Anda di halaman 1dari 9

BAB I

ASUHAN KEPERAWATAN
MUNTAH PADA ANAK

1.1. Pendahuluan
Muntah pada anak sering menimbulkan kecemasan pada orang tua, bahkan
menjadi menakutkan bila muntah disertai darah (hematemesis). Orang tua akan segera
mencari pertolongan dokter bila mengalami hal ini. Muntah dapat sebagai awal penyakit
saluran cerna atau diluar saluran cerna baik berupa infeksi, inflamasi atau kelainan
anatomi. Peningkatan tekanan intracranial dapat bermanifestasi awal berupa muntah,
begitu juga adanya infeksi sitemik dapat menimbulkna muntah. Tidak semua obat anti
muntah dapat diberikan kepada setiap anak karena penanganannya ditujukan kepada
penyebab muntah sendiri.

1.2. Defenisi
Muntah difenisikan sebagai keluarnya isi lambung sampai ke mulut dengan
paksa atau dengan kekuatan. Mual dan muntah merupakan gejala yang umum dari
gangguan fungsional saluran cerna, keduanya berfungsi sebagai perlindungan melawan
toksin yang tidak sengaja tertelan. Muntah dapat merupakan usaha mengeluarkan racun
dari saluran cerna atas seperti halnya diare pada saluran cerna bawah 3
(neurogastrenterologi). Mual adalah suatu respon yang berasal dari respon penolakan
yang dapat ditimbulkan oleh rasa, cahaya, atau penciuman.

1.3. Patofisiologi
Kemampuan untuk memuntahkan merupakan suatu keuntungan karena
memungkinkan pengeluaran toksin dari lambung. Muntah terjadi bila terdapat
rangsangan pada pusat muntah (Vomiting Centre), suatu pusat kendali di medulla
berdekatan dengan pusat pernapasan atau Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area
postrema pada lantai ventrikel keempat Susunan Saraf. Koordinasi pusat muntah dapat
diransang melalui berbagai jaras. Muntah dapat terjadi karena tekanan psikologis
melalui jaras yang kortek serebri dan system limbic menuju pusat muntah (VC).
Pencegahan muntah mungkin dapat melalui mekanisme ini:
1. Muntah terjadi jika pusat muntah terangsang melalui vestibular atau sistim
vestibuloserebella dari labirint di dalam telinga.
2. Rangsangan bahan kimia melalui darah atau cairan otak (LCS ) akan terdeteksi
oleh CTZ.
Mekanisme ini menjadi target dari banyak obat anti emetik. Nervus vagal dan
visceral merupakan jaras keempat yang dapat menstimulasi muntah melalui iritasi

1
saluran cerna disertai saluran cerna dan pengosongan lambung yang lambat. Sekali
pusat muntah terangsang maka cascade ini akan berjalan dan akan menyebabkan
timbulnya muntah.
Muntah merupakan perilaku yang komplek, dimana pada manusia muntah
terdiri dari 3 aktivitas yang terkait, nausea (mual), retching dan pengeluaran isi
lambung. Ada 2 regio anatomi di medulla yang mengontrol muntah, yaitu:
1. Chemoreceptor trigger zone (CTZ).
2. central vomiting centre(CVC).
CTZ yang terletak di area postrema pada dasar ujung caudal ventrikel IV di
luar blood brain barrier (sawar otak). Reseptor didaerah ini diaktivasi oleh bahan-bahan
proemetik di dalam sirkulasi darah atau di cairan cerebrospinal (CSF). Eferen dari CTZ
dikirim ke CVC selanjutnya terjadi serangkaian kejadian yang dimulai melalui vagal
eferan spanchnic. CVC terletak dinukleus tractus solitarius dan disekitar formation
retikularis medulla tepat dibawah CTZ. CTZ mengandung reseptor reseptor untuk
bermacam-macam sinyal neuroaktif yang dapat menyebabkan muntah. Reseptor untuk
dopamine titik tangkap kerja dari apomorphine acethylcholine, vasopressine,
enkephalin, angiotensin, insulin, endhorphine, substance P, dan mediator-mediator yang
lain. Mediator adenosine cyclic monophosphate (cyclic AMP) mungkin terlibat dalam
respon eksitasi untuk semua peptide. Stimulator oleh theophyline dapat menghambat
aktivitas proemetik dari bahan neuropeptic tersebut.
Emesis sebagai respons terhadap gastrointestinal iritan misalnya sopper,
radiasi abdomen, dilatasi gastrointestinal adalah sebagai akibat dari signal aferan vagal
ke central patter generator yang dipicu oleh pelepasan local mediator inflamasi, dari
mukosa yang rusak, dengan pelepasan sekunder neurotransmitters eksitasi yang paling
penting adalah serotonin dari sel entrochromaffin mukosa. Pada mabuk (motion
sickness), signal aferen ke central patter generator berasal dari organ vestibular, visual
cortex, dan cortical centre yang lebih tinggi sabagai sensory input yang terintegrasi
lebih penting dari pada aferen dari gastrointestinal4. Rangsangan muntah berasal dari
gastrointestinal, vestibule ocular, aferen cortical yang lebih tinggi, yang menuju CVC
dan kemudian dilmulai nausea, retching, ekpulsi isi lambung. Gejala gastrointestinal
meliputi peristaltik, salvias, takhipnea, tachikardia.

1.4. Pendekatan Diagnosis


Pendekatan muntah pada anak merupakan problem yang sulit, diagnosa
banding bukan hanya menyangkut masalah gastrointestinal tetapi juga masalah
emergensi pada anak. Muntah terus menerus dapat menyebabkan komplikasi dehidrasi,
gangguan elektrolit, robekan Mallory Wiess, aspirasi cairan lambung. Penyebab muntah
pada anak sangat bervariasi dan tergantung usia. Beberapa keadaan dapat sebagai
pencetus terjadinya muntah seperti infeksi, iritasi makanan, trauma, alergi, gangguan

2
pada pendengaran seperti dizziness dan motin sickes, kelainan pada saraf seperti trauma
dan infeksi.

1.5. Usia
Muntah pada neonatal atau sering disebabkan kelainan struktural saluran cerna,
penyakit metabolisme bawaan dan sekunder terhadap efek penghentian obat ibu
ketergantuangan obat sewaktu hamil. Anamnesa yang komplek selama hamil seperti
riwayat pemakaian obat sewaktu hamil, riwayat kehamilan sebelumnya dan keguguran,
persalinan dan periode setelah melahirkan. Beberapa Keadaan muncul pada umur
tertentu seperti stenosis pylorus pada umur 2 8 minggu, invaginasi pada 3-18 bulan,
apedistis jarang sebelum umur 12 bulan. Pada anak lebih besar Keadaan lain seperti
gastroenteritis, otitis media dan infeksi saluran nafas akut lebih sering.

1.6. Diet
Alergi makanan, sering merupakan alergi susu sapi terutama pada bayi yang
tidak dapat ASI. Penyakit seliak terjadi apabila terpapar cukup lama oleh protein
gandum dalam diet. Penyakit defisiensi enzim seperti fruktosemia atau galoktosmia
muncul bila telah diberikan gula dalam diet.

Tabel 1. Diagnosis Banding muntah pada bayi


Common Rare
Anatomic obstruction Adrenogenital syndrome
Brain tumor (increased intracranial pressure
Gastroenteritis
)
Gastroesophageal reflux Food poisoning
Overfeeding Inborn error of metabolism
Systemic infection Renal tubular acidosis
Rumination
Subdural hemorrhage

Tabel 2 Diagnosis Banding muntah pada anak dan Remaja.11


Child Adolescent
Common

3
Gastroenteritis Gastroentieritis
Systemic infection Syatemic infection
Toxic ingestion Toxic ingestion
Pertussis syndrome Inflammatory bowel disease
Medication Appendicitid
Migraine
Pregnancy
Medication
Ipecac abuse/bulimia
Rare
Reye syndrome Reye syndrome
Hepatitis Hepatitis
Peptic ulcer Peptic ulcer
Pancreatitis Pancratitis
Increased intracranial pressure Increased intracranial pressure
Middle ear disease Middle ear disease
Chemotherapy Chemotherapy
Achalasia Cyclic vomiting
Cyclic vomiting Biliary colic
Esophageal stricture Renal colic
Duodental hematoma
Inbern error of metabolism

1.7. Warna Muntah


Muntah yang berisi cairan empedu mungkin menandakan adanya sumbatan
pada bagian dibawah duodenum, hematemesis merupakan kelainan pada mukosa
esophagus, lambung dan duoedenum.
General Causes of Vomiting
Nonbilious
Infectious/inflammatory
Metabolic/endocrinologic
Neurologic
Psychological
Obstructive lesion
Billious
Distal obstructive lesion

Onset dan lamanya muntah :


Onset akut dan sebentar menandakan penyakit sementara, jika muntah berlangsung lama
dan berulang menandakan penyakit kronik apalagi disertai gagal tumbuh.

1.8. Gejala lain yang bersamaan


Gastroenteritis akut merupakan penyebab muntah yang sering pada anak,
biasanya bersamaan dengan diare dan sakit perut, penyebab tersering adalah infeksi
virus, dan bahteri pathogen, tetapi tinja yang lembek dapat ditemukan pada keadaan
infeksi saluran kencing. Darah dan lendir dari dubur bisa merupakan invsginasi. Gejala

4
neurology seperti sakit kepala, kebingungan dan keterlambatan perkembangan
merupakan kelainan primer pada saraf pusat.
Labirintitis dan pankreatitit merupakan dua penyebab muntah karena infeksi.
Dizzines biasanya berhubungan dengan labirititis dan sakit perut disertai pankreatitis.
Inflamasi pada saluran cerna seperti pada inflammatory bowel disease juga
menimbulkan muntah yang berhubungan dengan gangguan motilitas , ristaltik dan
pengosongan lambung. Kelainan metabolisme pada bayi sering disertai muntah pada
awal kehidupan. Muntah biasanya disertai dengan letargy, hipo atau hipertonia, kejang
dan koma. Beberapa menyakit kelainan metaboslisme yang berhubungan dengan
muntah dapat dilihat pada table 4.

TABLE 4. Inborn Errors of Metabolism Associated With Vomiting


Carbohydrate Metabolism Defects Lysosomal Storage Discases
Glycogen storage disease II Mucopolysaccharidoses
( Pompe disease ) Mucolipidoses
Galactosemia Niemann-Pick disease
Hereditary fructose intolerance Wolman disease
Pyruvate carboxylase deficiency Peroxisomal Disorders
Pyruvate dehydrogenase Zellwager disease
Complex deficiency Adrenal leukodystrophy
Amino Acid / Organic acid Fatty Acid Axidation Dissorders
Metabolism Defects Carnitine deficiency syndromes
Urea cycle defects MCAD,LCAD
Phenylketonuria
Maple syrup urine disease
Propionic academia
Glutaric acidemia
Isovaleric acidemia
Tyrosinemia type I

Muntah terjadi pada Keadaan kelainan neurology yang melibatkan peningkatan


tekanan intracranial (table 5)

TABEL 5. Neurologi Conditions Associated With Vomiting


Structural Infectious Toxic
Hydrocephalus Congenital infections Kernicterus
Congenital malformations Encephalitis and meningitis Acidosis and other
Intracranial hemorrhage Metabolic
Intacranial mass lesions By products
Tingkah laku atau psikologis dapat meyebabkan timbulnya konstipasi dan
merupakan problem pada anak. Ruminasi merupakan gangguan tingkah laku berupa
kebiasaan menstimulasi diri sendiri untuk mengeluarkan kembali makanan ke mulut
sehingga si anak mencapai kepuasan. Ruminsai ini sering pada anak lebih besar
terutama dengan retardasi mental berat. Bulimia sering pada anak umur belasan dengan
makan sebanyak banyaknya kemudian merangsang diri sendiri supaya terjadi
muntah.1,3,6

5
TABEL 6. Physical Conditions of the Gastrointestinal Track That Cause
Nonbilious Vomiting
Structural Disorders of Motility
Foreign body Peptic disease
Esophageal/gastric atresia Achalsia
Esophageal/gastric stenosis Ileus
Stricture Scleroderma
Duplication/diverticulum/ Gastroparesis
Choledochal cyst Appendicitis
Pyloric stenosis Pseudo-obstruction
Annual pancreas
Web

TABEL 7. Conditions That Can Cause Bilious Vomiting in Children


Intestinal atresia and stenosis Compressing or obstructing mass
lesion
Malrotation with or without Superior mesenteric artery syndrome
Volvulus Appendicitis
Ileus from any cause Peritoneal adhesions
Intussusception Pseudo-obstruction
Intestinal duplication Incarcerated inguinal hernia

1.9. Tanda dan Gejala


Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah, yaitu :
a. Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai
dengan sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi akibat sejumlah
bahan yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah kadang menetap setelah
pemberian makanan pertama kali.
b. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak,
tidak secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap biasanya
terjadi sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
c. Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak berwarna kehijauan
merupakan tanda adanya stenosis pylorus.
d. Peningkatan tekanan intrakranial dan alergi susu.
e. Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena tehnik pemberian
makanan yang salah atau pada faktor psikososial.

1.10. Sifat Muntah

6
a. Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan obstruksi esophagus.
b. Muntah proyektil kemungkinan stenosis pylorus (pelepasan lambung ke
duodenum).
c. Muntah hijau (empedu) kemungkinan obstruksi otot halus, umumnya timbul
pada beberapa hari pertama, sering menetap, biasanya tidak proyektil.
d. Muntah hijau kekuningan kemungkinan obsruksi dibawah muara saluran
empedu.
e. Muntah segera lahir dan menetap kemungkinan tekanan intrakranial tinggi
atau obstruksi usus.

1.11. Pencegahan
a. Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan
frekuensi agak sering.
b. Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI,
sendawakan setiap kali akan berpindah ke payudara lainnya.
c. Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30
menit setelah disusui.
d. Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
e. ika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar.

1.12. Penatalaksanaan
a. Cepat miringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakang seperti disendawakan
atau ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke saluran napas yang
dapat menyumbat dan berakibat fatal.
b. Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir.
Bersihkan saja segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila dari hidung
masuk lagi terisap ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru-paru dan
menyumbat jalan napas. Jika ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa
dilakukan tindakan apa-apa, kecuali membawanya segera ke dokter untuk
ditangani lebih lanjut.

1.13.8. Komplikasi
a. Kehilangan cairan tubuh/elektronik sehingga dapat menyebabkan dehidrasi
dan alkaliosis.
b. Karena tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis.
c. Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjantan
(shock).
d. Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot dinding perut,
pendarahan konjungtiva, rupture esofagus, infeksi mediastinum, aspirasi
muntah, jahitan bisa terlepas pada penderita pasca operasi dan timbul
pendarahan.

7
1.14. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
a. Darah lengkap
b. Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
c. Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi
atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
d. Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai
gastroenteritis atau infeksi parasit.

1.15. Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : mual, muntah.
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan yang lalu
Riwayat kesehatan keluarga
c. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital sign
Tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa mulut kering, kelopak
mata cekung, produksi urine berkurang).
Tanda- tanda shock
Penurunan berat badan
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : analisis urine dan darah
Foto polos abdomen meupun dengan kontras
USG
2. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul
a. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
b. Ketidak seimbangn nutrisi kurang dari kebutuhan b/d gangguan absorbsi
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan b/d hipovolemia
d. Resiko kerusakan integritas kulit b/d gangguan status metabolic
e. Cemas b/d perubahan status kesehatan

3. Intervensi
DX. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam
perjadi peningkatan keseimbangan cairan
Kriteria Hasil : Mempertahankan urine output sesuai dengan umur
Tanda tanda vital dalam batas normal
Tidak ada tanda tanda dehidrasi
Turgor kulit baik
Intervensi
a. Observasi intake dan output cairan
Rasionalisasi: mengetahui adanya dehidrasi pada klien
8
b. Monitor tanda-tanda vital
Rasionalisasi: mengetahui perkembangan klien lebih lanjut
c. Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi
Rasionalisasi: mengetahui keadaan dan penanganan lebih lanjut
d. Motivasi keluarga untuk membantu pasien minum
Rasionalisasi: memenuhi kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh
e. Kolaborasi pemberian cairan iv dan anti diare
Rasionalisasi: menggantikan cairan yang terbuang

DX. Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d gangguan absorbsi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam
tidak terjadi kekurangan nutrisi
Kriteria Hasil : berat badan ideal sesuai dengan usia
tidak ada penurunan berat badan yang berarti
Intervensi
a. Kaji keadaan umum klien
Rasionalisasi: mengetahui keadaan umum klien
b. Monitor adanya mual dan muntah
Rasionalisasi: mual muntah sebagai penyebab nutrisi yang kurang
c. Monitor berat badan klien setiap hari
Rasionalisasi: memantau peningkatan kebutuhan nutisi dalam tubuh
d. Beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering
Rasionalisasi: memenuhi kebutuhan nutrisi klien
e. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit
Rasionalisasi: diit yang tepat dapat mempercepat penyembuhan klien

Anda mungkin juga menyukai