Anda di halaman 1dari 137

DESAIN DAN PABRIKASI

HELMET INDUSTRI YANG ERGONOMIK

TESIS

Oleh

HASRIN
037015004/TM

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
DESAIN DAN PABRIKASI
HELMET INDUSTRI YANG ERGONOMIK

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik


dalam Program Studi Teknik Mesin
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

HASRIN
037015004/TM

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Judul Tesis : DESAIN DAN PABRIKASI HELMET
INDUSTRI YANG ERGONOMIK
Nama Mahasiswa : Hasrin
Nomor Pokok : 037015004
Program Studi : Teknik Mesin

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)


Ketua

(Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D (Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng)
Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur SPs-USU

(Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME) (Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B.,MSc)

Tanggal lulus: 26 Januari 2008

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Telah Diuji pada
Tanggal: 26 Januari 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME

Anggota : 1. Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D

2. Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng

3. Dr.Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri

4. Ir. Tugiman, MT

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
ABSTRAK

Tesis ini melaporkan hasil desain dan pabrikasi model helm industri dari bahan
komposit polimer GFRP tipe polyester (resin unsaturated), dengan serat E-Glass jenis
Choped Strand Mat. Pada proses pabrikasi helm komposit ini, dengan susunan dua
lapisan serat E-Glass jenis CSM, yang dibentuk mengikuti bentuk cetakan helm
standard AS/NZS 1801 EN 397 SS 98 dengan metode hand lay up. Sistem pencetakan
helmet dilakukan secara terpisah, dan empat sisi dinding helmet dibuat saluran angin.
Hasil pengujian statik diperoleh tegangan maksimum ( max ) = 277 MPa, dan harga
modulus elastisitasnya (E) = 782 MPa, menggunakan alat uji Ht-9502 Computer
Hidrolic Universal Testing Machine. Pengujian ergonomik dilakukan dengan alat
termokopel, hasil pengukuran temperatur udara di dalam dinding helm menunjukkan
sebesar 33,160C, dan berat helm komposit setelah di produksi adalah 365 gram,
menggunakan digital SAUTER D-7470. Untuk pengujian kekuatan helm dengan
beban impak kecepatan tinggi menggunakan alat uji KOMPAK. Pengujian batang
input dilakukan dengan teknik pengukuran dua gage, untuk mengetahui besar respon
tegangan impak pada batang input dengan tekanan 0,4 MPa, pada jarak impak (ID):
60 mm: maka diperoleh respon tegangan ( imp. ) = 362 MPa. Pengujian impak atas
model helm TSA, pada (ID): 60 mm, dan SG.arah: X, diperoleh tegangan impak
( imp. ) = 64,43 MPa, dan tegangan insiden ( c ) = 24,50 MPa. Untuk pengujian
kekuatan model helm [TSA], dengan impak atas, dan variasi jarak impak 40 mm s.d
120 mm, posisi SG. arah: X, diperoleh respon tegangan impak ( imp ) = -10,96 MPa,
dan untuk model helm DSA ( imp ) = -21,61 MPa. Sedangkan untuk model helm
TSA, dengan jarak impak 60 mm, posisi SG. arah: Y, diperoleh respon tegangan
impak ( imp ) = 67,77 MPa, dan tegangan insiden ( c ) = 26,28 MPa. Begitu juga
pada jarak impak 140 mm, diperoleh besar respon tegangan impak ( imp ) = 91,89
MPa, dan tegangan insiden ( c ) = 36,80 MPa. Untuk pengimpakan samping model
helm [TSA] ( imp ) = - 6,61 MPa, dan model helm [DSA] ( imp ) = - 4,24 MPa.
Selanjutnya meredesain model konstruksi helm komposit, untuk mengklarifikasi
kontur, dan ukuran helm dengan menggunakan software solidwork 2005. Desain dan
pabrikasi ini dilakukan di Pusat Riset Impak dan Keretakan Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik USU, Pusat Riset Uji Material Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik UNIMAL Lhokseumawe, dan Politeknik Negeri Lhokseumawe.

Kata kunci : Helm Komposit GFRP, Desain dan Pabrikasi, Ergonomik, Beban Impak.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
ABSTRACT

This thesis reports the result of design and fabrication of industrial helmet model of
composite materials polymer of GFRP type of polyester (unsaturated resin) BTQN
157 EX with fibre of E-Glass ( Chop Strand Mat). At fabrication process of helmet,
this composite was made with formation two fibre coat of CSM and was formed to
follow the contour of anthropometry for human head with helmet moulding standard
AS / NZS 1801 EN 397 SS 98 by using method of hand lay up. Moulding system of
helmet was done separately, and four helmet wall side as wind channels were made.
The result of static test has known the mechanical properties of base material of
helmet, and to know the maximum stress of 277 MP and elasticity modulus price (
E) of 782 MPa were obtained by using apparatuses test Universal Ht-9502 Computer
Hidrolic Testing Machine. The ergonomic testing of helmet by using apparatuses
test of thermocouple, the result showed that the measurement of mean air
temperature in helmet wall was 33.160C, and the weight of composite helmet after
being produced was 365 grams by using digital SAUTER D-7470. For the test of
strength of helmet with load of impact high-speed by using KOMPAK test
apparatuses. Before test of helmet was done, the input bar was measured by using
two gage technique to know the bigness of stress response of impact at input bar
with pressure of 0.4 Mpa, and in distance of impact 60 mm, stress response at input
bar is 362 MPa was obtained. The testing of helmet model [TSA] with upper impact,
in distance of impact 60 mm, and strain gage at X direction, stress of impact of
64.43 MPa, and incident stress of 24.50 MPa were obtained. For the test of strength
of helmet model [TSA] with upper impact, and variation of impact distance from 40
mm to 120 mm, position of strain gage at X direction, in distance of 15 mm from
impact point, the stress response of impact produced was - 10.96 MPa, and for
[DSA] helmet was - 21.61 MPa. While for the model of helmet [ TSA] with distance
of impact 60 mm, and position of strain gage at Y direction, the stress respon of
impact obtained was 67.77 MPa, and incident stress was 26.28 MPa. However, at
distance of impact 140 mm, the stress response of impact was 91.89 MPa, and
incident stress was 36.80 MPa. For the beside impact of helmet model [TSA] was
6.61 MPa, and helmet model [DSA] was 4.24 MPa. Then, re-designing for the
construction of composite helmet model for clarifying joint contour, and helmet
dimension by using solidwork 2005. This design and fabrication were done at Center
Research of Impact and Fracture of Technical Engineering Faculty of USU, Center
Research Test of Material Department, Technical Engineering Faculty of UNIMAL
Lhokseumawe, and Politeknik Negeri Lhokseumawe.

Keyword : Composite Helmet of GFRP, Design and Fabrication, Ergonomics, Load


of Impact.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
KATA PENGANTAR

Puji syukur kekhadirat Allah SWT, dengan berkat limpahan rahmat dan

karunianya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul: Desain dan Pabrikasi

Helmet Industri yang Ergonomik. Penulisan tesis ini terlaksana berkat dorongan dan

arahan dari berbagai pihak, terutama para komisi pembimbing, para pembanding, dan

rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan saran dan masukan demi

kesempurnaan penulisan laporan tesis ini.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis baik secara

moril maupun materil, hingga selesainya tesis ini, yaitu kepada: Prof. Dr. Ir. Bustami

Syam, MSME., selaku ketua komisi pembimbing dan ketua Program Studi Teknik

Mesin SPs-USU, Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D, dan Prof. Dr. Ir. Samsul

Rizal, M.Eng. selaku anggota komisi pembimbing, Dr.Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri,

selaku sekretaris Program Studi Teknik Mesin SPs-USU, seluruh Dosen dan Staf

Administrasi Program Studi Teknik Mesin SPs-USU, yang telah banyak memberikan

ilmu pengetahuan dan bantuan administratif selama penulis dalam pendidikan di

Program Studi Teknik Mesin SPs-USU. Kemudian ucapan terima kasih kepada

saudara Hendri Nurdin, ST, MT dan Ir. Zuhaimi, MT dari Politeknik Negeri

Lhokseumawe yang telah membantu masalah pengukuran di laboratorium. Tak lupa

juga kepada kedua orang tua, yang telah memberikan inspirasi dan semangat kepada

penulis, serta keluarga, isteri dan keenam anak tercinta, yang telah banyak

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
mengorbankan waktu selama pendidikan dan penyelesaian tesis ini dan semua pihak

yang telah mendukung di dalam penyelesaian tesis ini.

Demikianlah penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu

dalam rangka memperbaiki dan melengkapi demi kesempurnaan penulisan tesis ini

agar memperoleh hasil yang lebih baik dan akhirnya penulis kembali mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak atas bantuan dan perhatiannya.

Medan, 19 Januari 2008


Penulis,

(Hasrin)

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
RIWAYAT HIDUP

Nama : Hasrin
Tempat/Tgl. Lahir : Belawan, 26 Pebruari 1958
Pekerjaan : Staf Pengajar di Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Lhokseumawe
Alamat Kantor : Kampus Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jl. Banda Aceh
- Medan Km. 280 Buketrata Lhokseumawe

Pendidikan

Sekolah dasar (SD) Taman siswa Belawan Tahun 1965 s/d 1970
Sekolah Teknik (ST) Yaspemda Belawan Tahun 1971 s/d 1973
Sekolah Teknik Menengah (STM) Yaspemda Belawan Tahun 1974 s/d 1977
Fakultas Teknik Unsyiah di Darussalam Banda Aceh Tahun 1978 s/d 1984

Riwayat Pekerjaan

Kepala Laboratorium Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Tahun 1989 s/d 1991

Kepala Lab. Teknologi Mekanik PNL Tahun 1995 s/d 1998


Kepala Laboratorim Mesin PNL Tahun 1999 s/d 2002
Revieuwer Bidang Penelitian Politeknik Negeri Lhokseumawe Tahun 1999 s/d 2001

Pengalaman Penelitian

1 Pengaruh Ketebalan Pemakanan pahat Bubut Terhadap Kekasaran Permukaan.


2. Perancangan Tool Post untuk membubut Shaft DC. Motor pada PT. KKA.
3. Alat Pengering Ikan Teri dengan Intensitas Tenaga Matahari (Solar Energy).

Pelatihan-Pelatihan
1. Keguruan Jurusan 3 Nopember 1986 s/d 31 juli 1987 di PEDC Bandung.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
2. Rancang Bangun Konstruksi Mesin 29 Agustus s/d 30 September 1992 di PEDC
Bandung.
3. Penulisan Buku Ajar 5 juli s/d 31 juli 1993 di PEDC Bandung.
4. EMCO TRAINING CNC- Turning Advanced ET 120 and ET 242 for the
duration of 50 hours 6 JUNE 1994 di Bandung.
5. Program S1 + di Politeknik Negeri Semarang Tahun 1996.
6. Learning Improvement Workshop (LIW) BAT VI, Tahun 1998. di Malang.
.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK . i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR ...... iii
RIWAYAT HIDUP v
DAFTAR ISI ...... vii
DAFTAR TABEL ...... x
DAFTAR GAMBAR . xi
DAFTAR LAMPIRAN ...... xiv
DAFTAR ISTILAH ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1


1.1. Latar belakang ...... 1
1.2. Perumusan Masalah ...... 3
1.3. Tujuan Penelitian ...... 4
1.3.1. Tujuan Umum . 4
1.3.2. Tujuan Khusus 5
1.4. Manfaat Penelitian 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7


2.1. Helm Industri Standard ...... 7
2.2. Standarisasi dan Klasifikasi Helm Industri 8
2.3. Konstruksi Helm Komposit ....... 9
2.4. Klasifikasi Proses dan Material Komposit Polimer ... 12
2.4.1. Termoplastik Polimer ............... 12
2.4.2. Termoset Polimer 13
2.4.3. Material Komposit Polimer GFRP dan Sifat-Sifat Meka
nik ........ 14
2.5. Fungsi dan Kenyamanan Helmet Industri 16
2.6. Pengukuran Temperatur Udara pada Helm ....... 21
2.7. Pengujian Statik dan Dinamik . 23
2.8. Teori Propagasi Tegangan 25
2.8.1. Rambatan Gelombang Tegangan pada Batang input .......... 25
2.8.2. Impak pada Batang input ................................................... 29
2.9. Pengukuran Kekuatan Helm Komposit ........................................ 33

BAB. 3. METODE PENELITIAN .. ... 36


3.1. Tempat dan Waktu ... 36
3.1.1. Tempat . 36

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
3.1.2. Waktu . 36
3.2. Material, Peralatan dan Metode ... 36
3.2.1. Material .. 36
3.2.2. Peralatan .... 37
3.2.3. Desain dan Metode Pembuatan Helm Komposit ... 38
3.2.4. Pembuatan Spesimen Uji Tarik .. 42
3.2.5. Set up Alat Uji Statik . 45
3.3. Pengujian Temperatur Udara pada Dinding bagian dalam Helm . 46
3.4. Pengujian Dinamik 48
3.4.1 Metode dan Arah Pengimpakan ..... 49
3.4.2. Set up Alat Uji KOMPAK ..... 50
3.4.3. Penyelidikan Propagasi Tegangan pada Helm Komposit ... 55
3.5. Redesain Gambar Model Konstruksi Helm Komposit Hasil Pro
duksi menggunakan Solidwork 2005 ....... 57
3.6. Kerangka Konsep Penelitian ... 59

BAB.4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........ 62


4.1. Pendahuluan .. 62
4.2. Desain dan Metode Pembuatan Helm Komposit ..... 63
4.3. Pengujian Statik ... 66
4.4. Pengukuran Temperatur Udara pada bagian dalam dinding Helm 68
4.5. Pengujian Kekuatan Helm Komposit dengan Beban Impak 72
4.5.1. Pengukuran Respon Batang Penerus (batang input) .. 72
4.5.2. Pengukuran Respon Helm secara Langsung .. 74
4.5.2.1. Pengimpakan Atas Helm TSA, dan SG.arah:X ... 75
4.5.2.2. Respon Tegangan Impak dan Tegangan insiden
pada ID: 60 mm ... 75
4.5.2.3. Respon Tegangan Impak Atas Helm TSA pada
ID: 40 s.d 120 mm ... 81
4.5.2.4. Respon Impak Atas Helm DSA pada ID: 40 s.d
120 mm 82
4.5.3. Pengimpakan Samping Helm TSA dengan SG.arah:X .. 83
4.5.3.1. Respon Tegangan Impak Samping Helm TSA
pada ID: 40 s.d 100 mm, SG. arah:X ... 83
4.5.3.2. Respon Tegangan Impak Samping Helm DSA ... 83
pada ID: 40 s.d 100 mm, SG. arah: X .. 84
4.5.4. Pengimpakan Atas Helm TSA dengan SG. arah:Y 85
4.5.5. Pengimpakan Samping Helm TSA dengan SG.arah:Y ... 89
4.6. Redesain Gambar Model Konstruksi Helm Komposit Hasil Pro
duksi menggunakan Solidwork 2005 ... 93
BAB. 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 95
5.1. Kesimpulan .. 95

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
5.2. Saran . 101
DAFTAR PUSTAKA ... 102

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Klasifikasi Helm dan Simbol JIS ..................................................................... 8


2.2 Actual head anthropometry Vs design target ... 11
2.3 Spesifikasi Material Komposit Polimer Dan Sifat-Sifat Mekanik .................. 14
3.1 Sifat-Sifat Mekanis Resin Termoset yang diperkuat serat .............................. 37
3.2 Peralatan Produksi .. 38
3.3 Sifat-sifat Mekanik Batang Striker dan Batang Penerus ................................ 49
3.4 Spesifikasi Strain Gage ................................................................................... 56
4.1 Hasil Uji Tarik Spesimen Komposit GFRP .................................................... 68
4.2 Hasil Pengukuran Temperatur Helm TSA ...................................................... 69
4.3 Hasil Pengukuran Temperatur Helm DSA .................................................... 69
4.4 Hasil Pengujian Helm Ergonomik .................................................................. 70
4.5 Respon Batang Penerus pada lokasi Gage a dan b ........................................ 74
4.6 Hasil Perhitungan Tegangan Impak dan Tegangan Insiden pada berbagai
variasi (ID) : 60 mm s.d 140 mm .................................................................... 86
4.7 Hasil Perhitungan Tegangan Impak dan Tegangan Insiden pada berbagai
variasi (ID) : 60 mm s.d 120 mm .................................................................... 90

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


2.1 Helm Industri Standard .................................................................................. 7
2.2 Desain Konstruksi Helm Komposit ................................................................ 9
2.3 Standard Antropometri Kepala Manusia ........................................................ 12
2.4 Klasifikasi Proses Fiber Reinforced Plastic (FPR) dan Polymer Matrix
Composite (PMCs) ......................................................................................... 15
2.5 Model Helm Industri Dengan Saluran Angin (DSA) .................................... 17
2.6 Pengujian Temperatur Udara pada dinding dalam Helm ............................... 18
2.7 Set up Alat Termokopel pada Helm ............................................................... 22
2.8 Alat Uji Statik (Ht 9502) ............................................................................. 24
2.9 Alat Uji KOMPAK ........................................................................................ 25
2.10 Sketsa Gelombang Transversal ..................................................................... 26
2.11 Sketsa Gelombang Longitudinal ................................................................... 26
2.12 Perilaku Gelombang Longitudinal ................................................................. 27
2.13 Susunan Batang Uji ........................................................................................ 29
2.14 Perilaku Batang setelah terjadi Impak ............................................................ 30
2.15 Perilaku Tegangan pada Interface Input bar dan Spesimen ........................... 33
2.16 Teknik Dua Gage pada Set up Uji Helm ........................................................ 34
3.1 Susunan Dua Lapisan Serat Plat Komposit GFRP ........................................ 37
3.2 Flow Chart Pembuatan Helm Komposit ......................................................... 39
3.3 Desain dan Pabrikasi dengan Metode Hand lay up ........................................ 40
3.4 Flow Chart Pembuatan Spesimen Plat Komposit ........................................... 43
3.5 Skematis Proses Pencetakan Spesimen .......................................................... 44
3.6 Spesimen Uji Tarik (Standard ASTM 638-D) ................................................ 45
3.7 Set up Alat Uji Statik ...................................................................................... 45
3.8 Set up Alat Termokopel pada Helm ................................................................ 47

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
3.9 Pengukuran Temperatur Udara pada Helm ..................................................... 48
3.10 Pengimpakan Atas Helm dengan Saluran Angin (DSA) ................................. 49
3.11 Pengimpakan Samping Helm dengan Saluran Angin (DSA) ........................ 49
3.12 Pengimpakan Atas Helm Tanpa Saluran Angin (TSA) ................................... 50
3.13 Pengimpakan Samping Helm Tanpa Saluran Angin (TSA) ............................ 50
3.14 Teknik Dua Gage pada Set up Uji Helm ........................................................ 51
3.15 Set up Alat Uji KOMPAK .............................................................................. 53
3.16 Pengukuran Batang Penerus tanpa Spesimen ................................................. 54
3.17 Pengimpakan Atas dan Samping Helm DSA ................................................. 54
3.18 Pengimpakan Atas dan Samping Helm TSA .................................................. 55
3.19 Jarak dan posisi strain gage Arah:X pada Helm TSA .................................... 56
3.20 Jarak dan posisi strain gage Arah:Y pada Helm TSA .................................... 56
3.21 Jarak dan posisi strain gage Arah: X pada Helm DSA .................................. 57
3.22 Jarak dan posisi strain gage Arah: Y pada Helm DSA .................................. 57
3.23 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................................... 60
3.24 Diagram Alir Penelitian ................................................................................. 61
4.1 Bentuk Konstruksi Helm setelah tersambung ................................................ 64
4.2 Helm Komposit Hasil Produksi ..................................................................... 65
4.3 Tipikal Grafik Tegangan Vs Regangan Spesimen Komposit ........................ 67
4.4 Model Helm TSA ........................................................................................... 69
4.5 Model Helm DSA ........................................................................................... 69
4.6 Respon Batang Penerus pada lokasi Strain Gage a untuk berbagai
variasi jarak impak dengan tekanan udara 0,4 Mpa ....................................... 73
4.7 Respon Batang Penerus pada lokasi Strain Gage b untuk berbagai
variasi jarak impak dengan tekanan udara 0,4 Mpa ...................................... 73
4.8 Pengujian Langsung pada Helm ..................................................................... 75
4.9 Tipikal Tegangan Impak dan Tegangan Insiden pada jarak Impak
(ID) = 60 mm, dan (P) = 0,4 Mpa ................................................................. 76
4.10 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG. = 15 mm, Arah: X) pada
(ID = 40 dan 120 mm), (Impak Atas Helm TSA), P=0,4 Mpa ....................... 77

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
4.11 Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:15 mm), Imp.atas TSA ............... 81
4.12 Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:30 mm), Imp.atas TSA ............... 82
4.13 Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:15 mm), Imp.atas DSA ............... 82
4.14 Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:30 mm),Imp.atas DSA ............... 83
4.15 Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:15 mm),Imp.samp.TSA .............. 83
4.16 Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:30 mm),Imp.samp.TSA .............. 84
4.17 Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:15 mm),Imp.samp.DSA .............. 84
4.18 Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:30 mm),Imp.samp.DSA .............. 85
4.19 Impak Atas Helm TSA dengan Strain Gage arah:Y ........................................ 86
4.20 Respon Tegangan impak Vs Tegangan insiden (P=0,4 MPa; ID: 60mm),
Strain Gage arah: Y ........................................................................................ 87
4.21 Respon Tegangan impak Vs Tegangan insiden (P=0,4 MPa; ID: 140 mm),
Strain Gage arah: Y ....................................................................................... 87
4.22 Grafik Gabungan Respon Tegangan insiden ................................................. 88
4.23 Impak Samping Helm TSA dengan Strain Gage arah:Y ................................ 89
4.24 Respon Tegangan impak Vs Tegangan insiden (P=0,4 MPa; ID: 60 mm),
Strain Gage arah: Y ........................................................................................ 91
4.25 Respon Tegangan impak Vs Tegangan insiden (P=0,4 MPa; ID: 120 mm),
Strain Gage arah: Y ........................................................................................ 91
4.26 Grafik Gabungan Respon Tegangan insiden 92
4.27 Redesain Gambar Model Konstruksi Helm Komposit hasil produksi
menggunakan Solidwork 2005 ...................................................................... 94

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman


1. Data Cuaca dari Badan Meteorologi Dan Geofisika (BMG) ............................. 105
2. Grafik Hasil Uji Tarik Spesimen (1) ................................................................. 106
3. Grafik Hasil Uji Tarik Spesimen (2) ................................................................. 107
4. Grafik Hasil Uji Tarik Spesimen (3) ................................................................. 108
5. Applikasi Pengukuran Temperatur Udara Pada Helm Ergonomik ................... 109
6. Oregon Aero Drop Tower Up & Down .. 110
7. Spesifikasi Strain Gage Biaxial ... 111
8. Bidang Referensi Bentuk Kepala . 112
9. Standard Anthropometry Kepala Manusia ....................................................... 113
10. Pengujian Impak Atas Helm TSA dan DSA .................................................... 114
11. Metode Pengukuran Helm Komposit Setelah di produksi ............................... 115
12. Desain Gambar Konstruksi Helm Komposit Setelah Proses Produksi
menggunakan Solidwork 2005 ........................................................................ 116
13. Dimensi Konstruksi Helm Komposit ............................................................... 117

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
DAFTAR ISTILAH

Simbol Besaran Satuan


A1 = Luas penampang batang 1 m2
A2 = Luas penampang batang 2 m2
A3 = Luas penampang batang 3 m2
C0,1 = Kecepatan rambat gelombang dalam batang 1 m/det
C0,2 = Kecepatan rambat gelombang dalam batang 2 m/det
C0,3 = Kecepatan rambat gelombang dalam batang 3 m/det
C1 = Kecepatan rambat gelombang dalam batang impak m/det
C2 = Kecepatan rambat gelombang dalam batang penerus m/det
C3 = Kecepatan rambat gelombang dalam spesimen m/det
Ccd = Kecepatan rambat gelombang pada spesimen m/det
CL = Kecepatan gelombang longitudinal m/det
E = Modulus Young material GPa
Ek = Energi kinetik Joule
Em = Modulus Young MPa
Ek0 = Energi kinetik mula-mula Joule
ES = Energi regangan Joule
ES0 = Energi regangan mula-mula Joule
m = Massa benda mula Kg
N = Nilai data yang diperoleh setelah pengimpakan
S = Standar deviasi
t = Waktu rambat gelombang det
t1 = Waktu rambat gelombang antara strain gage a dan b det
tL = Waktu rambat gelombang longitudinal det
tI = Waktu rambat gelombang dalam batang impak m/det
V0 = Kecepatan partikel mula-mula m/det
V0 = Tegangan setelah pengimpakan Volt
V1 = Kecepatan batang 1 sebelum tumbukan m/det
VI = Kecepatan partikel masuk m/det
VR = Kecepatan partikel yang direfleksikan m/det
Vs = Tegangan pengujian Volt
VT = Kecepatan partikel yang ditransmisikan m/det
m = Perubahan massa Kg
Lambang Yunani

= Faktor transmisi
= Tegangan yang ditransmisikan MPa
= Faktor refleksi
= Tegangan yang direfleksikan MPa

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
= Regangan %

1 = Rapat jenis material batang 1 kg/m3


2 = Rapat jenis material batang 2 kg/m3
3 = Rapat jenis material batang 3 kg/m3
1 = Tegangan pada batang 1 MPa
2 = Tegangan pada batang 2 MPa
I = Tegangan yang masuk MPa
R = Tegangan yang direfleksikan MPa
T = Tegangan yang ditransmisikan MPa

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di kawasan industri atau pabrik khususnya yang bergerak di bidang jasa

konstruksi, sering terlihat terjadinya kecelakaan kerja terutama bagi para pekerja di

lapangan. Pada umumnya para pekerja memang selalu berhadapan dengan resiko
1
yang sangat tinggi terhadap tingkat keselamatannya. Oleh karenanya untuk

mengurangi angka kecelakaan kerja di lingkungan industri tersebut, para pekerja

sebaiknya harus dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD). Salah satu APD

yang dimaksud di sini adalah helm. Diketahui bahwa selama ini helm industri yang

banyak digunakan pada beberapa industri di Indonesia masih belum memenuhi

syarat-syarat keselamatan kerja, artinya helm tersebut belum bisa menjamin si

pemakai aman dari benda yang jatuh bebas dari ketinggian tertentu. Di negara-negara

maju jauh sebelumnya telah memiliki standarisasi yang mengatur tentang kelayakan

helm industri antara lain: JIS T 8131-1977 (Japan), ANSI Z 89.1-1977 (USA), dan

AS/NZS 1801.TYPE 1.EN 397.SS 98 (Australia). Penyelidikan dan pengujian terhadap

kekuatan helm telah dilakukan oleh para peneliti, dan balai pengujian yang mengkaji

diberbagai aspek yang berbeda. Helm sebagai alat pelindung kepala dari benda keras

yang jatuh bebas dari ketinggian tertentu yang bisa mengakibatkan cedera kepala. Di

negara maju telah diketahui angka kecelakaan cedera kepala mencapai 3 s.d 6% dari

keseluruhan kecelakaan yang terjadi. Kontribusi kecelakaan pada umumnya

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
disebabkan karena adanya benturan dari suatu benda terhadap kepala yang terjadi

secara tiba-tiba, apakah dari atas maupun samping. Kecelakaan tersebut biasanya

dipicu oleh banyak faktor, antara lain kelalaian pekerja, peralatan yang rusak,

peralatan yang tidak memenuhi syarat, dan lingkungan yang tidak aman. Kepala

merupakan bagian yang paling vital dari tubuh manusia, maka cara untuk melindungi

kepala tersebut adalah dengan mengenakan helm. Dalam penelitian ini helm

dirancang khusus dan dicetak dengan metode hand lay up. Selanjutnya helm

dimodifikasi pada bagian dinding untuk memenuhi persyaratan ergonomik.

Hal lain yang belum diteliti yaitu tentang respon helm industri yang lolos uji

standard dengan pembebanan impak kecepatan tinggi. Pada penelitian ini terlebih

dahulu yang dilakukan adalah: mendesain model konstruksi helm industri, dan

membuatnya dari bahan komposit polimer Glass Fiber Reinforced Plastic (GFRP)

dengan memodifikasi bentuk konstruksi helm standard yang ada, sehingga

diharapkan lebih kuat dari helm industri yang biasa digunakan selama ini.

Pada desain model konstruksi helm industri ini, yaitu dengan membentuk

saluran udara (wind channel) pada keempat sisi dinding helm untuk kenyamanan

dalam penggunaannya. Setelah proses pabrikasi, selanjutnya helm di uji ergonomik

dengan alat ukur termokopel, dan uji kekuatan menggunakan alat uji impak

(KOMPAK), sedangkan uji statik dengan alat HT-9052 Computer Hidrolic

Universal Testing Machine. Pada pengujian impak dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar respon tegangan impak dan tegangan insiden yang masuk pada

helm.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Dalam hal ini, desain dan pabrikasi serta modifikasi model konstruksi helm

komposit adalah berdasarkan bentuk konstruksi helm standard TYPE 1. EN 397,

AS/NZS 1801.SS 98. Pada uji kekuatan helm komposit adalah menggunakan set up

peralatan yang telah berhasil didesain pada tahun pertama dari proyek penelitian

Hibah Pasca di Pusat Riset Impak dan Keretakan, Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Tenik USU Medan. Dari latar belakang di atas, maka peneliti memandang perlu

untuk melakukan penelitian lanjutan ini, yaitu tentang desain dan pabrikasi helm

industri yang dibuat dari bahan komposit polimer GFRP.

1.2. Perumusan Masalah

Desain dan pabrikasi adalah sebagai langkah awal untuk memproduksi

suatu model produk helm industri dari bahan komposit polimer GFRP yang lolos uji

standard. Beberapa pengujian dilakukan untuk mengetahui: propertis material dasar

helm, temperatur udara pada permukaan dalam dinding helm, dan menyelidiki

perilaku helm yang dikenai beban impak kecepatan tinggi dengan alat uji impak

(KOMPAK), alat ini mampu meluncurkan batang striker (model benda jatuh)

menggunakan tekanan udara dengan kecepatan yang bervariasi hingga mencapai 50

m/detik. Kecepatan tersebut diperkirakan dapat mewakili kecepatan jatuh bebas

suatu benda dari ketinggian lebih kurang 40 meter. Selanjutnya dilakukan redesain

gambar model konstruksi helm hasil produksi, untuk mengklarifikasi seluruh kontur

permukaan dinding helm menggunakan solidwork 2005. Agar ruang lingkup

penelitian ini tidak terlalu luas, maka penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal sebagai

berikut:

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
1. Pembuatan helm dari bahan komposit polimer GFRP dengan metode hand lay up.

2. Struktur komposit polimer GFRP terdiri dari: serat (E-glass) jenis Chopped Strand

Mat yang dibentuk dengan susunan dua lapis serat sebagai penguat, dan polyester

resin tak jenuh BTQN 157 EX (unsaturated resin) sebagai matrik.

3. Standard cetakan helm komposit polimer GFRP menggunakan helm standard

TYPE 1.EN 397, AS/NZS 1801.SS 98 dari jenis polimer Polyethylene (PE),

Polypropylene (PP), dan Acrylinitrile Butadien Styrene (ABS).

4. Geometri helm disesuaikan dengan anthropometri kepala manusia, dan mengikuti

geometri helm standard.

5. Pengujian material dasar dan helm komposit terdiri dari: uji statik, dan uji dinamik

(impak kecepatan tinggi).

6. Pengujian temperatur udara pada helm untuk memenuhi persyaratan ergonomik.

7. Pengujian kekuatan helm komposit dengan alat uji KOMPAK

8. Meredesain gambar model konstruksi helm hasil produksi menggunakan software

solidwork 2005.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah memproduksi model helm industri

dari bahan komposit polimer GFRP yang memenuhi persyaratan ergonomik, dengan

beberapa pertimbangan seperti: dimensi, kenyamanan, berat, dan kekuatannya.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
1.3.2. Tujuan Khusus

1. Desain dan pabrikasi helm industri.

2. Menyelidiki sifat-sifat mekanik dari material komposit polimer GFRP.

3. Pengukuran temperatur udara pada bagian dalam dinding helm.

4. Menyelidiki kekuatan helm untuk mengetahui respon tegangan impak, dan

tegangan insiden ( respon tegangan yang masuk pada helm).

5. Meredesain gambar model konstruksi helm komposit hasil produksi dengan

menggunakan software solidwork 2005.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini merupakan suatu upaya untuk dapat mengkontribusi pada

institusi, khususnya lembaga penelitian dalam memberikan informasi hasil penelitian

dibidang manufaktur tentang desain konstruksi, proses pembuatan helm industri dari

bahan komposit polimer GFRP dengan metode hand lay up, dan desain model helm

yang ergonomik, dengan membuat bentuk saluran udara pada keempat sisi

permukaan dinding helm. Konstruksi helm diharapkan lebih kuat, nyaman, dan aman

dipakai bagi para pekerja proyek di lapangan, untuk menghindari bahaya kecelakaan

yang menyebabkan cedera kepala.

Di samping itu, manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi tentang desain model helm industri yang ergonomik.

Informasi ini mempunyai arti yang penting pada suatu pengembangan ilmu,

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
khususnya dibidang manufaktur, baik dari proses pembuatan helm maupun

metode pengujian dengan set up peralatan yang digunakan sangat memungkinkan

untuk mendapatkan paten maupun publikasi di tingkat internasional.

2. Memberikan informasi kepada dunia industri dan pemerintah dalam hal ini

Deperindag dan Depnaker tentang desain dan pabrikasi helm industri yang

ergonomik dari bahan komposit polimer GFRP yang mampu meredam benturan

(tumbukan) akibat beban impak kecepatan tinggi.

3. Memberikan masukan kepada Badan Standarisasi Nasional (BSN) untuk

mempertimbangkan beban impak kecepatan tinggi dalam standarisasi lolos uji,

sebagai kriteria pengujian yang sedang dikembangkan saat ini.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Helm Industri Standard

Pengembangan produksi dibidang manufaktur, untuk jenis produk helm dari

bahan polymer biasa pada umumnya telah banyak diproduksi oleh pabrik-pabrik

pembuat helm dengan berbagai model helm yang selama ini digunakan oleh

masyarakat di negara-negara maju sesuai keperluan di lapangan. Disamping itu helm

tersebut mempunyai standard tertentu sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah negaranya. Di antara standard-standard helm yang dikenal secara luas

dan banyak menjadi referensi antara lain: (1). ANSI Z 89.1-1997 (Amirican National

Standard Institute; (2). JIS T8131 (Japan Industrial Standard); (3). SII (Standard

Industri Indonesia) hanya mengluarkan standarisasi untuk jenis helm pengendara

sepeda motor. Berikut ini dapat dilihat beberapa contoh dari helm Industri Standard

Australia AS/NZS 1801. TYPE 1. EN 397. SS 98 yang digunakan sebagai acuan

bentuk cetakan untuk membuat helm dari bahan komposit polimer GFRP.

Gambar 2.1 Helm Industri Standard

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
7
2.2. Standarisasi dan Klasifikasi Helm Industri

Helm industri pada umumnya memiliki standarisasi yang berbeda-beda

berdasarkan jenis material dan penggunaannya.. Berikut ini klasifikasi helm industri

menurut JIS [10] dapat dilihat seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Klasifikasi dan simbol JIS (1982)

Kelas Fungsi Klasifikasi berdasarkan Klasifikasi berdasarkan


(simbol) bahan tempurung ketahanan terhadap
tegangan listrik

Untuk melindungi atau Synthetic Resin Tidak tahan terhadap


A. mengurangi bahaya dari tegangan listrik.
benda melayang atau Metal
jatuh.
Untuk melindungi atau Tidak tahan terhadap
B. mengurangi bahaya akibat Synthetic Resin tegangan listrik.
benturan.

Untuk melindungi atau Tidak tahan terhadap


AB. mengurangi bahaya dari Synthetic Resin tegangan listrik.
benda melayang atau jatuh
dan benturan.

Untuk melindungi atau


mengurangi bahaya dari
AE. benda melayang atau jatuh Synthetic Resin Tahan terhadap
dan untuk melindungi dari tegangan listrik.
bahaya kejutan listrik di
kepala.
Untuk melindungi atau
mengurangi bahaya dari
ABE. benda melayang atau jatuh Synthetic Resin Tahan terhadap
dan benturan dan untuk tegangan listrik.
melindungi dari bahaya
kejutan listrik di kepala.
Sumber: Japan International Standard (JIS- 1982)

Sedangkan ANSI [2] mengelompokkan dalam dua tipe yaitu: (1). Helm yang

digunakan untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh bebas dari ketinggian

tertentu, umumnya digunakan oleh pekerja konstruksi; dan (2). Helm yang digunakan

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
untuk melindungi kepala dari benda yang datang dari arah lateral baik dari depan,

samping, dan belakang. Jenis ini biasanya digunakan petugas pemadam kebakaran.

2.3. Konstruksi Helm Komposit

Dalam penelitian ini, pertama sekali bentuk konstruksi helm komposit ini

didesain dan dimodifikasi dari bentuk helm standard yang ada dijual di pasaran

sebagai acuan bentuk cetakan, kemudian helm komposit dicetak dan dibentuk

menggunakan metode hand lay up, sehingga memenuhi persyaratan helm yang

ergonomik. Adapun cakupan dalam penelitian ini meliputi:

1. Desain model konstruksi helm industri dari bahan komposit polimer GFRP yang

di modifikasi seperti bentuk (Gambar 2.2) berikut ini.

1 50 mm
I
2
4
6
3
5
II

Keterangan Gambar:
1. Tempurung (cangkang)
2. Jaringan peredam benturan.
3. Pelindung sinar matahari (brim)
4. Tali cincin
5. Tali dagu
6. Saluran udara

Gambar 2.2 Desain Konstruksi Helm Komposit

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Pelaksanaan desain dan pabrikasi dilakukan sebagai berikut:

a. Desain, dan pembuatan cetakan brim (bagian:II).

b. Pencetakan cangkang helm (bagian:I), dan brim (bagian II) dilakukan secara

terpisah, hingga proses pengeringan.

c. Pabrikasi helm komposit dilakukan dengan menggabungkan kedua bagian

yaitu: bagian I, dan II, dengan cara menyambung di sekeliling dinding helm.

d. Pembentukan saluran angin pada keempat sisi permukaan dinding helm.

2. Pabrikasi helm dengan metode hand lay up menggunakan cetakan helm standard,

sesuai dengan bentuk Anthropometry kepala manusia (Gambar 2.3).

3. Verifikasi helm hasil produksi dengan meredesain gambar konstruksi model helm

yang dimodifikasi, untuk mengklarifikasi dimensi dan kontur helm

menggunakan solidwork 2005.

4. Jenis pengujian yang dilakukan:

a. Pengujian statik dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat mekanik

material dasar helm komposit polimer GFRP.

b. Pengujian ergonomik dilakukan dengan pengukuran temperatur udara pada

bagian dalam dinding helm secara langsung pada udara bebas

menggunakan alat termokopel.

c. Pengujian dinamik menggunakan alat uji KOMPAK dengan variasi jarak

impak, untuk mengetahui besar respon tegangan akibat beban impak

menggunakan set up peralatan dengan teknik pengukuran dua gage.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
5. Hasil pengujian pada langkah (4) di atas, akan memberikan informasi berguna

untuk menganalisis kekuatan helm komposit, yang pada gilirannya dapat

menganalisis secara kuantitatif dari fungsi, maupun kenyamanan helm sebagai

Alat Pelindung Diri (APD), untuk mencegah terjadinya cedera kepala akibat

benturan benda keras yang jatuh dari ketinggian tertentu. Dalam hal

penggunaannya, temperatur udara pada bagian dalam dinding helm tidak

menyebabkan terasa panas dan gatal pada kulit kepala.

Menurut ISO TC22/ SC12/ WG5 WorldSID TG N396., [9], dimensi

anthropometry kepala manusia berdasarkan AMVO seperti pada tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2 Actual head anthropometry Vs design target


Parameter Target Reference Actual

Mass 4,14 kg 0,1 kg AMVO 4,23 kg


Circumfererence 570,6 mm 5 mm AMVO Study 1983 568 kg
Height 230,9 mm - 231 mm
Length 197,4 mm 2 mm AMVO 199 mm
Width 158 mm 2 mm AMVO 159 mm
CG Location 177 mm, 0 mm, 656,4mm Corected AMVO 177 mm, 0 mm,
(Respect to mid H- Point) 656 mm.

Sumber: ISO TC22/SC12/WG5 WorldSID TG N396

Sedangkan Gambar 2.3 adalah hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

Dhanannjay Deo.,[4] menunjukkan Mesh Processing For Computerized

Anthropometry dibawah ASME 2005 International Design Engineering Technical

Conferences & Computersand Information in Engineering Conference (IDETC/DAC

2005).

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Gambar 2.3 Standard antropometri kepala manusia

2.4. Klasifikasi Proses dan Material Komposit Polimer

2.4.1. Termoplastik polimer

Pada umumnya termoplastik polimer terdiri dari jenis poliamid,

polikarbonat, polietilenteraftalat sebagai matrik. Bahan polimer ini digunakan untuk

berbagai keperluan seperti: peralatan rumah tangga, alatalat kesehatan, kendaraan

bermotor, dan lain sebagainya. Pada proses pembuatan atau pencetakan biasanya

menggunakan serat sebagai penguat dan polimer sebagai matrik.

Pada proses termoplastik polimer ini, jenis serat yang digunakan adalah:

carbon, boron, kevlar 49, dan E-Glass yang berbentuk serbuk (powder) atau partikel.

Pada proses pencetakannya menggunakan cetakan tertutup dengan sistem

pemanasan, dan tekanan. Alat cetak yang digunakan adalah: injection molding,

compression molding, bag molding, dan transfer molding. Sebelum dicetak, polimer

dipanaskan dari bentuk solid ke cairan viscositas dan dicampur dengan serat

penguat, selanjutnya diinjeksikan ke dalam cetakan dengan tekanan udara, sehingga

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
menjadi sebuah bentuk produk yang diinginkan, kemudian didinginkan kembali

kebentuk solid. Jenis termoplastik polimer ini dapat dilakukan proses daur ulang,

pada siklus pemanasan dan pendinginannya dapat diaplikasikan diberbagai waktu

tanpa adanya penurunan atau pengurangan polimer. Jadi proses termoplastik

polimer adalah tergolong jenis Polymer Matric Composites (PMCs) yang

menggunakan serat berbentuk serbuk (powder), dan memiliki struktur material

yang isotropic.

2.4.2. Termoset polimer

Termoset polimer, dan elastomer berbeda dengan termoplastik polimer.

Penggunaan termoplastik polimer lebih luas dari termoset polimer. Termoset polimer,

jika dipanaskan akan terjadi perubahan secara kimia. Secara umum termoset polimer:

lebih kaku, modulus elastisnya semakin meningkat, rapuh, sebenarnya tidak memiliki

keuletan, kecil kemungkinan dapat larut pada bahan pelarut biasa, tahan terhadap

temperatur tinggi, dan tidak dapat untuk dilebur atau dicairkan kembali, bahkan

berkurang atau terbakar.

Proses pembentukan atau pencetakan jenis termoset polimer ini pada

umumnya menggunakan bentuk cetakan terbuka tanpa memerlukan proses

pemanasan dan tekanan. Bahan polimer yang utama termoset adalah: phenolic,

unsaturated polyester dan epoxies sebagai matrik yang mengeras pada suhu kamar,

dan jenis serat yang digunakan sebagai penguat adalah : serat E-Glass jenis Chopped

Strand Mat (CSM), serat alam, dan sintetik sebagai penguat. Pada prinsipnya proses

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
ini tergolong jenis plastik yang diperkuat serat (Glass Fiber Reinforced Plastic/

GFRP). Keuntungan dari material GFRP adalah: memiliki keuletan dan kekuatan

yang seimbang, memperbaiki ketangguhan, dan tahan terhadap beban impak. Jenis

struktur material GFRP tergolong anisotropic dan signifikan dengan sifat-sifatnya.

Klasifikasi proses produksi untuk jenis material PMCs dan GFRP secara

skematis menurut Groover M.P., [7] dapat dilihat pada Gambar 2.4.

2.4.3. Material Komposit Polimer GFRP dan Sifat-Sifat Mekanik

Jenis termoset polimer yang diperkuat serat ini sering digunakan oleh para

peneliti sebagai bahan teknologi yang memiliki kekuatan yang dapat diandalkan

untuk keperluan barang-barang industri. Material komposit dari jenis termoset

polimer yang diperkuat serat gelas (Fiber Reinforced Plastic) ini digunakan untuk

bahan teknologi, dan dibuat sesuai dengan keperluan yang diinginkan. Spesifikasi

material komposit menurut Shinroku Saito., [16] dapat ditunjukkan seperti pada

Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Spesifikasi Material Komposit Polimer dan Sifat-Sifat Mekanik


Jenis Material Kekuatan Tarik Perpanjangan patah Masa Jenis Modulus Elastisitas
(GN/m2) (%) (g/cm3) (G N/m2)

Serat glass 3,2 2,3 2,54 75


Tipe: E
Resin Polyester 1,1 9,0 1,38 15
tak jenuh.

Sumber: Groover M.P

Sedangkan pada Gambar 2.4 adalah menunjukkan klasifikasi proses Polymer

Matrix Composites (PMCs) yang menggunakan serat searah, serat tidak searah, dan

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
serat pendek sebagai penguat, dengan berbagai metode pencetakan sesuai keperluan

perencanaan.

Hand Lay up

Open Mold Processes


Automated
TapeLaying

Compression
Molding
Processes for
continuous/ Closed Mold Processes
discontinuous
fiber PMCs Filament Winding Resin Trasfer
Molding
Pultrusion Processes

Other Tube Rolling

FRP Shaping
Processes
Open Mold Processes Spray up

Compression
Molding

Processes for short


Closed Mold Processes Transfer Molding
Fiber PMCs

Injection Molding

Centrifugal Casting

Other
Continuous
Laminating

Gambar 2.4 Klasifikasi Proses Fiber Reinforced Plastics (FRP)


dan Polymer Matrix Composite (PMCs)

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
2.5. Fungsi dan Kenyamanan Helm Industri

Terkait dalam penggunaan helm di lingkungan industri, maka selain di

anjurkan untuk memakai helm bagi para pekerja. Pada pihak manajemen juga harus

memperhatikan bagaimana kekuatan dan kenyamanan helm yang digunakan sehingga

dapat memberikan jaminan keselamatan dan kenyamanan bagi para pekerja atau

helm tersebut telah memenuhi persyaratan keselamatan kerja sesuai dengan yang

dianjurkan.

Di dalam undang-undang nomor 1 tahun 1970., [26] tentang keselamatan

kerja adalah untuk:

1. Mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan.

2. Memberikan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para pekerja.

3. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya

kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Menurut peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), pihak industri

berkewajiban menyediakan, dan pekerja harus menggunakan Alat Pelindung Diri

(APD). Misalnya: Helm yang telah lolos uji dengan menggunakan teknik pengujian

yang standard. Akan tetapi banyak juga helm yang digunakan di industri tidak

memenuhi persyaratan standard. Pengujian standard adalah untuk melihat sejauh

mana kemampuan helm dalam menyerap energi impak. Selain itu juga uji standard

bertujuan untuk meneliti tingkat kerusakan helm yang kemungkinannya bisa merusak

lapisan kulit kepala lewat penetrasi. Teknik ini telah banyak digunakan oleh berbagai

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
pusat pengujian helm, misalnya: Sirim Berhad, Malaysia, BP4 Deperindag, Bandung

Indonesia, dan juga Pusat Riset Impak dan Keretakan Jurusan Teknik Mesin USU.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dinilai sangat diperlukan

untuk melakukan penelitian ini, dan merupakan suatu pengembangan dibidang

produksi (manufaktur) guna mewujudkan hasil desain model produk (helm industri)

dari bahan komposit polimer GFRP yang memenuhi persyaratan ergonomik.

Pengertian ergonomik disini adalah hubungan antara manusia dengan perlatan kerja yang

nyaman, dan aman digunakan.

Menurut Yeh Liang Hsu, dkk ., [27], telah mengembangkan bentuk dan

model konstruksi pada dinding helm industri dengan meredesain bentuk saluran angin

untuk memperbaiki sifat-sifat panas yang tersimpan pada dinding bagian dalam

helm, dan helm dibuat dari bahan polimer ABS yang menggunakan alat Vacum

Moulding. Tujuan dari pengembangan ini adalah untuk memenuhi persyaratan helm

industri yang ergonomik seperti terlihat pada Gambar 2.5.

Saluran Angin
Arah angin masuk

Gambar 2.5 Model Helm Industri Dengan Saluran Angin (DSA)

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Yeh Liang Hsu, melakukan pengujian dengan program simulasi komputer. Spesimen

(helm) yang di uji adalah model helm yang menggunakan saluran angin seperti

Gambar 2.5 di atas. Dalam penelitiannya adalah untuk menyelidiki sifat-sifat panas

pada dinding bagian dalam helm dengan metode pengujian seperti terlihat pada

Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Pengujian Temperatur Udara pada dinding dalam Helm

Penelitian yang dilakukan Yeh Liang Hsu di atas, adalah menggunakan

lampu halogen pada satu ruangan yang di kondisikan sebagai sumber udara panas

yang memancarkan sinar di atas kepala atau helm seperti terlihat pada Gambar 2.6.

Selanjutnya dilakukan pengukuran menggunakan seperangkat alat kontrol elektronik,

untuk mengetahui sifat-sifat panas (thermal properties) yang terjadi pada dinding

bagian dalam helm seperti yang telah diketahui dari mulai set up peralatan pada

Gambar 2.6, terlihat sinar lampu halogen memberikan sorotan sinar, dan udara panas

di atas kepala yang mengenakan helm. Hasil pengukuran diketahui temperatur rata-

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
rata di dalam dinding helm sebesar 38,30C, ketika lampu dimatikan temperatur

ruangan dikondisikan pada temperatur 300C dari sumber panas yang tersedia melalui

Electical heating coils, dengan kecepatan angin 2 s.d 2,5 m/det yang ditiupkan

menggunakan kipas angin. Selanjutnya dari data pengukuran diketahui temperatur

rata-rata di bawah dinding helm menjadi menurun sampai 310C. Jadi dari hasil

pengujian yang dilakukan dalam penelitiannya diperoleh temperatur rata-rata udara

di dalam dinding helm sebesar 310C sama dengan temperatur udara terbuka di

sekitarnya pada musim panas yaitu: 31,50C s.d 33,30C. ( BMG. Bureau of Taiwan ).,

[8].

Sedangkan Syam, B., [19] dan Mahdi, B., [13] telah melakukan penelitian

tentang teknik pengukuran tegangan insiden dengan aplikasi teknik dua gage untuk

pengujian helm industri yang dikenai beban impak kecepatan tinggi. Teknik aplikasi

dua gage tersebut relatif lebih mudah digunakan, dan helm yang di uji memberikan

respon beban dan waktu impak (tegangan insiden) sesuai dengan karakteristik

pembebanan.

Penelitian helm industri juga telah dilakukan secara simulasi komputer

dengan menggunakan pendekatan metode elemen hingga oleh Nayan.,[14].

Penyelidikan yang telah dilakukan oleh Indra .,[8] tentang pembentukan headform

yang diidealisasikan sebagai bentuk kepala manusia, hal ini penting mengingat tujuan

akhir dari penggunaan helm adalah untuk melindungi kepala dan organ lain yang ada

di dalamnya. Berdasarkan beberapa pengalaman para peneliti di atas, masalah desain

model dan pengukuran temperatur udara pada dinding bagian dalam helm komposit

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan, dan kesehatan

bagi sipemakai. Berdasarkan permasalahan di atas, maka yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah lebih terfokus pada desain dan memodifikasi bentuk helm

standard (AS/NZS 1801.EN.397. SS 98) yang digunakan sebagai acuan untuk

mencetak helm dari bahan komposit polimer GFRP dengan metode hand lay up.

Penelitian ini juga akan memperlihatkan sebuah produk helm komposit dari hasil

desain dan pabrikasi, yang diperkirakan akan lebih mampu untuk meredam benturan

dari benda keras dibandingkan dengan helm standard yang dibuat dari bahan polimer

biasa. Di samping itu, desain model konstruksi pada dinding helm merupakan bagian

yang sangat penting dalam penelitian ini yaitu: dengan membentuk saluran angin

pada ke empat sisi dinding helm, agar udara panas yang terakumulasi pada bagian

dalam dinding helm dapat bersirkulasi dengan udara luar, dan diharapkan

temperaturnya sama dengan temperatur udara di sekitarnya, sehingga tidak terasa

panas, dan tidak menyebabkan lembab pada kulit kepala. Jadi dari hasil desain,

modifikasi, dan pembuatan produk helm komposit ini untuk memenuhi persyaratan

helm ergonomik yang layak digunakan. Hal ini telah banyak dilakukan oleh para

peneliti sebelumnya dengan berbagai metoda eksperimen, baik pengujian yang

dilakukan di dalam ruangan tertutup maupun menggunakan software dengan simulasi

komputer.

Jadi dalam penelitian ini, untuk pengujian temperatur udara di dalam dinding

helm, pengukurannya dilakukan di lapangan terbuka (udara bebas) pada kondisi

iklim cuaca cerah, dan berangin dengan menggunakan alat pengukur termocouple.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Pengujian ergonomik ini dilakukan secara langsung dengan mengenakan helm, dan

pada bagian dalam dinding helm dipasang enam buah titik pengukuran yang

dihubungkan menggunakan connecting cable pada alat termokopel.

2.6. Pengukuran Temperatur Udara pada Helm

Pengukuran temperatur udara pada dinding bagian dalam helm dilakukan

pada kondisi udara bebas dengan mengenakan helm. Pengukuran dilakukan pada

musim panas (kemarau) dengan kondisi cuaca cerah pada temperatur udara rata-rata

yaitu: 310C s.d 330C, dan kelembaban relatif (relatif humidity) 54 s.d 95% (dari

sumber data BMG April, 2006 , Medan) ., [3].

Menurut Aik Suwarno.,[1] dilihat dari standard kenyamanan di Indonesia

suhu kering berkisar 220 C s.d 280 C dengan kelembaban 70 s.d 80 %. Sebagai
o
perbandingan suhu ruangan di dapur Grand Bali Beach Hotel 32 C dengan
o
kelembaban 78,5 %, di Coffee shop 30 C dengan kelembaban 93 %.

Pada kondisi ini, panas yang dipancarkan oleh sinar matahari dan diserap

oleh dinding helm secara optimal, sehingga panas temperatur udara di dalam dinding

helm dapat diketahui dan terukur dengan baik menggunakan alat termokopel.

Dalam pengukuran panas temperatur udara ini adalah disebabkan beberapa

faktor sumber panas yang mempengaruhi tinggi temperatur di dalam dinding helm,

tepatnya di antara kulit kepala dengan permukaan dinding bagian dalam helm yaitu:

(a). Panas temperatur dari tubuh manusia melalui kulit kepala; dan (b). Panas

temperatur yang dipancarkan oleh sinar matahari melalui dinding bagian luar helm.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Sehingga temperatur udara ini terakumulasi di dalam dinding helm tersebut sehingga

terasa lebih panas. Untuk mengantisipasi permasalahan ini, maka perlu di desain

model helm industri yang menggunakan saluran angin (wind channel). Saluran angin

tersebut dibentuk pada sisi dinding helm bagian: depan, belakang, kanan, dan kiri.

Pembuatan saluran angin pada keempat sisi helm ini, agar udara panas yang

terakumulasi di dalam dinding helm dapat bersirkulasi melalui saluran tersebut ke

udara bebas dengan kecepatan angin rata-rata 2,5 s.d 5 m/det, sehingga udara panas

yang terjebak dalam dinding helm tersebut terdorong keluar dengan tiupan angin

yang masuk lewat saluran udara pada dinding helm. Kondisi ini akan terjadi siklus

perpindahan panas secara konveksi di dalam dinding helm dengan udara di

sekitarnya, dan diperkirakan temperaturnya sama dengan temperatur udara di

sekelilingnya. Dengan demikian, helm komposit hasil desain dan pabrikasi

diharapkan dapat memenuhi persyaratan sebagai produk helm yang ergonomik

sesuai yang diinginkan.

Untuk keperluan pengukuran temperatur udara pada helm dapat di tunjukkan

seperti pada gambar 2.7.


Titik pengukuran
d l t
Sinar Matahari
Saluran Udara
Layar Pembacaan Temperatur

Termokopel Penyetel Channel


1 s.d 6

Gambar 2.7 Set up Alat Termokopel pada Helm

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
2.7. Pengujian Statik dan Dinamik

Pada penelitian ini , pengujian kekuatan helm dilakukan di Pusat Riset

Impak dan Keretakan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik USU. Adapun

pengujian- pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

(1). Pengujian Statik, dan (2). Pengujian Dinamik.

1. Pengujian Statik

Pada pengujian statik dilakukan dengan menggunakan alat uji HT-9502

Computer Hidrolic Universal Testing Machine dengan kapasitas 10 ton. Dalam

pengujian ini untuk mengetahui sifat-sifat mekanik (mechanical properties) material

helm komposit sebagai spesimen uji yang dicetak dalam bentuk plat lempengan

menggunakan alat penekan ( pemberat) seberat 70 kg, dan plat lempengan tersebut

dibentuk dengan proses pemesinan.

Bentuk dan dimensi spesimen uji tersebut menurut standarisasi ASTM 638

D. Pada pengujian tarik ini, spesimen yang diuji sebanyak 3 buah dengan tebal 2

mm, dan panjang 120 mm, untuk mendapatkan harga rata-rata kekuatan tarik

maksimum ( max ), dan modulus elastisitas (E) dari material komposit, dan material

ini digunakan sebagai material dasar pembuatan helm komposit, yang hasilnya akan

dibandingkan dengan helm dari jenis polimer biasa. Pada set up peralatan, spesimen

uji di pasang pada alat pencekam (grip) yang telah terpasang pada alat uji Ht- 9502

CHUTM seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Pencekam Spesimen

Gambar 2.8 Alat Uji Statik (Ht-9502)

2. Uji Dinamik

Pada pengujian dinamik ini, spesimen yang di uji adalah helm komposit hasil

desain dan dipabrikasi, dan dibuat dalam dua bentuk model helm seperti: helm

dengan saluran angin, dan tanpa saluran angin. Pada set up alat, spesimen uji (helm)

dipasang pada alat pemegang (test rig) menggunakan alat bantu head form sebagai

dudukan helm. Pada alat pemegang ini menggunakan empat buah roda, sehingga

dapat bergerak bebas setelah menerima tumbukan dari batang impak (striker), dan

spesimen uji diposisikan pada titik pengimpakan searah batang impak yang disusun

secara kolonier.

Pengujian dinamik dilakukan dengan menggunakan alat uji KOMPAK

seperti pada Gambar 2.9.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
2
3000 mm 4000 mm
3 4
5 6 7 8

9
Detail 8
13 1 10

11
14 12

000V 000V
1 1

Keterangan Gambar :
1. Kompresor 8. Spesimen (helmet) dan test rig
2. Tangki Udara 9. Strain Gage
3. Pressure Regulator 10. Bridge Head
4. Katup Selenoid 11. Signal Conditioner
5. Pipa Barel 12. Transient Converter
6. Striker 13. Personal Computer
7. Input Bar 14. Inter face

Gambar 2.9 Alat Uji KOMPAK

2.8. Teori Propagasi Tegangan

2.8.1. Rambatan gelombang tegangan pada batang input

Untuk memahami teori impak terlebih dahulu diberikan penjelasan

tentang rambatan gelombang, khususnya rambatan gelombang di dalam medium

elastis. Gelombang tegangan adalah gelombang mekanis, yaitu gelombang yang

memerlukan suatu medium untuk dapat mentransmisikanya., [13]. Kecepatan rambat

gelombang sangat ditentukan oleh sifat-sifat medium yang dilaluinya. Ditinjau dari

arah penjalarannya, gelombang dibagi atas dua bagian yaitu:

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
1. Gelombang transversal: Adalah gelombang yang arah getarannya tegak lurus

dengan arah gerakan atau rambatannya.

Arah Getaran

Arah rambatan
Puncak

Lembah

Gambar 2.10 Sketsa Gelombang Transversal

2. Gelombang longitudinal: Adalah gelombang yang arah getarannya sejajar dengan

arah rambatannya.

Arah Getaran
Arah rambatan

Rapatan Renggangan

Gambar 2.11 Sketsa Gelombang Longitudinal

Pada penelitian ini hanya gelombang longitudinal yang akan dibahas lebih

lanjut, karena merupakan dasar dari rambatan gelombang tegangan. Gelombang

longitudinal sebagai konsep dasar pembahasan teori kekuatan akibat impak. Sebagai

pembahasan perilaku gelombang longitudinal pada sebuah batang logam dapat

dilihat pada Gambar 2.12.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
C

v0 , t
c1 , t

Gambar 2.12 Perilaku Gelombang Longitudinal

Keseimbangan momentum pada Gambar 2.12 adalah sebagai berikut:

mV = F t

mV 0 = F 0 t

( A0C1t 0 ) V0 = 0 A0t

0 = 0C1V0 (2.1)

di mana:

C 0 = Kecepatan gelombang longitudinal merambat pada batang

V 0 = Kecepatan partikel

0 = Tegangan pada batang

Modulus Elastisitas pada bahan dapat dinyatakan dengan persamaan:

E = C12

E
C1 = (2.2)

Substitusi persamaan (2.2) ke persamaan (2.1) akan diperoleh:

0 = E0 0V0 (2.3)

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Energi yang dipindahkan batang pada waktu t dapat dibedakan menjadi dua bagian

yaitu:

1
Energi kinetik yang besarnya: Ek = m V2
2
1
Ek = A0 ( C1t ) 0 V02 (2.4)
2

Energi regangan yang dipindahkan sebesar:

2
Es = Volume .
2E
A(C1t ) 2
Es =
2E
A0C1t ( 0C1V0 ) 2
Eso =
2E

A0C1 0V02
Eso = (2.5)
2

Sehingga energi total yang dipindahkan batang pada waktu t adalah:

Et = Ek 0 + Es 0

1 1
= A0 (C1t ) 0V02 + A0 (C1t ) 0V02
2 2

Et = A0 (C1t ) 0V02 (2.6)

Dengan demikian besarnya energi yang dipindahkan pada batang ditentukan oleh

harga-harga: A, C, t, , dan kecepatan awal batang.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
2.8.2 Impak pada batang input

Susunan pada batang yang digunakan pada metode pengujian ini

diperlihatkan secara skematis pada Gambar 2.13, yang terdiri dari tiga batang yaitu:

batang impak (striker), batang penerus (input bar), dan spesimen.

spesimen helmet
Helm tanpa Strain gage

Batang Impak Batang Penerus

E . .V
1 2 3 0 0 0
Gage.
Gage. aa Gage. b
V1

Test Rig

Gambar 2.13 Susunan Batang Uji

Spesimen uji di letakkan bersentuhan secara kolonier dengan input bar.

Sebelum beban impak diberikan, batang impak mempunyai kecepatan V 1 sedangkan

input bar dan spesimen mempunyai kecepatan yang sama yaitu:

V2 = V3 = 0, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.12. Setelah impak, lihat

Gambar 2.13 ( di mana: C0,1 , C0,2 , C0,3 adalah kecepatan gelombang dalam masing-

masing batang ), gelombang longitudinal tekan akan merambat dari interface batang

impak dan batang input bar ke dalam masing-masing batang. Akibatnya bidang

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
interface input bar dan spesimen pada akhirnya akan mempunyai kecepatan yang

sama sebesar V. Pada bidang interface akan terjadi keseimbangan gaya, atau akan

terjadi aksi dan reaksi antar kedua batang, yang dapat dinyatakan dengan hubungan:

1 A1 = 2 A2 (2.7)

di mana: A1 = Luas penampang batang 1.

A2 = Luas penampang batang 2.

1 = Tegangan pada batang 1.

2 = Tegangan pada batang 2.

C0,1 C0,2
1 2

1 V V 2 3

Gambar 2.14 Perilaku Batang setelah terjadi impak

Dari hubungan impuls momentum diperoleh hubungan = E. .V , di mana: =

tegangan impak, = massa jenis bahan, E = modulus young, dan V = kecepatan

partikel. Dengan demikian pada batang impak yang bergerak dengan kecepatan V1

akan timbul tegangan sebesar:

1 = 1.E1 (V1 V |" )

1 = 1.E1V1 1.E1V ' (2.8)

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
di mana:

V1 = Kecepatan sebelum tumbukan.

V' = Kecepatan setelah tumbukan.

1 = Kerapatan material batang 1.

Selanjutnya kita tinjau batang 2, yang bergerak dengan kecepatan V. melalui

Gambar 2.14, dapat ditentukan tegangan pada batang 2, yaitu:

2 = 2 .E2 .V '
2
V' = (2.9)
2 .E2

Substitusi Persamaan (2.9) ke Persamaan (2.8) akan menghasilkan:

2
1 = 1.E1.V1 1.E1. (2.10)
2 .E2

sehingga dari persamaan (2.10) dapat ditulis:

1 2 E2 = 1.E1. 2 .E2 V1 1.E1. 2

1 2 E2 + 1 E1 2 = 1 E1. 2 E2 V1 (2.11)

Dengan mensubstitusikan persamaan (2.7)ke persamaan (2.11) diperoleh:

( A1 2 E2 + 1E1 A1 )1
= 1 .E1 . 2 .E 2 .V1
A2

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
1.E1. 2 .E2 .V1
1 = A2 (2.12)
A1 1.E1 + A2 2 .E2

dengan cara yang sama akan diperoleh nilai 2 yaitu:

1.E1. 2 .E2 .V1


2 = A1 (2.13)
A1 1.E1 + A2 2 .E2

Tegangan impak yang ditransmisikan ke input bar dan spesimen tersebut

ditentukan oleh kecepatan batang impak dan sifat-sifat mekanisnya. Bila luas kedua

penampang sama besar, maka: = 1 = 2 . Selanjutnya tinjau rambatan gelombang

tegangan elastis pada input bar dan spesimen seperti pada Gambar 2.14.

Tegangan yang terjadi dari ujung kiri input bar sebesar akan ditimbulkan pada

l2
interface input bar dan spesimen pada saat t2 = , di mana: l2 adalah panjang
C0,2

input bar, dan C0,2 adalah kecepatan gelombang elastis pada input bar. Dalam hal

ini ada tiga bentuk gelombang yang terlibat, yaitu:

1. Tegangan yang terjadi, .

2. Tegangan yang ditransmisikan, T .

3. Tegangan yang dibalikkan, R .

Gelombang tegangan tersebut dihubungkan oleh persamaan berikut ini:

2A2 E3C0,2
T = (2.14)
A3 E3C0,2 + A2 E2C0,3

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
A3 E3C0,2 A2 E2C0,3
TR = (2.15)
A3 E3C0,2 A2 E2C0,3

interface
A2 2 C0,2

V V VT

R T

Gambar 2.15 Perilaku Tegangan pada interface input bar dan Spesimen

Bila adalah faktor transmisi dan adalah faktor refleksi, maka di peroleh

hubungan:

T = . (2.16)

R = . (2.17)

Untuk material yang mempunyai sifat mekanis dan dimensi yang sama, maka

dengan mensubtitusikan harga: E2 = E3 ; 2 = 3 ; A2 = A3, dan l2 = l3 ke dalam

persamaan (2.15) dan (2.16), diperoleh T = dan R = 0. Ini berarti besar

tegangan yang ditransmisikan adalah sama dengan tegangan yang masuk, dan tidak

ada tegangan yang direfleksikan.

2.9. Pengukuran Kekuatan Helm Komposit

Pada Gambar 2.16 menunjukkan susunan batang impak, batang penerus,dan

spesimen. Batang-batang tersebut disusun koloneir satu sama lain, dan perlu

diketahui berapa besarnya beban impak yang dibangkitkan pada interface batang

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
penerus dan spesimen. Dengan cara pengukuran langsung, tentu sangat sulit

dilakukan. Dalam pengukuran beban impak, yang dibangkitkan pada lokasi impak,

dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan strain gage yang di

lengketkan pada dua posisi di batang penerus ( lokasi a dan b ). Pada prinsipnya

gelombang tegangan yang melalui batang penerus (input bar) ditangkap oleh strain

gage a dan b. Selanjutnya dengan menggunakan sirkit jembatan Wheatstone (bridge

box), di mana perubahan tahanan gage dirubah menjadi voltage out put, dan signal

conditioning akan menyesuaikan signal dengan kemampuan transient converter

(osiloskop).

200 200 Spesimen

Batang Impak Batang Penerus

L R c
a b
1600

1800

Gambar 2.16 Teknik Dua Gage pada Set up Uji Helm

Dalam penelitian ini juga akan dikembangkan suatu perhitungan beban impak

di lokasi c (interface kedua batang yang bertumbukan) menggunakan teori propagasi

tegangan dalam batang satu dimensi. Untuk keperluan ini, program aplikasi excel

digunakan untuk membaca data yang dikirim transient converter ke PC dan

menghitung besarnya impak di lokasi c.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Menurut teori propagasi tegangan ., [ 9, 10, 11], tegangan di lokasi a, b, dan c

dapat dihitung sebagai berikut:

b (t ) = L (t ) + R (t ) (2.18)

a (t ) = L (t t1 ) + R (t + t1 ) (2.19)

c (t ) = L (t + t1 ) + R (t t1 ) (2.20)

maka: c (t ) = b (t + t1 ) + b (t t1 ) a (t ) (2.21)

di mana: t = waktu rambatan gelombang dalam batang.

l 0 = jarak lokasi strain gage a dan b.

C0 = kecepatan rambat gelombang dalam batang.

l0
t1 = .
C0

Selanjutnya, variasi beban impak dapat dilakukan dengan mengatur jarak impak

(jarak antara ujung batang impak dan batang penerus), dan beban impak juga dapat

diperbesar atau diperkecil, dengan mengatur tekanan udara di dalam tabung udara (air

reservoir) melalui katup selenoid.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

3.1.1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan setelah disetujui dan sejak tanggal pengesahan

usulan oleh pengelola program sampai dengan selesai. Tempat pelaksanaan penelitian

di laboratorium Pusat Riset Impak dan Keretakan Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Teknik USU Medan. Dalam penelitian ini, pada pelaksanaannya dimulai dari desain

dan pabrikasi helm komposit berdasarkan acuan helm standard yang digunakan

sebagai cetakan. Selanjutnya dilakukan pengujian seperti: propertis material,

ergonomik, dan kekuatan helm. Sedangkan untuk klarifikasi helm hasil pabrikasi

adalah dengan meredesain gambar model konstruksi helm hasil produksi

menggunakan Solid work 2005, hal ini dilakukan untuk memperjelas kontur model

helm setelah helm diproduksi.

3.1.2 Waktu.

Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama delapan bulan.

3.2. Material, Peralatan dan Metode

3.2.1. Material

Material yang digunakan untuk pembuatan helm, dan spesimen uji adalah

komposit Glass Fiber Reinforced Plastic (GFRP), yang terdiri dari polyster resin tak

jenuh BTQN 157 (unsaturated polyster resin) sebagai matrik, dan serat E-glass jenis

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008 36
Chopped Strand Mat (CSM) sebagai penguat, cairan pengeras, aseton sebagai cairan

pembersih, dan mirror glaze digunakan sebagai media pemisah dari cetakan. Material

komposit ini dikerjakan dengan susunan dua lapis serat seperti ditunjukkan pada

Gambar (3.1).

Serat E-Glass
Resin

Gambar 3.1 Susunan Dua Lapisan Serat Plat Komposit GFRP

Sifat- sifat bahan polymer resin termoset menurut Groover M.P.,[7] dapat

ditunjukkan seperti pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Sifat-Sifat Mekanis Polymer Resin Termoset yang diperkuat serat
Bahan Polimer Kekuatan Perpanjangan Modulus Kekuatan Kekuatan
plastik termoset Tarik (%) Elastisitas Tekan Lentur
(Mpa) (Mpa) (Mpa) (Mpa)
Resin Polyester
dengan pengisi 175 s.d 210 5 s.d 50 560 s.d 1400 105 s.d 210 70 s.d 280
serat E-Glass

Sumber: Groover M.P

3.2.2. Peralatan

Peralatan produksi yang digunakan untuk pembuatan helm komposit, dan

spesimen uji dapat dilihat seperti pada table 3.2.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Tabel 3.2 Peralatan produksi

No. Nama Alat No. Nama Alat

1. Helm Standard 11. Kertas pasir


2. Sendok pengaduk 12. Gunting Plat
3. Cawan 13. Cutter
4. Kuas pemoles 14. Tang jepit
5. Obeng (-) 15. Mesin Grinda Tangan
6. Skrap 16. Kikir
7. Hand Roller 17. Martil
8. Glass Ukur 18. Mesin Bor Tangan
9. Plat Aluminium 19. Besi Pemberat 70 Kg
10. Plat Strip 20. Circular Saw Machine
Sumber: Peralatan Laboratorium

3.2.3. Desain dan metode pembuatan helmet komposit

Dalam pelaksanaan penelitian ini helm yang digunakan sebagai acuan

adalah helm standard dengan nomor standarisasi AS/NZS 1801 Type. 1 EN 397 SS 98

yang dibuat dari jenis polimer: Polyethylene (PE), Polyprophylene (PP), dan Acrylic

Butadien Styrene (ABS). Helm standard ini digunakan sebagai cetakan bentuk

cangkang helm (bagian I). Sedangkan bentuk kerangka bawah (bagian II) dengan

mendesain model cetakan terpisah, dan dibuat dari bahan plat lembaran setebal 1.3

mm, kemudian dibentuk sesuai dengan dimensi hasil pencetakan cangkang helm

komposit. Selanjutnya dari hasil pencetakan kedua bagian helm tersebut digabungkan

dengan cara menyambung dari jenis material yang sama sehingga membentuk sebuah

helm sesuai bentuk yang diinginkan.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Geometri helm disesuaikan dengan antropometri kepala manusia, yang

mengikuti geometri helm standard. Helm komposit dibuat dengan cara hand lay up

dari bahan komposit Glass Fibre Reinfored Plastic (GFRP), yang terdiri dari

polyester resin tak jenuh BTQN 157 EX (unsaturated resin) sebagai matrik, dan serat

kaca (E-Glass ) jenis CSM sebagai penguat yang disusun dua lapis. Serat E-Glass ini

dalam bentuk lembaran, susunan serat ke segala arah (acak), dan mudah dibentuk.

Jenis serat ini sangat sesuai untuk proses pencetakan helm dengan metode hand lay

up, dan memiliki sifat yang homogen sebagai penguat terhadap matrik.

.
Berikut ini langkah-langkah pembuatan helm komposit, yang dimulai dari

persiapan pengadaan cetakan, peralatan, bahan resin, serat, katalis, mirror glaze dan

peralatan pendukung lainnya seperti pada tabel 3.2, dan dilanjutkan dengan proses

pencetakan yang secara skematis dapat ditunjukkan pada Gambar 3.2 dan 3.3.

1. Siapkan cetakan helmet, cetakan helmet 2. Posisi cetakan helmet menghadap


yang digunakan untuk membuat helmet keatas, karena pencetan dilakukan
komposit adalah helmet standard. dari permukaan dinding sebelah

4. Ratakan resin dengan menggunakan 3. Setelah mencampur resin dengan


kuas, kemudian letakkan lembaran pengeras secara merata (ditandai
serat yang telah dipotong sesuai bentuk dengan perubahan warna), kemudian
yang diinginkan ke dalam cetakan. cairan resin dituang kedalam cetakan.

5. Tuangkan campuran resin kembali 6. Letakkan lembaran serat kedua


keatas lapisan serat pertama secara diatasnya, dan tuangkan campuran
merata. resin di atas serat kedua tersebut.

8. Biarkan campuran membeku selama 6 7. Ratakan permukaan campuran matrik


jam, setelah itu buka cetakan dan dan serat kedua kembali hingga
helmet komposit telah terbentuk. resin tadi merata keseluruh
permukaan.
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008
USU Repository 2008
Gambar 3.2. Flow Chart Pembuatan Helm Komposit
Resin

a). Pemolesan awal resin pada cetakan b). Penyusunan dan pembentukan dua lapis
helm standard. Serat pada cetakan cangkang helm.

238
300
228
230
188

17
140

22
Brim
8

Kerangka bawah di buat


45 dari bahan plat
tebal 2 mm.

c). Bentuk Cangkang. d). Dimensi kerangka Cetakan Brim

Lembaran Serat Glass

Cangkang

Brim

f). Bagian Helm sebelum disambung.


Hasrin : e). Pelapisan
Desain Serat pada
Dan Pabrikasi Cetakan
Helmet Brim.
Industri Yang Ergonomik, 2008
USU Repository 2008

Gambar 3.3 Desain dan Pabrikasi dengan Metode Hand lay up


Pada proses pembuatan atau pencetakan helm komposit seperti pada Gambar

3.3 diatas. Dalam hal ini, untuk keberhasilan suatu proses produksi helm tersebut

dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi adalah sebagai

berikut:

1. Tersedianya material, cetakan, dan peralatan produksi yang cukup.

2. Rentang waktu pada proses pencetakan dan pengeringan adalah mencapai: 6 s.d 12

jam atau lebih untuk setiap bagian komponen helm, dan kondisi seperti ini helm

sudah dapat dibuka dari cetakannya. Setelah itu dilanjutkan dengan proses

penyambungan pada kedua komponen helm tersebut, dan dikeringkan lagi

selama 6 jam, hingga helm terbentuk.

3. Kapasitas produksi yang dapat dihasilkan oleh seorang pekerja secara manual

adalah selama 48 jam (yang terdiri dari: waktu pencetakan, proses pengeringan,

dan jumlah cetakan yang digunakan, dengan keterampilan yang tinggi) diperoleh

4 s.d 6 buah helm, dan dilanjutkan dengan pembentukan ventilasi udara.

4. Proses pengecatan (pewarnaan), dan pengeringan dilakukan selama 2 jam atau

lebih.

Dari proses produksi yang dilakukan secara manual tersebut diatas, dengan

metode hand lay up menggunakan jenis serat CSM, tentu dilihat dari segi waktu

produksi kurang efisien, sehingga helm dapat diproduksi dalam jumlah yang relatif

kecil dibandingkan dengan hasil pencetakan yang menggunakan cetakan secara

mekanis yaitu: Injection molding, vacum molding dan lain sebagainya.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
3.2.4. Pembuatan Spesimen Uji Tarik

Pembuatan spesimen uji dicetak menggunakan metode hand lay up,

spesimen ini di uji untuk mendapatkan sifat mekanik material komposit. Pada proses

pembuatan spesimen uji menggunakan jenis material komposit GFRP yang sama

seperti pembuatan helm, dan peralatan cetak spesimen uji terdiri dari: plat strip

setebal 2 mm sebagai pembatas ketebalan, plat aluminium berukuran 20 cm x 20 cm

dengan tebal 5 mm yang berfungsi sebagai landasan untuk proses pelapisan lembaran

serat kaca, roller untuk perataan resin pada serat, dan alat pemberat 70 kg digunakan

untuk pengepresan. Hasil dari pencetakan tersebut berupa plat lempengan komposit

yang tebalnya 2 mm, selanjutnya spesimen dibentuk menurut standard ASTM 638-D.

Prosedur pembuatan spesimen plat komposit GFRP meliputi tiga proses

utama, yakni persiapan, pencetakan, dan pembentukan. Setelah proses persiapan

dilakukan, maka dilanjutkan dengan proses pencetakan di atas plat aluminium yang

berukuran 20 cm x 20 cm, untuk mendapatkan bentuk lembaran plat komposit.

Selanjutnya dikeringkan pada temperatur kamar selama 6 s.d 12 jam. Plat komposit

ini dibentuk menjadi spesimen uji sesuai dengan standard ASTM 638-D dan

dikerjakan dengan proses pemesinan. Berikut ini penjelasan langkah-langkah

pembuatan lembaran plat komposit, yang diuraikan secara flow chart seperti

ditunjukkan pada Gambar 3.4, dan dijabarkan secara skematis pada Gambar 3.5.

Bentuk dan ukuran spesimen plat komposit ditunjukkan pada Gambar 3.6. Set up

peralatan uji statik dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
1. Setelah mencampur resin dengan 2. Tutup lembaran pertama dengan serat
pengeras secara merata, kemudian secara merata.
tuangkan campuran resin kedalam
cetakan, selanjutnya diratakan dengan
kuas.

4. Tuangkan campuran resin kembali di atas 3. Ratakan matrik dan serat dengan
lapisan serat pertama. menggunakan roller

5. Ratakan kembali campuran resin 6. Letakkan lembaran serat kedua


tersebut dengan menggunakan roller diatasnya.
sehingga cairan dapat meresap kedalam
serat dengan baik sekaligus mendorong
keluar gelembung udara yang
terperangkap.

8. Selanjutnya langkah 3 s/d 7 di ulangi 7. Ratakan dengan roller campuran


kembali hingga lapisan serat terakhir matraiks dan serat kedua kembali
hingga campuran tadi merata

9. Kerjakan pada lapisan akhir, proses 10. Tekan penutup cetakan dengan beban
finishing dengan meratakan te kanan 70 kg. Tujuan penekakanan
permukaan campuran resin , dan ini untuk memperoleh kerataan
kemudian di tutup dengan penutup permukaan komposit dan
menghilangkan gelembung udara .

11. Biarkan spesimen membeku/mengeras


selama 6 jam. Setelah itu cetakan
dapat dibuka dan spesimen berbentuk
lembaran plat telah tercetak.

Gambar 3.4 Flow Chart Pembuatan Spesimen Plat Komposit

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Gambar 3.5 Skematis Proses Pencetakan Spesimen

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
120
2
50

20

10
20

Gambar 3.6 Spesimen Uji Tarik (Standard ASTM 638 D)

3.2.5. Set up alat uji statik

Set up alat pengujian tarik statik berikut ini ditunjukkan secara skematik

seperti pada Gambar 3.7. Pengujian tarik statik untuk mendapatkan sifat-sifat

mekanik material dasar helm seperti: modulus elastisitas (E), dan kekuatan tarik

maksimum ( maks ). Peralatan Ht- 9502 Computer Hidrolic Universal Testing

Machine digunakan untuk uji material helm komposit polimer GFRP yang berbentuk

plat lempengan, dan spesimen dibentuk menurut standard uji ASTM 638 D seperti

pada Gambar 3.6 di atas.

Spesimen uji

Gambar 3.7 Set up Alat Uji Statik

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Pada pengujian statik menggunakan alat uji Hungta (Ht-9502 Computer

Hidrolic Universal Testing Machine dilakukan di Pusat Riset Laboratorium Uji

material Jurusan Teknik Mesin UNIMAL Lhokseumawe.

3.3. Pengujian Temperatur Udara pada Dinding bagian dalam Helm

Pengujian temperatur udara pada helm menggunakan alat termokopel

digital. Pengukuran dilakukan dengan mengenakan helm secara langsung dilapangan.

Pada alat termokopel ini dipasang enam buah channel pengukuran menggunakan

kabel penghubung yang disusun pada bagian dalam dinding helm, dan setiap titik

pengukuran masing-masing berjarak 70 cm. Untuk pelaksanaan pengukuran

temperatur, dan set up alat termokopel ditunjukkan seperti langkah-langkah berikut

ini:

1. Pasang kabel penghubung termokopel pada ke 6 channel (enam titik pengukuran).

2. Hubungkan input cable termokopel dengan sumber arus listrik, maka alat pada

posisi ON.

3. Pasang kabel penghubung pada helm adalah dengan cara menempelkan ujung

kabel penghubung antara termokopel dengan helm pada permukaan dinding

bagian dalam helm yang dipasang sebanyak 6 titik masing-masing pada jarak 70

mm dengan cara meletakkan ujung-ujung kabel pengukur tersebut dengan jarak

10 mm dari permukaan dinding dengan menggunakan karet penahan setebal 10

mm yang di isolatif agar tidak mudah bergeser dari kedudukannya.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
4. Pada pelaksanaan pengukuran, helm dipakai langsung pada kondisi panas sinar

matahari. Pengukuran temperatur dilakukan setelah 60 menit helm dalam keadaan

dipakai, selanjutnya pembacaan temperatur pada digital screen secara langsung

dengan memutar pengatur channel dari titik 1 s.d 6. Pengujian temperatur ini

dilakukan pada kedua model helm: (a). Model helm dengan saluran angin (DSA),

dan (b). Model helm tanpa saluran angin (TSA).

Brim
Dinding bagian dalam helm

Sumber listrik
t t
e
x e
x
t t

t t
e
x e
x
t t

t t
e
x e
x
t t 0

Rolling cable
Helmet

Pembacaan Tempetur
Termokopel
Kabel Penghubung

Gambar 3.8 Set up Alat Termokopel pada Helm

Dari hasil pengukuran temperatur pada helm, untuk mengetahui seberapa

besar perbedaan temperatur udara yang terakumulasi di dalam dinding helm akibat

pengaruh panas sinar matahari, dan suhu badan manusia yang selama ini sangat

mempengaruhi kondisi fisik, dan sering menjadi permasalahan bagi pengguna helm

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
di lapangan. Pengujian temperatur ini dilakukan pada kedua model helm komposit

setelah diproduksi, sehingga yang diharapkan dari hasil pengujian ini akan

menunjukkan adanya perbedaan temperatur, oleh karena bentuk model helm yang

berbeda.

Titik pemasangan Termokopel

Resin
Saluran Angin

Kabel
Penghubung

Termokopel

Gambar 3.9 Pengukuran Temperatur Udara pada Helm


.

3.4. Pengujian Dinamik

Pengujian dinamik dengan pembebanan impak kecepatan tinggi

menggunakan alat uji KOMPAK. Pengujian ini dilakukan pada kedua model helm

komposit dengan pemasangan strain gage arah: x dan y pada jarak 15 mm dan 30

mm dari titik pengimpakan, untuk mengetahui respon tegangan impak dan tegangan

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
insiden pada helm. Dalam hal ini sifat mekanik, geometri batang impak (striker), dan

batang penerus (input bar) ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Sifat Mekanik Batang striker dan Batang Penerus

Batang Uji Material E (GPa) (kg/m3) Co (m/s)

Batang impak (Striker) AA 2024 T3 73,1 2780 5128


Batang penerus (input bar) AA 2024 T3 73,1 2780 5128

3.4.1. Metode dan arah pengimpakan

1. Pengimpakan atas dan samping helm DSA (Gambar 3.11 s.d 3.12).

2. Pengimpakan atas dan samping helm TSA (Gambar 3.13 s. 3.14).

Pada Spesimen posisi


Strain Gage Arah : X
200 200
Striker Input bar

L 1500 mm

L = 500 mm

Impak Atas

Gambar 3.10 Pengimpakan Atas Helm Dengan Saluran Angin (DSA)

200 200
Striker Input bar

L 1500 mm

L = 500 mm
Impak Samping

Gambar 3.11 Pengimpakan Samping Helm Dengan Saluran Angin (DSA)

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Pada spesimen posisi
Strain Gage arah Y
200 200
Striker Input bar

L 1500 mm

L = 500 mm

Im

Gambar 3.12 Pengimpakan Atas Helm Tanpa Saluran Angin.(TSA)

200 200
Striker Input bar

L 1500 mm

L = 500 mm
Impak Samping

Gambar 3.13 Pengimpakan Samping Helm Tanpa Saluran Angin (TSA)

3.4.2. Set up alat uji KOMPAK

Konstruksi peralatan uji helm yang telah dimodifikasi ditunjukkan pada

gambar 3.15. Komponen utamanya terdiri dari: unit kompresor, tangki udara, katup

solenoid, barel, batang impak, batang penerus, rangka, tempat dudukan pipa dan helm

serta pemegang helm. Di sini kompresor berfungsi untuk memampatkan udara

bertekanan ke dalam tangki udara. Batang impak (striker) di tempatkan di dalam pipa

barel yang bisa diatur jarak impaknya terhadap salah satu ujung batang penerus.

Gambar 3.15 di bawah ini menunjukkan susunan batang impak, batang penerus, dan

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
spesimen. Batang-batang tersebut di susun kolineir satu sama lain adalah untuk

mengetahui berapa besarnya beban impak yang dibangkitkan pada interface batang

penerus dan batang spesimen. Dengan cara pengukuran langsung, tentu saja sangat

sulit dilakukan. Dalam riset ini, pengukuran beban impak yang dibangkitkan pada

lokasi impak dilakukan secara tidak langsung yaitu: dengan menggunakan strain

gage yang dilengketkan pada dua posisi di batang penerus (pada lokasi a dan b).

Prinsipnya, gelombang tegangan yang melewati batang penerus ditangkap oleh

strain gage a dan b. Selanjutnya dengan menggunakan sirkit jembatan Wheatstone

(bridge box), dan signal conditioning, perubahan tahanan gage dirubah menjadi

voltase out put pada transient converter (atau osiloskop). Dalam penelitian ini

menggunakan transient converter yang mampu mentransfer data dengan memakai

interface langsung ke unit komputer (PC).

200 200 spesimen helmet

batang impak batang penerus

L R
a b c
1100

1300

Gambar 3.14 Teknik Dua Gage pada Set up Uji Helm

Dalam riset ini, perhitungan beban impak pada lokasi c (interface kedua

batang yang bertumbukan) menggunakan teori propagasi tegangan dalam batang satu

dimensi. Untuk keperluan ini, program aplikasi Excel digunakan untuk membaca data

yang dikirim transient converter ke PC dan menghitung besarnya impak di lokasi c.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Menurut teori propagasi tegangan ., [9,10], gelombang tegangan di lokasi a ,b, dan c

dapat dihitung sebagai berikut:

b (t ) = L (t ) + R (t ) (3.1)

a (t ) = L (t t1 ) + R (t + t1 ) (3.2)

C (t ) = L (t + t1 ) + R (t t1 ) (3.3)

maka : c (t ) = b (t + t1 ) + b (t t1 ) a (t ) (3.4)

l0
di mana : t = waktu; t1 =
C0

l 0 = Jarak lokasi strain gage a dan b

C0 = kecepatan rambat gelombang dalam batang.

C = Tegangan insiden yang ditransmisikan ke dalam helm.

L dan R adalah gelombang tegangan yang merambat dari kiri dan kanan

batang penerus (input bar) pada waktu t. Selanjutnya, variasi beban impak dapat

dilakukan dengan mengatur jarak impak (jarak antara ujung batang impak dan batang

penerus). Beban impak juga dapat diperbesar, juga diperkecil, dengan mengatur

besarnya tekanan udara dalam tabung (air reservoir) menggunakan alat ukur

barometer, dan kontrol keluaran udara dengan katup selenoid, selanjutnya udara akan

menekan batang impak (striker), batang penerus (input bar), dan menumbuk

spesimen uji.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
2
3000 mm 4000 mm

3 4
5 6 7 8

9
Detail 8
13 1 10

11
12
14

000 V 000 V
1 1

Keterangan Gambar:
1. Kompresor. 8. Spesimen (helm), test rig.
2. Tangki Udara. 9. Strain gage.
3. Pressure Regulator 10. Bridge head.
4. Katup Selenoid. 11. Signal Conditioning.
5. Pipa Barrel. 12. Transient Conventer.
6. Batang Striker. 13. Personal Computer
7. Batang Input. 14. Interface Cable.

Gambar 3.15 Set up Alat Uji KOMPAK

Pengukuran pada input bar dengan menggunakan spesimen, dan strain gage

a dan b terpasang pada input bar (Gambar 3.16) pada jarak 200 mm. Sedangkan

pengimpakan dilakukan pada kedua model helm yaitu: helm Dengan Saluran Angin

(DSA), dan helm Tanpa Saluran Angin (TSA). Pengimpakan helm ini dilakukan pada

bagian atas dan samping dengan posisi strain gage pada arah x dan y, seperti pada

gambar 3.18, dan 3.19.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
1500 mm

1300 mm
500 mm 1100 mm

Striker Input Bar

gage a gage b

Gambar 3.16 Pengukuran Respon Batang Penerus tanpa Spesimen

Spesimen
1500
1300
L 1100
Strike Input Bar

(L= 50 cm) gage a gage b

a). Pengimpakan pada bagian atas helm dengan strain gage terpasang

Spesimen
1500
1300
L 1100
Input Bar

(L= 50 cm) gage a gage b

b). Pengimpakan pada bagian samping helm dengan strain gage terpasangGambar

3.17 Pengimpakan Atas dan Samping Helm DSA

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Spesimen
1500
h l t
1300
L 1100

Strike Input Bar

(L= 50 cm) gage a gage b

a ). Pengimpakan bagian atas

1500 Spesimen
1300
L 1100
Strike Input Bar

(L= 50 cm) gage a gage b

b ). Pengimpakan bagian samping

Gambar 3.18 Pengimpakan Atas dan Samping helm TSA

3.4.3. Penyelidikan Propagasi Tegangan pada Helm Komposit

Dalam penelitian ini, peneliti akan menyelidiki terjadinya propagasi

tegangan pada helm. Untuk keperluan ini, maka peneliti menyiapkan beberapa hal

sebagai beriktu:

1. Pemasangan biaksial gage (pada arah: x dan y ) pada helm. Lokasi strain gage

untuk pengimpakan arah bagian atas, maka strain gage dipasang berdekatan

dengan lokasi impak yaitu pada bagian atas dari helm (gambar 3.20), demikian

juga untuk pengimpakan arah samping (gambar 3.21, dan 3.22).

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
2. Uji impak dilakukan pada dua lokasi pengimpakan yaitu: atas, dan samping

seperti diperlihatkan pada Gambar 3.18, dan 3.19.

Dalam riset ini, pengujian impak pada helm dilakukan dalam dua arah

pengukuran menggunakan biaksial gage arah: x dan y dengan jarak 15 mm dan 30

mm dari titik pengimpakan.

Tabel 3.4 Spesifikasi Strain Gage


Type : KFRP-2-120-C1-1
Gage length/Gage resistance : 2 mm/ 120.00.2 ohm
Gage factor : 1.981.0%
Sumber: Pusat Riset Impak dan Keretakan

Y Titik Impak

15
X
30

Posisi Strain gage pada arah x

Gambar 3.19 Jarak dan Posisi Strain Gage Arah X. Pada Helm TSA
15

30

Gambar 3.20 Jarak dan Posisi Strain Gage Arah Y. Pada Helm TSA

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Gambar 3.21 Jarak dan Posisi Strain Gage Arah: X pada Helm DSA

Gambar 3.22 Jarak dan Posisi Strain Gage Arah: Y pada Helm DSA

3.5. Redesain Gambar Model Konstruksi Helm Komposit Hasil Produksi

menggunakan solidwork 2005

Redesain gambar model konstruksi helm komposit ini dilakukan setelah

proses produksi (helm secara keseluruhan telah terbentuk). Hal ini didasari dari

bentuk konstruksi helm standard yang digunakan sebagai cetakan helm komposit.

Pada proses pencetakan helm komposit ini tidak seluruhnya penampang cetakan

tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan kontur helm secara keseluruhan, namun

kontur yang diperlukan pada tahap pencetakan awal ini hanya untuk mencetak bentuk

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
cangkang (tempurung) helm saja. Sedangkan pencetakan tahap kedua adalah dengan

membuat kerangka brim (cetakan bawah), untuk ini diperlukan desain alat cetakan

brim secara terpisah, agar kedua bagian helm tersebut dapat terbentuk dengan mudah.

Selanjutnya kedua bagian helm ini digabungkan dengan cara menyambung pada

kedua bagian ujungnya, sehingga menghasilkan sebuah produk helm komposit.

Kedua bagian helm ini masing-masing memiliki kontur yang berfungsi sebagai

tulangan, baik pada bagian atas maupun bagian bawah helm. Dari hasil produksi helm

ini, selanjutnya peneliti melakukan pengukuran pada seluruh kontur penampang

helm, dan dimensi-dimensi tersebut digunakan kembali untuk meredesain gambar

model konstruksi helm komposit dengan menggunakan solidwork 2005, tujuannya

adalah untuk memperjelas kontur, dan dimensi helm setelah diproduksi.

Penelitian ini dimulai dari proses produksi, dan Variabel yang diamati dari

beberapa pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan helm dari material komposit polimer GFRP menggunakan cetakan

helm standard dengan metode hand lay up.

2. Untuk mengetahui Sifat-sifat mekanik material komposit polimer GFRP sebagai

material dasar helm dengan uji standard ASTM 638D.

3. Untuk mengetahui besarnya temperatur pada dinding bagian dalam dari kedua

model helm ( helm TSA, dan DSA).

4. Untuk mengetahui kekuatan model helm TSA, dan DSA dengan pengujian impak

pada bagian atas helm, dan samping secara langsung menggunakan teknik pengu

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
kuran dua gage.

5. Meredesain gambar model konstruksi helm hasil produksi, untuk meng klarifikasi

bentuk model, kontur permukaan, dan dimensi helm secara keseluruhan sebagai

verifikasi hasil desain dan pabrikasi.

3.6. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian seperti pada Gambar 3.23, menunjukkan tentang

konsep pelaksanaan kegiatan penelitian yang berawal dari sebuah permasalahan,

khususnya dalam bidang desain dan pabrikasi helm industri, dan menggunakan

material komposit GFRP sebagai material dasar untuk pembuatan helm. Di samping

itu, dengan melakukan berbagai pengujian untuk memperoleh data-data seperti: sifat-

sifat mekanik material komposit, pengukuran kekuatan, nilai ergonomik helm setelah

diproduksi, dan meredesain untuk memperoleh bentuk kontur helm setelah

diproduksi. Diharapkan helm komposit dari hasil produksi ini dapat menjamin

keselamatan dan layak dalam penggunaannya di lapangan, sehingga dapat

menghindari terjadinya kecelakaan yang akan mengakibatkan cedera kepala.

Pada diagram alir penelitian (Gambar 3.24), menunjukkan langkah-langkah

seperti: persiapan alat dan bahan, desain dan pabrikasi, sampai dengan pengolahan

data, dan penyelesaian dari seluruh data hasil pengujian untuk mendapatkan sebuah

kesimpulan akhir dari hasil penelitian ini. Dari beberapa pengujian telah yang

dilakukan pada helm komposit, hasilnya akan dibandingkan dengan helm non

standard, helm standard yang dibuat dari bahan polimer biasa.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Permasalahan: Uji Statik
- Desain &Pabrikasi
Helmet Industri.
- Material (GFRP). Uji Dinamik

Uji Ergonomik

Pembuatan helm Komposit Bentuk Pengujian:


dengan Metode Hand lay-up: Uji Tarik Material helm (Ht- 9502
Material helm Komposit. C.H.UTM).
Cetakan (helm standard). Uji Temperatur udara pada helm
Metode cetakan terpisah. dengan alat termokopel.
Dimensi helm standard. -Pengujian respon batang input tanpa
Model helm dengan salu menggunakan spesimen (helm).
ran angin/ ventilasi. -Pengujian Langsung pada helm dengan
Model helm tanpa impak kecepatan tinggi (KOMPAK):
Saluran angin. Dengan teknik pengukuran dua gage.
Jarak pengimpakan (ID).
Helm dengan saluran angin (DSA).
Helm tanpa saluran angin (TSA).
Respon tegangan impak dan tegangan
insiden.

Hasil yang akan diperoleh:

Helm komposit hasil produksi.


Sifat mekanik material.
komposit polimer GFRP
Temperatur udara pada helm
Kekuatan helm komposit
Redesain gambar desain model
konst. Helm komposit.

Helm Industri
Yang ergonomik

Gambar 3.23 Kerangka Konsep Penelitian

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Mulai Penelusuran literatur dan
Penyusunan Proposal

Pemeriksaan tersedianya
Peralatan dan Bahan

Desain dan pabrikasi


Helm Industri yang
ergonomik

Uji Statik Uji Dinamik Uji Ergonomik

Pengolahan Verifikasi
Data hasil redesain gbr
Pengujian helm dgn solid
work 2005

Kesimpulan Selesai

Gambar 3.24 Diagram Alir Penelitian

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pendahuluan

Pada penelitian ini, model helm komposit yang diberi beban impak adalah

mengikuti bentuk helm standard Australia EN 397. AS/NZS 1801.SS 98 yang

digunakan sebagai acuan bentuk cetakan helm komposit. Struktur helm komposit

dibuat dari bahan komposit Glass Fiber Reinforced Plastics (GFRP). Pemilihan

bahan komposit polimer GFRP ini, ditinjau dari proses pembuatannya lebih mudah

dibentuk sesuai dengan bentuk cetakannya, helm di cetak menggunakan metoda

hand lay up, dan sifat-sifat bahan komposit GFRP yang mudah dibentuk tidak

memerlukan temperatur panas, dan tekanan pada proses pencetakannya.

Penelitian ini untuk memberikan informasi tentang hasil desain model dan

pabrikasi helm komposit dengan metode hand lay up, pengujian statik, respon

tegangan pada input bar, tegangan insiden, dan respon tagangan pada helm di lokasi

terdekat dengan titik pengimpakan pada jarak tertentu. Pengujian ini juga dilakukan

untuk mengetahui kekuatan helm komposit hasil desain dengan model saluran angin

(DSA), dan tanpa saluran angin (TSA), yang di bentuk pada keempat sisi

dindingnya. Dari kedua model helm komposit tersebut, tentu memiliki kontur helm

yang berbeda. Dari beberapa pengujian yang dilakukan, maka dapat diketahui pula

perbedaan data hasil pengukuran yang diperoleh seperti: temperatur, dan berat helm

itu sendiri, sehingga dapat diklasifikasikan untuk model helm yang ergonomik.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008 62
Pengujian impak dilakukan untuk mendapatkan respon tegangan pada batang

input dengan metoda dua gage, selanjutnya dilakukan pengujian langsung pada helm

dengan strain gage terpasang pada arah: x dan y. Dari hasil pengujian helm langsung

ini, akan menampilkan karakteristik gelombang tegangan melalui grafik hasil

pengukuran data uji yang menggunakan excel, hal ini untuk mengetahui seberapa

besar respon tegangan impak dan tegangan insiden pada helm dengan variasi jarak

impak yaitu: 40 mm s.d 120 mm dan 40 s.d 100 mm. Pada pengujian ergonomik

dilakukan dengan mengenakan helm langsung selama 60 menit.di lapangan terbuka

pada siang hari, dan kondisi cuaca cerah. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

data hasil pengukuran temperatur udara yang bersirkulasi pada bagian dalam dinding

helm dengan model saluran angin (DSA) maupun tanpa saluran angin (TSA) terhadap

udara di sekitarnya dengan menggunakan alat termokopel.

4.2. Desain dan Pabrikasi Helm Komposit

Pembuatan helm komposit dilakukan dengan proses pencetakan yang

menggunakan cetakan helm standard dengan metode hand lay up. Untuk

memudahkan pelaksanaan proses pembuatan helm komposit tersebut adalah dengan

menggunakan dua bentuk cetakan secara terpisah yaitu: (1). Bentuk cangkang bagian

atas. (2) bentuk kerangka bagian bawah (brim) yang didesain dan dibuat dari material

plat setebal 2 mm. Sebelum dilakukan proses pencetakan helm komposit tersebut,

awalnya dilakukan dengan memotong bentuk cangkang helm standard yang

digunakan sebagai alat cetakan bagian atas, untuk mendapatkan kontur atas

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
cangkang helm. Sedangkan kerangka bagian bawah helm dicetak secara terpisah.

Kedua bagian helm tersebut dicetak dengan susunan dua lapis serat E-glass,

selanjutnya bagian helm yang telah di cetak dikeringkan atau di jemur pada

temperatur kamar selama 12 jam. Setelah proses pengeringan, maka kedua bagian

helm tersebut masing-masing dibuka dari cetakan. Sebelum dilakukan proses

penyambungan, terlebih dahulu dilakukan perataan atau merapikan kedua bagian

ujung yang akan disambung dengan menggunakan mesin grinda tangan. Dari hasil

penyambungan kedua bagian tersebut, maka terbentuklah helm komposit. Setelah itu

dilanjutkan pada pembuatan model helm dengan membentuk saluran angin yang

berukuran 40 x 4 mm pada keempat sisi dinding helm tersebut, untuk memenuhi

sebuah bentuk model helm industri yang ergonomik sesuai dengan yang

direncanakan. Gambar 4.1 berikut ini adalah menunjukkan bentuk konstruksi helm

komposit setelah tersambung dari kedua bagian yang dicetak secara terpisah.

Daerah Sambungan Brim Cangkang

a). Tampak Samping b). Tampak Atas

Gambar 4.1 Bentuk konstruksi helm setelah tersambung

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
a). Model Helm Tanpa b). Model Helm Dengan
Saluran Angin (TSA) Saluran Angin (DSA)

c). Penampang Helm Bagian d). Model Helm setelah Pewarnaan


dalam dengan tali jaringan

Gambar 4.2 Helm Komposit Hasil Produksi

Setelah proses pencetakan helm, selanjutnya dilakukan pembentukan saluran

angin (wind channel) pada keempat sisi dinding helm yang dikerjakan dengan

menggunakan mesin grinda tangan (hand grinding) dan kikir halus, hingga saluran

angin tersebut terbentuk sesuai desain bentuk model helm yang di inginkan seperti

pada gambar 4.2 b di atas. Selanjutnya helm diberi warna dengan proses pengecatan

(gambar 4.2 d) dengan mencampurkan bahan pewarna pada resin polyester sebelum

dilakukan proses pencetakan.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
4.3. Pengujian Statik

Pada pengujian statik ini, dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik

material komposit polimer GFRP dengan bentuk spesimen uji menurut standard

ASTM 638 D. Dari hasil pengujian ini, untuk harga modulus elastisitas (E) spesimen

diperoleh berdasarkan pembacaan pada gambar 4.3 yaitu hubungan beban F dan

pertambahan panjang l . Gaya F yang dihasilkan diubah ke bentuk tegangan, dengan

cara membagi gaya F dengan luas penampang A pada daerah pengukuran. Sementara

regangan yang terjadi diperoleh dengan cara membagi l dengan panjang daerah

pengukuran l. Tegangan tarik maksimum yang diperoleh dari pembacaan grafik

(Gambar 4.3) merupakan nilai tertinggi pada pengujian yaitu sumbu Y (stress)

menunjukkan ( max ) = 277 MPa.

Dari tiga kali pengujian dapat diketahui harga rata-rata kekuatan tarik

adalah: 401,3 MPa, dan modulus elastisitas material helm komposit GFRP (E)

sebesar 782 MPa = 0,782 GPa, dan elongation 51,33%. Variasi data hasil pengujian

dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari hasil pengujian statik, harga rata-rata modulus

elastisitas diperoleh sebesar (E) = 782 MPa = 0,782 GPa. Harga modulus elastisitas

(E) sebagai material dasar pembuatan helm komposit ini dibandingkan dengan

material dasar helm non standard yang dibuat dari material PE, PP, dan helm

standard dari material PE, PP, dan ABS. Untuk ini diambil perbandingan dari salah

satu jenis material tersebut yaitu helm non standard dari material polimer biasa (PE)

memiliki harga modulus elasitisitas (E) sebesar 522 Mpa. Dari perbandingan harga

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
(E) tersebut, ternyata helm komposit memiliki harga (E) jauh lebih besar

dibandingkan dengan helm non standard.

Berikut ini ditunjukkan gambar grafik hasil pengujian statik menggunakan

spesimen uji menurut standard ASTM 638 D dengan alat uji HT 9502 Computer

Hidrolic Universal Testing Machine.


Gambar 4.3 Tipikal Grafik Tegangan Vs Regangan Spesimen Komposit

Dari pembacaan grafik hasil uji tarik (Gambar 4.3) di atas, maka didapatkan

harga modulus elastisitas (E) material komposit polimer GFRP seperti ditunjukkan

pada tabel 4.1. berikut ini.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Tabel 4.1 Hasil Uji Tarik Spesimen Komposit GFRP

No. Kekuatan Tarik Modulus Elastisitas


(Mpa) (Mpa)
1. 349,33 680,56
2. 436,36 850,1
3. 418,2 814,73
Rata-Rata 401,3 782
Sumber: Hasil Penelitian

4.4. Pengukuran Temperatur Udara pada bagian dalam dinding Helm

Pengujian ergonomik ini dilakukan dengan cara mengenakan helm secara

langsung dalam kondisi cuaca cerah pada temperatur udara terbuka: 310C s.d 330C,

kelembaban relatif 54 s.d 95%, dan kecepatan angin rata-rata 2 s.d 5 m/det

(Lampiran 1,sumber data BMG- Medan, April 2006). Pengujian ini adalah untuk

mengetahui besar temperatur udara yang terakumulasi di bagian dalam dinding

helm, yang bersirkulasi melalui saluran angin terhadap udara di sekitarnya. Pengujian

ergonomik dilakukan pada kedua model helm yaitu: (1). Helm tanpa saluran angin

(TSA), dan (2). Helm dengan saluran angin (DSA).

Pengujian ergonomik dilakukan pada kedua model helm, dengan mengukur

temperatur udara pada permukaan dinding helm bagian dalam, dan hasil pengukuran

akan di bandingkan. Dari hasil pengukuran temperatur udara pada model helm tanpa

saluran angin (TSA) diketahui temperaturnya = 39 0C lebih tinggi dibandingkan

dengan model helm yang menggunakan saluran angin (DSA) sebesar 33,16 0C. Data-

data hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 dan 4.3 berikut ini.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Temperatur Udara pada Helm TSA

Titik Waktu Pembacaan


Pengukuran Pengukuran Temperatur Udara
1. 38
2. 38
3. 40
4. 60 40
5. 39
6. 39
Gambar 4.4 Model helm TSA
Temperatur rata-rata : 39
Sumber: Hasil Penelitian

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Temperatur Udara pada helm (DSA)

Titik Waktu Pembacaan


Pengukuran Pengukuran Temperatur Udara
4. 31
5. 33
6. 36
4. 60 31
5. 36
6. 32
Gambar 4.5 Model Helm DSA Temperatur rata-rata : 33,16
Sumber: Hasil Penelitian

Pada pengujian ergonomik, pengukuran temperatur udara pada helm

dilakukan selama 60 menit adalah kondisi yang paling optimum bagi pengguna

helm di lapangan. Jadi dari data hasil pengukuran temperatur udara pada kedua

model helm tersebut (lihat tabel 4.2 dan tabel 4.3) menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan. Dalam penelitian ini, hasil desain model konstruksi helm industri

dari bahan komposit polimer GFRP, untuk model helm (DSA) menunjukkan

temperatur hasil pengukuran pada dinding bagian dalam adalah sebesar 33,160C

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
yang berarti sama dengan temperatur udara di sekitarnya sebesar 330C. Dari data hasil

pengukuran ini merupakan data yang telah diketahui untuk memenuhi salah satu

persyaratan helm industri yang ergonomik. Berikut ini adalah data hasil pengujian

ergonomik seperti pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Hasil Pengujian Helm Ergonomik

No. Model Helm Material Berat Helm Temperatur


(gram) Udara (0C)

1. Model Helm Dengan Komposit polimer 365 33,16


Saluran Angin (DSA) GFRP

2. Model Helm Tanpa Komposit polimer 385 39


Saluran Angin (TSA) GFRP
Sumber: Hasil Penelitian

Untuk pengukuran berat helm juga dilakukan dengan menggunakan alat

timbangan Digital SAUTER D-7470 west germany, type EB 60 dengan ketelitian

0,001. Hasil pengukuran berat helm seperti pada tabel 4.4 di atas, dan menunjukkan

perbedaan berat dari kedua model helm tersebut, dengan selisih berat yaitu sebesar:

385 365 = 20 gram. Perbedaaan ini oleh karena adanya perubahan kontur pada

permukaan dinding helm yang didesain, dengan bentuk model saluran angin pada ke

empat sisi dinding yang berlubang yaitu model helm DSA (no.1). Jadi dari hasil

pengukuran berat model helm (DSA) adalah 365 gram, jauh lebih ringan

dibandingkan dengan helm TSA yang beratnya 385 gram. Dalam hal ini tentu ada

pengaruh terhadap proses pembentukan saluran angin pada ke empat sisi dinding

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
helm tersebut, karena terjadi pembuangan atau pengurangan material pada masing-

masing permukaan dinding helm yaitu sebesar lubang saluran angin yang berukuran

40 x 4 mm sebanyak 4 buah.

Pada pengujian ergonomik, pengukuran berat helm juga dilakukan pada

helm standard dari jenis polimer: Polyethylene (PE), Polypropylene, dan

Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS), yang digunakan sebagai alat cetakan helm

komposit, dan dari hasil pengukuran beratnya dapat dibandingkan. Dari pengukuran

berat helm standard diketahui seberat 290 gram, sedangkan berat helm komposit

adalah 365 gram. Jadi perbandingan berat helm standard dengan helm komposit

memiliki selisih berat sebesar 365 gram 290 gram = 75 gram. Perbedaan berat

dari kedua jenis helm ini disebabkan dari beberapa faktor perbedaan yaitu:

komposisi material, dan proses pembuatannya.

Dalam penelitian ini proses pembuatan helm komposit adalah menggunakan

metode hand lay up, sehingga pengaruh tebal dinding helm komposit yang tidak

merata, terutama pada kontur tulangan bagian atas, terjadi penumpukan cairan resin

yang lebih tebal pada permukaan cetakan bagian bawah yang tidak dapat dihindari.

Hal inidisebabkan karena letak cetakan helm pada posisi terlentang ke atas, dan pada

pelapisan matrik dan serat disusun secara bertahap, sehingga sebelum cairan resin di

dalam cetakan tersebut mengering, cairan resin cenderung mengalir turun ke

permukaan cetakan yang lebih rendah (bagian bawah cetakan), dan akibatnya terjadi

penumpukan resin yang lebih tebal pada daerah bagian bawah cetakan. Berat helm

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
juga dipengaruhi pada daerah sambungan antara cangkang dengan kerangka bawah

(brim), sehingga hasil pencetakan menyebabkan helm komposit lebih berat dari helm

standard.

4.5. Pengujian Kekuatan Helm Komposit dengan Beban Impak

4.5.1. Pengukuran respon batang penerus (batang input)

Batang penerus (input bar) yang digunakan pada set up alat uji KOMPAK

ini terdiri dari bahan aluminium paduan AA 2024 T3. Uji respon batang input tanpa

helm terpasang, bertujuan untuk mengetahui respon batang penerus terhadap beban

impak menggunakan tekanan udara konstan 0,4 MPa, dan jarak impak yang

divariasikan, mulai dari 40 mm s.d 200 mm dapat diketahui tegangan impak yang

diterima oleh batang penerus (input bar).

Gambar 4.6 dan 4.7 adalah hasil pengukuran respon tegangan pada batang

penerus tanpa spesimen (uji kosong). Dari masing-masing gambar grafik terlihat

bahwa kenaikan jarak impak akan menyebabkan kenaikan amplitudo tegangan, tetapi

hal ini tidak mengubah harga-harga waktu yang diperoleh, seperti: waktu impak,

waktu mencapai puncak gelombang, waktu untuk satu gelombang penuh, waktu

antara setengah gelombang, dan waktu untuk setengah gelombang. Besarnya

tegangan yang dihasilkan untuk masing-masing jarak impak pada pengujian respon

batang penerus tanpa spesimen ditunjukkan pada Tabel 4.5. Dari data hasil

pengukuran pada Tabel 4.5 adalah menggambarkan bentuk grafik dengan variasi

jarak impak pada batang penerus.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
30
ID 40
ID 60
ID 80
20 ID 100
ID 120
ID 140
10 ID 160
Tegangan (Mpa)

ID 180
ID 200

0
250 350 450 550 650

-10
Batang SGA Batang
Striker Input
-20

-30
Waktu ( s)

Gambar 4.6 Respon Batang Penerus pada lokasi Strain Gage a untuk berbagai
variasi jarak impak dengan tekanan udara 0,4 MPa

50
ID 40
ID 60
40 ID 80
ID 100
30 ID 120
ID 140
20 ID 160
ID 180
Tegangan(Mpa)

ID 200
10

0
230 330 430 530 630
-10

-20 SGB
Bat ang Bat ang
-30 St riker Input

-40

-50
Waktu ( s)

Gambar 4.7 Respon Batang Penerus pada lokasi Strain Gage b untuk berbagai
variasi jarak impak dengan tekanan udara 0,4 MPa

Gambar 4.6 dan 4.7 memberikan informasi, untuk mengetahui besarnya

respon tegangan yang dihasilkan dari pengimpakan ini, dengan variasi jarak impak:

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
40 mm s.d 200 mm menunjukkan semakin besarnya respon tegangan. Jadi kenaikan

respon tegangan yang diterima oleh gage a dan gage b seiring dengan bertambah

besarnya jarak impak atau dapat di informasikan bahwa selisih tegangan yang

diterima oleh gage a dan gage b bertambah besar dengan bertambah jauhnya jarak

impak.

Tabel 4.5 Respon Batang Penerus pada lokasi Gage a dan b

Tegangan Impak (MPa


ID
(mm) Gage a Gage b Selisih a-b

40 362 324 38
60 362 326 36
80 362 328 34
100 362 331 31
120 362 333 29
140 363 335 28
160 364 336 28
180 365 337 28
200 366 339 27
Sumber: Hasil Penelitian

4.5.2. Pengukuran Respon Helm secara Langsung

Dalam riset ini, pengukuran respon helm akibat beban impak dilakukan

dengan menggunakan strain gage rossete, dan hanya menggunakan dua arah

pengukuran, yaitu pada arah: x dan y dengan jarak 15 mm dan 30 mm dari titik

pengimpakan. Spesifikasi strain gage rosette diperlihatkan dalam Tabel 4.6. Letak

dan posisi pemasangan strain gage pada spesimen seperti pada Gambar 4.8.

Respon tegangan yang diukur adalah tegangan yang diterima helm akibat beban

impak. Beban impak diberikan dengan tekanan udara dari kompresor pada tekanan:

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
0,4 MPa. Jarak impak dibuat bervariasi, dimulai dari jarak 40 mm s.d jarak 120 mm

yang akan mengakibatkan kegagalan pada helm.

4.5.2.1. Pengimpakan atas helm TSA dengan strain gage arah: X

Strain gage Arah: X

30
15
Striker Input Bar
500 mm 1500

Gambar 4.8 Pengujian Langsung pada Helm

4.5.2.2. Respon Tegangan Impak dan Tegangan Insiden pada: ID = 60 mm, dan
Strain Gage arah: X

Dalam pengujian ini menggunakan teknik pengukuran dua gage untuk

mengukur respon helm terhadap beban impak. Respon tersebut dapat di artikan

sebagai ketahanan helm untuk mendukung respon gelombang tegangan impak yang

masuk ke lokasi impak melewati ujung input bar. Respon helm berbeda, tergantung

dari lokasi impak, intensitas beban, dan geometri ujung input bar yang bersentuhan

langsung dengan permukaan helm.

Dari grafik menunjukkan bahwa intensitas tegangan insiden (Gambar 4.9 b)

tergantung pada tegangan impak (Gambar 4.9 a) yang dihitung dari hasil pengukuran

pada lokasi a dan b. Intensitas tegangan impak tergantung kepada kecepatan luncur

batang striker dan sifat-sifat mekanik kedua batang impak dan batang penerus. Pada

tekanan 0,4 MPa, jarak impak (ID) = 60 mm, dan strain gage arah: X pada jarak = 15

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
mm diperoleh tegangan impak pada lokasi a sebesar 64,43 MPa. Sedangkan besarnya

tegangan yang dapat ditransmisikan ke dalam helm (tegangan insiden) hanya sebesar

24,50 MPa. Di sini, terlihat bahwa ada pengaruh faktor transmisi tegangan.

Konfigurasi tegangan insiden akibat ujung rata dengan diameter input bar

20 mm, dan panjangnya 1500 mm memberikan beberapa informasi, antara lain

adalah waktu impak untuk jarak 60 mm, (ti) = berkisar 150 s. Waktu impak ini

tergantung pada ukuran batang impak yang digunakan. Dalam penelitian ini

digunakan batang impak yang panjangnya 500 mm, batang penerus 1500 mm, jarak

strain gage a, dan b 200 mm.

P = 0,4 Mpa 200 200

Striker Input Bar c


a b
500 mm 1500

100 60

64.43
40

50 24.50
20
b
Tegangan (MPa)

Stress (MPa)

0 0
a c f
0 50 100 150 200 250 300
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
-20

-50
-40
ti
d
-100 -60 Tim e (s)

Waktu (s)

a). b).

Gambar 4.9 Tipikal Tegangan Impak dan Insiden (P = 0,4 MPa, ID = 60 mm)

Tegangan insiden adalah besarnya respon tegangan yang masuk (diserap) ke

helm melalui interface batang penerus tergantung pada variasi jarak pengimpakan.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Semakin besar jarak impak, maka dari grafik memperlihatkan semakin besar pula

respon tegangan insiden seperti pada grafik (Gambar 4.9b). Hal ini pada prinsipnya

sama dengan karakteristik gelombang tegangan impak pada batang, semakin besar

jarak impak, maka grafik menunjukkan semakin besar pula gelombang tegangan

impak yang terjadi seperti terlihat pada grafik (Gambar 4.6, dan 4.7).

a). Karakteristik pengukuran respon gelombang tegangan lewat strain gage: a

Sg. a Sg.b
100

64.43
b b
c
50
TeganganTekan TeganganTarik
Tegangan (MPa)

a a d f g
d
0

0 200 400 600 800 c 1000 1200 1400 1600

-50
f
e

-100
Waktu (s)

Gambar 4.10 Respon Tegangan Impak vs Waktu


SG. = 15 mm, Arah: X), Pada (ID = 40 dan 120 mm)
(Impak Atas Helm TSA), P = 0,4 MPa

Pengimpakan dari batang impak (striker) yang diberikan tekanan udara

sebesar 0,4 MPa ke batang input melalui interface, maka timbul gelombang tegangan

impak pada batang input sebesar ( imp. ) = 64,43 MPa, insiden stress( ins ) = 24,50

MPa. Gelombang tegangan yang terjadi pada ujung batang penerus tersebut

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
dirambatkan sampai ke ujung batasnya sepanjang (L) dalam waktu (t), dan

gelombang ini terekam oleh semi conductor strain gage a b dengan jarak (o)

sebagai gelombang tegangan tekan satu dimensi (a b) dalam waktu (t), dan setelah

mencapai ujung batas batang penerus (L) rambat gelombang tegangan tersebut

diteruskan ke spesimen melalui interface batang penerus, hingga ujung batas

spesimen (antara permukaan spesimen dan batang input) sejauh (b c) dalam waktu t

+ t1. Disini terjadi penundaan waktu (time delay) pada interface akibat dari tegangan

impak batang penerus ke spesimen, sehingga sebagian gelombang tegangan masuk

ke spesimen, dan sebagian lagi direfleksikan kembali ke batang input melalui

interface. Selanjutnya rambat gelombang tegangan pada batang input tersebut

kembali melewati semi conductor strain gage (b a) yang berjarak (o), dan

terekam sebagai gelombang tegangan tarik (c d) dalam waktu t, dan selanjutnya

gelombang tegangan dirambatkan sampai ke ujung batang penerus, hingga mencapai

ujung batasnya, melalui interface (d e) gelombang tegangan tersebut sebagian

masuk ke batang striker, dan sebagian lagi ditransmisikan kembali dan melewati semi

conductor strain gage (a b) adalah sebagai gelombang tegangan tekan, dengan

propagasi gelombang tegangan yang sama seperti diatas terus berlanjut secara

berulang. Dari Gambar Grafik di atas terlihat bahwa batang penerus telah memberi

respon terhadap beban impak yang diberikan. Hal ini menunjukkan adanya

gelombang tegangan tarik yang merambat ke batang impak (striker) dan telah

ditransmisikan kembali melalui interface ke batang penerus sebesar (d e) dalam

waktu (t - t1), kemudian rambat gelombang tegangan dari interface ke ujung batang

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
diteruskan dan melewati semi conductor strain gage (a b) adalah sebagai

gelombang tegangan tekan kembali.

b). Pengukuran gelombang tegangan impak lewat strain gage: b

Dari impak (batang striker) yang diberikan ke batang penerus (input bar)

melalui interface, maka timbul gelombang tegangan disepanjang (L) batang penerus.

Dengan cara pembacaan yang sama grafik pada pengukuran strain gage a, (Gambar

4.9 a), maka gelombang tagangan yang terjadi pada batang penerus diteruskan ke

spesimen adalah dari titik (a- b) dalam waktu (t t1), gelombang tegangan ini

tertangkap oleh semi conductor strain gage (a b) sebagai gelombang tegangan

tekan, dan setelah mencapai ujung batas batang penerus gelombang tegangan ini

direfleksikan kembali melewati semi conductor strain gage (b a) dan terekam

sebagai gelombang tegangan tarik (b- c).

Selanjutnya melalui interface spesimen ke batang penerus terjadi penundaan

waktu (time delay) selama waktu (c- d), dan rambat gelombang tegangan ini

diteruskan sampai ke ujung batas batang penerus, setelah mencapai ujung batas

batang penerus gelombang tegangan ini direfleksikan melalui interface batang impak

ke batang penerus, dan kembali melewati semi conductor strain gage (a b) sebagai

gelombang tegangan tekan, dan hal yang sama seterusnya gelombang tegangan

berpropagasi secara berulang.

c). Pengukuran respon tegangan insiden pada helm

Pengukuran kekuatan pada lokasi impak (batang input dan helm) berdasarkan

pada teori rambat gelombang elastis satu dimensi. Pada Gambar 4.9 b menunjukkan

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
tegangan insiden, yaitu tegangan yang berpropagasi ke dalam helm dengan amplitudo

sebesar ( in ) = 24,50 Mpa. Pungukuran tegangan insiden (yaitu tegangan yang

masuk kedalam helm) dengan memasang semi conductor strain gage a pada jarak 15

mm, dan semi conductor strain gege b yang berjarak 30 mm dari titik pengimpakan.

Dari pengimpakan batang impak melalui interface batang penerus, rambat gelombang

tegangan yang ditransmisikan ke batang penerus dan diteruskan ke spesimen melalui

interface spesimen, sehingga gelombang tegangan yang masuk ke spesimen terukur

melewati semi conductor strain gage (a b) yang berjarak 15 mm dari titik impak

terpasang pada spesimen, dan dalam waktu (t ) adalah sebesar ( in ) = 24,50 MPa,

sebagai gelombang tegangan tekan satu dimensi (a b), setelah mencapai ujung

batang penerus, sebagian gelombang tegangan tekan ini diteruskan ke spesimen dan

sebagian akan direfleksikan sebagai gelombang tegangan tarik menuju interface

batang impak dan batang input dan tertangkap oleh strain gage b dan a sejauh (b- c).

Pada saat yang sama setelah impak, pada batang impak juga merambat

gelombang tagangan tekan dari interface menuju ujung bebasnya. Setelah mencapai

ujung bebasnya, gelombang tegangan ini direfleksikan menuju interface dan

diteruskan ke batang penerus. Pada saat menuju ujung batang penerus, gelombang

tegangan tersebut akan tertangkap oleh strain gage a b sebagai gelombang tegangan

tarik satu dimensi sebesar (c d). Setelah mencapai ujung batang penerus, gelombang

tegangan ini sebagian diteruskan ke spesimen dan sebagian kembali menuju interface

batang penerus dan batang impak dan terekam oleh strain gage b dan a sebagai

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
gelombang tegangan tekan sebesar (d f). Jadi besar gelombang tegangan tarik yang

merambat ke batang impak ditransmisikan kembali ke batang penerus (input bar),

dan diteruskan ke spesimen. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti: sifat-sifat mekanis material batang uji, ukuran panjang batang uji, dan jenis

material spesimen yang akan di uji. Ketiga hal tersebut harus dipertimbangankan,

agar data hasil pengujian yang didapatkan terukur dengan baik.

4.5.2.3. Respon tegangan impak atas helm tanpa saluran angin (TSA), pada ID = 40
mm, dan ID = 120 mm, SG. arah: X

P : 0,4 MPa
Striker Input Bar
Impact distance: 40 mm dan 120

18
ID 40
ID 120
12

6
Stress (MPa)

0
0 1000 2000 3000 4000

-6

-12
-10.96

-18
Waktu (us)

Gambar 4.11 Respon Tegangan impak Vs Waktu (SG.X:15 mm), Imp.atas,TSA

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
18
ID 40
ID 120
12

5.89
6
Stress (MPa)

0
0 1000 2000 3000 4000

-6

-12

-18
Waktu (us)

Gambar 4.12 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG.X:30 mm), Imp.atas, TSA

4.5.2.4. Respon impak atas helm dengan saluran angin (DSA), pada ID = 40 mm dan
ID = 120 mm, SG. arah: X

25
ID 40
ID 120
15
Stress (MPa)

0 1000 2000 3000 4000


-5

-15

-21.61
-25
Waktu (us)

Gambar 4.13 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG.X:15 mm), Imp.atas, DSA

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
25
ID 120
ID 40
15

Stress (MPa) 5

0 1000 2000 3000 4000


-5

-11.02
-15

-25
Waktu (us)

Gambar 4.14 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG.X:30 mm),Imp.atas, DSA

4.5.3. Pengimpakan samping helm TSA dengan Strain gage arah: X

4.5.3.1. Respon impak samping helm tanpa saluran angin (TSA), pada ID = 40 mm
dan ID = 100 mm, SG.arah: X

10
ID 40
ID 100

5
Stress (MPa)

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

-5

-6.61
-10
Waktu (us)

Gambar 4.15 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG.X:15 mm), Imp.samp. TSA

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
10
ID 40
6.00 ID 100

Stress (MPa)

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

-5

-10
Waktu (us)

Gambar 4.16 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG.X:30 mm), Imp.samp.TSA

4.5.3.2. Respon impak samping helm dengan saluran angin (DSA), pada ID = 40
mm dan ID = 100 mm, SG.arah: X

10
ID 40
ID 100

5
Stress (MPa)

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

-5
-4.24

-10
Waktu (us)

Gambar 4.17 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG.X:15 mm), Imp.samp.DSA

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
10
ID 40
ID 100
4.64
5
Stress (MPa)

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

-5

-10
Waktu (us)

Gambar 4.18 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG.X:30 mm),Imp.samp.DSA

4.5.4. Pengimpakan atas helm TSA dengan strain gage arah: Y

Pengimpakan atas pada helm seperti ditunjukkan pada Gambar 4.19

menggunakan metoda dua gage dengan berbagai variasi jarak impak (ID). Gambar

4.20,dan 4.21 menunjukkan tegangan impak dan tegangan insiden (yaitu tegangan

yang masuk ke dalam helm) dengan tekanan 0,4 MPa masing-masing pada jarak

impak 60 mm dan 140 mm. Sedangkan Gambar 4.22 merupakan grafik gabungan

respon tegangan insiden. Dari gabungan kedua grafik tersebut (Gambar 4.22)

menunjukkan semakin besar jarak impak, maka semakin besar pula respon tegangan

impak dan tegangan insiden yang diterima helm. Berikut ini ditunjukkan data-data

hasil pengukuran dengan jarak impak yang bervariasi menunjukkan besarnya respon

tegangan impak dan tegangan insiden seperti terlihat pada Tabel 4.7.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Tabel 4.6 Hasil perhitungan Tegangan Impak dan Tegangan Insiden
pada berbagai variasi (ID) : 60 mm s.d 140 mm

ID Tegangan Impak Tegangan Insiden Faktor Transmisi


(mm) (MPa) (MPa) () %

60 67,77 26,28 38,78


80 73,81 28,76 38,96
100 78,53 31,07 39,56
120 86,37 33,56 38,85
140 91,89 36,80 40,04

Rata-Rata 79,67 31,29 39,24


Sumber: Hasil Penelitian

Konfigurasi tegangan insiden dapat ditunjukkan pada Gambar 4.22. Dari

bentuk gelombang tegangan tersebut memberikan beberapa informasi penting, antara

lain : waktu impak untuk jarak 60 mm dan 140 mm sebesar (ti) = 300 s. Waktu

impak ini tergantung pada ukuran panjang batang impak yang digunakan. Semakin

pendek batang impak yang digunakan waktu impak akan semakin kecil.

200 200

Striker Input Bar


Gage a Gage b
500 mm 1500 mm

Gambar 4.19. Impak Atas Helm TSA dengan Strain Gage arah: Y

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
P : 0,4 MPa

Striker Input Bar

Impact distance: 60 mm

50
100

75 67.77099378 40

Insiden Stress (M Pa)


Tegangan im pak (M Pa)

50 30 26.28
25
20
0
750 1250 1750 10
-25
0
-50 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340

-10
-75
ti
-100 -20

Waktu (s) Time (s)


Gambar 4.20. Tegangan Impak dan Tegangan Insiden (P=0,4 MPa; ID: 60mm),
Strain Gage arah: Y

P : 0,4 MPa
Striker Input Bar

Impact distance : 140mm

100 91.89524578 50

75 40 36.80
Insiden Stress (MPa)
Tegangan impak (MPa)

50 30

25 20

0
0 500 1000 1500 10
-25
0
-50 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340

-75
-10
ti
-100 -20

Time (s)
Waktu (s)

Gambar 4.21. Tegangan Impak dan Tegangan Insiden (P = 0,4 MPa; ID: 140mm)

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
80

60
ID60=26.28 ID140=36.80
40
Tengangan (MPa)

20
ID=60
0
ID=140
0 200 400 600 800
-20

-40

-60

-80
Waktu (s)

Gambar 4.22. Grafik Gabungan Respon Tegangan Insiden

Bentuk grafik (Gambar 4.22) di atas, menunjukkan besar respon tegangan

insiden dari pengujian model helm TSA, pada jarak impak (ID) 60 s.d (ID) 140 mm.

Penjalaran gelombang tegangan yang terjadi berbentuk amplitudo dan searah dengan

sumbu batang uji. Tegangan impak pada (ID) = 60 mm sebesar 67,77 MPa, dan

tegangan insiden sebesar 26,28 MPa, sedangkan pada (ID) = 140 mm, diperoleh

tegangan impak sebesar 91,89 MPa dan tegangan insiden sebesar 36,80 MPa. Jadi

semakin besar jarak impak (ID), maka semakin besar pula tegangan impak dan

tegangan insiden pada helm. Pada kondisi ini permukaan helm belum menunjukkan

kerusakan, tetapi pada bagian dalam helm sudah memperlihatkan perubahan warna

whitening zone di bawah lokasi titik impak. Dari hasil perhitungan tegangan impak

dan tegangan insiden pada berbagai variasi jarak impak dapat dilihat bahwa rata-rata

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
faktor transmisi sebesar 39,24%. Hal ini menunjukkan bahwa tegangan yang masuk

ke helm komposit sangat besar, artinya tegangan impak mampu diredam.

4.5.5. Pengimpakan samping helm TSA, dengan Strain Gage arah: Y

Strain Gage terpasang


pada Arah : Y
Dan Arah Pengimpakan
Samping.

Titik

Gambar 4.23. Impak Samping Helm TSA dengan Strain Gage Arah: Y

Pengukuran respon tegangan impak pada helm dari arah samping

ditunjukkan pada Gambar 4.24. Pada pengujian ini, pengukuran yang dilakukan

mulai pada jarak impak (ID) = 60 s.d 120 mm, dengan tekanan 0,4 MPa. Gambar

4.24 dan 4.25 masing-masing memperlihatkan tegangan impak dan tegangan insiden,

dan menunjukkan besar respon tegangan impak yang ditransmisikan ke helm sebesar

42,45 MPa, dan tegangan insiden pada helm sebesar 16,15 MPa pada (ID) = 60 mm,

pada (ID) = 120 mm, respon tegangan impak yang di transmisikan sebesar 65,72,

MPa, dan tegangan insiden pada helm sebesar 26,02 MPa. Pada kondisi ini helm

sudah menunjukkan whitening zone. Berikut ini data hasil pengukuran yang

ditabulasikan pada Tabel 4.8. Faktor transmisi dari berbagai variasi (ID) sebesar

38,75%, hal ini menunjukkan helm komposit lebih besar meredam tegangan yang

masuk akibat beban impak kecepatan tinggi.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Pada pengujian impak bagian atas helm, menunjukkan besar faktor transmisi

yang hampir sama, hal ini menunjukkan bahwa semua bagian permukaan helm akan

meredam tegangan yang diterima sebesar 60%. Respon tegangan insiden yang

diperoleh ini, juga menunjukkan kemampuan helm komposit untuk menahan

tumbukan beban impak, sehingga pada jarak impak (ID) sebesar 140 mm, dan strain

gage pada 15 mm dari titik pengimpakan, pada permukaan dinding helm yang

terkena impak hanya menunjukkan whitening zone. Kondisi ini menunjukkan telah

terjadi perambatan gelombang tegangan yang menembus lapisan matrik, dan

gelombang tegangan tersebut akan diteruskan ke lapisan serat penguat yang pertama.

Tabel 4.7. Hasil perhitungan Tegangan Impak dan Tegangan Insiden pada berbagai
variasi (ID) : 60 mm s.d 120 mm

ID Tegangan Impak Tegangan Insiden Faktor Transmisi


(mm) (MPa) (MPa) () %

60 42,45 16,15 38,04


80 51,82 20,02 38,63
100 59,22 22,93 38,72
120 65,72 26,02 39,59
Rata-Rata 54,8025 21,28 38,75
Sumber: Hasil Penelitian

Dari hasil pengujian helm impak atas dan samping dengan strain gage

terpasang pada arah: Y menunjukkan besar respon tegangan insiden yang berbeda

seperti terlihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8 di atas. Pada impak atas, diperoleh

tegangan insiden rata-rata sebesar 31,29 MPa, sedangkan pada impak samping,

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
diperoleh tegangan insiden rata-rata yang lebih kecil yaitu sebesar 21,28 MPa. Hal

ini disebabkan adanya pengaruh pada bentuk sambungan antara cangkang dan brim.

P : 0,4 MPa
Striker Input Bar

Impact distance: 60mm

80 30

60
Tegangan impak (MPa)

20 16,15
42,45

Insiden Stress (MPa)


40
10
20
0
0
0 50 100 150 200
-20 0 500 1000 1500 -10

-40
-20
-60
-80
-30
ti
Time (s)
Waktu (s)

Gambar 4.24. Tegangan Impak dan Tegangan Insiden (P=0,4 MPa; ID: 60mm),
Strain Gage Arah: Y

P : 0,4 MPa
Striker Input Bar
Impact distance: 120

80 30
65,72 26,02
60
Tegangan impak (MPa)

20
Insiden Stress (MPa)

40
10
20
0 0

-20 0 500 1000 1500 0 50 100 150 200


-10
-40
-20
-60
-80 -30
ti
Waktu (s) Time (s)

Gambar 4.25. Tegangan Impak dan Tegangan Insiden (P = 0,4 MPa; ID: 120mm),
Strain Gage Arah: Y

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
60

40
Tegangan (MPa) 26,02
20
16,15
0
0 100 200 300 400 500
-20
ID = 60
-40
ID = 120
-60
waktu (s)

Gambar 4.26 Grafik Gabungan Respon Tegangan Insiden

Hasil pengujian impak atas dan samping pada helm komposit di atas

dilakukan dengan posisi strain gage pada arah: X dan Y, dengan berbagai variasi

jarak impak menunjukkan bahwa semakin besar jarak impak, maka semakin besar

pula respon tegangan yang terjadi pada helm. Dari beberapa pengalaman para

peneliti sebelumnya, berdasarkan data hasil pengukuran dengan pemasangan strain

gage arah: Y untuk helm standar menunjukkan respon tegangan impak yang lebih

besar dibandingkan dengan posisi strain gage pada arah: X. Jadi berdasarkan

pengalaman pada pengujian helm standard ini, maka hasilnya dapat dibandingkan

dengan helm komposit yang memiliki bentuk tulangan pada bagian atas dan

samping, tentu bentuk konstruksinya lebih kokoh, dan kuat. Pada pengujian helm

komposit ini dilakukan dengan menggunakan alat strain gage yang diletakkan pada

posisi arah: X dan Y, dari hasil pengujian helm komposit pada impak atas dan

samping menunjukkan besar respon tegangan impak dan tegangan insiden yang

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
berbeda. Sebagai perbandingan data hasil pengukuran, maka dapat ditunjukkan

seperti pada contoh berikut ini:

Dari hasil pengukuran pada pengimpakan atas helm komposit, dengan P = 0,4

MPa, ID = 140 mm, diperoleh besar respon tegangan impak ( imp. ) = 91,89 MPa,

tegangan insiden ( ins. ) = 36,80 MPa, dan faktor transmisi ( )= 40,04%.

Sedangkan dari data hasil pengujian helm standard yang dilakukan oleh Iqbal yaitu :

pada tekanan 0,4 MPa, dan jarak impak 140 mm, diperoleh tegangan impak hasil

pengukuran sebesar 73,41 MPa. Akan tetapi, besarnya tegangan yang dapat

ditransmisikan ke dalam helm (tegangan insiden) hanya sebesar 8,82 MPa, dan

faktor transmisi ( ) =12,01%. Dari data hasil pengukuran kedua jenis helm tersebut

di atas, telah menunjukkan besar respon tegangan berbeda antara jenis material

komposit dengan polimer biasa. Dalam hal ini helm komposit jauh lebih baik

menerima (meredam) beban impak dibandingkan dengan jenis helm standard dan

non standard.

4.6. Redesain Gambar Model Konstruksi Helm Komposit Hasil Produksi


Menggunakan Solidwork 2005

Dalam penelitian ini, pembuatan gambar desain model konstruksi helm

komposit ini masih perlu dilakukan setelah proses produksi, penggambaran model

konstruksi helm dengan menggunakan softwre solid work 2005. Pada desain gambar

dengan solidwork ini tentu diperlukan seluruh dimensi helm tersebut dengan cara

pengukuran langsung pada helm komposit hasil produksi. Dari hasil pengukuran

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
dimensi tersebut digunakan sebagai dasar untuk penggambaran dengan solid work,

sehingga membentuk konstruksi helm komposit sesuai dengan hasil produksi. Desain

penggambaran ini dilakukan untuk memperjelas kontur helm komposit, dan

memverifikasi bentuk konstruksi helm setelah di pabrikasi.

Berikut ini di perlihatkan pada gambar 4.27 adalah bentuk model produk helm

komposit tanpa saluran angin (TSA) yang telah diproduksi sesuai dengan bentuk

yang direncanakan.
226 300
195 235
190
230
9
152

147

20
a). Tampak Depan b). Tampak Samping

Cangkang
Hasil Sambungan yang
berfungsi sebagai
tulangan pada brim
Brim

c). Isometrik

Gambar 4.27 Redesain Gambar Model Konstruksi Helm Komposit


menggunakan Solidwork 2005

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian desain dan pabrikasi ini, telah menunjukkan hasil

produksi helm yang ergonomik dari bahan komposit GFRP, dengan melakukan

berbagai pengujian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Desain dan Pabrikasi Helm Komposit

Dari hasil desain dan pabrikasi telah memperlihatkan hasil produksi helm

industri dari material komposit polimer GFRP dengan metode hand lay up. Pada

proses pencetakan helm dilakukan dengan metode pencetakan secara terpisah yaitu:

(1). Cetakan cangkang, dan (2). Cetakan brim. Metode pencetakan ini lebih berhasil

dibandingakan metode pencetakan langsung. Pada proses pabrikasi helm komposit

yang menggunakan cetakan helm standard dengan metode hand lay up, ada beberapa

hal yang menjadi pertimbangan pada teknik pencetakan helm seperti: desain model

konstruksi helm, modifikasi cetakan, dan metode pencetakan. Hal ini perlu dilakukan

untuk mendapatkan hasil produksi helm yang lebih baik, dan helm tanpa mengalami

cacat atau gagal produk. Jadi pada proses pencetakan helm ini dapat disimpulkan,

dengan metode pencetakan secara terpisah ini terbukti lebih efisien dibandingkan

dengan metode pencetakan langsung menggunakan helm standard, yang hasilnya

cenderung gagal untuk diproduksi.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008 95


USU Repository 2008
2. Pengujian Statik

Pengujian statik dengan menggunakan spesimen uji yang dibuat dari

material komposit polimer GFRP dengan susunan dua lapisan serat E-glass jenis

Chopped Strand Mat (CSM). Spesimen dibentuk menurut standarisasi ASTM 638 D

(standard pengujian). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik

material dasar helm komposit. Dari hasil uji tarik spesimen, maka diperoleh harga

modulus elastisitas rata-rata (E) = 782 MPa, kekuatan tarik maksimum rata-rata

( trata 2 )= 401,3 MPa, dan Elongation ( rata 2 ) = 51,33%. Dari data-data hasil

pengujian tersebut di atas, menunjukkan bahwa harga: (E), ( trata 2 ), dan ( rata 2 ) yang

diperoleh lebih besar dibandingkan dengan jenis material polimer biasa (material

helm non standard) yang telah diteliti sebelumnya oleh Nayan, A [4]. Dari hasil

penelitiannya memperoleh data-data sebagai berikut: harga modulus elastisitas ( E) =

522 MPa, kekuatan tarik ( t ) = 29,74 MPa, dan Elongation at Break ( rata 2 ) =

24,15%. Dari hasil pengujian spesimen jenis material komposit polimer GFRP ini

diperoleh harga (E) = 782 MPa. Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis material

komposit GFRP lebih keras, dan ulet dibandingkan dengan jenis material polimer

biasa.

3. Pengukuran Temperatur Udara pada bagian dalam dinding Helm

Pengujian ergonomik dilakukan untuk mengetahui perbedaan temperatur

udara di dalam dinding dari kedua model helm tersebut, yang pengujiannya dengan

mengenakan helm langsung di lapangan (udara bebas) pada kondisi iklim cuaca

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
cerah: temperatur rata-rata 310C s.d 330C, dan kecepatan angin rata-rata 2 s.d 5

m/detik dengan kelembaban relatif 54 s.d 95%. Pengujian menggunakan alat ukur

termokopel, dari hasil pengukuran menunjukkan temperatur rata-rata dalam dinding

helm tanpa saluran angin (TSA) sebesar 390C. Dengan cara yang sama juga

dilakukan pengukuran temperatur pada model helm dengan bentuk saluran angin

(DSA), hasil pengukuran menunjukkan temperatur rata-rata di dalam dinding helm

sebesar 33,160C. Dari data hasil pengujian temperatur, maka kedua model helm

tersebut menunjukkan perbedaaan temperatur udara sebesar: 390C 33,160C = 5,84


0
C, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk memenuhi persyaratan model helm

ergonomik adalah model helm dengan bentuk saluran angin (DSA). Sedangkan

temperatur udara di dalam dinding helm yang terakumulasi adalah: akibat pengaruh

suhu badan manusia sebesar 340C melalui kulit kepala, dan panas akibat radiasi

matahari melalui permukaan dinding luar helm. Dari hasil pengukuran temperatur

udara di atas, menunjukkan temperatur udara panas di dalam dinding helm dapat

bersirkulasi dengan udara luar melalui saluran angin pada ke empat sisi permukaan

dinding helm, sehingga dari hasil pengukuran temperatur udara pada bagian dalam

dinding helm diketahui sebesar 33,160C, yang berarti sama dengan temperatur udara

disekitarnya. Dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran terhadap berat kedua

model helm (TSA dan DSA), dari hasil pengukuran (penimbangan) berat model

helm DSA = 365 gram, dan berat model helm TSA = 385 gram. Dengan demikian

model helm DSA lebih ringan dari model helm TSA. Hasil pengujian ergonomik

telah menunjukkan tingkat kenyamanan helm, dalam arti tidak panas pada

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
penggunaannya, dan helm komposit lebih keras dan liat di bandingkan dengan helm

standard dari material polimer biasa.

4. Pengujian Kekuatan Helm Komposit

Hasil pengujian kekuatan helm dilakukan dengan pengimpakan pada bagian

atas dan samping kedua model helm TSA dan DSA, dengan (P) = 0,4 MPa, pada

jarak impak (ID) = 60 mm, dan posisi pemasangan strain gage arah: X pada jarak 15

mm menunjukkan tegangan impak sebesar ( imp ) = 64,43 MPa, dan tegangan insiden

( ins ) = 24,50 MPa yaitu tegangan yang masuk (diserap) pada helm. Sedangkan

respon tegangan impak untuk model helm TSA, dengan variasi jarak impak (ID) = 40

s.d 120 mm, dan strain gage pada jarak 15 mm dari titik impak adalah sebesar ( imp )

= - 10,96 MPa, strain gage pada jarak 30 mm menunjukkan respon tegangan impak

( imp ) = 5,89 MPa. Untuk model helm DSA, pengukuran strain gage pada jarak 15

mm dari titik impak diperoleh respon tegangan impak sebesar ( imp ) = - 21,61 MPa,

dan strain gage pada jarak 30 mm menunjukkan ( imp ) = - 11,02 MPa.

Pada pengimpakan samping model helm TSA, dengan tekanan (P) = 0,4

MPa, jarak strain gage 15 mm dari titik impak, (ID) = 40 s.d 100 mm, diperoleh

respon tegangan impak ( imp ) = - 6,61 MPa, dan strain gage pada jarak 30 mm

menunjukkan besarnya respon tegangan impak ( imp ) = 6,00 MPa. Pengimpakan

samping model helm DSA, dilakukan dengan cara yang sama, maka dari hasil

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
pengukuran strain gage pada jarak 15 mm dari titik impak, diperoleh respon tegangan

impak ( imp ) = - 4,24 MPa, dan strain gage pada jarak 30 mm ( imp ) = 4,64 MPa.

Dari data hasil pengujian di atas, dapat dilihat bahwa dari pengukuran strain gage

arah: X, pada jarak 15 mm dan 30 mm dari titik impak, dengan variasi jarak impak

yang berbeda menunjukkan besar respon tegangan tekan dan tarik yang bervariasi

terhadap permukaan dinding helm, terutama pada jarak strain gage 15 mm dari titik

pengimpakan. Sedangkan dari hasil pengukuran respon tegangan impak atas helm

TSA, dengan (P) = 0,4 MPa, dan (ID) = 60 mm, dengan strain gage arah: Y,

diperoleh besar respon tegangan impak ( imp. ) = 67,77 MPa, dan tegangan insiden

sebesar ( ins. ) = 26,28 MPa. Pada (ID) = 140 mm, diperoleh ( imp. ) = 91,89 MPa,

dan ( ins. ) = 36,8 MPa. Pada pengimpakan samping helm TSA, dengan (ID) = 60

mm, strain gage arah: Y, diperoleh respon tegangan impak ( imp. ) = 42,45 MPa,

dan tegangan insiden ( ins. ) = 16,15 MPa. Untuk (ID) = 120 mm, diperoleh ( imp. )

= 65, 72 MPa dan ( ins. ) = 26,02 MPa. Hasil kedua pengukuran dengan posisi

strain gage arah: X dan Y di atas menunjukkan besar respon tegangan impak dan

tegangan insiden yang berbeda. Kemudian diketahui respon tegangan impak dengan

pengukuran strain gage arah: Y jauh lebih besar dibandingkan dengan pengukuran

strain gage arah: X, artinya penjalaran gelombang tegangan searah sumbu batang.

Hal ini sesuai dengan teori propagasi gelombang tegangan pada batang.

Perambatan energi gelombang tegangan akibat beban impak adalah berbentuk

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
gelombang longitudinal atau gelombang yang arah gerakan partikelnya sejajar dengan

arah rambatannya. Dari data hasil pengukuran respon tegangan oleh peneliti

sebelumnya (Iqbal), pada pengujian impak atas jenis helm standard dari material

polimer biasa dengan (P) = 0,4 MPa, (ID) = 140 mm, diperoleh: respon tegangan

impak = 73,41 MPa, tegangan insiden = 8,82 MPa, dan faktor transmisi ( ) =

12,01%. Sedangkan dari hasil pengujian impak atas helm komposit, pada (P) = 0,4

MPa, pada (ID) = 140 mm, diperoleh: ( imp. ) = 91,89 MPa, dan ( ins. ) = 36, 80

MPa, dengan ( ) = 40,04%. Dari perbandingkan besarnya respon tegangan impak

dan tegangan insiden tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan helm

komposit jauh lebih mampu untuk menerima atau menyerap tumbukan akibat beban

impak dibandingkan dengan helm standard dari bahan polimer biasa.

5. Redesain Gambar Model Konstruksi Helm Komposit Hasil Produksi

Desain gambar konstruksi helm komposit dilakukan dari hasil pengukuran

dimensi setelah helm diproduksi. Dari hasil pengukuran dimensi helm tersebut,

digunakan sebagai kerangka dasar penggambaran, untuk mendapatkan bentuk model

konstrukasi helm komposit dengan software solidwork 2005. Hal ini perlu dilakukan

dengan tujuan untuk memperjelas kontur seluruh permukaan helm komposit,

terutama pada daerah sambungan antara bentuk cangkang (kerangka bagian atas), dan

brim ( kerangka bagian bawah) yang akan berfungsi sebagai tulangan pada konstruksi

helm hasil produksi. Di samping itu, gambar desain model helm ini adalah untuk

memverifikasi produk helm hasil produksi. Dengan demikian dari hasil desain,

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
pabrikasi, dan modifikasi hingga meredesain gambar model konstruksi helm

komposit ini diharapkan menjadi standarisasi desain dan pabrikasi model helm

industri yang dapat diproduksi menggunakan metode hand lay up.

5.2 Saran

1. Diharapkan untuk proyek penelitian selanjutnya dalam bidang manufaktur

khususnya pada proses produksi yang menggunakan jenis material Polymer

Matrix Composites (PMCs) dan Fiber Reinforced Plastic (FRP), dapat

dikembangkan secara lebih luas dengan berbagai jenis peralatan dan metode

proses antara lain seperti: spray up, injection moulding, vacum moulding,

compression molding, dan hand lay up untuk tujuan riset yang berorientasi pada

dunia industri. Hal ini perlu dilakukan untuk peningkatan dan pengembangan

riset selanjutnya, dengan peninjauan dari berbagai aspek keperluan tentang

penggunaan jenis material PMCs dan RFP melalui suatu proses produksi,

sehingga dapat menghasilkan berbagai produk yang telah lolos uji standard

sesuai dengan kebutuhan pasar.

2. Peningkatan fasilitas pendidikan, dan alat-alat laboratorium pengujian yang

standard di Pusat Riset Laboratorium pengujian, guna mendukung para peneliti

untuk mendapatkan data hasil penelitian yang lebih optimal, sehingga dapat

menyerap nilai-nilai keilmiahan yang mendasar sesuai dengan tuntutan

pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini, dan mampu bersaing

baik ditingkat nasional maupun internasional dimasa mendatang.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
DAFTAR PUSTAKA

1. Aik Suwarno, Perbaikan Lingkungan Kerja pada Pengrajin Ukiran Kelongsong


Peluru dengan Menyesuaikan Meja Kerja, Fakultas Teknik Program Studi
Arsitektur Universitas Udayana, Jurnal Pemukiman Natah Vol. 3 No. 2 Agustus
2005.
2. Amirican National Standard Institute for Industrial Head Protection, Z 89.1-
1997, 1997.

3. Badan Meteorologi Dan Geofisika (BMG), 2006, Medan.

4. Dhanannjay Deo, Computerized Landmarking and Anthropometry OverLaser


Scanned 3D Head and Face Surface Meshes Department of Mechanical
Engineering andCenter for Product Design and ManufacturingIndian Institute
of Science BANGALORE 560 012 January 2006.

5. G.A. Davis, E. D. Edmisten, R.E. Thomas, R.B. Rummer, D.D. Pascoe, Effect of
ventilation safety helmets in a hot environment, International Journal of
Industrial Ergonomics 27 (2001) 321- 329, USA.

6. Gibson, R.F, Principles of Composite Material Mechanics, Mc Graw Hill, New


York, 1994.

7. Groover MP, Fundamental of Modern Material Processes and System


Manufacturing, Second Edition, 188 318, John Wiley & Sons,Inc, 2002, USA.

8. Indra, Pemodelan Bentuk Kepala dari Bahan Komposit Polimer dan responnya
terhadap BebanIimpak, Prosiding Seminar Material dan Struktur (Mastruct),
Medan, Januari, 2004.

9. ISO TC22 / SC12/ WG5 World SID TG N396,WorldSID Anthropometry


Requirements and Performance.

10. Japan International Standard for Protective Helmet for Vehicular Users, T
8133, Japan, 1982.
11. Johnson, W, Impact Strength of Material, Edward Arnold, London, 1972.

12. Lyn Quine, D.R. Rutter and Laurence Arnold, Persuading School-age cyclist to
use safety helmets : Effectiveness of an intervention based on the theory of
Planned Behaviour, British Journal of Health Psychology (2001),6, 327-345,
University of Kent at Canterbury, UK.
102
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008
USU Repository 2008
13. Mahadi, B, Bustami Syam, Metode Baru Pengukuran Kekuatan Helm Industri
Akibat Beban Impak Kecepatan Tinggi, Prosiding Seminar Material dan
Struktur (MASTRUCT), Medan, Januari, 2004.

14. Nayan, BBA, Bustami Syam, Penyelidikan Perilaku Mekanik Helmet Industri
Akibat Beban Impak Kecepatan Tinggi, Prosiding Seminar Material dan
Struktur (MASTRUCT), Medan, Januari, 2004.

15. Patrick Kirk, Effect Outdoor Weathering on the effective life of forest industry
safety helmets, International Journal of Industrial Ergonomic 25 (1999) 51-58,
New Zealand.

16. Shinroku Saito, Tata Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, PT. Pradnya Paramita,
Cetakan ke IV, 1999, Jakarta.

17. Standar Nasional Indonesia, Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua
untuk umum, SNI 19 1811 1990.

18. Sumamur, P.K, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Cet. 6, Jakarta, 1988.

19. Syam, B,Aplikasi Teknik Dua Gage Dalam Pengukuran Tegangan Insiden Pada
Helmet Industri yang Dikenai Beban Impak Kecepatan Tinggi, Jurnal Ilmiah
SINTEK, Vol.19, no.2 2003.

20. Syam, B, et.all, Pembuatan Alat Uji Air Gun Compressor dan Penyelidikan
Perilaku Mekanik Berbagai Material Mekanik Akibat Beban Impak, Laporan
Konprehensif Penelitian Hibah Bersaing VI/1 dan VI/2, Medan, 1999.

21. Syam, B, Laporan Hasil Benchmarking ke SIRIM Berhad, Kuala Lumpur,


Malaysia, Desember 2000 (tidak dipublikasikan.

22. Syam, B, Laporan Hasil Benchmarking ke B4T Depperindag, Bandung, Maret


2001 (tidak dipublikasikan).

23. Syam, B, Perilaku Mekanik Material Keramik Teknik Terhadap Beban Impak,
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin, FT. USU, Medan, 1996.

24. Syam, B, A , Measuring Method for Impact Tensile Strength and Impact
Fracture Behaviours of Brittle Materials, A Doctoral Dissertation, Muroran
Institute of Technology, Muroran, Japan, March 1996, pp. 29 98.
25. Tomson R.D, S.P.Duckworth, A. Birkbeck, and M.T. Cassidy, The Performance
of Industrial Safety Helmets Under Transverse Loading, Technology, Law and
Insurance, 1997, 2 1-6,USA.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
26. UU. K3, No.1 Tahun 1970.

27. Yeh Liang Hsu, Chi-Yu Tai, Ting-Chin Chen, Improving Thermal Properties of
industrial safety helmets, Industrial Ergonomic, International Journal of
Industrial Ergonomics 26 (2000) 109-117, Taiwan.

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
LAMPIRAN 1. Data Cuaca dari Badan Meteorologi Dan Geofisika (BMG)

MEDAN Morning
07-04-2006

Comfortable : nyaman cloud


Humidity Min-Max : 54-95%
Fire Danger : Low Temp : 23-29 oC
Flood Danger : Low Wind Speed : 05
Wind Direction : northwest

Noon Evening

cloud local rain


Temp : 27-33 oC Temp : 26-28 oC
Wind Speed : 12 Wind Speed : 05
Wind direction : northeast Wind direction :

Minimum Temp Maximum Temp Average Temp

23 oC 33 oC 28 oC

The Map Rain Average The Map Average Weather


North Sumatera North Sumatera

Harbour Map Weather


on the North Sumatera Sea

LAMPIRAN 2. Grafik Hasil Uji Tarik Spesimen (1)

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
LAMPIRAN 3. Grafik Hasil Uji Tarik Spesimen (2)

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
LAMPIRAN 4. Grafik Hasil Uji Tarik Spesimen (3)

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
LAMPIRAN 5. Applikasi Pengukuran Temperatur Udara Pada Helm Ergonomik

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
LAMPIRAN 6. Oregon Aero Drop Tower Up & Down

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
Product Testing and Manufacturing
Extensive Product Testing One Part Of Success

Oregon Aero Designs Test Equipment

Company Uses Data To Continue


Cranial Helmet Development

Oregon Aero Tower Up Oregon Aero Tower Down

Test conducted at US Government laboratory

Oregon Aero often designs its own testing and manufacturing equipment such as this
computerized drop tower used during product development.
The impact drop tests on the military helmet pictured above determined how much
shock protection was provided by the experimental helmet liner system in the test
helmet. The ballistic liner reduced transmitted shock in a standard helmet from 210Gs
to 70Gs. The helmet is also stable and painless. (See Military Helmets).

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
LAMPIRAN 7. Spesifikasi Strain Gage Biaksial

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
LAMPIRAN 8. Bidang Referensi Bentuk Kepala

13,7
6,7
Bag. Horizontal

20,3
Bag. Horizontal

27,9
Bag. Horizontal

42
56,2
Bag. Horizontal

70,3
Bag. Horizontal

Bag. Horizontal
Bag. Horizontal

Satuan : mm
1 2 3 4 5 6 7 00
1800

150
1650
300
1500
450
0
135
600
1200 75 0
1050 900

Gambar Bidang Reference Bentuk Kepala

Tabel Dimensi Bidang Reference Bentuk Kepala

Bagian
1 2 3 4 5 6 7
Derajat

00 28,3 46 58,9 68,4 81,4 89,9 94,3


150 28,9 47 59,1 67,6 82,4 89,3 94,7
300 29,2 47,2 59,3 66,6 79,5 87 92
450 29,1 46,5 58 63 75,9 82 85,9
600 30,1 45,7 57 61,3 73 77,9 82,4
750 31,2 45,7 56,8 61,5 71,9 75,9 80,4
900 33,1 46,9 57,3 63,1 73,7 77,5 81,2
1050 35,8 50,3 61 67 77 81,2 84
1200 39,5 55,2 66,3 72,4 80,9 81,9 88,3
1350 43 53,5 68,9 75,4 84,3 87,8 91,1
1500 45 58,9 69,1 76,1 81,2 89,4 93,5
1650 45 58 67,8 71,8 83 89 93,4
1800 44,5 57,9 67,1 73,6 82,8 89,1 94,3

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
LAMPIRAN 9. Standard Anthropometry Kepala manusia

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
LAMPIRAN 10. Pengujian Impak Atas Helm TSA Dan Helm DSA

Strain Gage
terpasang

Pengujian Impak Atas Helm TSA


Pada ID = 40 mm s.d 120 mm, Strain Gage Arah : X
Jarak SG. = 15 mm dan 30 mm, P = 0,4 Mpa

Pengujian Impak Atas Helm DSA


Pada ID = 40 mm s.d 120 mm, Strain Gage Arah : X
Jarak SG. = 15 mm dan 30 mm, P = 0,4 Mpa

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
LAMPIRAN 11. Metode Pengukuran helm komposit setelah diproduksi

a). b).

c).

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
LAMPIRAN 12. Desain model konstruksi helm komposit setelah proses produksi
menggunakan solidwork 2005.

a). Tampak Depan b). Tampak Samping

c). Tampak Atas

d). Isometrik

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008
LAMPIRAN 13. Dimensi helm komposit setelah produksi

199
18 290,5

24
238 53

15

14 0

140

215
40

215
40 1

7
4
7
4

o
53
2

225

Tampak Depan Tampak Samping


53

232

295

195
Tampak Atas Bagian dalam Tampak belakang

Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008


USU Repository 2008

Anda mungkin juga menyukai