Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Konsep Dasar Abortus

1.Pengertian

a. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin

dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang

dari 20 minggu atau berat janin kurang 500 gram. (Sarwono

prawirohardjo,460,2010)

b. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat akibat tertentu)

sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu dan berat janin kurang dari

500 gram atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar

kandungan. (Eni nur rahmaawati ,83,2011)

a. Definisi keguguran atau abortus adalah kehilangan kehamilan secara

sepontan sebelum masa gestasi 24 minggu.(Profesor Peter

Abrahams,98,2010)

2.Etiologi

Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian

mudigah(kematian calon janin didalam kandungan karena adanya kelainan

kromosom). Sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin di

keluarkan dalam keadaan masih hidup. Faktor-faktor yang dapat

menyebabkan ialah sebagai berikut : ( Eni nur rahmaawati ,83,2011)


1. Kelainan kromosom

Kelainan yang sering di temukan pada abortus spontan adalah

trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

2. lingkungan kurang sempurna

Bila lingkungan di endometrium disekitar tempat implantasi kurang

sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi

terganggu .

3. pengaruh dari luar

Radiasi, virus, obat-obatan,dan sebagainya dapat mempengaruhi baik

hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh

ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen lainnya misalnya

tembakau, alkohol, kavein, dan lainnya.

4. kelainan pada plasenta

Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan

oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan

pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasanya terjadi sejak

kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

5. Penyakit ibu

a. Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus

abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin,bakteri,

virus,atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin,

sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus.


b. Kelainan endokrin misalnya diabetes melitus, berkaitan dengan

derajat kontrol metabolik pada trimester pertama. Selain itu juga

hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana

autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insiden abortus

walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.

6. kelainan taktus genitalia

Retroversion uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat

menyebabkan abortus.tetapi, harus diingat bahwa retroversion uteri

gravid inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan

penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 ialah serviks

inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bahwa pada

serviks,dilatasi serviks berlebihan,konisasi, amputasi, ataurobekan

serviks luas yangtidak dijahit.

Penyebab lain adalah kegagalan nidasi embrio ke dalam dinding rahim

.leher rahim (cervix) yang lemah dapat menimbulkan keguguran pada

kehamilan lanjut (setelah tiga bulan ). Keguguran lebih umum terjadi ketika

usia wanita lebih tua karena telur yang tua. Keguguran tidak disebabkan

karena stres atau kurang istirahat. Keguguran pada permulaan kehamilan

sangat sering terjadi. Penyebabnya masih belum diketahui seluruhnya,tetapi

hampir semua kasus keguguran tidak bisa dicegah .(Profesor Peter

Abrahams,98,2)
3. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan pada desidua basalis kemudian

di ikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil

konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda

asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk

mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi

biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus

desidua lebih dalam,sehinggaa hasil konsepsi mudah dilepaskan.pada

kehamilan 8-14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam

sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat

menyebabkan banyak pendarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas

umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin disusul

dengan plasenta. Perdarahan jumlahnya tidak banyak jika plasenta segera

lepas dengan lengkap.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikelurkan dalam berbagai bentuk .

Adakalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil

tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum) atau janin telah mati dalam waktu

yang lama (missed abortion) Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan

secepatnya, maka akan menjadi mola karneosa. Mola karneosa merupakan

suatu ovum yang dikelilingi oleh kapsul bekuan darah. Kapsul memiliki

ketebalan bervariasi, dengan villi koriales yang telah bergedegenerasi

tersebar diantaranya. Rongga kecil didalam yang terisi cairan tampak

menggepeng dan terdistrosi akibat dinding bekuan darah yang lama tebal.
Bentuk lainnya adalah mola tuberosa dalam hal ini amnion tampak

berbenjol benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi

proses mumifikasi. Mumifikasi merupakan proses pengeringan janin karena

cairan amnion berkurang akibat diserap, kemudian janin menjadi

gepeng(fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut janin dapat menjadi

tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus) kemungkinan lain pada

janin mati yang tidak cepat dikeluarkan adalah terjadi maserasi. Tulang

tulang tengkorak kolaps dan abdomen kembung oleh cairan yang

mengandung darah. Kulit melunak dan terkelupas in utero atau sentuhan

ringan. Organ organ dalam mengalami degenerasi dan nekrosi. (Eni nur

rahmaawati ,84-85,2011).

4. Klasifikasi

Abortus dibagi atas beberapa golongan:

1) Abortus spontan adalah abortus yang berlangsung tanpa tindakan kata

lain yang luas digunakan yaitu keguguran (miscarriage) (Eni nur

rahmaawati ,85,2011).

a. Abotus imminens merupakan abortus tingkat permulaan dan terjadi

pendarahan pervaginam, sedangkan jalanlahir masih tertutup dan

hasil konsepsi masih baik dalam uterus. Tanda dan gejala abortus

imminens yaitu perdarahan tidak berhenti, kadang di sertai rasa

mulas/kontraksi, periksa dalam belum ada pembukaan, palpasi:


tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan dan hasil tes kehamilan

positif (Maryunani,18,2009).

b. Abortus insipiens, yaitu abortus yang sedang mengancam yang

ditandai dengan seviks telah mendatar dan ostium uteri telah

membuka,akan tetapi hasil konseepsi masih dalam kavum uteri dan

dalam proses pengeluaran. Penderita akan merasa mules karena

kontraksiyang sering dan kuat, perdarahannya bertambah sesuai

dengan pembukaan serviks uterus dan umur kehamian, besar uterus

masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes urin kehamilan masih

positif ( prawirohardjo,469,2010)

c. Abortus inkomplit,dimana sudah terjadi abortus dengan

mengeluarkan jaringan tetapi sebagian masih berada didalam

uterus. Tanda dan gejala abortus inkomplit yaitu nyeri hebat,

perdarahan banyak, eksplusi jaringan/hasil konsepsi, pembukaan

terbuka lebar dan teraba sisa jaringan (Manuaba, 688, 2012)

d. Abortus komplit, yaitu seluruh hasil konsepsi telah keluar dari

kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin

kurang dari 500 gram. Tanda dan gejala abortus komplit yaitu

nyeri ringan, perdarahan sedikit, ostiumuteri telah tertutup,dan

uterus telah mengecil (Eni nur rahmaawati ,86,2011).

e. Missed abortion, yaitu perdarahan pada kehamilan muda, disertai

retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu lebih.

Dengan gejala yang dijumpai yaitu, amenorea, perdarahan sedikit


yang berulang pada permulaannya dan selama observasi fundus

tidak bertambah tinggi malahan bertambah rendah, serviks tertutup

dan ada darah sedikit, sekali-kali pasien merasa perutnya dingi atau

kosong (Ai yeyeh rukiyah,2010).

f. Habitualis, yaitu abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih

berturut turut. Dimana ostium serviks terbuka, tanpa disertai mules

/kontraksi rahim (Sarwono prawirohardjo,2010)

g. Abortus infeksiosa, adalah abortus yang di sertai infeksi pada

genitaliia,sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat

disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam peradaran darah

atau peritoneum. Tanda dan gejalanya yaitu infeksi alat genitalia

seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau,

uterus yang membesar, lembek serta nyeri tekan,dan adanya

leukositosis. Apabila terdapat sepsis,penderitatampak sakit berat,

kadang-kadang menggigi,demam tinggidan tekanan darah menurun

(Eni nur rahmaawati ,86,2011).

h. Abortus servikalis, pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi

dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak

membuka, sehingga semuanya terkumpul kedalam kanalis

servikalis, dan serviks uteri menjadi besar dengan dinding yang

menipis (Eni nur rahmaawati ,2011).

2) Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu

akibat suatu tindakan.


a. Abortus medisinalis (abortus terapeutik) merupakan terminasi

kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup

(viabel) (Eni nur rahmaawati ,2011).

b. Abortus kriminalis merupakan abortus yang disengaja karena

tindakan-tindakan yang legal atau tidak berdasarkan indikasi medis

(Ai yeyeh rukiyah,2010).

5.Diagnosa

Diagnosa aborsi ditegakan berdasarkan : (maryunani,17-18, 2009)

1. Tindakan klinis

a. Terlambat haid atau amenorea kurang dari 20 minggu

b. Pemeriksaan fisik yang terdiri dari keadaan umum tampak

lemah,tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau

cepat dan keci, dan suhu badan normal atau meningkat (jika keadaan

umum buruk, lakukan resusitasi dan stabilisasi)

c. Adanya perdarahan pervaginam yang dapat disertai keluarnya jaringan

janin, mual dan nyeri pinggang akibat kontraksi uterus (rasa sakit atau

keram perut diatas daerah sinopsis)

d. Pemeriksaan ginekologi meliputi inspeksi vulva dengan melihat

perdarahan pervaginam,ada/tidak jaringan janin,dan tercium/tidak bau

busuk dari vulva inspekulo


e. Perdarahan dari kavum uteri, ostium oteri terbuka atau sdh

tertutup,ada/tidak jaringan keluar dari ostium, dan ada atau tidak

cairan atau jaringan busuk dari ostium

f. Pada periksa dalam dengan melihat portio masih terbuka atausdh

tertutup,teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus

sesuai ataulebih kecil dari usia kehamilan,tidak nyeri saat portio di

goyang, tidak nyeri pada saat perabaan adneksa,dan kavum douglas

tidak menonjol dan tidak nyeri.

2. Pemeriksaan penunjang

a. Tes kehamilan akan menunjukan hasil positif bila janin masih hidup

bahkan2-3 hari setelah abortus

b. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih

hidup

c. Pemeriksaan kadar fibrinogendarah pada missed abortion

6. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan secara umum

Untuk penanganan yang memadai ,segera lakukan penilaian

dari: (Eni nur rahmaawati ,2011)

1) Keadaan umum pasien

2) Tanda-tanda syok seperti pucat,berkeringat banyak,pingsan,tekanan

sistolik <90 mmHg, nadi >112 x/menit


3) Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa (benjolan di

jaringan dekat rahim),nyeri perut bawah,adanya cairan bebas dalam

cavum pelvis,pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang

terganggu.

4) Tanda-tanda infeksi atau sepsis seperty demam tinggi,sekret berbau

pervaginam,nyeri perut bawah,dinding perut tegang,nyeri goyang

portio,dehidrasi,gelisah atau pingsan.

5) Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana

padafasilitas kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan

stabilisasi).

7.Komplikasi

Komplikas yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan,

perforasi,infeksi dan syok.

a. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengkosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu diberikan transfusi darah . kematian karena

perdarahan dapat terjadi apa bila pertolongan tidak diberikan pada

waktunya (Ai yeyeh rukiyah,2010).

b. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan (kuretase) dapat terjadi terutama pada uterus

dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu

diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan

perforasi atau perlu histerektomi. (Eni nur rahmaawati ,2012).

c. Infeksi

Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus, tetapi

Biasanya didapatkan pada abortus inkompletus yang berkaitan erat dengan

suatuabortus yangtidak aman (Nugroho,137,2012).

d. Syok

Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)dan

karena infeksi berat (syok indoseptik) (Ai yeyeh rukiyah,2010).

B. Konsep Dasar Abortus Inkomplit

1. Pengertian

a. Abortus inkomplit adalah dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar

dari kavum uteri sebelum usia kehamilan 20 minggu dan masih ada yang

tertinggal (Prawirohardjo.s ,2010)

b. Abortus inkompit yaitu dimana sudah terjadi abortus dengan

mengeluarkan jaringan pada kehamilan sebelum 20 minggu, tetapi

sebagian jaringan masih berada didalam uterus (Manuaba,2012)

c. Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal

dalam uterus (nugroho,22,2011).


d. Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal

dalam uterus (sujiyatini,23,2009).

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan

bahwa abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi dari

kavum uteri sebelum usia kehamilan 20 minggu dan masih ada sisa

jaringan yang tertinggal di dalam uterus.

2.Etiologi

Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian

mudigah(kematian calon janin didalam kandungan karena adanya kelainan

kromosom). Sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin di

keluarkan dalam keadaan masih hidup. Faktor-faktor yang dapat

menyebabkan ialah sebagai berikut : ( Eni nur rahmaawati ,83,2011)

1. Kelainan kromosom

Kelainan yang sering di temukan pada abortus spontan adalah

trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

2. lingkungan kurang sempurna

Bila lingkungan di endometrium disekitar tempat implantasi kurang

sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi

terganggu .

3. pengaruh dari luar

Radiasi, virus, obat-obatan,dan sebagainya dapat mempengaruhi baik

hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini


umumnya dinamakan pengaruh teratogen lainnya misalnya tembakau,

alkohol, kavein, dan lainnya.

4. kelainan pada plasenta

Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan

oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan

pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasanya terjadi sejak

kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

5. Penyakit ibu

a. Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus

abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin,bakteri,

virus,atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin,

sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus.

b. Kelainan endokrin misalnya diabetes melitus, berkaitan dengan

derajat kontrol metabolik pada trimester pertama. Selain itu juga

hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana

autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insiden abortus

walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.

6. kelainan taktus genitalia

Retroversion uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat

menyebabkan abortus.tetapi, harus diingat bahwa retroversion uteri

gravid inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan

penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 ialah serviks inkompeten

yang dapat disebabkan oleh kelemahan bahwa pada serviks,dilatasi


serviks berlebihan,konisasi, amputasi, ataurobekan serviks luas yangtidak

dijahit.

Penyebab lain adalah kegagalan nidasi embrio ke dalam dinding rahim

.leher rahim (cervix) yang lemah dapat menimbulkan keguguran pada

kehamilan lanjut (setelah tiga bulan ). Keguguran lebih umum terjadi ketika

usia wanita lebih tua karena telur yang tua. Keguguran tidak disebabkan

karena stres atau kurang istirahat. Keguguran pada permulaan kehamilan

sangat sering terjadi. Penyebabnya masih belum diketahui seluruhnya,tetapi

hampir semua kasus keguguran tidak bisa dicegah (Profesor Peter

Abrahams,98,2).
3. Patofisiologi

Etiologi :
a. Kelainan kromosom
b. Lingkungan kurang sempurna
c. Pengaruh dari luar
d. Kelainan pada plasenta
e. Penyakit ibu
f. Kelainan taktus genitalia

Merangsang terjadinya kontraksi uterus sehingga


menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian

perdarahan

Resiko syok Kuretase

Resiko perforasi perlukaan jalan lahir

Resiko infeksi

Gambar 1.1 bagan patofisiologi abortus inkomplit


2.Tanda dan Gejala

a. Perdarahan bisa sedikit atau banyak dari ostium uteri eksternum dan bisa

terdapat bekuan darah berwarna merah kehitaman

b. Rasa mules (kontraksi) uterus tambah hebat dan nyeri perut bagian bawah

c. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka

d. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau

kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan

keluar

e. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan,dapat

menyebabkan syok (Maryunani,23,2009).

3. Komplikasi

a. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengkosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu diberikan transfusi darah . kematian karena

perdarahan dapat terjadi apa bila pertolongan tidak diberikan pada

waktunya (Ai yeyeh rukiyah,2010).

b. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan (kuretase) dapat terjadi terutama pada uterus

dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu

diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan

laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan

perforasi atau perlu histerektomi. (Eni nur rahmaawati ,2011).


c. Infeksi

Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus, tetapi

Biasanya didapatkan pada abortus inkompletus yang berkaitan erat dengan

suatu abortus yang tidak aman (Nugroho,137,2012).

d. Syok

Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)dan

karena infeksi berat (syok indoseptik) (Eni nur rahmaawati ,2011).

4. Diagnosa

Diagnosis abortus inkomplit di tegakan berdasarkan:

(prawirohardjo,469,2010)

a. Tindakan klinis

1) Umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari

500 gram

2) sebagian hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus

3) pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan

teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri

esternum.

4) perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau

sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan

sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan

terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok

hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan.


b. Pemeriksaan penunjang

1) Tes kehamilan mungkin masih positif,tetapi kehamilan tidak bisa

dipertahankan

2) Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan diagnosis

secara klinis. Pada pemeriksaan USG di dapatkan besar uterus

sudah lebih keci dari usia kehamilan dan kantong gestasi sudah

sulit dikenali, di kavum uteri terdapat massa hiperekoik yang

bentuknya tidak beraturan.

5.penatalaksanaan

Dalam menangani abortus inkomplit,bidan dapat berkonsultasi dengan

dokter ,sehingga tidak merugikan pasien. Penatalaksanaa yang dilakukan

pada abortus inkomplit adalah:

Yang pertama dilakukan yaitu tentukan besar uterus (taksir usia

gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat,syok,

infeksi,perforasi )

a. Perdarahan

Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai

perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital

atau cunam ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan :

1) Bila perdarahan berhenti beri ergometrin 0,2 mg IM atau

misoprostol 400 mg per oral


2) Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi

dengan melakukan pengeluaran secara manual

3) Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu,

segera lakukan evakuasi dengan AVM.

4) Bila pasien tampak anemik, berikan sulfas ferosus 600 mg perhari

selama 2 minggu (anemia sedang)atau transfusi darah (anemia

berat).

b. Infeksi

1) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotik profilaksis

(ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100mg)

2) Bila terjadi infeksi,beri ampisilin 1gr dan metronidazol 500 mg

setiap 8 jam

c. Perforasi

Bila ada tanda tanda perforasi (mual/muntah, nyeri punggung, demam,

perut kembung, nyeri perut bawah, didnding perut tegang, nyeri ulang

lepas).

1) Bersihkan ramuan tradisisonal, jamu, bahan kaustik,kayu,atau

benda-benda lainnya dari region genitali.

2) Berikan boster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada

dinding vagina atau kanalis servikalis dan pasien pernah di

imunisasi.
3) Bila riwayat pemberian imunisasi tida,berikan serum anti tetanus

(ATS) 1500 unit IM diikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5

ml setelah 4 minggu.

d. Syok

Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu syok dengan pemberian

cairan transfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin

dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat-obatan

uterotonika dan antibiotik. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu

setelah melakukan penanganan.

C. Konsep Tentang Tinjauan Asuhan Kebidanan, dan Pendokumentasian

1. Tinjauan Tentang Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang

menjadi tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada

klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dibidang kesehatan ibu

pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi setelah lahir, serta keluarga

berencana (Mufdlilah et al., 2009).

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan

keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan

wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat

kebidanan (KEMENKES, 2007 No. 938).

Adapun standar asuhan kebidanan yaitu :

1. Standar I : Pengkajian

a. Pernyataan Standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

b. Kriteria Pengkajian

1) Data tepat, akurat dan lengkap

2) Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa; biodata, keluhan

utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang

sosial budaya).

3) Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan

pemeriksaan penunjang.

2. Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

a. Pernyataan Standar

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterprestasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

b. Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah

1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan.

2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi pasien.

3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,

kolaborasi dan rujukan.

3. Standar III : Perencanaan

a. Pernyataan standar

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan

masalah yang ditegakkan.


b. Kriteria perencanaan

1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipsi dan asuhan

secara komprehensif.

2) Melibatkan klien / pasien dan keluarga.

3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien.

4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan

klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa

asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.

5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,

sumberdaya serta fasilitas yang ada.

4. Standar IV : Implementasi

a. Pernyataan Standar

Bidan melaksanakan rencan asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence

based kepada klien dalam bentuk upaya promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi

dan rujukan.

b. Kriteria

1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-

sosial spiritual kultural.

2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari

klien dan atau keluarganya (inform consent).


3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.

4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.

5) Menjaga privacy klien/pasien.

6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.

7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara

berkesinambungan.

8) Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan

sesuai.

9) Melakukan tindakan sesuai standar.

10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

5. Standar V : Evaluasi

a. Pernyataan Standar

Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan

berkesinambungan untuk melihat kefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi

klien.

b. Kriteria evaluasi

1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan

asuhan sesuai kondisi klien.

2) Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada

klien dan atau keluarga.

3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

4) Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien.


6. Standar VI : Pencatatan asuhan kebidanan

a. Pernyataan standar

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap akurat, singkat, dan

jelas mengenai keadaan atau kejadian yang ditemukan dan

dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.

b. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan

1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan

pada formulir yang tersedia (rekam medis / KMS / status

pasien / KIA)

2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.

3) S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa.

4) O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan.

5) A adalah data hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah

kebidanan.

6) P adalah penatalaksanaan mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan

antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif :

penyuluhan, dukungan, kolaborasi evaluasi / follow up dan

rujukan.

D. Tinjuan Tentang Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Menurut Thomas (1994 dalam Mufdlilah, dkk, 2001) dokumentasi

adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga

pasien, dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan,


pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien terhadap

semua asuhan yang telah diberikan.

Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat

diterapkan dengan metode SOAP : (Mufdlilah et al., 2009)

a. Data Subjektif (S)

Data Subjektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data),

terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data Subjektif ini

berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi

pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai

kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung

dengan diagnosis. Data Subjektif ini nantinya akan menguatkan

diagnosis yang akan disusun.

1) Pengkajian data ibu

Data yang harus dikumpulkan pada ibu hamil, meliputi

biodata / identitas ibu maupun suami. Biodata yang dikumpulkan

dari ibu hamil dan suaminya, meliputi : nama, umur, agama, suku

atau bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat lengkap.

(Muslihatun, 2009).

2) Data Subjektif

a) Alasan masuk rumah sakit

Untuk mengetahui apa alasan klien masuk rumah sakit.

b) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien saat ini atau yang

menyebabkan klien datang ke rumah sakit adanya keluhan

yang dirasakan.

c) Riwayat menstruasi

Hal yang perlu ditanyakan yaitu menarche, siklus

menstruasi, lamanya, banyaknya darah yang keluar,

menstruasi terakhir, adakah dismenorhoe, gangguan sewaktu

menstruasi.

d) Riwayat perkawinan

a. Kawin yang keberapa

b. Usia kawin pertama

e) Riwayat kehamilan dan persalinan

a. Jumlah kehamilan dan kelahirana : G (gravida), P (para),

A (abortus).

b. Riwayat persalinan atau jarak antara dua kelahiran,

tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara

melahirkan.

c. Masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu

hamil dan melahirkan, misalnya pre-eklamsia. Riwayat

f) kehamilan sekarang

Waktu mendapat haid, keluhan berkaitan dengan

kehamilan.
g) Riwayat keluarga berencana

Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan jenis

kontrasepsi, efek samping, alasan berhenti, lamanya

mengunakan alat kontrasepsi.

h) Riwayat sistematik yang pernah di derita

Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit

yang di derita terhadap gangguan kesehatan pasien

i) Riwayat penyakit keluarga

Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh

penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien.

j) Keadaan sosial budaya

Untuk mengetahui keadaan psikologis perlu

ditanyakan antara lain yaitu jumlah anggota keluarga,

dukungan moril dan materil dari keluarga, pandangan dan

penerimaan keluarga terhadap kehamilan. Kebiasaan-

kebiasaan yang menguntungkan dan merugikan, pandangan

terhadap kehamilan, persalinan dan anak baru lahir.

b. Data Objektif (O)

Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama

data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari

pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan

diagnostik lain.
1) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan secara

keseluruhan

b) Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran

c) Tanda-tanda vital

a. Tekanan Darah : untuk mengetahui tekanan darah ibu

apakah berada pada batas normal.

b. Nadi : untuk mengetahui frekuensi tekanan jantung ibu

per menit.

c. Pernapasan : untuk mengetahui frekuensi pernapasan ibu

per menit.

d. Suhu : untuk mengetahui temperatur ibu, karena dari

suhu bisa dideteksi adanya infeksi.

d) Tinggi badan

e) Berat badan

f) Kepala dan leher

a. Kepala : bersih atau tidak, rambut rontok atau tidak,

warna rambut.

b. Wajah : wajah pucat atau tidak, oedema atau tidak.

c. Mata : Konjungtiva merah muda atau pucat, sklera putih

atau tidak

d. Telinga : simetris atau tidak, bersih atau tidak

e. Hidung : simetris atau tidak, bersih atau tidak


f. Mulut : simetris atau tidak, stomatitis atau tidak, bibir

lemab atau tidak, pucat atau tidak.

g. Leher : ada pembesaran kelenjar tyroid, pembuluh limfe.

g) Payudara :

Dada : simetris atau tidak, adanya penonjolan puting susu

atau tidak, adanya pengeluaran colostrum atau tidak.

h) Abdomen

Pembesaran perut sesuai umur kehamilan atau tidak, ada

benjolan atau tidak, ada luka bekas operasi jahitan atau tidak,

kandung kemih kosong atau tidak, ada strie gravidarum atau

tidak.

1. Palapsi leopold

a) Leopold I : untuk mengetahui tinggi fundus uteri

normal atau tidak.

b) Leopold II : untuk mengetahui puka atau puki.

c) Leopold III : untuk mengetahui bagian terendah

janin kepala atau bokong.

d) Leopold IV : untuk mengetahui apakah bagian

terendah sudah masuk PAP atau belum.

2. TBJ : untuk mengetahui berat badan bayi normal atau

tidak.

3. Aukustasi DJJ : untuk mengetahui normal atau tidak

detak jantung janin.


i) Punggung dan pinggang : simetris atau tidak, posisi tulang

belakang normal atau tidak, ada nyeri ketuk atau tidak.

j) Ekstremitas atas : simetris atau tidak, oedema atau tidak,

ada gangguan pergerakan atau tidak.

Ekstremitas bawah : simetris atau tidak, oedema atau

tidak, ada gangguan pergerakan atau tidak.

k) Genetalia eksternal

Ada tanda chadwich atau tidak, ada varices pada vagina

atau tidak, kelenjar bartholini mengalami pembengkakan

atau tidak, ada pengeluaran abnormal atau tidak.

l) Anus : hemoroid atau tidak.

2) Pemeriksaan dalam

Dilakuakn tanggal berapa, jam, oleh siapa, atas indikasi apa.

3) Pemeriksaan penunjang

c. Assessment (A)

A (Analisis atau Assessment), merupakan pendokumentasian

hasil analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan

objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan, karena

keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan

ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data obektif,

maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini

juga menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang

dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan pasien.


Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien

akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus

diikuti dan diambil keputusan atau tindakan yang tepat.

Analisis atau assessment merupakan pendokumentasian

manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kedua, ketiga

dan keempat sehingga mencangkup hal-hal berikut ini : diagnosis atau

masalah kebidanan, diagnosis atau masalah potensial serta perlunya

mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis

atau masalah potensial. Kebutuhan tindakan segera harus

diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi : tindakan

mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien (Muslihatun,

2009).

d. Planning (P)

Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat

ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil

analisis dan interprestasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa

mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu

tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu

pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi

tenaga kesehatan lain, antara lain dokter.


Meskipun secara istilah, P adalah planning atau perencanaan

saja, namun P dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran

pendokumentasian implementasi dan evaluasi. Dengan kata lain P

dalam SOAP meliputi pendokumentasian menajemen kebidanan

menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.

Pendokumentasian P dalam SOAP ini adalah pelaksanaan

asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan

dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan harus

disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan

membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien harus

dilibatkan dalam proses implementasi ini. Bila kondisi pasien berubah,

analisis juga berubah, maka rencana asuhan maupun implementasinya

pun kemungkinan besar akan ikut berubah atau harus disesuaikan.

Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluasi yaitu

tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai

efektivitas asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi

analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai

tindakan atau asuhan. Jika kreteria tujuan tidak tercapai, proses

evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan

alternatif sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Untuk

mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan sebuah catatan

perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode SOAP

(Muslihatun, 2009).
F.Konsep Asuhan Kebidanan Pada Abortus Inkomplit

Langkah-langkah asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus

inkomplit yaitu :

1. Langkah 1 : pengkajian data

a. S (subjek) data yang diperoleh langsung dari pasien

1) merasakan mules dan yeri perut bagian bawah

2) keluar gumpalan darah berwarna merah kehitaman dari jalan lahir

dan sekarang bertambah banyak.

b. O (objetif) data yang diperoleh dari hasil observasi dan pemeriksaan fisik

dari pasien

1) Keadaan umum ibu lemah

2) Perdarahan bisa sedikit atau banyak dariostium uteri eksternum dan

bisa terdapat bekuan darah

3) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka

4) pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri

atau kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian

jaringan keluar

5) perdarahan tidak berhenti

2. Langkah II : Menganalisis dan Interprestasi Data

Diagnosa : Abortus Inkomplit

Masalah : nyeri perut bagian bawah dan Keluar gumpalan darah warna

merah kehitaman dari jalan lahir


3. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Masalah potensial yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan abortus

inkomplit adalah perdarahan hebat, infeksi,perforasi, syok.

4. Langkah IV : Identifikasi Tindakan Segera

Dalam menghadapi kasus abortus inkomplit, bidan dapat berkonsultsi

dengan dokter, sehingga tidak merugikan pasien.

Tindakan segera yang dilakukan jika diagnosa potensial benar-benar

terjadi, tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap

komplikasi (perdarahan hebat,syok, infeksi,perforasi )

e. Perdarahan

Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai

perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital

atau cunam ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan :

5) Bila perdarahan berhenti beri ergometrin 0,2 mg IM atau

misoprostol 400 mg per oral

6) Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi

dengan melakukan pengeluaran secara manual

7) Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu,

segera lakukan evakuasi dengan AVM.

8) Bila pasien tampak anemik, berikan sulfas ferosus 600 mg perhari

selama 2 minggu (anemia sedang)atau transfusi darah (anemia

berat).

f. Infeksi
3) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotik profilaksis

(ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100mg)

4) Bila terjadi infeksi,beri ampisilin 1gr dan metronidazol 500 mg

setiap 8 jam

g. Perforasi

Bila ada tanda tanda perforasi (mual/muntah, nyeri punggung, demam,

perut kembung, nyeri perut bawah, didnding perut tegang, nyeri ulang

lepas).

4) Bersihkan ramuan tradisisonal, jamu, bahan kaustik,kayu,atau

benda-benda lainnya dari region genitali.

5) Berikan boster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada

dinding vagina atau kanalis servikalis dan pasien pernah di

imunisasi.

6) Bila riwayat pemberian imunisasi tida,berikan serum anti tetanus

(ATS) 1500 unit IM diikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5

ml setelah 4 minggu.

h. Syok

Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu syok dengan pemberian

cairan transfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin

dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat-obatan

uterotonika dan antibiotik. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu

setelah melakukan penanganan.

5. Langkah IV : Penyusunan Rencana Asuhan Menyeluruh


a. Memberitahu ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini

b. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

c. Observasi KU, TTV, kontraksi,perdarahan pre curettage

d. Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn untuk curettage

e. Melakukan informend consent/persetujuan untuk dilakukan

pemasangan infus dan curettage

f. Siapkan pasien dan peralatan untuk memasang infus dan curettage

serta obat-obatan

g. Melakukan pemasangan infus dengan cairan NaCl atau RL

h. Membantu pelaksanaan curettage secara septic dan antiseptic

i. Lakukan kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi post

curettage

j. Lakukan observasi KU, TTV, kontraksi, perdarahan post curettage

k. Berikan penjelasan kepada ibu tentang nutrisi, istirahat, dan personal

hygiene

6. Langkah VI : Pelaksanaan Asuhan

Dari rencana asuhan menyeluruh tersebut kemudian dilaksanakan tahap

pelaksanaan sesuai dengan yang ada dalam kasus

7. Langkah VII : Evaluasi

Kegiatan evaluasi ini dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan

yang diberikan asuhan yang diberikan . hasil evaluasi dapat menjadi data

dasar untuk menegakan diagnosa dan rencana selanjutnya. Yang

dievaluasikan adalah apakah diagnosa sesuai, rencana asuhan efektif,


masalah teratasi,masalah telah berkurang, timbul masalah baru, dan

kebutuhan telah terpenuhi (saminem,44,2010)

Anda mungkin juga menyukai