Helmet
Helmet
TESIS
Oleh
HASRIN
037015004/TM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
TESIS
Oleh
HASRIN
037015004/TM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D (Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng)
Anggota Anggota
(Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME) (Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B.,MSc)
4. Ir. Tugiman, MT
Tesis ini melaporkan hasil desain dan pabrikasi model helm industri dari bahan
komposit polimer GFRP tipe polyester (resin unsaturated), dengan serat E-Glass jenis
Choped Strand Mat. Pada proses pabrikasi helm komposit ini, dengan susunan dua
lapisan serat E-Glass jenis CSM, yang dibentuk mengikuti bentuk cetakan helm
standard AS/NZS 1801 EN 397 SS 98 dengan metode hand lay up. Sistem pencetakan
helmet dilakukan secara terpisah, dan empat sisi dinding helmet dibuat saluran angin.
Hasil pengujian statik diperoleh tegangan maksimum ( max ) = 277 MPa, dan harga
modulus elastisitasnya (E) = 782 MPa, menggunakan alat uji Ht-9502 Computer
Hidrolic Universal Testing Machine. Pengujian ergonomik dilakukan dengan alat
termokopel, hasil pengukuran temperatur udara di dalam dinding helm menunjukkan
sebesar 33,160C, dan berat helm komposit setelah di produksi adalah 365 gram,
menggunakan digital SAUTER D-7470. Untuk pengujian kekuatan helm dengan
beban impak kecepatan tinggi menggunakan alat uji KOMPAK. Pengujian batang
input dilakukan dengan teknik pengukuran dua gage, untuk mengetahui besar respon
tegangan impak pada batang input dengan tekanan 0,4 MPa, pada jarak impak (ID):
60 mm: maka diperoleh respon tegangan ( imp. ) = 362 MPa. Pengujian impak atas
model helm TSA, pada (ID): 60 mm, dan SG.arah: X, diperoleh tegangan impak
( imp. ) = 64,43 MPa, dan tegangan insiden ( c ) = 24,50 MPa. Untuk pengujian
kekuatan model helm [TSA], dengan impak atas, dan variasi jarak impak 40 mm s.d
120 mm, posisi SG. arah: X, diperoleh respon tegangan impak ( imp ) = -10,96 MPa,
dan untuk model helm DSA ( imp ) = -21,61 MPa. Sedangkan untuk model helm
TSA, dengan jarak impak 60 mm, posisi SG. arah: Y, diperoleh respon tegangan
impak ( imp ) = 67,77 MPa, dan tegangan insiden ( c ) = 26,28 MPa. Begitu juga
pada jarak impak 140 mm, diperoleh besar respon tegangan impak ( imp ) = 91,89
MPa, dan tegangan insiden ( c ) = 36,80 MPa. Untuk pengimpakan samping model
helm [TSA] ( imp ) = - 6,61 MPa, dan model helm [DSA] ( imp ) = - 4,24 MPa.
Selanjutnya meredesain model konstruksi helm komposit, untuk mengklarifikasi
kontur, dan ukuran helm dengan menggunakan software solidwork 2005. Desain dan
pabrikasi ini dilakukan di Pusat Riset Impak dan Keretakan Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik USU, Pusat Riset Uji Material Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik UNIMAL Lhokseumawe, dan Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Kata kunci : Helm Komposit GFRP, Desain dan Pabrikasi, Ergonomik, Beban Impak.
This thesis reports the result of design and fabrication of industrial helmet model of
composite materials polymer of GFRP type of polyester (unsaturated resin) BTQN
157 EX with fibre of E-Glass ( Chop Strand Mat). At fabrication process of helmet,
this composite was made with formation two fibre coat of CSM and was formed to
follow the contour of anthropometry for human head with helmet moulding standard
AS / NZS 1801 EN 397 SS 98 by using method of hand lay up. Moulding system of
helmet was done separately, and four helmet wall side as wind channels were made.
The result of static test has known the mechanical properties of base material of
helmet, and to know the maximum stress of 277 MP and elasticity modulus price (
E) of 782 MPa were obtained by using apparatuses test Universal Ht-9502 Computer
Hidrolic Testing Machine. The ergonomic testing of helmet by using apparatuses
test of thermocouple, the result showed that the measurement of mean air
temperature in helmet wall was 33.160C, and the weight of composite helmet after
being produced was 365 grams by using digital SAUTER D-7470. For the test of
strength of helmet with load of impact high-speed by using KOMPAK test
apparatuses. Before test of helmet was done, the input bar was measured by using
two gage technique to know the bigness of stress response of impact at input bar
with pressure of 0.4 Mpa, and in distance of impact 60 mm, stress response at input
bar is 362 MPa was obtained. The testing of helmet model [TSA] with upper impact,
in distance of impact 60 mm, and strain gage at X direction, stress of impact of
64.43 MPa, and incident stress of 24.50 MPa were obtained. For the test of strength
of helmet model [TSA] with upper impact, and variation of impact distance from 40
mm to 120 mm, position of strain gage at X direction, in distance of 15 mm from
impact point, the stress response of impact produced was - 10.96 MPa, and for
[DSA] helmet was - 21.61 MPa. While for the model of helmet [ TSA] with distance
of impact 60 mm, and position of strain gage at Y direction, the stress respon of
impact obtained was 67.77 MPa, and incident stress was 26.28 MPa. However, at
distance of impact 140 mm, the stress response of impact was 91.89 MPa, and
incident stress was 36.80 MPa. For the beside impact of helmet model [TSA] was
6.61 MPa, and helmet model [DSA] was 4.24 MPa. Then, re-designing for the
construction of composite helmet model for clarifying joint contour, and helmet
dimension by using solidwork 2005. This design and fabrication were done at Center
Research of Impact and Fracture of Technical Engineering Faculty of USU, Center
Research Test of Material Department, Technical Engineering Faculty of UNIMAL
Lhokseumawe, and Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Puji syukur kekhadirat Allah SWT, dengan berkat limpahan rahmat dan
karunianya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul: Desain dan Pabrikasi
Helmet Industri yang Ergonomik. Penulisan tesis ini terlaksana berkat dorongan dan
arahan dari berbagai pihak, terutama para komisi pembimbing, para pembanding, dan
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis baik secara
moril maupun materil, hingga selesainya tesis ini, yaitu kepada: Prof. Dr. Ir. Bustami
Syam, MSME., selaku ketua komisi pembimbing dan ketua Program Studi Teknik
Mesin SPs-USU, Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D, dan Prof. Dr. Ir. Samsul
Rizal, M.Eng. selaku anggota komisi pembimbing, Dr.Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri,
selaku sekretaris Program Studi Teknik Mesin SPs-USU, seluruh Dosen dan Staf
Administrasi Program Studi Teknik Mesin SPs-USU, yang telah banyak memberikan
Program Studi Teknik Mesin SPs-USU. Kemudian ucapan terima kasih kepada
saudara Hendri Nurdin, ST, MT dan Ir. Zuhaimi, MT dari Politeknik Negeri
juga kepada kedua orang tua, yang telah memberikan inspirasi dan semangat kepada
penulis, serta keluarga, isteri dan keenam anak tercinta, yang telah banyak
dalam rangka memperbaiki dan melengkapi demi kesempurnaan penulisan tesis ini
agar memperoleh hasil yang lebih baik dan akhirnya penulis kembali mengucapkan
(Hasrin)
Nama : Hasrin
Tempat/Tgl. Lahir : Belawan, 26 Pebruari 1958
Pekerjaan : Staf Pengajar di Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Lhokseumawe
Alamat Kantor : Kampus Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jl. Banda Aceh
- Medan Km. 280 Buketrata Lhokseumawe
Pendidikan
Sekolah dasar (SD) Taman siswa Belawan Tahun 1965 s/d 1970
Sekolah Teknik (ST) Yaspemda Belawan Tahun 1971 s/d 1973
Sekolah Teknik Menengah (STM) Yaspemda Belawan Tahun 1974 s/d 1977
Fakultas Teknik Unsyiah di Darussalam Banda Aceh Tahun 1978 s/d 1984
Riwayat Pekerjaan
Kepala Laboratorium Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Tahun 1989 s/d 1991
Pengalaman Penelitian
Pelatihan-Pelatihan
1. Keguruan Jurusan 3 Nopember 1986 s/d 31 juli 1987 di PEDC Bandung.
Halaman
ABSTRAK . i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR ...... iii
RIWAYAT HIDUP v
DAFTAR ISI ...... vii
DAFTAR TABEL ...... x
DAFTAR GAMBAR . xi
DAFTAR LAMPIRAN ...... xiv
DAFTAR ISTILAH ... xv
= Faktor transmisi
= Tegangan yang ditransmisikan MPa
= Faktor refleksi
= Tegangan yang direfleksikan MPa
PENDAHULUAN
konstruksi, sering terlihat terjadinya kecelakaan kerja terutama bagi para pekerja di
lapangan. Pada umumnya para pekerja memang selalu berhadapan dengan resiko
1
yang sangat tinggi terhadap tingkat keselamatannya. Oleh karenanya untuk
sebaiknya harus dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD). Salah satu APD
yang dimaksud di sini adalah helm. Diketahui bahwa selama ini helm industri yang
pemakai aman dari benda yang jatuh bebas dari ketinggian tertentu. Di negara-negara
maju jauh sebelumnya telah memiliki standarisasi yang mengatur tentang kelayakan
helm industri antara lain: JIS T 8131-1977 (Japan), ANSI Z 89.1-1977 (USA), dan
kekuatan helm telah dilakukan oleh para peneliti, dan balai pengujian yang mengkaji
diberbagai aspek yang berbeda. Helm sebagai alat pelindung kepala dari benda keras
yang jatuh bebas dari ketinggian tertentu yang bisa mengakibatkan cedera kepala. Di
negara maju telah diketahui angka kecelakaan cedera kepala mencapai 3 s.d 6% dari
secara tiba-tiba, apakah dari atas maupun samping. Kecelakaan tersebut biasanya
dipicu oleh banyak faktor, antara lain kelalaian pekerja, peralatan yang rusak,
peralatan yang tidak memenuhi syarat, dan lingkungan yang tidak aman. Kepala
merupakan bagian yang paling vital dari tubuh manusia, maka cara untuk melindungi
kepala tersebut adalah dengan mengenakan helm. Dalam penelitian ini helm
dirancang khusus dan dicetak dengan metode hand lay up. Selanjutnya helm
Hal lain yang belum diteliti yaitu tentang respon helm industri yang lolos uji
standard dengan pembebanan impak kecepatan tinggi. Pada penelitian ini terlebih
dahulu yang dilakukan adalah: mendesain model konstruksi helm industri, dan
membuatnya dari bahan komposit polimer Glass Fiber Reinforced Plastic (GFRP)
diharapkan lebih kuat dari helm industri yang biasa digunakan selama ini.
Pada desain model konstruksi helm industri ini, yaitu dengan membentuk
saluran udara (wind channel) pada keempat sisi dinding helm untuk kenyamanan
dengan alat ukur termokopel, dan uji kekuatan menggunakan alat uji impak
seberapa besar respon tegangan impak dan tegangan insiden yang masuk pada
helm.
AS/NZS 1801.SS 98. Pada uji kekuatan helm komposit adalah menggunakan set up
peralatan yang telah berhasil didesain pada tahun pertama dari proyek penelitian
Hibah Pasca di Pusat Riset Impak dan Keretakan, Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Tenik USU Medan. Dari latar belakang di atas, maka peneliti memandang perlu
untuk melakukan penelitian lanjutan ini, yaitu tentang desain dan pabrikasi helm
suatu model produk helm industri dari bahan komposit polimer GFRP yang lolos uji
helm, temperatur udara pada permukaan dalam dinding helm, dan menyelidiki
perilaku helm yang dikenai beban impak kecepatan tinggi dengan alat uji impak
(KOMPAK), alat ini mampu meluncurkan batang striker (model benda jatuh)
suatu benda dari ketinggian lebih kurang 40 meter. Selanjutnya dilakukan redesain
gambar model konstruksi helm hasil produksi, untuk mengklarifikasi seluruh kontur
penelitian ini tidak terlalu luas, maka penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal sebagai
berikut:
2. Struktur komposit polimer GFRP terdiri dari: serat (E-glass) jenis Chopped Strand
Mat yang dibentuk dengan susunan dua lapis serat sebagai penguat, dan polyester
TYPE 1.EN 397, AS/NZS 1801.SS 98 dari jenis polimer Polyethylene (PE),
5. Pengujian material dasar dan helm komposit terdiri dari: uji statik, dan uji dinamik
solidwork 2005.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah memproduksi model helm industri
dari bahan komposit polimer GFRP yang memenuhi persyaratan ergonomik, dengan
Hasil penelitian ini merupakan suatu upaya untuk dapat mengkontribusi pada
dibidang manufaktur tentang desain konstruksi, proses pembuatan helm industri dari
bahan komposit polimer GFRP dengan metode hand lay up, dan desain model helm
yang ergonomik, dengan membuat bentuk saluran udara pada keempat sisi
permukaan dinding helm. Konstruksi helm diharapkan lebih kuat, nyaman, dan aman
dipakai bagi para pekerja proyek di lapangan, untuk menghindari bahaya kecelakaan
Informasi ini mempunyai arti yang penting pada suatu pengembangan ilmu,
2. Memberikan informasi kepada dunia industri dan pemerintah dalam hal ini
Deperindag dan Depnaker tentang desain dan pabrikasi helm industri yang
ergonomik dari bahan komposit polimer GFRP yang mampu meredam benturan
TINJAUAN PUSTAKA
bahan polymer biasa pada umumnya telah banyak diproduksi oleh pabrik-pabrik
pembuat helm dengan berbagai model helm yang selama ini digunakan oleh
tersebut mempunyai standard tertentu sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh
dan banyak menjadi referensi antara lain: (1). ANSI Z 89.1-1997 (Amirican National
Standard Institute; (2). JIS T8131 (Japan Industrial Standard); (3). SII (Standard
sepeda motor. Berikut ini dapat dilihat beberapa contoh dari helm Industri Standard
bentuk cetakan untuk membuat helm dari bahan komposit polimer GFRP.
berdasarkan jenis material dan penggunaannya.. Berikut ini klasifikasi helm industri
Sedangkan ANSI [2] mengelompokkan dalam dua tipe yaitu: (1). Helm yang
digunakan untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh bebas dari ketinggian
tertentu, umumnya digunakan oleh pekerja konstruksi; dan (2). Helm yang digunakan
samping, dan belakang. Jenis ini biasanya digunakan petugas pemadam kebakaran.
Dalam penelitian ini, pertama sekali bentuk konstruksi helm komposit ini
didesain dan dimodifikasi dari bentuk helm standard yang ada dijual di pasaran
sebagai acuan bentuk cetakan, kemudian helm komposit dicetak dan dibentuk
menggunakan metode hand lay up, sehingga memenuhi persyaratan helm yang
1. Desain model konstruksi helm industri dari bahan komposit polimer GFRP yang
1 50 mm
I
2
4
6
3
5
II
Keterangan Gambar:
1. Tempurung (cangkang)
2. Jaringan peredam benturan.
3. Pelindung sinar matahari (brim)
4. Tali cincin
5. Tali dagu
6. Saluran udara
b. Pencetakan cangkang helm (bagian:I), dan brim (bagian II) dilakukan secara
yaitu: bagian I, dan II, dengan cara menyambung di sekeliling dinding helm.
2. Pabrikasi helm dengan metode hand lay up menggunakan cetakan helm standard,
3. Verifikasi helm hasil produksi dengan meredesain gambar konstruksi model helm
Alat Pelindung Diri (APD), untuk mencegah terjadinya cedera kepala akibat
benturan benda keras yang jatuh dari ketinggian tertentu. Dalam hal
anthropometry kepala manusia berdasarkan AMVO seperti pada tabel 2.2 berikut ini.
Sedangkan Gambar 2.3 adalah hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
2005).
bermotor, dan lain sebagainya. Pada proses pembuatan atau pencetakan biasanya
Pada proses termoplastik polimer ini, jenis serat yang digunakan adalah:
carbon, boron, kevlar 49, dan E-Glass yang berbentuk serbuk (powder) atau partikel.
pemanasan, dan tekanan. Alat cetak yang digunakan adalah: injection molding,
compression molding, bag molding, dan transfer molding. Sebelum dicetak, polimer
dipanaskan dari bentuk solid ke cairan viscositas dan dicampur dengan serat
kebentuk solid. Jenis termoplastik polimer ini dapat dilakukan proses daur ulang,
yang isotropic.
Penggunaan termoplastik polimer lebih luas dari termoset polimer. Termoset polimer,
jika dipanaskan akan terjadi perubahan secara kimia. Secara umum termoset polimer:
lebih kaku, modulus elastisnya semakin meningkat, rapuh, sebenarnya tidak memiliki
keuletan, kecil kemungkinan dapat larut pada bahan pelarut biasa, tahan terhadap
temperatur tinggi, dan tidak dapat untuk dilebur atau dicairkan kembali, bahkan
pemanasan dan tekanan. Bahan polimer yang utama termoset adalah: phenolic,
unsaturated polyester dan epoxies sebagai matrik yang mengeras pada suhu kamar,
dan jenis serat yang digunakan sebagai penguat adalah : serat E-Glass jenis Chopped
Strand Mat (CSM), serat alam, dan sintetik sebagai penguat. Pada prinsipnya proses
GFRP). Keuntungan dari material GFRP adalah: memiliki keuletan dan kekuatan
yang seimbang, memperbaiki ketangguhan, dan tahan terhadap beban impak. Jenis
Klasifikasi proses produksi untuk jenis material PMCs dan GFRP secara
skematis menurut Groover M.P., [7] dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Jenis termoset polimer yang diperkuat serat ini sering digunakan oleh para
peneliti sebagai bahan teknologi yang memiliki kekuatan yang dapat diandalkan
polimer yang diperkuat serat gelas (Fiber Reinforced Plastic) ini digunakan untuk
bahan teknologi, dan dibuat sesuai dengan keperluan yang diinginkan. Spesifikasi
material komposit menurut Shinroku Saito., [16] dapat ditunjukkan seperti pada
Tabel 2.3.
Matrix Composites (PMCs) yang menggunakan serat searah, serat tidak searah, dan
perencanaan.
Hand Lay up
Compression
Molding
Processes for
continuous/ Closed Mold Processes
discontinuous
fiber PMCs Filament Winding Resin Trasfer
Molding
Pultrusion Processes
FRP Shaping
Processes
Open Mold Processes Spray up
Compression
Molding
Injection Molding
Centrifugal Casting
Other
Continuous
Laminating
anjurkan untuk memakai helm bagi para pekerja. Pada pihak manajemen juga harus
dapat memberikan jaminan keselamatan dan kenyamanan bagi para pekerja atau
helm tersebut telah memenuhi persyaratan keselamatan kerja sesuai dengan yang
dianjurkan.
(APD). Misalnya: Helm yang telah lolos uji dengan menggunakan teknik pengujian
yang standard. Akan tetapi banyak juga helm yang digunakan di industri tidak
mana kemampuan helm dalam menyerap energi impak. Selain itu juga uji standard
bertujuan untuk meneliti tingkat kerusakan helm yang kemungkinannya bisa merusak
lapisan kulit kepala lewat penetrasi. Teknik ini telah banyak digunakan oleh berbagai
Indonesia, dan juga Pusat Riset Impak dan Keretakan Jurusan Teknik Mesin USU.
produksi (manufaktur) guna mewujudkan hasil desain model produk (helm industri)
Pengertian ergonomik disini adalah hubungan antara manusia dengan perlatan kerja yang
Menurut Yeh Liang Hsu, dkk ., [27], telah mengembangkan bentuk dan
model konstruksi pada dinding helm industri dengan meredesain bentuk saluran angin
untuk memperbaiki sifat-sifat panas yang tersimpan pada dinding bagian dalam
helm, dan helm dibuat dari bahan polimer ABS yang menggunakan alat Vacum
Moulding. Tujuan dari pengembangan ini adalah untuk memenuhi persyaratan helm
Saluran Angin
Arah angin masuk
(helm) yang di uji adalah model helm yang menggunakan saluran angin seperti
Gambar 2.5 di atas. Dalam penelitiannya adalah untuk menyelidiki sifat-sifat panas
pada dinding bagian dalam helm dengan metode pengujian seperti terlihat pada
Gambar 2.6.
lampu halogen pada satu ruangan yang di kondisikan sebagai sumber udara panas
yang memancarkan sinar di atas kepala atau helm seperti terlihat pada Gambar 2.6.
untuk mengetahui sifat-sifat panas (thermal properties) yang terjadi pada dinding
bagian dalam helm seperti yang telah diketahui dari mulai set up peralatan pada
Gambar 2.6, terlihat sinar lampu halogen memberikan sorotan sinar, dan udara panas
di atas kepala yang mengenakan helm. Hasil pengukuran diketahui temperatur rata-
ruangan dikondisikan pada temperatur 300C dari sumber panas yang tersedia melalui
Electical heating coils, dengan kecepatan angin 2 s.d 2,5 m/det yang ditiupkan
rata-rata di bawah dinding helm menjadi menurun sampai 310C. Jadi dari hasil
di dalam dinding helm sebesar 310C sama dengan temperatur udara terbuka di
sekitarnya pada musim panas yaitu: 31,50C s.d 33,30C. ( BMG. Bureau of Taiwan ).,
[8].
Sedangkan Syam, B., [19] dan Mahdi, B., [13] telah melakukan penelitian
tentang teknik pengukuran tegangan insiden dengan aplikasi teknik dua gage untuk
pengujian helm industri yang dikenai beban impak kecepatan tinggi. Teknik aplikasi
dua gage tersebut relatif lebih mudah digunakan, dan helm yang di uji memberikan
respon beban dan waktu impak (tegangan insiden) sesuai dengan karakteristik
pembebanan.
Penyelidikan yang telah dilakukan oleh Indra .,[8] tentang pembentukan headform
yang diidealisasikan sebagai bentuk kepala manusia, hal ini penting mengingat tujuan
akhir dari penggunaan helm adalah untuk melindungi kepala dan organ lain yang ada
model dan pengukuran temperatur udara pada dinding bagian dalam helm komposit
penelitian ini adalah lebih terfokus pada desain dan memodifikasi bentuk helm
mencetak helm dari bahan komposit polimer GFRP dengan metode hand lay up.
Penelitian ini juga akan memperlihatkan sebuah produk helm komposit dari hasil
desain dan pabrikasi, yang diperkirakan akan lebih mampu untuk meredam benturan
dari benda keras dibandingkan dengan helm standard yang dibuat dari bahan polimer
biasa. Di samping itu, desain model konstruksi pada dinding helm merupakan bagian
yang sangat penting dalam penelitian ini yaitu: dengan membentuk saluran angin
pada ke empat sisi dinding helm, agar udara panas yang terakumulasi pada bagian
dalam dinding helm dapat bersirkulasi dengan udara luar, dan diharapkan
panas, dan tidak menyebabkan lembab pada kulit kepala. Jadi dari hasil desain,
modifikasi, dan pembuatan produk helm komposit ini untuk memenuhi persyaratan
helm ergonomik yang layak digunakan. Hal ini telah banyak dilakukan oleh para
komputer.
Jadi dalam penelitian ini, untuk pengujian temperatur udara di dalam dinding
iklim cuaca cerah, dan berangin dengan menggunakan alat pengukur termocouple.
pada bagian dalam dinding helm dipasang enam buah titik pengukuran yang
pada kondisi udara bebas dengan mengenakan helm. Pengukuran dilakukan pada
musim panas (kemarau) dengan kondisi cuaca cerah pada temperatur udara rata-rata
yaitu: 310C s.d 330C, dan kelembaban relatif (relatif humidity) 54 s.d 95% (dari
suhu kering berkisar 220 C s.d 280 C dengan kelembaban 70 s.d 80 %. Sebagai
o
perbandingan suhu ruangan di dapur Grand Bali Beach Hotel 32 C dengan
o
kelembaban 78,5 %, di Coffee shop 30 C dengan kelembaban 93 %.
Pada kondisi ini, panas yang dipancarkan oleh sinar matahari dan diserap
oleh dinding helm secara optimal, sehingga panas temperatur udara di dalam dinding
helm dapat diketahui dan terukur dengan baik menggunakan alat termokopel.
faktor sumber panas yang mempengaruhi tinggi temperatur di dalam dinding helm,
tepatnya di antara kulit kepala dengan permukaan dinding bagian dalam helm yaitu:
(a). Panas temperatur dari tubuh manusia melalui kulit kepala; dan (b). Panas
temperatur yang dipancarkan oleh sinar matahari melalui dinding bagian luar helm.
terasa lebih panas. Untuk mengantisipasi permasalahan ini, maka perlu di desain
model helm industri yang menggunakan saluran angin (wind channel). Saluran angin
tersebut dibentuk pada sisi dinding helm bagian: depan, belakang, kanan, dan kiri.
Pembuatan saluran angin pada keempat sisi helm ini, agar udara panas yang
udara bebas dengan kecepatan angin rata-rata 2,5 s.d 5 m/det, sehingga udara panas
yang terjebak dalam dinding helm tersebut terdorong keluar dengan tiupan angin
yang masuk lewat saluran udara pada dinding helm. Kondisi ini akan terjadi siklus
Impak dan Keretakan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik USU. Adapun
1. Pengujian Statik
helm komposit sebagai spesimen uji yang dicetak dalam bentuk plat lempengan
menggunakan alat penekan ( pemberat) seberat 70 kg, dan plat lempengan tersebut
Bentuk dan dimensi spesimen uji tersebut menurut standarisasi ASTM 638
D. Pada pengujian tarik ini, spesimen yang diuji sebanyak 3 buah dengan tebal 2
mm, dan panjang 120 mm, untuk mendapatkan harga rata-rata kekuatan tarik
maksimum ( max ), dan modulus elastisitas (E) dari material komposit, dan material
ini digunakan sebagai material dasar pembuatan helm komposit, yang hasilnya akan
dibandingkan dengan helm dari jenis polimer biasa. Pada set up peralatan, spesimen
uji di pasang pada alat pencekam (grip) yang telah terpasang pada alat uji Ht- 9502
2. Uji Dinamik
Pada pengujian dinamik ini, spesimen yang di uji adalah helm komposit hasil
desain dan dipabrikasi, dan dibuat dalam dua bentuk model helm seperti: helm
dengan saluran angin, dan tanpa saluran angin. Pada set up alat, spesimen uji (helm)
dipasang pada alat pemegang (test rig) menggunakan alat bantu head form sebagai
dudukan helm. Pada alat pemegang ini menggunakan empat buah roda, sehingga
dapat bergerak bebas setelah menerima tumbukan dari batang impak (striker), dan
spesimen uji diposisikan pada titik pengimpakan searah batang impak yang disusun
secara kolonier.
9
Detail 8
13 1 10
11
14 12
000V 000V
1 1
Keterangan Gambar :
1. Kompresor 8. Spesimen (helmet) dan test rig
2. Tangki Udara 9. Strain Gage
3. Pressure Regulator 10. Bridge Head
4. Katup Selenoid 11. Signal Conditioner
5. Pipa Barel 12. Transient Converter
6. Striker 13. Personal Computer
7. Input Bar 14. Inter face
gelombang sangat ditentukan oleh sifat-sifat medium yang dilaluinya. Ditinjau dari
Arah Getaran
Arah rambatan
Puncak
Lembah
arah rambatannya.
Arah Getaran
Arah rambatan
Rapatan Renggangan
Pada penelitian ini hanya gelombang longitudinal yang akan dibahas lebih
longitudinal sebagai konsep dasar pembahasan teori kekuatan akibat impak. Sebagai
v0 , t
c1 , t
mV = F t
mV 0 = F 0 t
( A0C1t 0 ) V0 = 0 A0t
0 = 0C1V0 (2.1)
di mana:
V 0 = Kecepatan partikel
E = C12
E
C1 = (2.2)
Substitusi persamaan (2.2) ke persamaan (2.1) akan diperoleh:
0 = E0 0V0 (2.3)
yaitu:
1
Energi kinetik yang besarnya: Ek = m V2
2
1
Ek = A0 ( C1t ) 0 V02 (2.4)
2
2
Es = Volume .
2E
A(C1t ) 2
Es =
2E
A0C1t ( 0C1V0 ) 2
Eso =
2E
A0C1 0V02
Eso = (2.5)
2
Et = Ek 0 + Es 0
1 1
= A0 (C1t ) 0V02 + A0 (C1t ) 0V02
2 2
Dengan demikian besarnya energi yang dipindahkan pada batang ditentukan oleh
diperlihatkan secara skematis pada Gambar 2.13, yang terdiri dari tiga batang yaitu:
spesimen helmet
Helm tanpa Strain gage
E . .V
1 2 3 0 0 0
Gage.
Gage. aa Gage. b
V1
Test Rig
Gambar 2.13 ( di mana: C0,1 , C0,2 , C0,3 adalah kecepatan gelombang dalam masing-
masing batang ), gelombang longitudinal tekan akan merambat dari interface batang
impak dan batang input bar ke dalam masing-masing batang. Akibatnya bidang
sama sebesar V. Pada bidang interface akan terjadi keseimbangan gaya, atau akan
terjadi aksi dan reaksi antar kedua batang, yang dapat dinyatakan dengan hubungan:
1 A1 = 2 A2 (2.7)
C0,1 C0,2
1 2
1 V V 2 3
partikel. Dengan demikian pada batang impak yang bergerak dengan kecepatan V1
2 = 2 .E2 .V '
2
V' = (2.9)
2 .E2
2
1 = 1.E1.V1 1.E1. (2.10)
2 .E2
1 2 E2 + 1 E1 2 = 1 E1. 2 E2 V1 (2.11)
( A1 2 E2 + 1E1 A1 )1
= 1 .E1 . 2 .E 2 .V1
A2
ditentukan oleh kecepatan batang impak dan sifat-sifat mekanisnya. Bila luas kedua
tegangan elastis pada input bar dan spesimen seperti pada Gambar 2.14.
Tegangan yang terjadi dari ujung kiri input bar sebesar akan ditimbulkan pada
l2
interface input bar dan spesimen pada saat t2 = , di mana: l2 adalah panjang
C0,2
input bar, dan C0,2 adalah kecepatan gelombang elastis pada input bar. Dalam hal
2A2 E3C0,2
T = (2.14)
A3 E3C0,2 + A2 E2C0,3
interface
A2 2 C0,2
V V VT
R T
Gambar 2.15 Perilaku Tegangan pada interface input bar dan Spesimen
Bila adalah faktor transmisi dan adalah faktor refleksi, maka di peroleh
hubungan:
T = . (2.16)
R = . (2.17)
Untuk material yang mempunyai sifat mekanis dan dimensi yang sama, maka
tegangan yang ditransmisikan adalah sama dengan tegangan yang masuk, dan tidak
spesimen. Batang-batang tersebut disusun koloneir satu sama lain, dan perlu
diketahui berapa besarnya beban impak yang dibangkitkan pada interface batang
dilakukan. Dalam pengukuran beban impak, yang dibangkitkan pada lokasi impak,
dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan strain gage yang di
lengketkan pada dua posisi di batang penerus ( lokasi a dan b ). Pada prinsipnya
gelombang tegangan yang melalui batang penerus (input bar) ditangkap oleh strain
box), di mana perubahan tahanan gage dirubah menjadi voltage out put, dan signal
(osiloskop).
L R c
a b
1600
1800
Dalam penelitian ini juga akan dikembangkan suatu perhitungan beban impak
tegangan dalam batang satu dimensi. Untuk keperluan ini, program aplikasi excel
b (t ) = L (t ) + R (t ) (2.18)
a (t ) = L (t t1 ) + R (t + t1 ) (2.19)
c (t ) = L (t + t1 ) + R (t t1 ) (2.20)
maka: c (t ) = b (t + t1 ) + b (t t1 ) a (t ) (2.21)
l0
t1 = .
C0
Selanjutnya, variasi beban impak dapat dilakukan dengan mengatur jarak impak
(jarak antara ujung batang impak dan batang penerus), dan beban impak juga dapat
diperbesar atau diperkecil, dengan mengatur tekanan udara di dalam tabung udara (air
METODE PENELITIAN
3.1.1. Tempat
usulan oleh pengelola program sampai dengan selesai. Tempat pelaksanaan penelitian
di laboratorium Pusat Riset Impak dan Keretakan Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik USU Medan. Dalam penelitian ini, pada pelaksanaannya dimulai dari desain
dan pabrikasi helm komposit berdasarkan acuan helm standard yang digunakan
ergonomik, dan kekuatan helm. Sedangkan untuk klarifikasi helm hasil pabrikasi
menggunakan Solid work 2005, hal ini dilakukan untuk memperjelas kontur model
3.1.2 Waktu.
3.2.1. Material
Material yang digunakan untuk pembuatan helm, dan spesimen uji adalah
komposit Glass Fiber Reinforced Plastic (GFRP), yang terdiri dari polyster resin tak
jenuh BTQN 157 (unsaturated polyster resin) sebagai matrik, dan serat E-glass jenis
pembersih, dan mirror glaze digunakan sebagai media pemisah dari cetakan. Material
komposit ini dikerjakan dengan susunan dua lapis serat seperti ditunjukkan pada
Gambar (3.1).
Serat E-Glass
Resin
Sifat- sifat bahan polymer resin termoset menurut Groover M.P.,[7] dapat
Tabel 3.1 Sifat-Sifat Mekanis Polymer Resin Termoset yang diperkuat serat
Bahan Polimer Kekuatan Perpanjangan Modulus Kekuatan Kekuatan
plastik termoset Tarik (%) Elastisitas Tekan Lentur
(Mpa) (Mpa) (Mpa) (Mpa)
Resin Polyester
dengan pengisi 175 s.d 210 5 s.d 50 560 s.d 1400 105 s.d 210 70 s.d 280
serat E-Glass
3.2.2. Peralatan
adalah helm standard dengan nomor standarisasi AS/NZS 1801 Type. 1 EN 397 SS 98
yang dibuat dari jenis polimer: Polyethylene (PE), Polyprophylene (PP), dan Acrylic
Butadien Styrene (ABS). Helm standard ini digunakan sebagai cetakan bentuk
cangkang helm (bagian I). Sedangkan bentuk kerangka bawah (bagian II) dengan
mendesain model cetakan terpisah, dan dibuat dari bahan plat lembaran setebal 1.3
mm, kemudian dibentuk sesuai dengan dimensi hasil pencetakan cangkang helm
komposit. Selanjutnya dari hasil pencetakan kedua bagian helm tersebut digabungkan
dengan cara menyambung dari jenis material yang sama sehingga membentuk sebuah
mengikuti geometri helm standard. Helm komposit dibuat dengan cara hand lay up
dari bahan komposit Glass Fibre Reinfored Plastic (GFRP), yang terdiri dari
polyester resin tak jenuh BTQN 157 EX (unsaturated resin) sebagai matrik, dan serat
kaca (E-Glass ) jenis CSM sebagai penguat yang disusun dua lapis. Serat E-Glass ini
dalam bentuk lembaran, susunan serat ke segala arah (acak), dan mudah dibentuk.
Jenis serat ini sangat sesuai untuk proses pencetakan helm dengan metode hand lay
up, dan memiliki sifat yang homogen sebagai penguat terhadap matrik.
.
Berikut ini langkah-langkah pembuatan helm komposit, yang dimulai dari
persiapan pengadaan cetakan, peralatan, bahan resin, serat, katalis, mirror glaze dan
peralatan pendukung lainnya seperti pada tabel 3.2, dan dilanjutkan dengan proses
pencetakan yang secara skematis dapat ditunjukkan pada Gambar 3.2 dan 3.3.
a). Pemolesan awal resin pada cetakan b). Penyusunan dan pembentukan dua lapis
helm standard. Serat pada cetakan cangkang helm.
238
300
228
230
188
17
140
22
Brim
8
Cangkang
Brim
3.3 diatas. Dalam hal ini, untuk keberhasilan suatu proses produksi helm tersebut
berikut:
2. Rentang waktu pada proses pencetakan dan pengeringan adalah mencapai: 6 s.d 12
jam atau lebih untuk setiap bagian komponen helm, dan kondisi seperti ini helm
sudah dapat dibuka dari cetakannya. Setelah itu dilanjutkan dengan proses
3. Kapasitas produksi yang dapat dihasilkan oleh seorang pekerja secara manual
adalah selama 48 jam (yang terdiri dari: waktu pencetakan, proses pengeringan,
dan jumlah cetakan yang digunakan, dengan keterampilan yang tinggi) diperoleh
lebih.
Dari proses produksi yang dilakukan secara manual tersebut diatas, dengan
metode hand lay up menggunakan jenis serat CSM, tentu dilihat dari segi waktu
produksi kurang efisien, sehingga helm dapat diproduksi dalam jumlah yang relatif
spesimen ini di uji untuk mendapatkan sifat mekanik material komposit. Pada proses
pembuatan spesimen uji menggunakan jenis material komposit GFRP yang sama
seperti pembuatan helm, dan peralatan cetak spesimen uji terdiri dari: plat strip
dengan tebal 5 mm yang berfungsi sebagai landasan untuk proses pelapisan lembaran
serat kaca, roller untuk perataan resin pada serat, dan alat pemberat 70 kg digunakan
untuk pengepresan. Hasil dari pencetakan tersebut berupa plat lempengan komposit
yang tebalnya 2 mm, selanjutnya spesimen dibentuk menurut standard ASTM 638-D.
dilakukan, maka dilanjutkan dengan proses pencetakan di atas plat aluminium yang
Selanjutnya dikeringkan pada temperatur kamar selama 6 s.d 12 jam. Plat komposit
ini dibentuk menjadi spesimen uji sesuai dengan standard ASTM 638-D dan
pembuatan lembaran plat komposit, yang diuraikan secara flow chart seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.4, dan dijabarkan secara skematis pada Gambar 3.5.
Bentuk dan ukuran spesimen plat komposit ditunjukkan pada Gambar 3.6. Set up
4. Tuangkan campuran resin kembali di atas 3. Ratakan matrik dan serat dengan
lapisan serat pertama. menggunakan roller
9. Kerjakan pada lapisan akhir, proses 10. Tekan penutup cetakan dengan beban
finishing dengan meratakan te kanan 70 kg. Tujuan penekakanan
permukaan campuran resin , dan ini untuk memperoleh kerataan
kemudian di tutup dengan penutup permukaan komposit dan
menghilangkan gelembung udara .
20
10
20
Set up alat pengujian tarik statik berikut ini ditunjukkan secara skematik
seperti pada Gambar 3.7. Pengujian tarik statik untuk mendapatkan sifat-sifat
mekanik material dasar helm seperti: modulus elastisitas (E), dan kekuatan tarik
Machine digunakan untuk uji material helm komposit polimer GFRP yang berbentuk
plat lempengan, dan spesimen dibentuk menurut standard uji ASTM 638 D seperti
Spesimen uji
Pada alat termokopel ini dipasang enam buah channel pengukuran menggunakan
kabel penghubung yang disusun pada bagian dalam dinding helm, dan setiap titik
ini:
2. Hubungkan input cable termokopel dengan sumber arus listrik, maka alat pada
posisi ON.
3. Pasang kabel penghubung pada helm adalah dengan cara menempelkan ujung
bagian dalam helm yang dipasang sebanyak 6 titik masing-masing pada jarak 70
dengan memutar pengatur channel dari titik 1 s.d 6. Pengujian temperatur ini
dilakukan pada kedua model helm: (a). Model helm dengan saluran angin (DSA),
Brim
Dinding bagian dalam helm
Sumber listrik
t t
e
x e
x
t t
t t
e
x e
x
t t
t t
e
x e
x
t t 0
Rolling cable
Helmet
Pembacaan Tempetur
Termokopel
Kabel Penghubung
besar perbedaan temperatur udara yang terakumulasi di dalam dinding helm akibat
pengaruh panas sinar matahari, dan suhu badan manusia yang selama ini sangat
mempengaruhi kondisi fisik, dan sering menjadi permasalahan bagi pengguna helm
setelah diproduksi, sehingga yang diharapkan dari hasil pengujian ini akan
menunjukkan adanya perbedaan temperatur, oleh karena bentuk model helm yang
berbeda.
Resin
Saluran Angin
Kabel
Penghubung
Termokopel
menggunakan alat uji KOMPAK. Pengujian ini dilakukan pada kedua model helm
komposit dengan pemasangan strain gage arah: x dan y pada jarak 15 mm dan 30
mm dari titik pengimpakan, untuk mengetahui respon tegangan impak dan tegangan
1. Pengimpakan atas dan samping helm DSA (Gambar 3.11 s.d 3.12).
L 1500 mm
L = 500 mm
Impak Atas
200 200
Striker Input bar
L 1500 mm
L = 500 mm
Impak Samping
L 1500 mm
L = 500 mm
Im
200 200
Striker Input bar
L 1500 mm
L = 500 mm
Impak Samping
gambar 3.15. Komponen utamanya terdiri dari: unit kompresor, tangki udara, katup
solenoid, barel, batang impak, batang penerus, rangka, tempat dudukan pipa dan helm
bertekanan ke dalam tangki udara. Batang impak (striker) di tempatkan di dalam pipa
barel yang bisa diatur jarak impaknya terhadap salah satu ujung batang penerus.
Gambar 3.15 di bawah ini menunjukkan susunan batang impak, batang penerus, dan
mengetahui berapa besarnya beban impak yang dibangkitkan pada interface batang
penerus dan batang spesimen. Dengan cara pengukuran langsung, tentu saja sangat
sulit dilakukan. Dalam riset ini, pengukuran beban impak yang dibangkitkan pada
lokasi impak dilakukan secara tidak langsung yaitu: dengan menggunakan strain
gage yang dilengketkan pada dua posisi di batang penerus (pada lokasi a dan b).
(bridge box), dan signal conditioning, perubahan tahanan gage dirubah menjadi
voltase out put pada transient converter (atau osiloskop). Dalam penelitian ini
L R
a b c
1100
1300
Dalam riset ini, perhitungan beban impak pada lokasi c (interface kedua
batang yang bertumbukan) menggunakan teori propagasi tegangan dalam batang satu
dimensi. Untuk keperluan ini, program aplikasi Excel digunakan untuk membaca data
b (t ) = L (t ) + R (t ) (3.1)
a (t ) = L (t t1 ) + R (t + t1 ) (3.2)
C (t ) = L (t + t1 ) + R (t t1 ) (3.3)
maka : c (t ) = b (t + t1 ) + b (t t1 ) a (t ) (3.4)
l0
di mana : t = waktu; t1 =
C0
L dan R adalah gelombang tegangan yang merambat dari kiri dan kanan
batang penerus (input bar) pada waktu t. Selanjutnya, variasi beban impak dapat
dilakukan dengan mengatur jarak impak (jarak antara ujung batang impak dan batang
penerus). Beban impak juga dapat diperbesar, juga diperkecil, dengan mengatur
besarnya tekanan udara dalam tabung (air reservoir) menggunakan alat ukur
barometer, dan kontrol keluaran udara dengan katup selenoid, selanjutnya udara akan
menekan batang impak (striker), batang penerus (input bar), dan menumbuk
spesimen uji.
3 4
5 6 7 8
9
Detail 8
13 1 10
11
12
14
000 V 000 V
1 1
Keterangan Gambar:
1. Kompresor. 8. Spesimen (helm), test rig.
2. Tangki Udara. 9. Strain gage.
3. Pressure Regulator 10. Bridge head.
4. Katup Selenoid. 11. Signal Conditioning.
5. Pipa Barrel. 12. Transient Conventer.
6. Batang Striker. 13. Personal Computer
7. Batang Input. 14. Interface Cable.
Pengukuran pada input bar dengan menggunakan spesimen, dan strain gage
a dan b terpasang pada input bar (Gambar 3.16) pada jarak 200 mm. Sedangkan
pengimpakan dilakukan pada kedua model helm yaitu: helm Dengan Saluran Angin
(DSA), dan helm Tanpa Saluran Angin (TSA). Pengimpakan helm ini dilakukan pada
bagian atas dan samping dengan posisi strain gage pada arah x dan y, seperti pada
1300 mm
500 mm 1100 mm
gage a gage b
Spesimen
1500
1300
L 1100
Strike Input Bar
a). Pengimpakan pada bagian atas helm dengan strain gage terpasang
Spesimen
1500
1300
L 1100
Input Bar
b). Pengimpakan pada bagian samping helm dengan strain gage terpasangGambar
1500 Spesimen
1300
L 1100
Strike Input Bar
tegangan pada helm. Untuk keperluan ini, maka peneliti menyiapkan beberapa hal
sebagai beriktu:
1. Pemasangan biaksial gage (pada arah: x dan y ) pada helm. Lokasi strain gage
untuk pengimpakan arah bagian atas, maka strain gage dipasang berdekatan
dengan lokasi impak yaitu pada bagian atas dari helm (gambar 3.20), demikian
Dalam riset ini, pengujian impak pada helm dilakukan dalam dua arah
Y Titik Impak
15
X
30
Gambar 3.19 Jarak dan Posisi Strain Gage Arah X. Pada Helm TSA
15
30
Gambar 3.20 Jarak dan Posisi Strain Gage Arah Y. Pada Helm TSA
Gambar 3.22 Jarak dan Posisi Strain Gage Arah: Y pada Helm DSA
proses produksi (helm secara keseluruhan telah terbentuk). Hal ini didasari dari
bentuk konstruksi helm standard yang digunakan sebagai cetakan helm komposit.
Pada proses pencetakan helm komposit ini tidak seluruhnya penampang cetakan
tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan kontur helm secara keseluruhan, namun
kontur yang diperlukan pada tahap pencetakan awal ini hanya untuk mencetak bentuk
membuat kerangka brim (cetakan bawah), untuk ini diperlukan desain alat cetakan
brim secara terpisah, agar kedua bagian helm tersebut dapat terbentuk dengan mudah.
Selanjutnya kedua bagian helm ini digabungkan dengan cara menyambung pada
Kedua bagian helm ini masing-masing memiliki kontur yang berfungsi sebagai
tulangan, baik pada bagian atas maupun bagian bawah helm. Dari hasil produksi helm
Penelitian ini dimulai dari proses produksi, dan Variabel yang diamati dari
3. Untuk mengetahui besarnya temperatur pada dinding bagian dalam dari kedua
4. Untuk mengetahui kekuatan model helm TSA, dan DSA dengan pengujian impak
pada bagian atas helm, dan samping secara langsung menggunakan teknik pengu
5. Meredesain gambar model konstruksi helm hasil produksi, untuk meng klarifikasi
bentuk model, kontur permukaan, dan dimensi helm secara keseluruhan sebagai
khususnya dalam bidang desain dan pabrikasi helm industri, dan menggunakan
material komposit GFRP sebagai material dasar untuk pembuatan helm. Di samping
itu, dengan melakukan berbagai pengujian untuk memperoleh data-data seperti: sifat-
sifat mekanik material komposit, pengukuran kekuatan, nilai ergonomik helm setelah
diproduksi. Diharapkan helm komposit dari hasil produksi ini dapat menjamin
seperti: persiapan alat dan bahan, desain dan pabrikasi, sampai dengan pengolahan
data, dan penyelesaian dari seluruh data hasil pengujian untuk mendapatkan sebuah
kesimpulan akhir dari hasil penelitian ini. Dari beberapa pengujian telah yang
dilakukan pada helm komposit, hasilnya akan dibandingkan dengan helm non
Uji Ergonomik
Helm Industri
Yang ergonomik
Pemeriksaan tersedianya
Peralatan dan Bahan
Pengolahan Verifikasi
Data hasil redesain gbr
Pengujian helm dgn solid
work 2005
Kesimpulan Selesai
4.1. Pendahuluan
Pada penelitian ini, model helm komposit yang diberi beban impak adalah
digunakan sebagai acuan bentuk cetakan helm komposit. Struktur helm komposit
dibuat dari bahan komposit Glass Fiber Reinforced Plastics (GFRP). Pemilihan
bahan komposit polimer GFRP ini, ditinjau dari proses pembuatannya lebih mudah
hand lay up, dan sifat-sifat bahan komposit GFRP yang mudah dibentuk tidak
Penelitian ini untuk memberikan informasi tentang hasil desain model dan
pabrikasi helm komposit dengan metode hand lay up, pengujian statik, respon
tegangan pada input bar, tegangan insiden, dan respon tagangan pada helm di lokasi
terdekat dengan titik pengimpakan pada jarak tertentu. Pengujian ini juga dilakukan
untuk mengetahui kekuatan helm komposit hasil desain dengan model saluran angin
(DSA), dan tanpa saluran angin (TSA), yang di bentuk pada keempat sisi
dindingnya. Dari kedua model helm komposit tersebut, tentu memiliki kontur helm
yang berbeda. Dari beberapa pengujian yang dilakukan, maka dapat diketahui pula
perbedaan data hasil pengukuran yang diperoleh seperti: temperatur, dan berat helm
itu sendiri, sehingga dapat diklasifikasikan untuk model helm yang ergonomik.
input dengan metoda dua gage, selanjutnya dilakukan pengujian langsung pada helm
dengan strain gage terpasang pada arah: x dan y. Dari hasil pengujian helm langsung
pengukuran data uji yang menggunakan excel, hal ini untuk mengetahui seberapa
besar respon tegangan impak dan tegangan insiden pada helm dengan variasi jarak
impak yaitu: 40 mm s.d 120 mm dan 40 s.d 100 mm. Pada pengujian ergonomik
pada siang hari, dan kondisi cuaca cerah. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
data hasil pengukuran temperatur udara yang bersirkulasi pada bagian dalam dinding
helm dengan model saluran angin (DSA) maupun tanpa saluran angin (TSA) terhadap
menggunakan cetakan helm standard dengan metode hand lay up. Untuk
menggunakan dua bentuk cetakan secara terpisah yaitu: (1). Bentuk cangkang bagian
atas. (2) bentuk kerangka bagian bawah (brim) yang didesain dan dibuat dari material
plat setebal 2 mm. Sebelum dilakukan proses pencetakan helm komposit tersebut,
digunakan sebagai alat cetakan bagian atas, untuk mendapatkan kontur atas
Kedua bagian helm tersebut dicetak dengan susunan dua lapis serat E-glass,
selanjutnya bagian helm yang telah di cetak dikeringkan atau di jemur pada
temperatur kamar selama 12 jam. Setelah proses pengeringan, maka kedua bagian
ujung yang akan disambung dengan menggunakan mesin grinda tangan. Dari hasil
penyambungan kedua bagian tersebut, maka terbentuklah helm komposit. Setelah itu
dilanjutkan pada pembuatan model helm dengan membentuk saluran angin yang
sebuah bentuk model helm industri yang ergonomik sesuai dengan yang
direncanakan. Gambar 4.1 berikut ini adalah menunjukkan bentuk konstruksi helm
komposit setelah tersambung dari kedua bagian yang dicetak secara terpisah.
angin (wind channel) pada keempat sisi dinding helm yang dikerjakan dengan
menggunakan mesin grinda tangan (hand grinding) dan kikir halus, hingga saluran
angin tersebut terbentuk sesuai desain bentuk model helm yang di inginkan seperti
pada gambar 4.2 b di atas. Selanjutnya helm diberi warna dengan proses pengecatan
(gambar 4.2 d) dengan mencampurkan bahan pewarna pada resin polyester sebelum
material komposit polimer GFRP dengan bentuk spesimen uji menurut standard
ASTM 638 D. Dari hasil pengujian ini, untuk harga modulus elastisitas (E) spesimen
diperoleh berdasarkan pembacaan pada gambar 4.3 yaitu hubungan beban F dan
cara membagi gaya F dengan luas penampang A pada daerah pengukuran. Sementara
regangan yang terjadi diperoleh dengan cara membagi l dengan panjang daerah
(Gambar 4.3) merupakan nilai tertinggi pada pengujian yaitu sumbu Y (stress)
Dari tiga kali pengujian dapat diketahui harga rata-rata kekuatan tarik
adalah: 401,3 MPa, dan modulus elastisitas material helm komposit GFRP (E)
sebesar 782 MPa = 0,782 GPa, dan elongation 51,33%. Variasi data hasil pengujian
dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari hasil pengujian statik, harga rata-rata modulus
elastisitas diperoleh sebesar (E) = 782 MPa = 0,782 GPa. Harga modulus elastisitas
(E) sebagai material dasar pembuatan helm komposit ini dibandingkan dengan
material dasar helm non standard yang dibuat dari material PE, PP, dan helm
standard dari material PE, PP, dan ABS. Untuk ini diambil perbandingan dari salah
satu jenis material tersebut yaitu helm non standard dari material polimer biasa (PE)
memiliki harga modulus elasitisitas (E) sebesar 522 Mpa. Dari perbandingan harga
spesimen uji menurut standard ASTM 638 D dengan alat uji HT 9502 Computer
Dari pembacaan grafik hasil uji tarik (Gambar 4.3) di atas, maka didapatkan
harga modulus elastisitas (E) material komposit polimer GFRP seperti ditunjukkan
langsung dalam kondisi cuaca cerah pada temperatur udara terbuka: 310C s.d 330C,
kelembaban relatif 54 s.d 95%, dan kecepatan angin rata-rata 2 s.d 5 m/det
(Lampiran 1,sumber data BMG- Medan, April 2006). Pengujian ini adalah untuk
helm, yang bersirkulasi melalui saluran angin terhadap udara di sekitarnya. Pengujian
ergonomik dilakukan pada kedua model helm yaitu: (1). Helm tanpa saluran angin
temperatur udara pada permukaan dinding helm bagian dalam, dan hasil pengukuran
akan di bandingkan. Dari hasil pengukuran temperatur udara pada model helm tanpa
dengan model helm yang menggunakan saluran angin (DSA) sebesar 33,16 0C. Data-
data hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 dan 4.3 berikut ini.
dilakukan selama 60 menit adalah kondisi yang paling optimum bagi pengguna
helm di lapangan. Jadi dari data hasil pengukuran temperatur udara pada kedua
model helm tersebut (lihat tabel 4.2 dan tabel 4.3) menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan. Dalam penelitian ini, hasil desain model konstruksi helm industri
dari bahan komposit polimer GFRP, untuk model helm (DSA) menunjukkan
temperatur hasil pengukuran pada dinding bagian dalam adalah sebesar 33,160C
pengukuran ini merupakan data yang telah diketahui untuk memenuhi salah satu
persyaratan helm industri yang ergonomik. Berikut ini adalah data hasil pengujian
0,001. Hasil pengukuran berat helm seperti pada tabel 4.4 di atas, dan menunjukkan
perbedaan berat dari kedua model helm tersebut, dengan selisih berat yaitu sebesar:
385 365 = 20 gram. Perbedaaan ini oleh karena adanya perubahan kontur pada
permukaan dinding helm yang didesain, dengan bentuk model saluran angin pada ke
empat sisi dinding yang berlubang yaitu model helm DSA (no.1). Jadi dari hasil
pengukuran berat model helm (DSA) adalah 365 gram, jauh lebih ringan
dibandingkan dengan helm TSA yang beratnya 385 gram. Dalam hal ini tentu ada
pengaruh terhadap proses pembentukan saluran angin pada ke empat sisi dinding
masing permukaan dinding helm yaitu sebesar lubang saluran angin yang berukuran
40 x 4 mm sebanyak 4 buah.
Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS), yang digunakan sebagai alat cetakan helm
komposit, dan dari hasil pengukuran beratnya dapat dibandingkan. Dari pengukuran
berat helm standard diketahui seberat 290 gram, sedangkan berat helm komposit
adalah 365 gram. Jadi perbandingan berat helm standard dengan helm komposit
memiliki selisih berat sebesar 365 gram 290 gram = 75 gram. Perbedaan berat
dari kedua jenis helm ini disebabkan dari beberapa faktor perbedaan yaitu:
metode hand lay up, sehingga pengaruh tebal dinding helm komposit yang tidak
merata, terutama pada kontur tulangan bagian atas, terjadi penumpukan cairan resin
yang lebih tebal pada permukaan cetakan bagian bawah yang tidak dapat dihindari.
Hal inidisebabkan karena letak cetakan helm pada posisi terlentang ke atas, dan pada
pelapisan matrik dan serat disusun secara bertahap, sehingga sebelum cairan resin di
permukaan cetakan yang lebih rendah (bagian bawah cetakan), dan akibatnya terjadi
penumpukan resin yang lebih tebal pada daerah bagian bawah cetakan. Berat helm
(brim), sehingga hasil pencetakan menyebabkan helm komposit lebih berat dari helm
standard.
Batang penerus (input bar) yang digunakan pada set up alat uji KOMPAK
ini terdiri dari bahan aluminium paduan AA 2024 T3. Uji respon batang input tanpa
helm terpasang, bertujuan untuk mengetahui respon batang penerus terhadap beban
impak menggunakan tekanan udara konstan 0,4 MPa, dan jarak impak yang
divariasikan, mulai dari 40 mm s.d 200 mm dapat diketahui tegangan impak yang
Gambar 4.6 dan 4.7 adalah hasil pengukuran respon tegangan pada batang
penerus tanpa spesimen (uji kosong). Dari masing-masing gambar grafik terlihat
bahwa kenaikan jarak impak akan menyebabkan kenaikan amplitudo tegangan, tetapi
hal ini tidak mengubah harga-harga waktu yang diperoleh, seperti: waktu impak,
waktu mencapai puncak gelombang, waktu untuk satu gelombang penuh, waktu
tegangan yang dihasilkan untuk masing-masing jarak impak pada pengujian respon
batang penerus tanpa spesimen ditunjukkan pada Tabel 4.5. Dari data hasil
pengukuran pada Tabel 4.5 adalah menggambarkan bentuk grafik dengan variasi
ID 180
ID 200
0
250 350 450 550 650
-10
Batang SGA Batang
Striker Input
-20
-30
Waktu ( s)
Gambar 4.6 Respon Batang Penerus pada lokasi Strain Gage a untuk berbagai
variasi jarak impak dengan tekanan udara 0,4 MPa
50
ID 40
ID 60
40 ID 80
ID 100
30 ID 120
ID 140
20 ID 160
ID 180
Tegangan(Mpa)
ID 200
10
0
230 330 430 530 630
-10
-20 SGB
Bat ang Bat ang
-30 St riker Input
-40
-50
Waktu ( s)
Gambar 4.7 Respon Batang Penerus pada lokasi Strain Gage b untuk berbagai
variasi jarak impak dengan tekanan udara 0,4 MPa
respon tegangan yang dihasilkan dari pengimpakan ini, dengan variasi jarak impak:
respon tegangan yang diterima oleh gage a dan gage b seiring dengan bertambah
besarnya jarak impak atau dapat di informasikan bahwa selisih tegangan yang
diterima oleh gage a dan gage b bertambah besar dengan bertambah jauhnya jarak
impak.
40 362 324 38
60 362 326 36
80 362 328 34
100 362 331 31
120 362 333 29
140 363 335 28
160 364 336 28
180 365 337 28
200 366 339 27
Sumber: Hasil Penelitian
Dalam riset ini, pengukuran respon helm akibat beban impak dilakukan
dengan menggunakan strain gage rossete, dan hanya menggunakan dua arah
pengukuran, yaitu pada arah: x dan y dengan jarak 15 mm dan 30 mm dari titik
pengimpakan. Spesifikasi strain gage rosette diperlihatkan dalam Tabel 4.6. Letak
dan posisi pemasangan strain gage pada spesimen seperti pada Gambar 4.8.
Respon tegangan yang diukur adalah tegangan yang diterima helm akibat beban
impak. Beban impak diberikan dengan tekanan udara dari kompresor pada tekanan:
30
15
Striker Input Bar
500 mm 1500
4.5.2.2. Respon Tegangan Impak dan Tegangan Insiden pada: ID = 60 mm, dan
Strain Gage arah: X
mengukur respon helm terhadap beban impak. Respon tersebut dapat di artikan
sebagai ketahanan helm untuk mendukung respon gelombang tegangan impak yang
masuk ke lokasi impak melewati ujung input bar. Respon helm berbeda, tergantung
dari lokasi impak, intensitas beban, dan geometri ujung input bar yang bersentuhan
tergantung pada tegangan impak (Gambar 4.9 a) yang dihitung dari hasil pengukuran
pada lokasi a dan b. Intensitas tegangan impak tergantung kepada kecepatan luncur
batang striker dan sifat-sifat mekanik kedua batang impak dan batang penerus. Pada
tekanan 0,4 MPa, jarak impak (ID) = 60 mm, dan strain gage arah: X pada jarak = 15
tegangan yang dapat ditransmisikan ke dalam helm (tegangan insiden) hanya sebesar
24,50 MPa. Di sini, terlihat bahwa ada pengaruh faktor transmisi tegangan.
Konfigurasi tegangan insiden akibat ujung rata dengan diameter input bar
adalah waktu impak untuk jarak 60 mm, (ti) = berkisar 150 s. Waktu impak ini
tergantung pada ukuran batang impak yang digunakan. Dalam penelitian ini
digunakan batang impak yang panjangnya 500 mm, batang penerus 1500 mm, jarak
100 60
64.43
40
50 24.50
20
b
Tegangan (MPa)
Stress (MPa)
0 0
a c f
0 50 100 150 200 250 300
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
-20
-50
-40
ti
d
-100 -60 Tim e (s)
Waktu (s)
a). b).
Gambar 4.9 Tipikal Tegangan Impak dan Insiden (P = 0,4 MPa, ID = 60 mm)
helm melalui interface batang penerus tergantung pada variasi jarak pengimpakan.
respon tegangan insiden seperti pada grafik (Gambar 4.9b). Hal ini pada prinsipnya
sama dengan karakteristik gelombang tegangan impak pada batang, semakin besar
jarak impak, maka grafik menunjukkan semakin besar pula gelombang tegangan
impak yang terjadi seperti terlihat pada grafik (Gambar 4.6, dan 4.7).
Sg. a Sg.b
100
64.43
b b
c
50
TeganganTekan TeganganTarik
Tegangan (MPa)
a a d f g
d
0
0 200 400 600 800 c 1000 1200 1400 1600
-50
f
e
-100
Waktu (s)
sebesar 0,4 MPa ke batang input melalui interface, maka timbul gelombang tegangan
impak pada batang input sebesar ( imp. ) = 64,43 MPa, insiden stress( ins ) = 24,50
MPa. Gelombang tegangan yang terjadi pada ujung batang penerus tersebut
gelombang ini terekam oleh semi conductor strain gage a b dengan jarak (o)
sebagai gelombang tegangan tekan satu dimensi (a b) dalam waktu (t), dan setelah
mencapai ujung batas batang penerus (L) rambat gelombang tegangan tersebut
spesimen (antara permukaan spesimen dan batang input) sejauh (b c) dalam waktu t
+ t1. Disini terjadi penundaan waktu (time delay) pada interface akibat dari tegangan
kembali melewati semi conductor strain gage (b a) yang berjarak (o), dan
masuk ke batang striker, dan sebagian lagi ditransmisikan kembali dan melewati semi
propagasi gelombang tegangan yang sama seperti diatas terus berlanjut secara
berulang. Dari Gambar Grafik di atas terlihat bahwa batang penerus telah memberi
respon terhadap beban impak yang diberikan. Hal ini menunjukkan adanya
gelombang tegangan tarik yang merambat ke batang impak (striker) dan telah
waktu (t - t1), kemudian rambat gelombang tegangan dari interface ke ujung batang
Dari impak (batang striker) yang diberikan ke batang penerus (input bar)
melalui interface, maka timbul gelombang tegangan disepanjang (L) batang penerus.
Dengan cara pembacaan yang sama grafik pada pengukuran strain gage a, (Gambar
4.9 a), maka gelombang tagangan yang terjadi pada batang penerus diteruskan ke
spesimen adalah dari titik (a- b) dalam waktu (t t1), gelombang tegangan ini
tekan, dan setelah mencapai ujung batas batang penerus gelombang tegangan ini
waktu (time delay) selama waktu (c- d), dan rambat gelombang tegangan ini
diteruskan sampai ke ujung batas batang penerus, setelah mencapai ujung batas
batang penerus gelombang tegangan ini direfleksikan melalui interface batang impak
ke batang penerus, dan kembali melewati semi conductor strain gage (a b) sebagai
gelombang tegangan tekan, dan hal yang sama seterusnya gelombang tegangan
Pengukuran kekuatan pada lokasi impak (batang input dan helm) berdasarkan
pada teori rambat gelombang elastis satu dimensi. Pada Gambar 4.9 b menunjukkan
masuk kedalam helm) dengan memasang semi conductor strain gage a pada jarak 15
mm, dan semi conductor strain gege b yang berjarak 30 mm dari titik pengimpakan.
Dari pengimpakan batang impak melalui interface batang penerus, rambat gelombang
melewati semi conductor strain gage (a b) yang berjarak 15 mm dari titik impak
terpasang pada spesimen, dan dalam waktu (t ) adalah sebesar ( in ) = 24,50 MPa,
sebagai gelombang tegangan tekan satu dimensi (a b), setelah mencapai ujung
batang penerus, sebagian gelombang tegangan tekan ini diteruskan ke spesimen dan
batang impak dan batang input dan tertangkap oleh strain gage b dan a sejauh (b- c).
Pada saat yang sama setelah impak, pada batang impak juga merambat
gelombang tagangan tekan dari interface menuju ujung bebasnya. Setelah mencapai
diteruskan ke batang penerus. Pada saat menuju ujung batang penerus, gelombang
tegangan tersebut akan tertangkap oleh strain gage a b sebagai gelombang tegangan
tarik satu dimensi sebesar (c d). Setelah mencapai ujung batang penerus, gelombang
tegangan ini sebagian diteruskan ke spesimen dan sebagian kembali menuju interface
batang penerus dan batang impak dan terekam oleh strain gage b dan a sebagai
dan diteruskan ke spesimen. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti: sifat-sifat mekanis material batang uji, ukuran panjang batang uji, dan jenis
material spesimen yang akan di uji. Ketiga hal tersebut harus dipertimbangankan,
4.5.2.3. Respon tegangan impak atas helm tanpa saluran angin (TSA), pada ID = 40
mm, dan ID = 120 mm, SG. arah: X
P : 0,4 MPa
Striker Input Bar
Impact distance: 40 mm dan 120
18
ID 40
ID 120
12
6
Stress (MPa)
0
0 1000 2000 3000 4000
-6
-12
-10.96
-18
Waktu (us)
5.89
6
Stress (MPa)
0
0 1000 2000 3000 4000
-6
-12
-18
Waktu (us)
Gambar 4.12 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG.X:30 mm), Imp.atas, TSA
4.5.2.4. Respon impak atas helm dengan saluran angin (DSA), pada ID = 40 mm dan
ID = 120 mm, SG. arah: X
25
ID 40
ID 120
15
Stress (MPa)
-15
-21.61
-25
Waktu (us)
Gambar 4.13 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG.X:15 mm), Imp.atas, DSA
Stress (MPa) 5
-11.02
-15
-25
Waktu (us)
4.5.3.1. Respon impak samping helm tanpa saluran angin (TSA), pada ID = 40 mm
dan ID = 100 mm, SG.arah: X
10
ID 40
ID 100
5
Stress (MPa)
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
-5
-6.61
-10
Waktu (us)
Gambar 4.15 Respon Tegangan Impak Vs Waktu (SG.X:15 mm), Imp.samp. TSA
Stress (MPa)
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
-5
-10
Waktu (us)
4.5.3.2. Respon impak samping helm dengan saluran angin (DSA), pada ID = 40
mm dan ID = 100 mm, SG.arah: X
10
ID 40
ID 100
5
Stress (MPa)
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
-5
-4.24
-10
Waktu (us)
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
-5
-10
Waktu (us)
menggunakan metoda dua gage dengan berbagai variasi jarak impak (ID). Gambar
4.20,dan 4.21 menunjukkan tegangan impak dan tegangan insiden (yaitu tegangan
yang masuk ke dalam helm) dengan tekanan 0,4 MPa masing-masing pada jarak
impak 60 mm dan 140 mm. Sedangkan Gambar 4.22 merupakan grafik gabungan
respon tegangan insiden. Dari gabungan kedua grafik tersebut (Gambar 4.22)
menunjukkan semakin besar jarak impak, maka semakin besar pula respon tegangan
impak dan tegangan insiden yang diterima helm. Berikut ini ditunjukkan data-data
hasil pengukuran dengan jarak impak yang bervariasi menunjukkan besarnya respon
tegangan impak dan tegangan insiden seperti terlihat pada Tabel 4.7.
lain : waktu impak untuk jarak 60 mm dan 140 mm sebesar (ti) = 300 s. Waktu
impak ini tergantung pada ukuran panjang batang impak yang digunakan. Semakin
pendek batang impak yang digunakan waktu impak akan semakin kecil.
200 200
Gambar 4.19. Impak Atas Helm TSA dengan Strain Gage arah: Y
Impact distance: 60 mm
50
100
75 67.77099378 40
50 30 26.28
25
20
0
750 1250 1750 10
-25
0
-50 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340
-10
-75
ti
-100 -20
P : 0,4 MPa
Striker Input Bar
100 91.89524578 50
75 40 36.80
Insiden Stress (MPa)
Tegangan impak (MPa)
50 30
25 20
0
0 500 1000 1500 10
-25
0
-50 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340
-75
-10
ti
-100 -20
Time (s)
Waktu (s)
Gambar 4.21. Tegangan Impak dan Tegangan Insiden (P = 0,4 MPa; ID: 140mm)
60
ID60=26.28 ID140=36.80
40
Tengangan (MPa)
20
ID=60
0
ID=140
0 200 400 600 800
-20
-40
-60
-80
Waktu (s)
insiden dari pengujian model helm TSA, pada jarak impak (ID) 60 s.d (ID) 140 mm.
Penjalaran gelombang tegangan yang terjadi berbentuk amplitudo dan searah dengan
sumbu batang uji. Tegangan impak pada (ID) = 60 mm sebesar 67,77 MPa, dan
tegangan insiden sebesar 26,28 MPa, sedangkan pada (ID) = 140 mm, diperoleh
tegangan impak sebesar 91,89 MPa dan tegangan insiden sebesar 36,80 MPa. Jadi
semakin besar jarak impak (ID), maka semakin besar pula tegangan impak dan
tegangan insiden pada helm. Pada kondisi ini permukaan helm belum menunjukkan
kerusakan, tetapi pada bagian dalam helm sudah memperlihatkan perubahan warna
whitening zone di bawah lokasi titik impak. Dari hasil perhitungan tegangan impak
dan tegangan insiden pada berbagai variasi jarak impak dapat dilihat bahwa rata-rata
Titik
Gambar 4.23. Impak Samping Helm TSA dengan Strain Gage Arah: Y
ditunjukkan pada Gambar 4.24. Pada pengujian ini, pengukuran yang dilakukan
mulai pada jarak impak (ID) = 60 s.d 120 mm, dengan tekanan 0,4 MPa. Gambar
4.24 dan 4.25 masing-masing memperlihatkan tegangan impak dan tegangan insiden,
dan menunjukkan besar respon tegangan impak yang ditransmisikan ke helm sebesar
42,45 MPa, dan tegangan insiden pada helm sebesar 16,15 MPa pada (ID) = 60 mm,
pada (ID) = 120 mm, respon tegangan impak yang di transmisikan sebesar 65,72,
MPa, dan tegangan insiden pada helm sebesar 26,02 MPa. Pada kondisi ini helm
sudah menunjukkan whitening zone. Berikut ini data hasil pengukuran yang
ditabulasikan pada Tabel 4.8. Faktor transmisi dari berbagai variasi (ID) sebesar
38,75%, hal ini menunjukkan helm komposit lebih besar meredam tegangan yang
yang hampir sama, hal ini menunjukkan bahwa semua bagian permukaan helm akan
meredam tegangan yang diterima sebesar 60%. Respon tegangan insiden yang
tumbukan beban impak, sehingga pada jarak impak (ID) sebesar 140 mm, dan strain
gage pada 15 mm dari titik pengimpakan, pada permukaan dinding helm yang
terkena impak hanya menunjukkan whitening zone. Kondisi ini menunjukkan telah
gelombang tegangan tersebut akan diteruskan ke lapisan serat penguat yang pertama.
Tabel 4.7. Hasil perhitungan Tegangan Impak dan Tegangan Insiden pada berbagai
variasi (ID) : 60 mm s.d 120 mm
Dari hasil pengujian helm impak atas dan samping dengan strain gage
terpasang pada arah: Y menunjukkan besar respon tegangan insiden yang berbeda
seperti terlihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8 di atas. Pada impak atas, diperoleh
tegangan insiden rata-rata sebesar 31,29 MPa, sedangkan pada impak samping,
ini disebabkan adanya pengaruh pada bentuk sambungan antara cangkang dan brim.
P : 0,4 MPa
Striker Input Bar
80 30
60
Tegangan impak (MPa)
20 16,15
42,45
-40
-20
-60
-80
-30
ti
Time (s)
Waktu (s)
Gambar 4.24. Tegangan Impak dan Tegangan Insiden (P=0,4 MPa; ID: 60mm),
Strain Gage Arah: Y
P : 0,4 MPa
Striker Input Bar
Impact distance: 120
80 30
65,72 26,02
60
Tegangan impak (MPa)
20
Insiden Stress (MPa)
40
10
20
0 0
Gambar 4.25. Tegangan Impak dan Tegangan Insiden (P = 0,4 MPa; ID: 120mm),
Strain Gage Arah: Y
40
Tegangan (MPa) 26,02
20
16,15
0
0 100 200 300 400 500
-20
ID = 60
-40
ID = 120
-60
waktu (s)
Hasil pengujian impak atas dan samping pada helm komposit di atas
dilakukan dengan posisi strain gage pada arah: X dan Y, dengan berbagai variasi
jarak impak menunjukkan bahwa semakin besar jarak impak, maka semakin besar
pula respon tegangan yang terjadi pada helm. Dari beberapa pengalaman para
gage arah: Y untuk helm standar menunjukkan respon tegangan impak yang lebih
besar dibandingkan dengan posisi strain gage pada arah: X. Jadi berdasarkan
pengalaman pada pengujian helm standard ini, maka hasilnya dapat dibandingkan
dengan helm komposit yang memiliki bentuk tulangan pada bagian atas dan
samping, tentu bentuk konstruksinya lebih kokoh, dan kuat. Pada pengujian helm
komposit ini dilakukan dengan menggunakan alat strain gage yang diletakkan pada
posisi arah: X dan Y, dari hasil pengujian helm komposit pada impak atas dan
samping menunjukkan besar respon tegangan impak dan tegangan insiden yang
Dari hasil pengukuran pada pengimpakan atas helm komposit, dengan P = 0,4
MPa, ID = 140 mm, diperoleh besar respon tegangan impak ( imp. ) = 91,89 MPa,
Sedangkan dari data hasil pengujian helm standard yang dilakukan oleh Iqbal yaitu :
pada tekanan 0,4 MPa, dan jarak impak 140 mm, diperoleh tegangan impak hasil
pengukuran sebesar 73,41 MPa. Akan tetapi, besarnya tegangan yang dapat
ditransmisikan ke dalam helm (tegangan insiden) hanya sebesar 8,82 MPa, dan
faktor transmisi ( ) =12,01%. Dari data hasil pengukuran kedua jenis helm tersebut
di atas, telah menunjukkan besar respon tegangan berbeda antara jenis material
komposit dengan polimer biasa. Dalam hal ini helm komposit jauh lebih baik
menerima (meredam) beban impak dibandingkan dengan jenis helm standard dan
non standard.
komposit ini masih perlu dilakukan setelah proses produksi, penggambaran model
konstruksi helm dengan menggunakan softwre solid work 2005. Pada desain gambar
dengan solidwork ini tentu diperlukan seluruh dimensi helm tersebut dengan cara
pengukuran langsung pada helm komposit hasil produksi. Dari hasil pengukuran
sehingga membentuk konstruksi helm komposit sesuai dengan hasil produksi. Desain
Berikut ini di perlihatkan pada gambar 4.27 adalah bentuk model produk helm
komposit tanpa saluran angin (TSA) yang telah diproduksi sesuai dengan bentuk
yang direncanakan.
226 300
195 235
190
230
9
152
147
20
a). Tampak Depan b). Tampak Samping
Cangkang
Hasil Sambungan yang
berfungsi sebagai
tulangan pada brim
Brim
c). Isometrik
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian desain dan pabrikasi ini, telah menunjukkan hasil
produksi helm yang ergonomik dari bahan komposit GFRP, dengan melakukan
Dari hasil desain dan pabrikasi telah memperlihatkan hasil produksi helm
industri dari material komposit polimer GFRP dengan metode hand lay up. Pada
proses pencetakan helm dilakukan dengan metode pencetakan secara terpisah yaitu:
(1). Cetakan cangkang, dan (2). Cetakan brim. Metode pencetakan ini lebih berhasil
yang menggunakan cetakan helm standard dengan metode hand lay up, ada beberapa
hal yang menjadi pertimbangan pada teknik pencetakan helm seperti: desain model
konstruksi helm, modifikasi cetakan, dan metode pencetakan. Hal ini perlu dilakukan
untuk mendapatkan hasil produksi helm yang lebih baik, dan helm tanpa mengalami
cacat atau gagal produk. Jadi pada proses pencetakan helm ini dapat disimpulkan,
dengan metode pencetakan secara terpisah ini terbukti lebih efisien dibandingkan
material komposit polimer GFRP dengan susunan dua lapisan serat E-glass jenis
Chopped Strand Mat (CSM). Spesimen dibentuk menurut standarisasi ASTM 638 D
material dasar helm komposit. Dari hasil uji tarik spesimen, maka diperoleh harga
modulus elastisitas rata-rata (E) = 782 MPa, kekuatan tarik maksimum rata-rata
( trata 2 )= 401,3 MPa, dan Elongation ( rata 2 ) = 51,33%. Dari data-data hasil
pengujian tersebut di atas, menunjukkan bahwa harga: (E), ( trata 2 ), dan ( rata 2 ) yang
diperoleh lebih besar dibandingkan dengan jenis material polimer biasa (material
helm non standard) yang telah diteliti sebelumnya oleh Nayan, A [4]. Dari hasil
522 MPa, kekuatan tarik ( t ) = 29,74 MPa, dan Elongation at Break ( rata 2 ) =
24,15%. Dari hasil pengujian spesimen jenis material komposit polimer GFRP ini
diperoleh harga (E) = 782 MPa. Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis material
komposit GFRP lebih keras, dan ulet dibandingkan dengan jenis material polimer
biasa.
udara di dalam dinding dari kedua model helm tersebut, yang pengujiannya dengan
mengenakan helm langsung di lapangan (udara bebas) pada kondisi iklim cuaca
m/detik dengan kelembaban relatif 54 s.d 95%. Pengujian menggunakan alat ukur
helm tanpa saluran angin (TSA) sebesar 390C. Dengan cara yang sama juga
dilakukan pengukuran temperatur pada model helm dengan bentuk saluran angin
sebesar 33,160C. Dari data hasil pengujian temperatur, maka kedua model helm
ergonomik adalah model helm dengan bentuk saluran angin (DSA). Sedangkan
temperatur udara di dalam dinding helm yang terakumulasi adalah: akibat pengaruh
suhu badan manusia sebesar 340C melalui kulit kepala, dan panas akibat radiasi
matahari melalui permukaan dinding luar helm. Dari hasil pengukuran temperatur
udara di atas, menunjukkan temperatur udara panas di dalam dinding helm dapat
bersirkulasi dengan udara luar melalui saluran angin pada ke empat sisi permukaan
dinding helm, sehingga dari hasil pengukuran temperatur udara pada bagian dalam
dinding helm diketahui sebesar 33,160C, yang berarti sama dengan temperatur udara
disekitarnya. Dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran terhadap berat kedua
model helm (TSA dan DSA), dari hasil pengukuran (penimbangan) berat model
helm DSA = 365 gram, dan berat model helm TSA = 385 gram. Dengan demikian
model helm DSA lebih ringan dari model helm TSA. Hasil pengujian ergonomik
telah menunjukkan tingkat kenyamanan helm, dalam arti tidak panas pada
atas dan samping kedua model helm TSA dan DSA, dengan (P) = 0,4 MPa, pada
jarak impak (ID) = 60 mm, dan posisi pemasangan strain gage arah: X pada jarak 15
mm menunjukkan tegangan impak sebesar ( imp ) = 64,43 MPa, dan tegangan insiden
( ins ) = 24,50 MPa yaitu tegangan yang masuk (diserap) pada helm. Sedangkan
respon tegangan impak untuk model helm TSA, dengan variasi jarak impak (ID) = 40
s.d 120 mm, dan strain gage pada jarak 15 mm dari titik impak adalah sebesar ( imp )
= - 10,96 MPa, strain gage pada jarak 30 mm menunjukkan respon tegangan impak
( imp ) = 5,89 MPa. Untuk model helm DSA, pengukuran strain gage pada jarak 15
mm dari titik impak diperoleh respon tegangan impak sebesar ( imp ) = - 21,61 MPa,
Pada pengimpakan samping model helm TSA, dengan tekanan (P) = 0,4
MPa, jarak strain gage 15 mm dari titik impak, (ID) = 40 s.d 100 mm, diperoleh
respon tegangan impak ( imp ) = - 6,61 MPa, dan strain gage pada jarak 30 mm
samping model helm DSA, dilakukan dengan cara yang sama, maka dari hasil
impak ( imp ) = - 4,24 MPa, dan strain gage pada jarak 30 mm ( imp ) = 4,64 MPa.
Dari data hasil pengujian di atas, dapat dilihat bahwa dari pengukuran strain gage
arah: X, pada jarak 15 mm dan 30 mm dari titik impak, dengan variasi jarak impak
yang berbeda menunjukkan besar respon tegangan tekan dan tarik yang bervariasi
terhadap permukaan dinding helm, terutama pada jarak strain gage 15 mm dari titik
pengimpakan. Sedangkan dari hasil pengukuran respon tegangan impak atas helm
TSA, dengan (P) = 0,4 MPa, dan (ID) = 60 mm, dengan strain gage arah: Y,
diperoleh besar respon tegangan impak ( imp. ) = 67,77 MPa, dan tegangan insiden
sebesar ( ins. ) = 26,28 MPa. Pada (ID) = 140 mm, diperoleh ( imp. ) = 91,89 MPa,
dan ( ins. ) = 36,8 MPa. Pada pengimpakan samping helm TSA, dengan (ID) = 60
mm, strain gage arah: Y, diperoleh respon tegangan impak ( imp. ) = 42,45 MPa,
dan tegangan insiden ( ins. ) = 16,15 MPa. Untuk (ID) = 120 mm, diperoleh ( imp. )
= 65, 72 MPa dan ( ins. ) = 26,02 MPa. Hasil kedua pengukuran dengan posisi
strain gage arah: X dan Y di atas menunjukkan besar respon tegangan impak dan
tegangan insiden yang berbeda. Kemudian diketahui respon tegangan impak dengan
pengukuran strain gage arah: Y jauh lebih besar dibandingkan dengan pengukuran
strain gage arah: X, artinya penjalaran gelombang tegangan searah sumbu batang.
Hal ini sesuai dengan teori propagasi gelombang tegangan pada batang.
arah rambatannya. Dari data hasil pengukuran respon tegangan oleh peneliti
sebelumnya (Iqbal), pada pengujian impak atas jenis helm standard dari material
polimer biasa dengan (P) = 0,4 MPa, (ID) = 140 mm, diperoleh: respon tegangan
impak = 73,41 MPa, tegangan insiden = 8,82 MPa, dan faktor transmisi ( ) =
12,01%. Sedangkan dari hasil pengujian impak atas helm komposit, pada (P) = 0,4
MPa, pada (ID) = 140 mm, diperoleh: ( imp. ) = 91,89 MPa, dan ( ins. ) = 36, 80
dan tegangan insiden tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan helm
komposit jauh lebih mampu untuk menerima atau menyerap tumbukan akibat beban
dimensi setelah helm diproduksi. Dari hasil pengukuran dimensi helm tersebut,
konstrukasi helm komposit dengan software solidwork 2005. Hal ini perlu dilakukan
terutama pada daerah sambungan antara bentuk cangkang (kerangka bagian atas), dan
brim ( kerangka bagian bawah) yang akan berfungsi sebagai tulangan pada konstruksi
helm hasil produksi. Di samping itu, gambar desain model helm ini adalah untuk
memverifikasi produk helm hasil produksi. Dengan demikian dari hasil desain,
komposit ini diharapkan menjadi standarisasi desain dan pabrikasi model helm
5.2 Saran
dikembangkan secara lebih luas dengan berbagai jenis peralatan dan metode
proses antara lain seperti: spray up, injection moulding, vacum moulding,
compression molding, dan hand lay up untuk tujuan riset yang berorientasi pada
dunia industri. Hal ini perlu dilakukan untuk peningkatan dan pengembangan
penggunaan jenis material PMCs dan RFP melalui suatu proses produksi,
sehingga dapat menghasilkan berbagai produk yang telah lolos uji standard
untuk mendapatkan data hasil penelitian yang lebih optimal, sehingga dapat
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini, dan mampu bersaing
5. G.A. Davis, E. D. Edmisten, R.E. Thomas, R.B. Rummer, D.D. Pascoe, Effect of
ventilation safety helmets in a hot environment, International Journal of
Industrial Ergonomics 27 (2001) 321- 329, USA.
8. Indra, Pemodelan Bentuk Kepala dari Bahan Komposit Polimer dan responnya
terhadap BebanIimpak, Prosiding Seminar Material dan Struktur (Mastruct),
Medan, Januari, 2004.
10. Japan International Standard for Protective Helmet for Vehicular Users, T
8133, Japan, 1982.
11. Johnson, W, Impact Strength of Material, Edward Arnold, London, 1972.
12. Lyn Quine, D.R. Rutter and Laurence Arnold, Persuading School-age cyclist to
use safety helmets : Effectiveness of an intervention based on the theory of
Planned Behaviour, British Journal of Health Psychology (2001),6, 327-345,
University of Kent at Canterbury, UK.
102
Hasrin : Desain Dan Pabrikasi Helmet Industri Yang Ergonomik, 2008
USU Repository 2008
13. Mahadi, B, Bustami Syam, Metode Baru Pengukuran Kekuatan Helm Industri
Akibat Beban Impak Kecepatan Tinggi, Prosiding Seminar Material dan
Struktur (MASTRUCT), Medan, Januari, 2004.
14. Nayan, BBA, Bustami Syam, Penyelidikan Perilaku Mekanik Helmet Industri
Akibat Beban Impak Kecepatan Tinggi, Prosiding Seminar Material dan
Struktur (MASTRUCT), Medan, Januari, 2004.
15. Patrick Kirk, Effect Outdoor Weathering on the effective life of forest industry
safety helmets, International Journal of Industrial Ergonomic 25 (1999) 51-58,
New Zealand.
16. Shinroku Saito, Tata Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, PT. Pradnya Paramita,
Cetakan ke IV, 1999, Jakarta.
17. Standar Nasional Indonesia, Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua
untuk umum, SNI 19 1811 1990.
18. Sumamur, P.K, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Cet. 6, Jakarta, 1988.
19. Syam, B,Aplikasi Teknik Dua Gage Dalam Pengukuran Tegangan Insiden Pada
Helmet Industri yang Dikenai Beban Impak Kecepatan Tinggi, Jurnal Ilmiah
SINTEK, Vol.19, no.2 2003.
20. Syam, B, et.all, Pembuatan Alat Uji Air Gun Compressor dan Penyelidikan
Perilaku Mekanik Berbagai Material Mekanik Akibat Beban Impak, Laporan
Konprehensif Penelitian Hibah Bersaing VI/1 dan VI/2, Medan, 1999.
23. Syam, B, Perilaku Mekanik Material Keramik Teknik Terhadap Beban Impak,
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin, FT. USU, Medan, 1996.
24. Syam, B, A , Measuring Method for Impact Tensile Strength and Impact
Fracture Behaviours of Brittle Materials, A Doctoral Dissertation, Muroran
Institute of Technology, Muroran, Japan, March 1996, pp. 29 98.
25. Tomson R.D, S.P.Duckworth, A. Birkbeck, and M.T. Cassidy, The Performance
of Industrial Safety Helmets Under Transverse Loading, Technology, Law and
Insurance, 1997, 2 1-6,USA.
27. Yeh Liang Hsu, Chi-Yu Tai, Ting-Chin Chen, Improving Thermal Properties of
industrial safety helmets, Industrial Ergonomic, International Journal of
Industrial Ergonomics 26 (2000) 109-117, Taiwan.
MEDAN Morning
07-04-2006
Noon Evening
23 oC 33 oC 28 oC
Oregon Aero often designs its own testing and manufacturing equipment such as this
computerized drop tower used during product development.
The impact drop tests on the military helmet pictured above determined how much
shock protection was provided by the experimental helmet liner system in the test
helmet. The ballistic liner reduced transmitted shock in a standard helmet from 210Gs
to 70Gs. The helmet is also stable and painless. (See Military Helmets).
13,7
6,7
Bag. Horizontal
20,3
Bag. Horizontal
27,9
Bag. Horizontal
42
56,2
Bag. Horizontal
70,3
Bag. Horizontal
Bag. Horizontal
Bag. Horizontal
Satuan : mm
1 2 3 4 5 6 7 00
1800
150
1650
300
1500
450
0
135
600
1200 75 0
1050 900
Bagian
1 2 3 4 5 6 7
Derajat
Strain Gage
terpasang
a). b).
c).
d). Isometrik
199
18 290,5
24
238 53
15
14 0
140
215
40
215
40 1
7
4
7
4
o
53
2
225
232
295
195
Tampak Atas Bagian dalam Tampak belakang