Teori Hipertensi
Teori Hipertensi
HIPERTENSI
Disusun Oleh:
dr. Henny Khairani Lubis
Pembimbing:
dr. Evi H Damanik
dr. Vincent Mak
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan hidayah-Nya sehingga laporan kasus ini dapat saya selesaikan tepat
pada waktunya.
Pada laporan kasus ini saya menyajikan kasus mengenai hipertensi
emergensi. Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi
tugas Internsip di RSUD Pandan
Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan pula terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Evi Damanik dan dr. Vincent atas kesediaan beliau
sebagai pembimbing saya dalam penulisan laporan kasus ini. Besar harapan saya,
melalui laporan ini, pengetahuan dan pemahaman kita mengenai hipertensi
emergensi semakin bertambah.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih belum
sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan laporan kasus ini. Atas bantuan dan segala dukungan
dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima
kasih. Semoga laporan kasus ini dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang kesehatan.
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
ii
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................
iii
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Faktor risiko hipertensi antara lain adalah: faktor genetik, umur, jenis kelamin,
etnis, stress, obesitas, asupan garam, dan kebiasaan merokok. Hipertensi bersifat
diturunkan atau bersifat genetik. Individu dengan riwayat keluarga hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Insidensi hipertensi
meningkat seiring dengan pertambahan usia, dan pria memiliki risiko lebih tinggi
untuk menderita hipertensi lebih awal. Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang
berkulit hitam daripada yang berkulit putih. Obesitas dapat meningkatkan
kejadian hipertensi. Hal ini disebabkan lemak dapat menimbulkan sumbatan pada
pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Asupan garam yang
1
tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang
secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah. Kebiasaan merokok
berpengaruh dalam meningkatkan risiko hipertensi walaupun mekanisme
timbulnya hipertensi belum diketahui secara pasti.2,9,10
1.3. Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis
dan pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami mengenai tatalaksana awal
pada penderita hipertensi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan
spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset
menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung
2
tegak atau terlentang paling sedikit selama 5 menit sampai 30 menit setelah
merokok atau minum kopi.11,12
2.2 Epidemiologi
3
dan wanita didapatkan wanita lebih banyak menderita hipertensi yaitu sebesar
58,02% dan pria sebesar 41,98%.15
2.3 Etiologi
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.
Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini
disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan
oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat
tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling
umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati.
Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko
yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.16
a. Faktor genetik
b. Umur
4
kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur
sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat
sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung
menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan
fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan
aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor
pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal
juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi
glomerulus menurun.18
c. Jenis kelamin
d. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada
yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti
penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang
lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar.11
e. Obesitas
5
Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan
hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu
terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis
dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan
konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik
potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan
tekanan darah secara terus menerus.18
2 Kerang gelas
6
4 Biskuit 4 buah besar
6 Kecap -
7 Tauco -
9 Sosis potong
11 Air kaldu -
13 Mentega -
14 Udang -
15 Sarden kaleng -
16 Kornet -
17 Kacang goreng -
g. Merokok
7
h. Tipe kepribadian
2.4 Klasifikasi
(mmHg) (mmHg)
2.5 Patofisiologi
8
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon,
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.17
Renin
Angiotensin I
Angiotensin II
9
Urin sedikit pekat & osmolaritas eksresi NaCl
(garam) dengan
mereabsorpsinya di
tubulus ginjal
10
Lingkungan hereditas
Pre-Hipertensi
Hipertensi dini
Hipertensi menetap
2.6 Komplikasi
11
Angina pectoris
Ensefalopati hipertensif
Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih
dari 50 tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu
dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali. 13
2.7 Penatalaksanaan
- Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu berisiko
tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah
adalah <130/80 mmHg.
12
- Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
- Menghambat laju penyakit ginjal.
a. Non Farmakologis
13
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1. Anamnesis
Identitas Pribadi
Nama : An. TM
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 48 tahun
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Kristen
Alamat : Kolang
Tanggal Masuk : 23 Maret 2016
14
Telaah : Hal ini dialami os sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. Nyeri kepala (+) nyeri timbul secara tiba-tiba, bersifat
hilang timbul. Os juga mengeluhkan adanya mual &
muntah. Dengan frekuensi >3 x/ hari. Os mengeluhkan
nafsu makan menurun dan tidak bisa tidur dalam 2 hari ini.
Adanya stresor psikososial disangkal pasien. Sesak nafas (-)
batuk (-), demam (-), BAB dan BAK (+) normal.
15
3.3. Diagnosis Kerja : Krisis Hipertensi
3.4. Anjuran
Darah lengkap, KGDS, LFT, RFT, Lipid Profile, Foto Thoraks, EKG
Pemeriksaan Lab (23 Maret 2016)
Hb/Ht/Leukosit/trombosit : 11,8/35,3/8.400/272.000
KGD adr : 126
SGOT/SGPT : 21/36
Ur/Cr : 24/0,6
Cholesterol : 141
3.5. Penatalaksaaan Awal
- O2 2 4 L/i via nasal canule
- Nifedipine 10 mg sublingual
- IVFD RL cor 1 fls, maintenance 20 gtt/i
- Maintenance antihipertensi: Amlodipine 10mg + candesartane 16 mg +
Furosemid 40mg
- Diet MII rendah garam
3.7. Follow Up
24 Maret 2016
S: Hoyong (+), Nyeri ulu hati (+), mual & muntah (+), tidak bisa tidur (+)
O: Sens :CM
TD : 160/90 mmhg
HR : 86 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 37 C
A: HT Stage I + Dyspepsia
P: IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ranitidine 50 mg/12jam
Domperidone tab 3x10 mg
Candesartan 1x 8 mg
Amlodipine 1x 10 mg
Alprazolam 1x 0,5 mg (malam)
Diet MII Rendah garam
25 Maret 2016
16
S: Hoyong (-),Nyeri ulu hati (+), mual & muntah (+), tidak bisa tidur (+)
O: Sens :CM
TD : 140/80 mmhg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,5 C
A: HT Stage I terkontrol + Dyspepsia
P: Lansoprazole 2x 30 mg
Domperidone tab 3x10 mg
Candesartan 1x 8 mg
Amlodipine 1x 10 mg
Alprazolam 1x 0,5 mg (malam)
Rencana PBJ
DAFTAR PUSTAKA
17
5. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.
18
15. Susalit E, Kapojos EJ, Lubis HR. Hipertensi Primer Dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Edisi III, Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hal.453-470.
19