Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari dasar kimia kehidupan, yang secara
umum merupakan ilmu yang mempelajari struktur, fungsi dan sifat molekul serta
aktifitas kimia dalam sel hidup. Ada empat molekul penting yang dipelajari dalam sel
hidup yaitu protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat ditambah dengan enzim.
Molekul penting lain adalah air dan mineral. Beberapa aktifitas kimia dalam sel hidup
yang dipelajari dalam biokimia adalah sintesa molekul-molekul besar atau kompleks,
degradasi molekul-molekul besar menjadi molekul-molekul kecil, kerja mekanik sel
untuk bergerak atau membelah diri, dan masih banyak lagi aktifitas penting lain.
Organisme hidup mempunyai sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh benda mati. Sifat
tersebut adalah kompleksitas dan organisasi yang sangat baik. Sifat ini ditunjukkan oleh
struktur dalam makhluk hidup dan molekulnya yang sangat kompleks. Sifat lain adalah
memiliki komponen struktur mikroskopik dan komponen struktur intrasel mikroskopik
dengan fungsi dan tujuan tertentu.
Makhluk hidup juga dapat mengekstrak, mengubah, dan menggunakan energi
dari berbagai sumber, baik dari lingkungannya maupun dari luar lingkungannya seperti
zat gizi dan dari matahari.
Di bidang pertanian biokimia berperan dalam meneliti mekanisme kerja pupuk
dan pestisida untuk mencegah dampak negative terhadap lingkungan. Biokimia tidak
hanya berperan dalam bidang pertanian saja tetapi juga penting bagi semua ilmu tentang
kehidupan termasuk dalam mempelajari ilmu kedokteran, biologi, mikrobiologi, nutrisi
dan gizi, patologi, fisiologi, toksikologi, dan ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan
ilmu hayat.
ACARA II
PROTEIN
B. Tinjauan Pustaka
Protein merupakan biomelekul yang sangat penting. Beberapa fungsi protein
adalah sebagai katalisator ( enzim ), pengangkut dan penyimpanan, penyebab gerakan,
pendukung system kekebalan, pengontrol pertumbuhan dan differensiasi, pendukung
kekakuan structural, dll.
Bahan baku penyusun protein adalah asam amino yang berikatan satu sama lain
melalui ikatan peptida. Protein dapat mengalami denaturasi oleh suhu dan pH. Peristiwa
denaturasi disebabkan karena terbukanya lipatan alamiah struktur protein. Jika denaturasi
belum berlanjut maka polimer itu melipat dan dapat kembali ke struktur alamiahnya.
Tetapi jika berlanjut dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan.
Perubahan yang terjadi karena factor (asam, basa, garam) dapat dipergunakan
untuk menidentifikasi jenis protein atau asam amino tertentu yang terdapat pada bahan
yang diteliti.
1. Amfolit
Adanya gugus teminal NH2 dan COOH serta gugus ranting cabang dan dapat bermuatan
positif ataupun negative maka protein tersebut menunjukkan sifat asam dan basa.
2. Denaturasi dan koagulasi
Jika putih telur yang semula berupa caiaran tidak berwarna, kemudian dituangkan ke
dalam air mendidih maka akan berubah menjadi gumpalan berwarna putih. Peristiwa itu
disebut dengan koagulasi.
Perubahan fisik yang terjadi dapat dipandang sebagai akibat dari perubahan struktur yang
lanjut sehingga menyimpang dari bentuk alamiahnya. Penyimpangan ini disebut dengan
denaturasi. Besar pH dimana protein dapat menggumpal disebut dengan titik isolistrik
dan besarnya tergantung dari jenis protein.
3. Pembentukan warna
Pembentukan warna disebabkan oleh reaksi antara gugus asam amino yang terdapat
dalam protein dengan pereaksi tertentu.
4. Ikatan peptida
Ikatan peptide pada protein dapat dihidrolisa dengan bantuan asam dalam keadaan panas,
begitu pula basa dan enzim.
Protein yang akan dihidrolisis dicampur dengan sejumlah HCL ( 6 N ) dipanaskan
dengan suhu 100-120C dalam keadaan vacum. Sebelum dihidrolisa paling sedikit ada 3
tingkat pemecahan, yaitu metaprotein-------protease dan pepton.
Bila HCL digunakan maka ada beberapa asam amino yang rusak seperti triptopan, dan
treonin. Bila digunakan NaOH pekat pada suhu tinggi akan menghasilkan asam amino
yaitu sistein, sistin dan treonin.
D. Cara Kerja
Percobaan pertama : denaturasi oleh pH dan panas ekstrim
1. Siapkan 3 tabung reaksi yang bersih
2. Isi masing-masing tabung dengan 5 ml larutan protein ( misal larutan putih telur )
Kemudian pada tabung :
(1) tambahkan 0,5 ml 1 N HCL
(2) tambahkan 0,5 ml 1 N NaOH
(3) tambahkan 0,5 ml aquadest
3. Masukkan semua tabung ke dalam air mendidih selama 10 menit
4. Catat mana yang menggumpal paling awal dan mana yang menggumpal paling akhir
5. Dinginkan dan netralkan. Tabung 1 dengan 0,1 N NaOH dan tabung 2 dengan 0,1
HCl ( periksa dengan kertas pH ).
6. Catat perubahan yang terjadi.
Percobaan keempat :
1. Siapkan 2 tabung reaksi bersih
2. Masukkan 4 ml kasein 2% atau 1 ml 0,1 M glysin ke dalamnya.
3. Tambahkan 1 ml larutan ninhidrin 0,1%
4. Campur baik-baik dan didihkan selama 1-2 menit
Percobaan kelima :
1. Siapkan 3 macam bahan ( tepung gaplek, tepung kedelai, tepung beras ).
2. Ambil masing-masing 1 sendok makan, tambahkan air sebanyak 100 ml ke dalam
erlemeyer. Kemudian panaskan dalam air yang bersuhu 60C selama 10 menit,
setelah itu disaring dengan kertas saring.
3. Filtrat yang diperoleh diuji dengan pereaksi Ninhidrin dan biuret.
4. Catat warna yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Rustono, Heru.1982. Kimia Dasar Teori dan Praktikum. Magelang : Laboratorium Kimia Dasar
Fakultas Pertanian
ACARA IV
ENZIM
B. Tinjauan Pustaka
Enzim merupakan protein globular yang umumnya berfungsi sebagai biokatalis
pada proses kimia dalam makhluk hidup. Enzim mampu meningkatkan reaksi kimia
tetapi tidak diubah oleh reaksi yang dikatalisnya serta tidak mengubah kedudukan
normal dari kesetimbangan kimia. Enzim terbentuk dari protein, oleh karena itu enzim
sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap sifat kimia
dan fisika dari protein.
Hasil hidrolisis amilum berupa sakarida dan dekstrin. Makin lama dekstrin yang
terbentuk makin kecil BM-nya.
Reaksi khusus yang dipergunakan untuk mengikuti dan mengetahui tingkat reaksi
hidrolisis tersebut oleh enzim amylase adalah larutan Jod dimana hidrolisis warna
amilum dan jod adalah biru, lambat launmenjadi merah dan akhirnya tidak berwarna,
sejalan dengan perubahan dekstrin yang dihidrolisiskan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas enzim antara lain :
1. Suhu
Apabila temperatur naik maka molekul-molekul atau ion akan bergerak lebih cepat,
sehingga terjadi reaksi kimia yan lebih cepat. Pada temperature yang lebih tinggi
enzim akan rusak dengan cepat karena denaturasi proteinnya.
2. Pengaruh pH
Adanya sifat asam amino yang bersifat amfoter, maka kerja enzim dipengaruhi oleh
pH, dan pH yang tinggi akan mempercepat aktifitas dari suatu enzim.
3. Pengaruh peningkatan konsentrasi enzim
Peningkatan dari konsentrasi suatu enzim akan menurunkan laju reaksi, dimana akan
terjadi hubungan antara konsentrasi enzim dengan laju reaksi.
4. Pengaruh zat-zat yang dapat mengendapkan enzim
Zat kimia yang berat seperti Cu, Fe, Zn dan sebagainya dapat mengendapkan protein
sebagai penyusun dari enzim.
5. Pengaruh lamanya reaksi
Pada awalnya produk suatu reaksi enzimatik menunjukkan hubungan yang liniear,
tetapi pada suatu ketika aktifitas enzim menurun walaupun masih cukup tersedia
substrat. Hal ini terjadi karena produk dari suatu reaksi akan menghambat aktifitas
enzim yang bersangkutan.
B. Tinjauan Pustaka
Lipid merupakan senyawa organic yang tidak larut dalam air tetapi dapat
diekstraksi dengan pelarut non polar seperti kholrofom, eter, benzena. Senyawa-senyawa
lipid tidak mempunyai rumus struktur yang sama dan sifat kimia serta biologinya juga
bervariasi. Fungsi lipida dalam system makhluk hidup adalah :
- Sebagai komponen struktur membran
- Sebagai bentuk energi cadangan
- Sebagai kofaktor atau perekusor enzim
- Sebagai lapisan pelindung
Komponen utama penyusun lipid adalah trigliseralida. Walalupun lipida
merupakan satu golongan senyawa tersendiri tetapi seringkali bergabung dengan
senyawa lain, misalnya dengan karbohidrat dan protein dengan nama glikolipida dan
lipoprotein.
Asam lemak penyusun lipida ada 2 macam, yaitu asam lemak jenuh dan asam
lemak tak jenuh. Asam lemak hewani umumnya mempunyai rantai C jenuh, sedangkan
minyak nabati mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap.
Penyimpanan lemak atau minyak yang terlalu lama akan menjadikanya tengik
karena bentukan peroksida pada ikatan rangkap akibat bereaksi dengan oksigen.
Sifat-sifat dan Reaksi Lipida :
1. Penyabunan
Penyabunan merupakan reaksi yang terjadi antara trasigliserol dengan basa.
2. Addisi
Asam lemak yang tidak jenuh mengandung 1 atau lebih ikatan ganda. Sifat ini
menyebabkan suatu asam lemak tidak jenuh dapt direduksi, dihidrogenasi,
dioksidasi, dan mengaddisi.
Asam lemak yang jenuh kurang reaktif dari pada asam lemak tidak jenuh. Banyaknya
Jod yang diaddisi oleh 100 gr lemak dinamakan angka Yod.
3. Ketengikan
Rasa bau yang tidak enak timbul bila minyak dan lemak disimpan kemudian terjadi
hidrolisis dan oksidasi. Hidrolisis dari lemak akan menghasilkan asam lemak bebas
dan gliserol. Kecepatannya dipengaruhi oleh adanya jasad renik yang mungkin
tumbuh dan mengeluarakan lipase atau asam.
4. Asam lemak jenuh
Lemak tumbuhan disebut minyak karena dalam temperatur kamar biasanya dalam
keadaan cair mengandung asam lemak dengan rantai C panjang dan hanya memiliki
sedikit ikatan ganda ( jenuh ). Minyak mengandung asam lemak dengan rantai C pendek
dan memiliki banyak ikatan ganda ( tidak jenuh ).
B. Tinjauan Pustaka
Karbohidrat didefinisikan sebagai polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton.
Golongan senyawa karbohidrat dibagi menjadi 3 sub golongan atas dasar jumlah satuan
dasar yang menyusun. Satuan dasar yang dimaksud adalah polihidroksi aldehid dan
polihidroksi keton tunggal. Kedua jenis satuan penyusun ini mengandung gugus
karboksil. Jika gugus karboksil itu terdapat pada ujung bangun molekul liniear, maka
satuan itu dinamakan aldosa. Jika gugus itu terdapat pada urutan kedua rantai atom C,
maka dinamakan ketosa.
Sakarida hanya terdiri dari sebuah satuan dasar, maka karbohidrat termasuk sub
golongan monosakarida. Sub golongan yang kedua adalah oligosakarida, karena
mengandung dua sampai sepuluh satuan dasar. Kemudian yang terakhir adalah
polisakarida yang mengandung satuan dasar yang jumlahnya lebih dari sepuluh. Ikatan
antara satuan dasar yang satu dengan yang lainnya dinamakan ikatan glikosidik.
Monosakarida yang banyak terdapat di alam ialah yang beratom 3 sampai 6,
terutama terdiri dari rantai atom C 5 dan 6. Misalnya glukosa, fruktosa, arabinosa, sillosa
dll.
Golongan oligosakarida yang terdiri dari 2 buah satuan disebut disakarida,
misalnya maltosa, sakarosa, laktosa, silobinosa dll.
Golongan polisakarida dibedakanmenjadi dua macam atas dasar panjang rantai
dan derajat percabangannya. Monosakarida adalah karbohidrat yang mengandung satu
jenis satuan dasar (monomer), sedangkan yang lebih dari satu jenis disebut
heteropolisakarida. Atas dasar fungsinya polisakarida dibagi menjadi polisakarida
cadangan misalnya pati, glikogen, khitin, selulose, pectin dll.
Beberapa sifat umum dan reaksi karbohidrat antara lain :
1. Asam sulfat pekat dapat menghidrolisa ikatan glikosidik karbohidrat menjadi
monosakarida, selanjutnya mengalami dehidrasi membentuk furfural dan derifatnya.
Senyawa ini jika ditambah sulvonated alpha naphtol akan menjadi zat yang berubah
warnanya.
2. Sakarida yang mempunyai gugus aldehid bebas mempunyai sifat mereduksi.Hal ini
dapat diketahui jika larutan tersebut ditambah larutan cupri dalam suasana alkalis,
kemudian dipanaskan akan terbentuk endapan yang berwarna merah bata. Uji adanya
gugus reduksi dapat dilakukan dengan menambah larutan yang mengandung ion
cupri, yaitu larutan fehling, barfoed, luff dll. Larutan barfed hanya dapat direduksi
oleh monosakarida.
3. Dehidrasi monosakarida keton akan menghasilkan furfural. Peristiwa dehidrasi
ketosa menjadi furfural lebih cepat dibandingkan dengan dehidrasi
monosakarida.aldosa. Hal ini disebabkan karena aldosa mengalami transmasi
menjadi ketosa terlebih dahulu sebelum dehidrasi. Furfural yang terbentuk dari
dehidrasi tersebut dapar bereaksi dengan resolsinol menjadi warna merah (uji
seliwanoff).
4. Jodin dapat diabsorbsi oleh pilosakarida hingga terjadi pewarnaan dengan amilum
akan memberikan warna biru. Sedangkan dengan glikogen akan memberikan wana
coklat. Kemudian dengan dekstrin akan memberikan warna merah coklat.
5. Polisakarida memiliki gugus reduksi pada ujung rantai saja. Bila mengalami hidrolisa
akan menghasilkan rantai monosakarida yang lebih pendek yang memiliki gugus
reduksi. Hidrolisa amilum menghasilkan dekstrin dan akhirnya terbentuk glukosa.
Mula-mula dengan jod berwarna biru akhirnya tidak terjadi pewarnaan.
F. Kesimpulan
Pembentukan warna yang terjadi pada uji protein adalah karena adanya reaksi
antara gugus asam amino yang terdapat dalam protein dengan pereaksi tertentu. Reaksi
kimia tersebut menyebabkan pembentukan warna yang berbeda antara perlakuan yang
satu dengan yang lain.
E. Hasil pengamatan
Percobaan 1 : pengaruh pH terhadap aktivitas enzim diastase
Tabung (1) diisi 6 ml larutan buffer pH 4 ditambah substrat berupa larutan amilum 1%
mula-mula berwarna putih keruh, kemudian setelah ditambah enzim diastase berwarna
putih keruh dan terdapat gumpalan.
Tabung (2) diisi 6 ml larutan buffer pH 6 ditambah substrat berupa larutan amilum 1%
mula-mula berwarna putih keruh, kemudian setelah ditambah enzim diastase berwarna
kuning dan terdapat gumpalan berwarna putih.
Tabung (3) diisi 6 ml larutan buffer pH 8 ditambah substrat berupa larutan amilum 1%
mula-mula berwarna putih keruh, kemudian setelah ditambah enzim diastase berwarna
putih bening dan terdapat gumpalan di atas larutan.
Kemudian ketiga tabung tersebut diinkubasi pada suhu 40 C selama 30 menit dan
setiap 3 menit larutan diambil dan diletakkan pada cawan porselen yang nantinya
ditambah dengan Jod, warnanya adalah :
3 menit Tabung
ke- (1) (2) (3)
1 Biru kehitaman Biru sedikit kuning Biru sedikit hitam
2 Biru kekuningan Biru kekuningan Biru kekuningan
3 Biru Biru Biru kekuningan
4 Biru Biru kecoklatan Biru kekuningan
5 Biru kehitaman Biru keunguan Biru kecoklatan
6 Biru keputihan Biru muda kekuningan Biru kehitaman
7 Biru keunguan Biru kecoklatan Biru sedikit keputihan
8 Biru hitam kecokelatan Biru keunguan Biru kehitaman
9 Biru kekuningan Biru keunguan Biru kekuningan
10 Biru kehitaman Biru kehitaman Biru kehitaman
Sisa larutan yang telah diinkubasi pada suhu 40 C selama 30 menit diuji dengan larutan
benedict,
Pada tabung (1) terdapat gumpalan berwarna biru
tabung (2) terdapat biru bening
tabung (3) terdapat gumpalan berwarna biru
pada percobaan diatas, enzim yang diperlakukan dengan pH yang ekstrim
menyebabkan terjadinya kogulasi. Teruatama pada pH yang rendah. pH ekstrim
mengakibatkan rusaknya enzim. Enzim merupakan gugusan dari protein yang berfugsi
sebagai katalisator dalam reaksi kimia. Sehingga sifat-sifat enzim sama dengan protein
yang dapat mengalami denaturasi dan koagulasi karena pH yang ekstrim.
Hasil hidrolisis amylum berupa sakarida yang sederhana dan dekstrin. Makin
lama dekstrin yang terbentuk makin kecil BM-nya. Dengan larutan Jod dapat diketahui
perubahan warna yang terjadi seiring dengan perubahan dekstrin yang dihidrolisakan.
F.Kesimpulan
Enzim merupakan katalisator dari reaksi kimia yang mengandung gugusan
peptide, sehingga memiliki sifat yang hampir sama dengan protein. Pada pengujian dalam
praktikum, dibuktikan bahwa enzim terdenaturasi oleh pH dan suhu yang ekstrim. Bahkan
rusaknya gegesan peptide yang semakin lama akan menyebabkan terjadinya koagulasi.
Pada uji amilum dari kecambah ditunjukkan warna yang terjadi bersamaan dengan
perubahan dektrin dalam polisakarida yang terhidrolisis. Hal ini ditunjukkan dengan
ditambahkannya larutan Jod yang mengindikasikan kandungan polisakarida pada suatu
bahan dengan timbulnya warna biru tua. Semakin lama dekstrin yang terbentuk, maka BM-
nya akan semakin kecil sehingga warna yang ditunjukkan akan semakin gelap medekati
biru kehijauan.
F. Kesimpulan
Asam lemak yang tidak jenuh memiliki rantai C pendek dan banyak ikatan ganda
yang menyebabkan suatu asam lemak tidak jenuh dapat direduksi, dihidrogenase,
dioksidasi, dan mengaddisi contohnya asam oleat. Sedangakan minyak yang mengandung
asam lemak dengan rantai C panjang dan memiliki sedikit ikatan ganda disebut asam
lemak jenuh, contohnya asam palmitat, asam stearat dll.
E. Hasil pengamatan dan Pembahasan
Uji Molish
Tabung
(1) Sillosa mula-mula berwarna bening ditambah 2 tetes alpha naphtol 5% berubah
warna menjadi coklat. Kemudian ditambah 3 ml HCl pekat tidak digojok
berubah warna menjadi merah dan terdapat endapan berwarna merah
kecoklatan. Endapan merah bata menunjukkan kandungan disakarida yang
terdapat dalam sillosa
(2) Glukosa mula-mula berwarna putih bening ditambah 2 tetes alpha naphtol 5%
berubah warna menjadi coklat kemerahan. Kemudian ditambah 3 ml HCl pekat
tidak digojok berubah warna menjadi putih keruh dan terdapat endapan
dibawahnya.
(3) Pati mula-mula berwarna putih ditambah 2 tetes alpha naphtol 5% berubah
warna menjadi coklat. Kemudian ditambah 3 ml HCl pekat tidak digojok
warnanya berubah menjadi putih keruh dan terdapat endapan berwarna merah
tua. Warna endapan yang semakin tua menunjukkan kandungan sakarida yang
semakin sedikit. Pati merupakan karbohidrat yang termasuk dalam golongan
oligosakarida.
(4) Furtural mula-mula berwarna kuning bening ditambah 2 tetes alpha naphtol 5%
berubah warna menjadi kuning keruh. Kemudian ditambah 3 ml HCl pekat dan
tidak digojok berubah warna menjadi kuning keruh dan terdapat endapan
berwarna merah tua.
Uji benedict
Tabung
(1) Larutan benedict 3 ml ditambah glukosa 0,01 M 1 ml kemudian digojok
warnanya yang semula biru muda berubah menjadi biru tua
(2) Larutan benedict 3 ml ditambah glukosa 0,04 M 1 ml kemudian digojok
warnanya yang semula biru muda berubah menjadi biru tua dan ada endapan
berwarna merah tua
(3) Larutan benedict 3 ml ditambah glukosa 0,02 M 1 ml kemudian digojok
warnanya yang semula biru muda berubah menjadi biru tua dan terdapat endapan
berwarna merah tua tetapi hanya sedikit
Uji barfoed
Tabung
(1) Larutan barfoed 5 ml ditambah glukosa 0,01 M mula-mula berwarna biru setelah
dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit terdapat endapan berwarna
coklat
(2) Larutan barfoed 5 ml ditambah fruktosa 0,01 M mula-mula berwarna biru setelah
dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit terdapat endapan berwarna
merah tua
(3) Larutan barfoed 5 ml ditambah laktosa 0,01 M mula-mula berwarna biru setelah
dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit terdapat endapan berwarna
merah tua
(4) Larutan barfoed 5 ml ditambah laktosa 0,03 M mula-mula berwarna biru setelah
dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit terdapat endapan berwarna
merah kecoklatan
(5) Larutan barfoed 5 ml ditambah sakarosa 0,01 M mula-mula berwarna biru setelah
dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit tidak bereaksi apa-apa dan tidak
terjadi endapan
(6) Larutan barfoed 5 ml ditambah sakarosa 0,03 M mula-mula berwarna biru setelah
dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit tidak bereaksi apa-apa dan tidak
terjadi endapan
Uji Seliwanof
Tabung
Uji Jod
- 2 tetes amilum yang semula berwarna putih bening ditambah dengan Jod 0,05 N
dalam Kj berubah warna menjadi biru tua. Hal ini terjadi karena amilum yang
merupakan polisakarida dapat mengasorbsi larutan Jodin yang menyebabkan
perubahan warna menjadi biru
- 2 tetes selulose yang semula berwarna putih bening ditambah dengan Jod 0,05 N
dalam Kj berubah warna menjadi kuning. Hal ini terjadi karena sellulose yang
merupakan polisakarida dapat mengasorbsi larutan Jodin yang menyebabkan
perubahan warna menjadi biru
- 2 tetes glikogen yang semula berwarna putih bening ditambah dengan Jod 0,05 N
dalam Kj berubah warna menjadi coklat.
- 2 tetes inulin yang semula berwarna putih bening ditambah dengan Jod 0,05 N dalam
Kj berubah warna menjadi kuning muda.
Pembahasan
Pada uji seliwanof peristiwa dehidrasi ketosa menjadi furfural lebih cepat
dibanding monosakarida. Hal ini karena furfural yang terbentuk bereaksi dengan
resolsinol yang kemudian akan berubah warna menjadi merah.
Polisakarida akan mengasorbsi Jodin hingga terjadi pewarnaan. Contohnya pada amylum
dan sellulose akan memberikan warna biru, glikogen warna coklat dan inulin warna
kuning. Polisakarida juga memiliki gugus reduksi pada ujung rantai saja. Hidrolisa
amylum akan menghasilkan dekstrin dan akhirnya glukosa, sehingga warna mula-mula
dengan Jod berwarna biru lama-lama warnanya akan pudar. Kemudian akarida yang
mempuyai gugus aldehid bebas mempunyai sifat mereduksi, dibuktikan dengan uji
barfoed yang nantinya akan terbentuk endapan berwarna merah bata. Larutan barfoed
hanya dapat direduksi oleh monosakarida.
Asam sulfat pekat dapat menghidrolisa ikatan glikosidik karbohidrat menjadi
monosakarida yang selanjutnya mengalami dehidrasi dan membentuk furfural dari
derifat-derifatnya. Apabila ditambah sulvonated alpha naphtol akan membentuk endapan
berwarna merah bata.
Uji kandungan karbohidrat pada buah menunjukkan bahwa buah yang masak
lebih banyak mengandung karbohidrat dari pada buah yang mentah dan lewat masak.
F. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan disimpulkan bahwa macam-macam karbohidrat memiliki
reaksi yang berbeda pada setiap pengujian. Reaksi ini ditunjukkan dengan warna yang
berbeda, misalnya pada uji Jod kandungan pati yang tertinggi ditunjukkan dengan warna biru
tua. Pada uji molish yang digunakan untuk menganalisa kandungan sakarida, menunjukkan
adanya endapan merah bata pada bahan yang mengandung sakarida.