Anda di halaman 1dari 44

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karuniaNya
sehingga penyusun dapat menyusun laporan kegiatan survey di UPT Panti Sosial Khusnul
Khotimah untuk memenuhi tugas dan sekaligus untuk mengetahui aktifitas layanan dari UPT
Panti Sosial tersebut.

Dalam laporan ini akan dijelaskan tujuan dan hasil dari pengamatan yang didapatkan dari
panti sosial maupun diluar panti sosial dengan menggunakan data sekunder yang ada. Dan
tak lupa ucapan terima kasih penyusun ucapkan kepada :

1. Pihak UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah yang telah membimbing kami di panti sosial
2. Ibu Pedia Aldy, ST., MT. (selaku dosen pembimbing mata kuliah Arsitektur Perilaku)

Mengingat pengetahuan dan kemampuan penyusun yang masih terbatas, penyusunan


laporan ini masih jauh dari sempurna. Maka, penyusun harapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan penyusunan laporan.

Pekanbaru, 28 November 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................... 3
1.2 Ruang Lingkup...................................................................................................................... 3
4.3 Tujuan .................................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat .................................................................................................................................. 4
1.5 Metodologi Pengamatan ..................................................................................................... 4
1.6 Sistematika Penulisan ......................................................................................................... 5
BAB 2 LANDASAN TEORI ......................................................................................................................... 7
2.1 Tinjauan Umum .................................................................................................................... 7
2.2 Tinjauan Khusus.................................................................................................................15
BAB 3 METODE PERANCANGAN ...........................................................................................................27
3.1 Landasan Metode Perancangan......................................................................................27
3.2 Metode Pengumpulan Data..............................................................................................27
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................................................................29
4.1 Konsep Tapak.....................................................................................................................29
4.2 Konsep Tata Ruang ...........................................................................................................29
4.3 Konsep Hubungan Ruang.................................................................................................30
4.4 Konsep Tata Massa ...........................................................................................................31
4.5 Konsep Penangkal Petir....................................................................................................32
4.6 Konsep Pencahayaan .......................................................................................................32
4.7 Konsep Penghawaan.........................................................................................................32
4.8 Konsep Aksesibilitas..........................................................................................................32
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................................................33
5.1 Simpulan..............................................................................................................................33
5.2 Saran....................................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................34
LAMPIRAN.............................................................................................................................................35

2
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Panti jompo atau disebut juga panti tresna werdha merupakan sebuah rumah atau
tempat penampungan untuk manusia lanjut usia. Sebuah sarana dimana manula
diberikan fasilitas, layanan 24 jam, jadwal aktifitas, dan hiburan yang dibutuhkan
sesuai kebutuhan manula. Pada saat usia lanjut, manula memiliki beberapa masalah
baik secara psikologis maupun kesehatan. Hal ini yang membuat manula sensitif
secara perasaan dan rentan terhadap penyakit. Untuk itu dibutuhkan faktor pendukung
dari panti jompo baik dari segi material maupun non material seperti fasilitas
pembangunan yang sesuai standar dan terawat dan fasilitas layanan yang dibutuhkan
manula. Maka dari itu dibutuhkan banyak pengamatan ide menghasilkan sebuah
konsep dan ide desain untuk menghasilkan sebuah panti jompo yang dibutuhkan panti
jompo dan khususnya bagi manula.

1.2 Ruang Lingkup


Membahas batasan-batasan permasalahan dan pengamatan pada perancangan panti
jompo.

1.2.1 Ruang Lingkup Permasalahan


1. Bagaimana merancang panti jompo yang memiliki tata ruang, sirkulasi dan
flow yang baik dan benar guna memudahkan manula dan staff.
2. Bagaimana merancang panti jompo yang memiliki fasilitas dan kebutuhan
khusus lainnya yang membuat manula beraktifitas secara mendiri tanpa
bantuan orang lain.
3. Bagaimana merancang panti jompo yang dapat menimbulkan kenyamanan
dan ketentraman bagi manula.
4. Bagaimana merancang panti jompo yang aman bagi manula, staff, dan
lingkungan sekitar.

1.2.2 Ruang Lingkup Pengamatan


1. Kawasan Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah yang
berlokasi di Jl Kaharuddin Nasution No. 116 Pekanbaru sebagai objek.

2. Batasan Pengamatan

3
Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data
Meliputi data-data internal UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah.
b. Fasilitas dan Aktifitas yang Dilakukan
Mengamati fasilitas apa saja yang dibutuhkan oleh UPT Panti Sosial
Khusnul Khotimah dan aktifitas apa saja yang terjadi setiap harinya.
c. Survey Lokasi
Meliputi pengamatan dan pengambilan gambar lokasi UPT Panti Sosial
Khusnul Khotimah.
d. Perilaku Manula
Mengamati perilaku, kebiasaan, kebutuhan, dan flow activity yang
biasa dilakukan manula dan staff dalam kesehariannya di UPT Panti
Sosial Khusnul Khotimah.

4.3 Tujuan
Merancang panti jompo dengan dasar hasil pengamatan selain sebagai sarana
pengembangan dan memajukan panti jompo di kota Pekanbaru dengan memberikan
fasilitas yang pantas dengan kebutuhan utama manula tetapi juga memberi
kepercayaan pada manula dengan fasilitas panti jompo yang baik dan terawatt
sehingga manula tidak perlu merasa ragu dan tersisihkan untuk tinggal di panti jompo.
Menciptakan panti jompo yang mengutamakan perawatan dan kenyamanan bagi
manula.

1.4 Manfaat
1. Diharapkan pengamatan ini dapat menghasilkan perancangan yang bermanfaat
bagi keluarga yang membutuhkan sarana bagi orang tuanya dan pengelola panti
jompo. Agar mendapatkan semua kebutuhan dan segala informasi yang
dibutuhkan.
2. Diharapkan pengamatan ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Arsitektur
Universitas Riau agar menambah pengetahuan informasi yang terkait dengan
panti jompo.

1.5 Metodologi Pengamatan


1.5.1 Survey Lapangan
Melakukan survey ke UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah sebagai objek
pengamatan. Survey lapangan tersebut dilakukan untuk mendapatkan

4
informasi lain yang dibutuhkan dalam perancangan. Data survey yang
dibutuhkan mencakup foto, aktifitas di panti jompo, fasilitas di panti jompo
dan flow activity dalam panti jompo.
1.5.2 Wawancara
Melakukan wawancara dengan pihak terkait dalam panti jompo sesuai
dengan bidangnya. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi
mengenai panti jompo yang disurvey. Informasi seperti jumlah kamar untuk
manula, ruang perawatan, sarana, prasarana, dan jumlah manula dan staff
dapat diketahui dalam wawancara dari pihak panti jompo.
1.5.3 Observasi
Melakukan observasi untuk mengamati secara langsung tentang aktifitas
yang biasa dilakukan manula dan staff panti jompo, dan mengamati kondisi
fisik bangunan panti jompo.
1.5.4 Studi Literatur
Melakukan studi literature untuk memahami secara mendalam yang
berhubungan dengan panti jompo. Mulai dari jenis, fungsi, sistem panti
jompo, dan semua hal yang berhubungan dengan panti jompo yang akan
membantu dalam perancangan panti jompo dari sumber yang tersedia
seperti buku, jurnal, dan internet.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika Penulisan terbagi atas :

1. BAB 1 Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang pemilihan proyek, ruang lingkup permasalahan
dan pengamatan, tujuan dan manfaat, metodologi, dan sistematika penulisan.
Latar belakang menjelaskan spesifikasi panti jompo secara umum dan khusus.
2. BAB 2 Landasan Teori
Berisi tentang tinjauan umum dan khusus. Tinjauan umum adalah tinjauan
yang menjabarkan teori yang akan digunakan untuk membantu pengamatan
yang akan dilakukan. Penjelasan panti jompo secara umum dimulai dari fungsi,
klasifikasi kegiatan dan aktifitas, fasilitas, persyaratan umum dan persyaratan
fasilitas. Tinjauan khusus berisi data-data proyek panti jompo yang diambil dan
dijabarkan lebih spesifik. Terkait dengan sejarah, visi misi, fasilitas dan aktifitas
dan lainnya.
3. BAB 3 Metode Perancangan

5
Berisi tentang penjabaran pengamatan yang dilakukan secara literature dan
survey yang mulai memasuki program proses perancangan. Dimulai dari studi
fisik bangunan dan lingkungan, studi aktifitas manusia, studi fasilitas ruang dan
studi permasalahan.
4. BAB 4 Hasil dan Pembahasan
Berisi tentang penjabaran keputusan desain yang digunakan pada desainnya.
Terdiri dari konsep perancangan, konsep material, konsep warna, konsep
pencahayaan, konsep penghawaan, konsep akustik ruang, dan konsep akustik
ruang, dan konsep keamanan ruang.
5. BAB 5 Simpulan dan Saran
Berisi kesimpulan dan saran dari pengamatan yang dilakukan. Semua yang
dijelaskan dari BAB 1 4. Akan diringkas dan disimpulkan di BAB 5 untuk
mendapatkan hasil dari semua data yang telah diamanati.

6
BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum


Menimbang: bahwa perlu diadakan usaha-usaha untuk memberikan bantuan
penghidupan dan perawatan kepada orang-orang jompo. (UUD Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 1965, Tentang Bantuan Penghidupan Orang Jompo).

2.1.1 Pengertian Panti


Rumah; tempat (kediaman); - asuhan, tempat memelihara anak yatim
(piatu); - derma, rumah tempat merawat yatim piatu (orang tua dsb).
Poerwadarminta, W. J. S. (1993) Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Rumah; tempat kediaman; -- asuhan rumah tempat memelihara dan
merawat anak yatim piatu; -- derma rumah tempat memelihara dan
merawat orang jompo atau anak terlantar; -- wreda tempat memelihara
atau merawat orang jompo. Sugono, D. (2008) Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta.
2.1.2 Pengertian Jompo
a tua sekali dan sudah lemah fisiknya sehingga tidak mampu mencari
nafkah sendiri; tua renta; uzur. Sugono, D. (2008) Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta.
2.1.3 Definisi Panti Jompo
Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 4/PRS-
3/KPTS/2007 tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti
dalam Departemen Sosial RI bahwa Panti Sosial Tresna Werdha adalah panti
sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi
lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat. Panti Sosial Tresna Werdha atau Panti Sosial Lanjut Usia
sebagai lembaga pelayanan Sosial Lanjut Usia berbasis panti dimiliki
pemerintah maupun swasta dan yang memiliki berbagai sumber daya yang
berfungsi untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut usia yang
terus meningkat. Berbagai program pelayanan lanjut usia seperti : pelayanan
subsidi silang, pelayanan harian lanjut usia (day care service), dan pelayanan
perawatan rumah (home care service) dapat dilakukan tanpa meninggalkan
pelayanan utamanya kepada lanjut usia terlantar.

7
Panti Sosial Tresna Werdha juga dikenal sebagai Panti Werdha, Panti Jompo
maupun Sasana Tresna Werdha. Dari dua pengertian diatas, Panti Sosial
Tresna Werdha atau Panti Jompo dapat diartikan sebagai sebuah rumah atau
tempat tinggal bagi orang yang sudah tua.

2.1.4 Fungsi dan Tujuan Panti Jompo


Fungsi
Fungsi Panti Sosial Tresna Werdha atau panti jompo adalah sebagai
tempat untuk menampung manusia lanjut usia yang menyediakan fasilitas
dan aktifitas khusus untuk manula yang dijaga dan dirawat oleh suster atau
pekerja sosial (Murti, 2013).
Secara umum, Panti Sosial Tresna Werdha atau Panti werdha mempunyai
fungsi sebagai berikut : (Herwijayanti, 1997)
1. Pusat pelayanan kesejahteraan lanjut usia (dalam memenuhi
kebutuhan pokok lansia) dengan sistem penyantunan di dalam panti;
2. Menyediakan suatu wadah berupa kompleks bangunan
danmemberikan kesempatan pula bagi lansia melakukan aktivitas-
aktivitas sosial-rekreas serta membuat lansia dapat menjalani proses
penuaannya dengan sehat dan mandiri.
Tujuan
Tujuan utama Panti Jompo adalah untuk menampung manusia lanjut usia
dalam kondisi sehat dan mandiri yang tidak memiliki tempat tinggal dan
keluarga atau yang memiliki keluarga namun dititipkan karena ke tidak
mampuan keluarga untuk merawat manula (Murti, 2013).
Sesuai dengan permasalahan lansia, pada umumnya penyelenggaraan
Panti Werdha mempunyai tujuan antara lain : (Departemen Sosial RI, 1997)
1. Agar terpenuhi kebutuhan hidup lansia;
2. Agar dihari tuanya dalam keadaan tentram lahir dan batin;
3. Dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat dan mandiri.

2.1.5 Jenis Jenis Panti Jompo Berdasarkan Kepemilikan


Menurut Murti (2013), jenis-jenis Panti Jompo berdasarkan kepemilikan yaitu :
a. Panti Jompo Milik Pemerintah
Panti Sosial ini berada di dalam naungan Direktorat Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Departemen Sosial Republik Indonesia. Biasanya Panti Sosial
ini tidak memungut biaya dari manula atau biasanya bersubsidi dan
memiliki donatur spontanitas. Panti jompo ini menyediakan fasilitas,

8
sandang, pangan dan papan sesuai dengan kebutuhan kaum manula.
Kebanyakan penghuni manula disini adalah yang terlantar, tidak memiliki
cukup nafkah dan mandiri (Panti Sosial Tresna Werdha).
b. Panti Jompo Milik Swasta/Yayasan
Panti Sosial ini tidak berada di dalam lingkungan Direktorat Pelayanan
Sosial Lanjut Usia. Bersifat berdiri sendiri dan dimiliki oleh yayasan sosial
yang mengorganisir panti secara langsung. Panti Sosial ini memiliki standar
iuran yang bersifat wajib namun sesuai dengan kemampuan keungan
manula dan memiliki donator tetap dan juga donator spontanitas. Panti ini
menyediakan fasilitas, sandang, pangan dan papan sesuai dengan
kebutuhan kaum manula. Kebanyakan penghuni manula disini biasanya
yang memiliki keluarga namun tidak cakap untuk mengurus manula.
2.1.6 Tipe Tipe Panti Lansia
Berdasarkan faktor ketergantungan lansia, maka tipe pemukiman untuk lansia
dapat dibagi menjadi beberapa tipe yaitu : (Dianita, 2009)
a. Independent Elderly Housing (Rumah Orang Tua yang Mandiri)
Rumah konvensional untuk lansia yang bersifat mandiri sepenuhnya.
Umumnya bangunannya seperti rumah tinggal dan ditempati oleh
beberapa lansia yang masih mandiri dengan fasilitas selayaknya rumah
tinggal.
b. Independent Elderly/Family Mixed Housing (Rumah Campuran Keluarga
Orang Tua Mandiri)
Fasilitas harus disediakan untuk orang-orang tua yang mandiri dan
digabungkan dengan tipe rumah konvensional.
c. Dependent Elderly Housing (Rumah Orang Tua yang Bergantung)
Orang tua disini hidupnya masih tergantung pada fasilitas pendukung dan
bentuk bangunan ini seperti bangunan rumah sakit.
d. Independent/ Dependent Elderly Mixed Housing (Rumah Campuran Orang
Tua Mandiri dan Bergantung)
Fasilitas untuk lansia yang bergantung dan lansia yang bias memenuhi
kebutuhannya sendiri (mandiri). Pada umumnya bangunan ini berbentuk
seperti rumah tinggal dengan fasilitas pendukung yang memadai.

Tipe-tipe panti lansia berdasarkan fasilitas yang tersedia, antara lain :

a. Skilled Nursing Facilities (Fasilitas perawatan terampil)

9
Pelayanan perawatan selama 24 jam. Biasanya lansia berasal dari rumah
sakit yang kondisinya serius dan membutuhkan terapi rehabilitasi khusus.
b. Intermediate Care Facilities (Fasilitas perawatan lanjutan)
Pelayanan perawatan professional tetapi tidak 24 jam, beberapa terapi
medis disediakan tetapi difokuskan pada program-program sosial.
Pelayanan ini disediakan untuk orang yang membutuhkan lebih dari
sekedar kamar dan makanan atau perawatan oleh perawat.
c. Residential Care Facilities (Fasilitas Perawatan Rumah)
Pelayanan perawatan yang menawarkan kamar dan makanan serta
beberapa perawatan perseorangan seperti membantu memandikan dan
berpakaian serta pelayanan-pelayanan sosial.

2.1.7 Pelaku Kegiatan Panti Jompo


Pelaku Kegiatan di Panti Sosial Tresna Werdha atau Panti Jompo pada
umumnya adalah : (Putri dkk, 2014)
a. Kelompok Lansia yang dilayani (Realita, 2010)
1. Tipe Mandiri (Potensial/ Produktif)
Lansia masih sanggup melaksanakan aktifitas sehari-hari sendiri
dan masih dapat berkarya atau mempunyai kegiatan tertentu;
Interaksi antar sesama lansia maupun dengan para petugas panti
jompo tinggi.
2. Tipe Semi Mandiri
Lansia masih dapat melaksanakan beberapa aktifitas sehari-hari
sendiri hanya perlu bantuan untuk saat-saat tertentu saja, seperti
mandi, mencuci, berjalan-jalan di taman, dll;
Kesehatannya kurang baik, penglihatan dan pendengarannya
sudah kurang baik, karena itu butuh pengawasan yang agak ketat;
Menggunakan alat bantu tongkat atau kursi roda.
3. Tipe Non Mandiri (Non Potensial/ Non Produktif)
Tidak dapat melakukan aktifitas apapun secara mandiri, karena itu
dibutuhkan tenaga perawat 1X24 jam;
Seluruh aktifitasnya sehari-hari dilakukan di dalam ruangan atau di
ruang tidur masing-masing;
Rawan terhadap penyakit.
4. Suster dan Dokter
5. Pembina Kegiatan Sosial atau Pengunjung

10
6. Pengelola dan Staff
2.1.8 Klasifikasi Kegiatan Panti Jompo
Menurut Murti (2013) klasifikasi kegiatan PSTW, yaitu :
a. Kegiatan Staff
Memantau dan menjaga manula;
Memeriksa kesehatan secara rutin;
Memastikan manula tetap aktif dengan menciptakan beberapa program
aktifitas;
Menyediakan layanan pangan;
Membantu dan merawat manula yang kesulitan;
Mengurus dan merawat segala keperluan panti.
b. Kegiatan Manula
Melakukan aktifitas melatih fisik, seperti senam;
Menjaga kebersihan dan kerapihan kamar dan seluruh panti;
Melakukan aktifitas keseharian seperti menerima pangan, mencuci
pakaian, menjemur dan lain-lain;
Bersosialisasi dengan sesama manula dan sesama staf;
Melakukan aktifitas keterampilan dan kesenian;
Menerima pemeriksaan kesehatan rutin;
Menerima bimbingan psikis dan spiritualitas sesuai agama yang dianut
manula;
Beristirahat.
2.1.9 Klasifikasi Fasilitas Panti Jompo
Berikut beberapa fasilitas yang harus ada pada panti jompo dalam buku Time
Saver Standards for Building Types (2nd edition), antara lain :
Fasilitas Administrasi;
Fasilitas Staff;
Fasilitas Umum;
Fasilitas kesehatan, perawatan dan jenazah;
Pelayananan Konsumsi;
Area Penyimpanan;
Area Pengelolaan dan utilitas;
Fasilitas Perawat.

2.1.10 Persyaratan Umum

11
Standarisasi panti telah dituangkan dalam Lampiran Keputusan Menteri Sosial
RI. Nomor : 50/HUK/2004 tentang Standarisasi Panti Sosial dan Pedoman
Akreditasi Panti Sosial, sebagai landasan untuk menetapkan standar
pelayanan panti. Standar panti sosial adalah ketentuan yang memuat kondisi
dan kinerja tertentu bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial dan atau
lembaga pelayanan sosial lainnya yang sejenis. Adapun yang dimaksud
dengan panti sosial adalah lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang
memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas SDM dan
memberdayakan para penyandang mental, maupun sosial.
Standar umum sebagaimana dimaksud adalah :
a. Kelembagaan, meliputi :
Legalitas Organisasi. Mencakup bukti legalitas dari instansi yang
berwenang dalam rangka memperoleh perlindungan dan pembinaan
profesionalnya;
Visi dan Misi;
Organisasi dan Tata Kerja.
b. Sumber Daya Manusia, mencakup 2 aspek :
Aspek penyelenggara panti terdiri dari unsur pimpinan, unsur
operasional, dan unsur penunjang;
Pengembangan personil panti.

c. Sarana Prasarana, mencakup :


Pelayanan Teknis. Mencakup peralatan asesmen, bimbingan sosial,
keterampilan fisik dan mental;
Perkantoran, memiliki ruang kantor, ruang rapat, ruang tamu, dan lain-
lain;
Umum, memiliki ruang makan, ruang tidur, kamar mandi, dan lain-lain.
d. Pembiayaan
Memiliki anggaran yang berasal dari sumber tetap maupun tidak tetap.
e. Pelayanan sosial dasar
Untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari manula, meliputi: makan, tempat
tinggal, pakaian, pendidikan dan kesehatan.
f. Monitoring dan evaluasi, meliputi :
Monev proses, yakni penilaian terhadap proses pelayanan yang
diberikan kepada manula;

12
Monev hasil, yakni monitoring dan evaluasi terhadap manula, untuk
melihat tingkat pencapaian dan keberhasilan manula setelah
memperoleh proses pelayanan.

2.1.11 Prinsip Prinsip Perancangan Panti Jompo


Menurut Pynos dan Regnier (1991) tertulis tentang 12 macam prinsip yang
diterapkan pada lingkungan dalam fasilitas lansia untuk membantu dalam
kegiatan-kegiatan lansia. Kedua-belas prinsip ini dikelompokkan dalam aspek
fisiologis dan psikologis, yaitu sebagai berikut :
a. Aspek fisiologis
Keselamatan dan Keamanan
Yaitu penyediaan lingkungan yang memastikan setiap penggunanya
tidak mengalami bahaya yang tidak diinginkan. Lansia memiliki
permasalahan fisik dan panca indera seperti gangguan penglihatan,
kesulitan mengatur keseimbangan, kekuatan kaki berkurang, dan
radang persendian yang dapat mengakibatkan lansia lebih mudah jatuh
atau cedera. Penurunan kadar kalsium di tulang, seiring dengan proses
penuaan, juga dapat meningkatkan resiko lansia mengalami patah
tulang. Permasalahan fisik ini menyebabkan tingginya kejadian
kecelakaan pada lansia.
Signage/ Orientation/ Wayfindings
Keberadaan penunjuk arah di lingkungan dapat mengurangi
kebingungan dan memudahkan menemukan fasilitas yang tersedia.
Perasaan tersesat merupakan hal yang menakutkan dan
membingungkan bagi lansia yang lebih `lanjut dapat mengurangi
kepercayaan dan penghargaan diri lansia. Lansia yang mengalami
kehilangan memori (pikun) lebih mudah mengalami kehilangan arah
pada gedung dengan rancangan ruangan-ruangan yang serupa
(rancangan yang homogen) dan tidak memiliki petunjuk arah.
Aksesibilitas dan Fungsi
Tata letak dan aksebilitas merupakan syarat mendasar untuk
lingkungan yang fungsional. Aksebilitas adalah kemudahan untuk
memperoleh dan menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas bagi
lanjut usia untuk memperlancar mobilitas lanjut usia.

13
Adaptabilitas
Yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
aksebilitas dan fungsi, Tata letak dan aksebilitas merupakan syarat
mendasar untuk lingkungan yang fungsional. Aksebilitas adalah
kemudahan untuk memperoleh dan menggunakan sarana, prasarana
dan fasilitas bagi lanjut usia untuk memperlancar mobilitas lanjut usia.
b. Aspek Psikologis
Privasi
Yaitu kesempatan bagi lansia untuk mendapatkan ruang/tempat
mengasingkan diri dari orang lain atau pengamatan orang lain sehingga
bebas dari gangguan yang tak dikenal. Auditory privacy merupakan
poin penting yang harus diperhatikan.
Interaksi Sosial
Yaitu kesempatan untuk melakukan interaksi dan bertukar pikiran
dengan lingkungan sekeliling (sosial). Salah satu alasan penting untuk
melakukan pengelompokkan berdasarkan umur lansia di panti werdha
adalah untuk mendorong adanya pertukaran informasi, aktivitas
rekreasi, berdiskusi, dan meningkatkan pertemanan. Interaksi sosial
mengurangi terjadinya depresi pada lansia dengan memberikan lansia
kesempatan untuk berbagi masalah, pengalaman hidup dan kehidupan
sehari-hari mereka.
Kemandirian
Yaitu kesempatan yang diberikan untuk melakukan aktivitasnya sendiri
tanpa atau sedikit bantuan dari tenaga kerja panti werdha. Kemandirian
dapat menimbulkan kepuasaan tersendiri pada lansia karena lansia
dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang dilakukannya sehari-hari
tanpa bergantung dengan orang lain.
Dorongan/Tantangan
Yaitu memberi lingkungan yang merangsang rasa aman tetapi
menantang. Lingkungan yang mendorong lansia untuk beraktifitas
didapat dari warna, keanekaragaman ruang, pola-pola visual dan
kontras.
Aspek Panca Indera
Kemunduran fisik dalam hal penglihatan, pendengaran, penciuman
yang harus diperhitungkan di dalam lingkungan. Indera penciuman,
peraba, penglihatan, pendengaran, dan perasaan mengalami

14
kemunduran sejalan dengan bertambah tuanya seseorang.
Rangsangan indera menyangkut aroma dari dapur atau taman, warna
dan penataan dan tekstur dari beberapa bahan. Rancangan dengan
memperhatikan stimulus panca indera dapat digunakan untuk
membuat rancangan yang lebih merangsang atau menarik.
Ketidak-asingan/Keakraban
Lingkungan yang aman dan nyaman secara tidak langsung dapat
memberikan perasaan akrab pada lansia terhadap lingkungannya.
Tinggal dalam lingkungan rumah yang baru adalah pengalaman yang
membingungkan untuk sebagian lansia. Menciptakan keakraban
dengan para lansia melalui lingkungan baru dapat mengurangi
kebinggungan karena perubahan yang ada.
Estetik/Penampilan
Yaitu suatu rancangan lingkungan yang tampak menarik. Keseluruhan
dari penampilan lingkungan mengirimkan suatu pesan simbolik atau
persepsi tertentu kepada pengunjung, teman, dan keluarga tentang
kehidupan dan kondisi lansia sehari-hari.
Personalisasi
Yaitu menciptakan kesempatan untuk menciptakan lingkungan yang
pribadi dan menandainya sebagai milik seorang individu. Tempat
tinggal lansia harus dapat memberikan kesempatan bagi mereka untuk
mengungkapkan ekspresi diri sendiri dan pribadi.

2.2 Tinjauan Khusus


2.2.1 Sejarah UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah
Sasana Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru didirikan tahun 1981 dan
mulai melaksanakan pelayanan setelah dikeluarkannya SK Mensos RI Nomor :
32/HUK/Kep/V/1982 tanggal 18 Mei 1982. Sasana Tresna Werdha Khusnul
Khotimah pada saat itu merupakan UPT Departemen Sosial yang dikelola oleh
Pejabat setingkat Esselon IV. Pada tanggal 31 Januari 1984 diresmikan
penggunaannya oleh Menteri Sosial Ibu Nani Sudarsono,SH.
Pada tahun 1995 Sasana Tresna Werdha Khusnul Khotimah berganti nama
menjadi Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah (PSTW KK). Dengan
diberlakukannya UU Nomor. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah maka
dalam era Otonomi Daerah tersebut Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul
Khotimah pengelolaannya diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Riau

15
berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor : 31 Tahun 2001 tentang
pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Badan kesejahteraan Sosial
Provinsi Riau Panti Sosial Tresna Wrdha Khusnul Khotimah berganti nama Balai
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah.
Pada tahun 2008 sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2008 dan
Peraturan Gubernur Riau Nomor 50 tahun 2009 BPSTW Khusnul Khotimah
berubah nama menjadi Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha
Khusnul Khotimah dan dikelola oleh Pejabat setingkat Esselon III. Sejak mulai
berdirinya tahun 1981 sampai dengan Januari 2009 telah menerima lanjut usia
terlantar sebanyak 422 orang dan pada saat ini lanjut usia yang berada pada UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah sebanyak 80 orang lansia.

2.2.2 Visi dan Misi


a. Visi
Terwujudnya kesejahteraan sosial bagi para lansia yang didasarkan
iman dan taqwa serta nilai-nilai budaya.
b. Misi
1. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan panti;
2. Meningkatkan pelayanan, informasi, dan kesejahteraan;
3. Meningkatkan hubungan dan kerja sama dengan individu, keluarga,
serta masyarakat dalam meningkatkan pelayanan kesejahteraan
sosial lansia.

2.2.3 Sumber Dana UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah


a. Pemerintah
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
c. Donatur Spontanitas

16
2.2.4 Struktur Organisasi UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah
Berdasarkan peraturan daerah nomor: 9 tahun 2008 UPT Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru dipimpin oleh
seorang kepala setingkat esselon III, seorang kepala subbagian tatausaha
setingkat esselon IV dan staff. Dengan struktur organisasi sebagai berikut:

Bagan 1. Struktur organisasi UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah

2.2.5 Struktur Pembagian Tugas


Untuk kelancaran dan efektifitas pelaksanaan tugas, maka kepala UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru
membentuk koordinator urusan dengan struktur organisasi yang berlaku
secara internal sebagai berikut :

17
Bagan 2. Struktur pembagian tugas staff UPT Panti Sosial Khusnul
Khotimah

2.2.6 Tugas Masing Masing Staff UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah
Adapun kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh para pegawai negeri sipil
(PNS) dan tenaga honorer adalah sebagai berikut :
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Administrasi kantor;
Sebagai pekerja sosial/pramusosial;
Pembimbing mahasiswa praktek;
Penanggung jawab wisma.

18
b. Dokter
Mengkoordinir pelayan kesehatan lanjut usia di poliklinik UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru;
Memberikan petunjuk kepada perawat kesehatan tentang tindakan
terhadap lanjut usia yang sakit;
Memberikan resep kepada lanjut usia yang sakit.
c. Perawat
Melakukan pelayanan kesehatan lanjut usia di Poliklinik di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru;
Mengecek lanjut usia yang sakit di wisma;
Mengatur administrasi lanjut usia yang sakit dibidang pengobatan;
Membantu melayani makan siang lanjut usia yang sakit;
Menjaga kebersihan poliklinik UPT Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru
Mengkonsultasikan obat-obatan yang dibutuhkan baik dengan
dokter maupun kepala UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha
Khusnul Khotimah Pekanbaru.
d. Psikolog
Melaksanakankonsultasi dan mengobati lanjut usia yang ada di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah
Pekanbaru;
Membuat laporan perkembangan lanjut usia yang ada di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru.
e. Konselor
Melaksanakankonsultasi danmembimbing lanjut usia yang ada di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah
Pekanbaru;
Membuat laporan perkembangan lanjut usia yang ada di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru.
f. Pembimbing Agama
Memberikan bimbingan agama kepada lanjut usia yang ada di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru;
Membimbing lanjut usia dalam membaca Al-Quran;

19
Membimbing lanjut usia shalat berjamaah.
g. Pekerja Sosial
Melakukan proses pencatatan perkembangan dan permasalahan
serta melakukan konsultasi, analisa permasalahan guna mengambil
keputusan pembinaan dan pelayanan;
Melaksanakan perintah langsung pimpinan UPT Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru;
Membuat laporan bulanan tentang pelayanan diakhir bulan yang
berjalan;
Pemanfaatan forum bimbingan sosial sebagai tempat pembinaan.
h. Pramu Lansia/Keluarga Asuh
Membantu lanjut usia yang sakit (memandikan, memotong kuku,
menggantikan baju dan lain-lain);
Melakukan proses pencatatan perkembangan dan permasalahan
serta melakukan konsultasi, analisa permasalahan guna mengambil
keputusan pembinaan dan pelayanan;
Melaksanakan perintah langsung pimpinan UPT Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru;
Membuat laporan bulanan tentang kegiatan pelayanan diakhir bulan
yang berjalan.
i. Penanggung Jawab Wisma
Mengatur, mengajak lanjut usia yang tinggal di wisma dalam
melaksanakan kegiatan kebersihan di dalam dan diluar wisma;
Membimbing dan memberikan arahan kepada lanjut usia agar
menjaga kesehatan dan kebersihan;
Memelihara barang inventaris wisma dan melaporkan yang rusak;
Mempersiapkan penerimaan kunjungan seperti, mengumpulkan
lanjut usia, mempersiapkan tempat dan lainnya.
j. Instruktur Keterampilan
Melaksanakan kegiatan keterampilan untuk lanjut usia;
Memberikan bimbingan keterampilan yang sesuai dengan keahlian
lanjut usia;
Membuat program keterampilan yang diminati oleh lanjut usia.

20
k. Instruktur Olahraga
Melaksanakan olahraga kebugaran bagi lanjut usia;
Memberikan bimbingan kepada lanjut usia agar selalu menjaga
kebugaran dan kesehatan.
l. Cleaning Service
Melaksanakan tugas membersihkan lingkungan di UPT Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru;
Melaksanakan perintah langsung pimpinan UPT Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru.
m. Tukang Masak
Melakukan tugas memasak bagi lanjut usia setiap hari;
Mengatur penggunaan bahan belanja setiap hari sesuai dengan
menu yang telah ditetapkan;
Melaporkan apabila ada kekurangan bahan makanan kepada
petugas gudang dan dapur umum.
n. Tukang Cuci
Melaksanakan kegiatan kebersihan pakaian lanjut usia yang sakit dan
pikun.
o. Tukang Kebun
Melaksanakan kegiatan kebersihan di sekitar perkarangan atau
halaman di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah
Pekanbaru.

2.2.7 Tenaga Kerja UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah

No. Jabatan Jumlah


1. Kepala 1 Orang
2. Kasubag Tata Usaha 1 Orang
3. Kasi Pelayanan Sosial 1 Orang
4. Staff Tata Usaha 6 Orang
5. Staff Pelayanan 7 Orang
6. Honorer ADM 5 Orang
7. Supir Ambulance 1 Orang

21
8. Dokter 1 Orang
9. Perawat 6 Orang
10. Psikolog 1 Orang
11. Bimbingan Agama 1 Orang
12. Gharim 1 Orang
13. Pramu Lansia 8 Orang
14. Cleaning Service 4 Orang
15. Satpam 4 Orang
16. Petugas Masak 3 Orang
17. Petugas Cuci 2 Orang

Tabel 1. Tenaga kerja UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah

2.2.8 Jumlah dan Rata Rata Umur Lanjut Usia di UPT Panti Sosial Khusnul
Khotimah
Dalam hal ini jumlah lansia di UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah
berjumlah 80 orang dengan daya tampung 100 orang lansia dengan rata-
rata umur lansia 60 tahun.

2.2.9 Susunan Wisma Beserta Keluarga Asuh dan Jumlah Lansia yang
Menempati Wisma di UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah

No. Nama Wisma Keluarga Asuh Jumlah Lansia


1. Dahlia Holiluddin, SH 6 Orang
2. Seruni Sutiana/Syahrullah R 5 Orang
3. Cempaka Amrizal 6 Orang
4. Teratai Roida Butar-Butar 5 Orang
5. Mawar Heri Fatma 6 Orang
6. Melati Afrizal 5 Orang
7. Kenanga Suhardi Rahmad 6 Orang
8. Kemuning H. Zulkarnain 5 Orang
9. Melur Susilo 6 Orang
10. Anggrek Heny Sofia 6 Orang

22
11. Nusa Indah Neni Kurnaini 6 Orang
12. Seroja Hj. Ratna Dewi W 5 Orang
13. Ruang Isolasi R. Fatma Wati

Tabel 2. Nama wisma beserta keluarga asuh dan jumlah lansia UPT
Panti Sosial Khusnul Khotimah

2.2.10 Program Kegiatan yang Dilaksanakan di UPT Panti Sosial Khusnul


Khotimah

Instruktur
No. Hari Waktu Kegiatan Ket
Kegiatan
1. Senin 08.30 s/d Bimbingan Drs. Nazir
09.30 Agama Chatib

Konsultasi
14.30 s/d Alma Yulianti,
15.30 S.Psi., M.si.
2. Selasa 08.30 s/d Keterampilan Roida Butar-
10.00 Butar / Doni
Rizal
3. Rabu 08.30 s/d Bimbingan Susilo
10.30 Sosial
Santoso, M. Si
18.30 s/d Konsultasi
19.30
4. Kamis 08.30 s/d Kesehatan Dari Puskesmas
10.30
Konsultasi Santoso, M. Si
18.30 s/d
19.30

23
5. Jumat 08.30 s/d Bimbingan Dari
10.30 Praktek Agama Departemen
Konsultasi Agama
16.00 s/d Alma Yulianti,
17.00 S.Psi., M.si.
6. Sabtu 06.30 s/d Kesehatan Sutiana dan
08.00 Jasmani Rika

Tabel 3. Program kegiatan yang dilaksanakan di UPT Panti Sosial


Khusnul Khotimah
2.2.11 Fasilitas Fisik dan Pelayanan di UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah

No. Nama Jumlah Ket


Fisik
1. Bangunan Kantor 1 Unit
2. Gedung Serba Guna 1 Unit
3. Rumah Dinas/Petugas 5 Unit
4. Ruang Nurshing Care 1 Unit
5. Mushola 1 Unit
6. Poliklinik 1 Unit
7. Dapur Umum 1 Unit
8. Gudang 1 Unit
9. Aula Keterampilan 1 Unit
Pelayanan
1. Wisma Lansia 13 Unit
2. Televisi
3. Kipas Angin
4. Kursi Roda
5. Tempat Tidur
6. Lemari Pakaian
7. Kursi Tamu
8. Jalan Koridor/Selasar
9. Taman Pemakaman Lansia 1000 m

24
10. Kamar Mandi Lansia
11. Tempat Mandi Jenazah 1 Unit
12. Mobil Ambulance 1 Unit
13. Mobil Operasional L300 1 Unit

Tabel 4. Fasilitas Fisik dan Pelayanan di UPT Panti Sosial Khusnul


Khotimah

2.2.12 Persyaratan Lanjut Usia yang Masuk di UPT Panti Sosial Khusnul
Khotimah
Persyaratan lanjut usia terlantar yang masuk pada UPT Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru adalah dengan kriteria
sebagai berikut :
a. Tidak mempunyai keluarga;
b. Tidak mendapatkan perawatan dari keluarga;
c. Umur 60 keatas;
d. Mengisi formulir permohonan diketahui lurah/kepala desa;
e. Surat berbadan sehat dan tidak berpenyakit jiwa dari rumah sakit
daerah;
f. Pas foto ukuran 3 x 4 sebanyak 2 lembar;
g. Pengiriman diketahui oleh kepala dinas sosial setempat;
h. Surat keterangan tidak mampu dari pemerintah (kelurahan/desa);
i. Surat izin dari pihak keluarga/ahli waris atau pihak yang bertanggung
jawab;
j. Calon klien dapat mengurus diri sendiri;
k. Bersedia mengikuti peraturan dalam UPT Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru;
l. Calon klien sebelum diterima/disetujui terlebih dahulu dilakukan home
visit;
m. Bagi pemerintahan kabupaten/kota yang mengirim calon klien
dimohonkan untuk menghubungi pihak UPT Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru.

25
2.2.13 Keadaan Existing di UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah
a. Luas Site
UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah memiliki luas area 9.000 m.
b. Luas Bangunan
UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah memiliki luas bangunan 2.000
m.

26
BAB 3 METODE PERANCANGAN

3.1 Landasan Metode Perancangan


Metode perancangan dan teknik-teknik yang diuraikan di bawah digunakan
sebagai batasan-batasan dalam menemukan data-data yang ada di lapangan
dan menemukan batasan-batasan dalam proses perancangan. Metode
perancangan yang digunakan sebagai landasan adalah metode perancangan
Bryan Lawson:
Intention, yakni satu tujuan yang seharusnya dilakukan untuk mencapai satu
tujuan tertentu. Intention dalam perancangan tersebut berbicara mengenai
kualitas dari fasilitas perancangan.
Aspiration, mengenai apa yang akan dilakukan dan direpresentasikan
dengan aspirasi dan keinginan. Dalam perancangan tersebut aspiration
berbicara mengenai tentang konsep perancangan dan target-target yang
akan dicapai.
Practices, mengenai apa yang sebenarnya yang dilakukan dan
direpresentasikan dari praktek dan implementasi. Practices berbicara
mengenai pelaksanaan perancangan dimana tidak hanya untuk tugas tetapi
juga mengenai rencana kedepan untuk perealisasiannya.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam proses perancangan adalah
sebagai berikut:
a. Tahap pertama yaitu mencari data-data dari studi literatur untuk
mendapatkan data-data sebagai acuan yang akan digunakan dalam proses
analisa maupun dalam perancangan.
b. Tahap survei dilakukan guna untuk mendapatkan data-data serta informasi
yang akan digunakan dalam programming maupun terjun secara langsung
untuk mengetahui kondisi data-data objek perancangan. Tahap survei
didukung dengan beberapa teknik yaitu:
Wawancara untuk mendapatkan data secara langsung dari pengguna
ruang yang akan dirancang, mengetahui secara langsung keinginan dan

27
harapan maupun keluh kesah pengguna, dan mengetahui kualitas ruang
yang ada dilapangan apakah sudah memenuhi standar atau belum.
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data secara visual untuk
mengamati secara langsung objek yang ada di lapangan.
c. Eksplorasi dilakukan untuk memperoleh data-data yang ada dilapangan
guna untuk mengetahui fakta-fakta yang ada dilapangan untuk memperoleh
data yang valid.
d. Analisa data lapangan fisik maupun nonfisik digunakan untuk menganalisa
data-data apa saja yang ditemukan dilapangan sehingga proyek tersebut
mampu untuk di rancang sesuai dengan rencana objek perancangan.
Mengetahui kendala-kendala apa saja yang terjadi dilapangan.
e. Programming untuk menghasilkan konsep desain perancangan yang akan
digunakan dalam menghasilkan produk perancangan yang diharapkan
dapat menjawab setiap permasalahan yang ada dan menjadi solusi desain.
f. Konsep, penetapan konsep dilakukan supaya pengerjaan perancangan
sesuai dengan konsep yang diinginkan.
g. Skematik desain untuk mendapatkan alternatif-alternatif desain dalam
perancangan untuk memperoleh hasil yang maksimal pada desain akhir.
h. Desain Akhir untuk mendapatkan hasil perancangan yang diinginkan sesuai
dengan rencana awal mengenai objek yang dirancang.

28
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Konsep Tapak

Gambar 4.1 Konsep zoning tapak


(Sumber: Analisis kelompok, 2016)
Pada area tapak gambar diatas, zona publik pada bagian bawah merupakan
teras. Sedangkan zona semi publik yang ada di bagian tengah merupakan
ruang berkumpul, dan makan. Area private yang terdapat pada bagian
belakang merupakan kamar tidur, dapur, dan toilet.

4.2 Konsep Tata Ruang


Dari analisis perhitungan besaran ruang minimum dihasilkan perhitungan
besaran keseluruhan tiap ruang yang ada pada Wisma Nusa Indah UPT Panti
Sosial Khusnul Khotimah adalah sebagai berikut:

29
No. Nama Ruang Besaran
Kumpul
1. 35 m
(R. Tamu + Nonton + Makan)
2. K. Tidur 10 m
3. Dapur 8 m
4. Toilet Difabel 6 m
5. Toilet Biasa 6 m
Tabel 4.1 Total Besaran Ruangan Maksimum

4.3 Konsep Hubungan Ruang


Hasil dari analisis organisasi ruang adalah hubungan antar ruang.

Gambar 4.2 Tata ruang Wisma Nusa Indah


(Sumber: Analisis kelompok 2016)

30
Perletakan ruang kumpul di bagian depan dikarenakan aktifitas lansia jika
setelah dari luar wisma selalu duduk untuk beristirahat. Ruang kumpul juga
mencapai bagian tengah bangunan dikarenakan aktifitas selalu dilakukan di
ruang kumpul dan juga efektif bagi lansia untuk mencapai ruang tersebut.
Dibagian tengah bangunan terdapat kamar tidur dimana pada aktifitas lansia
lansia setelah di ruang kumpul selalu menuju kamar tidur. Ruang dapur terletak
dibagian sudut belakang bangunan agar tidak menganggu aktifitas di ruang
bagian depan. Toilet difabel terletak di tengah bagian belakang bangunan
dimana selurus dengan lorong agar mempermudah lansia difabel mencapai
ruang tersebut. Dan disebelah toilet difabel juga terdapat toilet biasa agar tidak
menganggu fungsi toilet difabel.

4.4 Konsep Tata Massa


Bentukan denah disesuaikan dengan bentuk dari site dan sekitarnya.

Gambar 4.2 Tata ruang Wisma Nusa Indah


(Sumber: Analisis kelompok 2016)

31
4.5 Konsep Penangkal Petir
Menggunakan penangkal petir Faraday dikarenakan memberikan keamanan
pada bangunan agar tidak tersambar petir dan merusak perangkat bangunan.
Hal ini disebabkan lansia yang pelupa sehingga diperlukan penangkal petir.

4.6 Konsep Pencahayaan


Pada ruang komunal seperti ruang kumpul dan dapur, digunakan pencahayaan
alami pada saat hari terang. Hal tersebut dimaksudkan untuk memasukkan
suasana alam pada ruang. Ruang komunal dengan area luar bangunan
dibatasi dengan bukaan-bukaan yang besar untuk memasukkan suasana
lingkungan sekitar kedalam bangunan.
Pencahayaan buatan yang aakan digunakan pada bangunan adalah indirect
lighter, dengan warna cahaya hangat. Penggunaan tersebut dimaksudkan
untuk memberikan kesan hangat pada ruangan dan juga
tidak menyilaukan bagi para lansia. Cahaya yang terlalu terang dapat
menimbulkan rasa jenuh bagi mata.

4.7 Konsep Penghawaan


Sistem pengudaraan ruang pada bangunan sebagai hunian ini menggunakan
tata udara buatan dan alami. Tata udara buatan yaitu menggunakan kipas
angina sehingga ruang tidak terlalu panas maupun dingin. Tata udara alami
yaitu menggunakan bukaan seperti jendela sehingga memasukkan dan
mengeluarkan angin dari luar ke dalam dan sebaliknya.

4.8 Konsep Aksesibilitas


Pada bangunan terdapat Ramp yang mempermudah akses lansia baik yang
sehat maupun difabel. Tidak hanya ramp, bangunan dilengkapi Railing yang
menepel di dinding yang diperuntukkan lansia agar dapat pegangan ketika
berjalan. Pada kamar tidur lansia, dilengkapi dengan pintu geser agar lansia
mudah untuk keluar maupun masuk kamar.

32
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa pengamatan pada Wisma
Nusa Indah UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah dilakukan untuk
menghasilkan data dan referensi agar menghasilkan ide desain wisma
lansia yang sesuai standar dan kebutuhan dari pengguna bangunan
tersebut.
5.2 Saran
Penyusun menyarankan kepada pihak UPT Panti Sosial Khusnul Khotimah
untuk mengeksplorasi kebutuhan lansia pada bangunan agar lansia merasa
aman dan nyaman tinggal di wisma tersebut.

33
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Sumarni., 2015. Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan


Panti Wredha di Kota Yogyakarta, DIY. Program Studi Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Ratna Murti, Indira., 2013. Perancangan Interior pada Panti Jompo Melania di
Bandung. Departemen Desain Interior Universitas Binus.

Lewi, Trifena., 2016. Perancangan Interior Panti Jompo dengan Fasilitas Terapi
Demensia di Surabaya. Intra 4, 1-6.

www.bphn.go.id/data/documents/09pmsos106.pdf

http://dinsos.riau.go.id/web/index.php/lelang/pelayanan-sosial-panti-jompo

34
LAMPIRAN

Gambar 1. Tampak depan wisma bagi lansia yang mandiri

Gambar 2. Tampak samping wisma

35
Gambar 3. Ruang kumpul wisma

Gambar 4. Lorong kamar wisma

Gambar 5. Kamar tidur wisma

36
Gambar 6. Toilet wisma

Gambar 7. Aktifitas lansia

37
Gambar 8. Tampak depan hasil desain Wisma Nusa Indah

Gambar 9. Tampak belakang hasil desain Wisma Nusa Indah

Gambar 10. Tampak kanan hasil desain Wisma Nusa Indah

38
Gambar 11. Tampak kiri hasil desain Wisma Nusa Indah

39
Gambar 12. Perspektif hasil desain Wisma Nusa Indah, terdapat Ramp yang
menunjang lansia difabel

40
Gambar 13. Ruang kumpul lansia dengan warna dinding yang lembut

Gambar 14. Lorong yang dilengkapi Railing

41
Gambar 15. Kamar tidur dengan pintu geser

Gambar 16. Toilet dengan Railing di dinding

42
Gambar 17. Denah hasil desain Wisma Nusa Indah

43

Anda mungkin juga menyukai