pajak besar, mereka akan lebih suka

mempertahankan payout ratio yang rendah. Keputusan pemberian

dividend dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), yang

diumumkan pada media masa. (Agnes, 2004:193).

5. Tipe Tipe Kebijakan Dividen

Ada 3 jenis kebijakan pembayaran dividen yang biasa dilakukan oleh perusahaan,

yaitu :

12
(a) Stable amount per share : dividen diberikan dalam nilai rupiah yang relatif

stabil per sahamnya. Alasan untuk memberikan dividen yang stabil

adalah :

- Dividen yang berfluktuasi lebih berisiko daripada dividen yang stabil,

karena itu tingkat diskonto yang lebih rendah akan diterapkan pada

dividen yang stabil sehingga nilai saham lebih tinggi.

- Pemegang saham yang mengharapkan pendapatan dari penerimaan

dividen akan lebih suka untuk menerima dividen dalam jumlah yang

stabil.

- Persyaratan listing saham mensyaratkan dividen yang stabil dan tidak

terputus.

(b) Constant Payout Ratio : dividen atas dasar persentase tetap dari laba

bersih perusahaan.

(c) Low Regular Dividend plus Extra : tingkat dividen yang relatif rendah

tetapi sudah pasti jumlahnya ditambah suatu ekstra, yang besarnya

disesuaikan dengan tingkat keuntungan perusahaan. (Agnes, 2004:138)

6. Prosedur Pembayaran Deviden

Setelah kebijakan deviden distrukturkan, beberapa detail prosedur harus

diatur :

(1) Tanggal deklarasi

Tanggal ketika deviden secara resmi dinyatakan oleh dewan direktur.

(2) Tanggal pencatatan

13
Tanggal ketika buku transfer saham ditutup untuk menentukan investor

mana yang akan menerima pembayaran deviden berikutnya.

(3) Tanggal eks-deviden

Tanggal ketika perusahaan pialang saham harus secara seragam

memutuskan untuk menghentikan hak kepemilikan atas deviden itu, yakni

dua hari kerja sebelum tanggal pencatatan.

(4) Tanggal pembayaran

Tanggal ketika perusahaan mengirimkan cek deviden ke masing masing

investor. (Keown et al, 2010:219).

7. Cara Menghitung Dividend Payout Ratio

Dalam Fira Puspita (2009) Penelitian ini, dividend payout ratio dapat

diukur dengan rumus sebagai berikut :

DPR (Y) = DPS

EPS

dimana :

DPS = Dividend per lembar saham

EPS = Laba per lembar saham

D. Hasil Peneliti Terdahulu

Penelitian terdahulu tentang kebijakan dividen yang telah dilakukan beberapa

diantaranya adalah :

14
1. Sutrisno (2001) dengan judul penelitian Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Dividen Payout Ratio pada perusahaan Publik di

Indonesia. Penelitian ini menggunakan 148 perusahaan sebagai sampel.

Variabel penelitian yang digunakan adalah Cash Position, Growth

Potential, Firm Size, Debt to Equity Ratio, Profitability. Dari hasil

pengujian tersebut diperoleh hasil yang berpengaruh secara signifikan

terhadap Dividen Payout Ratio adalah variabel Cash Position dan DER.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Clara Danica (2009), yang berjudul

Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return On

Asset Terhadap Dividen Payout Ratio. Penelitian ini menggunakan 142

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2004 2007

sebagai sampel. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah Cash

Position, Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Dividend Payout

Ratio. Hasil pengujiannya adalah variabel Cash Position dan Return On

Asset berpengaruh positif terhadap Dividen Payout Ratio, sedangkan Debt

to Equity Ratio tidak berpengaruh.

3. Michell Suherli dan Sofyan S. Harahap (2004) meneliti faktor yang

mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan yang listing di BEJ

dengan variabel likuiditas, Firm Size, Growth, Stock Price, Investment dan

Capital Structure sebagai variabel independen. Hasilnya menunjukkan

bahwa likuiditas dan Firm Size yang mempengaruhi penentuan jumlah

kebijakan dividen.

15
4. Penelitian yang dilakukan oleh Fira Puspita (2009) dengan judul Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio

(Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2005 2007). Penelitian ini menggunakan 78 perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005 2007 sebagai sampel.

Variabel penelitian yang digunakan adalah Cash Ratio, Growth, Firm Size,

ROA, DTA, DER dan DPR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Cash

Ratio, Growth, Firm Size dan ROA secara signifikan berpengaruh positif

terhadap DPR. Growth secara signifikan berpengaruh negatif terhadap

DPR. Sedangkan DTA dan DER tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap DPR.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Sulistiyowati et al (2010) dengan

judul Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Growth Terhadap Kebijakan

Dividen dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel

Intervening. Penelitian ini menggunakan 37 perusahaan yang masuk

dalam pemeringkatan Corporate Governance Perception Index dan

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel penelitian yang digunakan

adalah ROA, DER, Growth, Good Corporate Governance dan Dividend

Payout Ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas yang

diukur dengan ROA secara statistik tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kebijakan dividen. Leverage yang diukur dengan DER

secara statistik tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kebijakan dividen. Growth secara statistik tidak mempunyai pengaruh

16
yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Profitabilitas secara statistik

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap good corporate

governance. Leverage secara statistik tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap good corporate governance. Growth secara statistik

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap good corporate

governance. Tidak adanya pengaruh profitabilitas, leverage dan growth

terhadap kebijakan dividen dengan good corporate governance sebagai

variabel intervening.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Rudolf Panjaitan (2010) dengan judul

Pengaruh Rasio Keuangan, Investasi dan Risiko Perusahaan Terhadap

Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek

Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Financial Leverage,

Current Ratio, Return On Investment, Investasi dan Risiko Perusahaan

mempunyai pengaruh signifikan secara bersama sama terhadap Dividend

Payout Ratio.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Indri Ekaningrum F (2007) yang berjudul

Determinan Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Perusahaan

Manufaktur di Indonesia. Penelitian ini menggunakan 731 perusahaan

yang terdaftar pada Jakarta Stock Exchange tahun 2001 2005. Variabel

yang digunakan dalam penelitian adalah Dividend Payout Ratio, Financial

Leverage, Investasi, Liquidity, Profitability, Size, Variability of Earnings.

Hasil penelitiannya adalah untuk perusahaan perusahaan manufaktur di

Indonesia, financial leverage mempunyai pengaruh yang negatif dan

17
signifikan terhadap dividend payout ratio, dan size memiliki pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio.

8. Penelitian yang dilakukan oleh Rini Dwiyani Hadiwidjaja et al (2008)

yang berjudul Pengaruh Profitabilitas Terhadap Dividend Payout Ratio

Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Penelitian ini menggunakan

30 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2001 2006

sebagai sampel. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah Cash

Ratio, Net Profit Margin, Return On Investment dan Dividend Payout

Ratio. Hasil dari penelitiannya adalah Cash Ratio memiliki pengaruh

negatif namun tidak signifikan terhadap Dividen Payout Ratio. Net Profit

Margin berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Dividend

Payout Ratio. Return On Investment berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Dividend Payout Ratio.

9. Penelitian yang dilakukan oleh Tita Deitiana (2009) yang berjudul Faktor

Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas.

Penelitian ini menggunakan 21 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia selama periode 2003 2007 sebagai sampel. Variabel yang

digunakan dalam penelitian adalah Earning Per Share, Price Earnings

Ratio, Return On Asset, Current Ratio, Net Profit Margin, Inventory

Turnover, Return On Equity dan Dividend Payout Ratio. Hasil dari

penelitian adalah tidak terdapat pengaruh yang signifikan Debt to Equity

Ratio terhadap Dividend Payout Ratio. Terdapat pengaruh yang signifikan

Earnings Per Share terhadap Dividend Payout Ratio. Terdapat pengaruh

18
yang signifikan Price Earnings Ratio terhadap Dividend Payout Ratio.

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Return On Asset terhadap

Dividend Payout Ratio. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Current

Ratio terhadap Dividend Payout Ratio. Tidak terdapat pengaruh yang

signifikan Net Profit Margin terhadap Dividend Payout Ratio. Tidak

terdapat pengaruh yang signifikan Inventory Turnover terhadap Dividend

Payout Ratio. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Return On Equity

terhadap Dividend Payout Ratio.

E. Kerangka Teori

Dengan melihat dari dasar teori yang telah diuraikan sebelumnya dan

penelitian penelitian terdahulu, maka variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut : profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan dan

dividend payout ratio. Sehingga, kerangka teori dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

19
Gambar 2.1

Bagan Pengaruh Variabel Profitabilitas dan Leverage Terhadap Dividend

Payout Ratio

Profitabilitas
(ROA) Dividend Payout
Ratio
(DPR)

Leverag
e
(DER)

Sumber : Model oleh penulis, 2012

20

Anda mungkin juga menyukai