Anda di halaman 1dari 34

Pendahuluan

Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari dasar kimia kehidupan, yang secara
umum merupakan ilmu yang mempelajari struktur, fungsi dan sifat molekul serta
aktifitas kimia dalam sel hidup. Ada empat molekul penting yang dipelajari dalam sel
hidup yaitu protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat ditambah dengan enzim.
Molekul penting lain adalah air dan mineral. Beberapa aktifitas kimia dalam sel hidup
yang dipelajari dalam biokimia adalah sintesa molekul-molekul besar atau kompleks,
degradasi molekul-molekul besar menjadi molekul-molekul kecil, kerja mekanik sel
untuk bergerak atau membelah diri, dan masih banyak lagi aktifitas penting lain.
Organisme hidup mempunyai sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh benda mati. Sifat
tersebut adalah kompleksitas dan organisasi yang sangat baik. Sifat ini ditunjukkan oleh
struktur dalam makhluk hidup dan molekulnya yang sangat kompleks. Sifat lain adalah
memiliki komponen struktur mikroskopik dan komponen struktur intrasel mikroskopik
dengan fungsi dan tujuan tertentu.
Makhluk hidup juga dapat mengekstrak, mengubah, dan menggunakan energi
dari berbagai sumber, baik dari lingkungannya maupun dari luar lingkungannya seperti
zat gizi dan dari matahari.
Di bidang pertanian biokimia berperan dalam meneliti mekanisme kerja pupuk
dan pestisida untuk mencegah dampak negative terhadap lingkungan. Biokimia tidak
hanya berperan dalam bidang pertanian saja tetapi juga penting bagi semua ilmu tentang
kehidupan termasuk dalam mempelajari ilmu kedokteran, biologi, mikrobiologi, nutrisi
dan gizi, patologi, fisiologi, toksikologi, dan ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan
ilmu hayat.
ACARA II
PROTEIN

A. Maksud dan Tujuan


Mengetahui reaksi dan sifat umum pada protein dan asam amino.
Mengetahui hal-hal yang menyebabkan kerusakan pada protein.

B. Tinjauan Pustaka
Protein merupakan biomelekul yang sangat penting. Beberapa fungsi protein
adalah sebagai katalisator ( enzim ), pengangkut dan penyimpanan, penyebab gerakan,
pendukung system kekebalan, pengontrol pertumbuhan dan differensiasi, pendukung
kekakuan structural, dll.
Bahan baku penyusun protein adalah asam amino yang berikatan satu sama lain
melalui ikatan peptida. Protein dapat mengalami denaturasi oleh suhu dan pH. Peristiwa
denaturasi disebabkan karena terbukanya lipatan alamiah struktur protein. Jika denaturasi
belum berlanjut maka polimer itu melipat dan dapat kembali ke struktur alamiahnya.
Tetapi jika berlanjut dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan.

Reaksi dan sifat umum dari protein dan asam amino :

Perubahan yang terjadi karena factor (asam, basa, garam) dapat dipergunakan
untuk menidentifikasi jenis protein atau asam amino tertentu yang terdapat pada bahan
yang diteliti.
1. Amfolit
Adanya gugus teminal NH2 dan COOH serta gugus ranting cabang dan dapat bermuatan
positif ataupun negative maka protein tersebut menunjukkan sifat asam dan basa.
2. Denaturasi dan koagulasi
Jika putih telur yang semula berupa caiaran tidak berwarna, kemudian dituangkan ke
dalam air mendidih maka akan berubah menjadi gumpalan berwarna putih. Peristiwa itu
disebut dengan koagulasi.
Perubahan fisik yang terjadi dapat dipandang sebagai akibat dari perubahan struktur yang
lanjut sehingga menyimpang dari bentuk alamiahnya. Penyimpangan ini disebut dengan
denaturasi. Besar pH dimana protein dapat menggumpal disebut dengan titik isolistrik
dan besarnya tergantung dari jenis protein.
3. Pembentukan warna
Pembentukan warna disebabkan oleh reaksi antara gugus asam amino yang terdapat
dalam protein dengan pereaksi tertentu.

4. Ikatan peptida
Ikatan peptide pada protein dapat dihidrolisa dengan bantuan asam dalam keadaan panas,
begitu pula basa dan enzim.
Protein yang akan dihidrolisis dicampur dengan sejumlah HCL ( 6 N ) dipanaskan
dengan suhu 100-120C dalam keadaan vacum. Sebelum dihidrolisa paling sedikit ada 3
tingkat pemecahan, yaitu metaprotein-------protease dan pepton.
Bila HCL digunakan maka ada beberapa asam amino yang rusak seperti triptopan, dan
treonin. Bila digunakan NaOH pekat pada suhu tinggi akan menghasilkan asam amino
yaitu sistein, sistin dan treonin.

C. Alat dan Bahan


Bahan :
HCl 0,1 N
NaOH 40%
Aquadest
kertas pH
larutan putih telur
larutan ZnSO4 encer
NaOH 0,1 N
KOH 10%
CuSO4 1%
Kasein 2%
Glysin 0,1 M
Ninhidrin 0,1%
Tepung gaplek
Tepung kedelai
Tepung beras
Alat :
tabung reaksi
pipet
gelas ukur
pengaduk
kompor sprtus dan kaki 3
gelas piala
thermometer

D. Cara Kerja
Percobaan pertama : denaturasi oleh pH dan panas ekstrim
1. Siapkan 3 tabung reaksi yang bersih
2. Isi masing-masing tabung dengan 5 ml larutan protein ( misal larutan putih telur )
Kemudian pada tabung :
(1) tambahkan 0,5 ml 1 N HCL
(2) tambahkan 0,5 ml 1 N NaOH
(3) tambahkan 0,5 ml aquadest
3. Masukkan semua tabung ke dalam air mendidih selama 10 menit
4. Catat mana yang menggumpal paling awal dan mana yang menggumpal paling akhir
5. Dinginkan dan netralkan. Tabung 1 dengan 0,1 N NaOH dan tabung 2 dengan 0,1
HCl ( periksa dengan kertas pH ).
6. Catat perubahan yang terjadi.

Percobaan kedua : prespitasi dengan logam berat


Masukkan 2 ml larutan protein ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan
setetes demi setetes larutan ZnSO4 encer. Catat perubahan warna yang terjadi. Setelah
itu tambahkan larutantersebut secara berlebihan. Catat apa yang terjadi.

Percobaan ketiga : reaksi biuret


1. Masukkan 2 ml larutan protein ( putih telur ) ke dalam tabung reaksi dan tambahkan
2 ml KOH 10% atau 1 ml NaOH 40%.
2. Tambahkan beberapa tetes ( 5 tetes ) larutan CuSO4 0,1 N, campur dengan baik dan
amati yang terjadi.
3. Ulangi percobaan tersebut sekali lagi dengan menggunakan 2 ml aquadest sebagai
control.

Percobaan keempat :
1. Siapkan 2 tabung reaksi bersih
2. Masukkan 4 ml kasein 2% atau 1 ml 0,1 M glysin ke dalamnya.
3. Tambahkan 1 ml larutan ninhidrin 0,1%
4. Campur baik-baik dan didihkan selama 1-2 menit

Percobaan kelima :
1. Siapkan 3 macam bahan ( tepung gaplek, tepung kedelai, tepung beras ).
2. Ambil masing-masing 1 sendok makan, tambahkan air sebanyak 100 ml ke dalam
erlemeyer. Kemudian panaskan dalam air yang bersuhu 60C selama 10 menit,
setelah itu disaring dengan kertas saring.
3. Filtrat yang diperoleh diuji dengan pereaksi Ninhidrin dan biuret.
4. Catat warna yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Partodidjojo, Margono dkk. 1992. Dasar-dasar Fisiologi 1. Universitas Sebelas Maret.


Surakarta

A.H.A. Toha. 2001. Biokimia : Metabolisme Biomolekul. Alfabeta. Bandung

Rustono, Heru.1982. Kimia Dasar Teori dan Praktikum. Magelang : Laboratorium Kimia Dasar
Fakultas Pertanian
ACARA IV
ENZIM

A. Maksud dan Tujuan


Mengetahui pengaruh pH dan suhu terhadap aktifitas enzim
Mengetahui pengujian amylase dari kecambah

B. Tinjauan Pustaka
Enzim merupakan protein globular yang umumnya berfungsi sebagai biokatalis
pada proses kimia dalam makhluk hidup. Enzim mampu meningkatkan reaksi kimia
tetapi tidak diubah oleh reaksi yang dikatalisnya serta tidak mengubah kedudukan
normal dari kesetimbangan kimia. Enzim terbentuk dari protein, oleh karena itu enzim
sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap sifat kimia
dan fisika dari protein.
Hasil hidrolisis amilum berupa sakarida dan dekstrin. Makin lama dekstrin yang
terbentuk makin kecil BM-nya.
Reaksi khusus yang dipergunakan untuk mengikuti dan mengetahui tingkat reaksi
hidrolisis tersebut oleh enzim amylase adalah larutan Jod dimana hidrolisis warna
amilum dan jod adalah biru, lambat launmenjadi merah dan akhirnya tidak berwarna,
sejalan dengan perubahan dekstrin yang dihidrolisiskan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas enzim antara lain :
1. Suhu
Apabila temperatur naik maka molekul-molekul atau ion akan bergerak lebih cepat,
sehingga terjadi reaksi kimia yan lebih cepat. Pada temperature yang lebih tinggi
enzim akan rusak dengan cepat karena denaturasi proteinnya.
2. Pengaruh pH
Adanya sifat asam amino yang bersifat amfoter, maka kerja enzim dipengaruhi oleh
pH, dan pH yang tinggi akan mempercepat aktifitas dari suatu enzim.
3. Pengaruh peningkatan konsentrasi enzim
Peningkatan dari konsentrasi suatu enzim akan menurunkan laju reaksi, dimana akan
terjadi hubungan antara konsentrasi enzim dengan laju reaksi.
4. Pengaruh zat-zat yang dapat mengendapkan enzim
Zat kimia yang berat seperti Cu, Fe, Zn dan sebagainya dapat mengendapkan protein
sebagai penyusun dari enzim.
5. Pengaruh lamanya reaksi
Pada awalnya produk suatu reaksi enzimatik menunjukkan hubungan yang liniear,
tetapi pada suatu ketika aktifitas enzim menurun walaupun masih cukup tersedia
substrat. Hal ini terjadi karena produk dari suatu reaksi akan menghambat aktifitas
enzim yang bersangkutan.

Aktifitas enzim dapat diukur melalui pengendalian langsung dengan mekanisme


katalitik dan penggandengan dengan proses lain, pengendalian genetik dengan induksi
dan represi enzim. Pengendalian katalitik terjadi dengan mengubah konsentrasi substrat
atau reaktan melalui laju reaksi. BIla substrat banyak, maka laju reaksi dipercepat sampai
nilai pembatas dan bila produk menumpuk, maka dengan pengaturan ligan dengan
berbagai variasi merupakan produk akhir yang menghambat aktifitas salah satu enzim
awal.

C. Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
- Tabung reaksi - larutan buffer pH 4, 6, 8
- Cawan porselen - larutan amilum 1%
- Termometer - larutan enzim diastase
- Lampu spirtus dan kaki 3 - Jodium 0,01 M
- Pipet - kertas pH
- Gelas piala - Dekstrin
- Gelas ukur - Glikogen
- ekstrak kacang hijau
- ekstrak taoge
D. Cara Kerja :
Percobaan 1 : pengaruh pH terhadap aktifitas enzim diastase
-Siapkan 3 tabung reaksi yang bersih, kemudian isilah masing-masing dengan larutan :
(1) 6 ml larutan buffer pH 4 ditambah 3 ml larutan amilum 1%
(2) 6 ml larutan buffer pH 6 ditambah 3 ml larutan amilum 1%
(3) 6 ml larutan buffer pH 8 ditambah 3 ml larutan amilum 1%
-Tambahkan 1 ml larutan enzim diastase ke dalam masing-masing tabung dan campur
baik-baik. Catat waktu saat menambahkan larutan tersebut.
-Inkubasi pada air panas yang suhunya 40C selama 30 menit.
-Amati tabung (1), (2), (3) dengan cara mengambil 2 tetes larutan yang dibuat ke dalam
cawan porselen setiap 3 menit, kemudian teteskan 2 tetes larutan 0,01 M Jodium.
-Catat perubahan warna yang terjadi dan bandingkan dengan :
Amilum ditambah jod
Dekstrin ditambah jod
Glikogen ditambah jod

Percobaan kedua : pengaruh suhu terhadap aktifitas enzim diastase


- Siapkan 6 tabung reaksi bersih
- Isi masing-masing tabung dengan amilum1% sebanyak 2 ml dan tambahkan 2 ml enzim
diastase
- Siapkan air panas dengan suhu 40 C dan 100 C
Tabung 1 dan 2 diinkubasi pada suhu 40 C selama 30 menit
Tabung 3 dan 4 diinkubasi pada suhu 100 C selama 10 menit
Tabung 5 dan 6 diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit
- Kemudian tambahkan 1 ml jod 0,01 M ke dalam masing-masing tabung
- Amati perubahan warna yang terjadi

Percobaan ketiga : pengujian amylase dari kecambah


- Siapkan 2 macam bahan ( biji kacang hijau dan taoge ), masing-masing hancurkan
dengan mortir dan tambahkan 50 ml aquadest, kemudian disaring dengan kertas saring.
- Siapkan 4 tabung reaksi yang bersih
- Masukkan ke dalamnya masing-masing 3 ml amilum 1% kemudian atur pHnya dengan
menmbahkan larutan buffer pH 6,0
- Pada tabung 1 dan 2 tambahkan 1 ml eksrtak kacang hijau
- Pada tabung 3 dan 4 tambahkan 1 ml ekstrak taoge
- Pada menit ke 0 dan ke 20, diambil 1 tetes bahan tersebut pada cawan porselen dan
tambahkan jod 0,01 M
- Catat perubahan warna yang terjadi
ACARA III
LIPIDA

A. Maksud dan Tujuan


o Mengetahui sifat-sifat umum dan reaksi pada lipida
o Mengetahui perbedaan lemak dan minyak
o Mengetahui kejenuhan dan ketidakjenuhan minyak

B. Tinjauan Pustaka
Lipid merupakan senyawa organic yang tidak larut dalam air tetapi dapat
diekstraksi dengan pelarut non polar seperti kholrofom, eter, benzena. Senyawa-senyawa
lipid tidak mempunyai rumus struktur yang sama dan sifat kimia serta biologinya juga
bervariasi. Fungsi lipida dalam system makhluk hidup adalah :
- Sebagai komponen struktur membran
- Sebagai bentuk energi cadangan
- Sebagai kofaktor atau perekusor enzim
- Sebagai lapisan pelindung
Komponen utama penyusun lipid adalah trigliseralida. Walalupun lipida
merupakan satu golongan senyawa tersendiri tetapi seringkali bergabung dengan
senyawa lain, misalnya dengan karbohidrat dan protein dengan nama glikolipida dan
lipoprotein.
Asam lemak penyusun lipida ada 2 macam, yaitu asam lemak jenuh dan asam
lemak tak jenuh. Asam lemak hewani umumnya mempunyai rantai C jenuh, sedangkan
minyak nabati mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap.
Penyimpanan lemak atau minyak yang terlalu lama akan menjadikanya tengik
karena bentukan peroksida pada ikatan rangkap akibat bereaksi dengan oksigen.
Sifat-sifat dan Reaksi Lipida :
1. Penyabunan
Penyabunan merupakan reaksi yang terjadi antara trasigliserol dengan basa.
2. Addisi
Asam lemak yang tidak jenuh mengandung 1 atau lebih ikatan ganda. Sifat ini
menyebabkan suatu asam lemak tidak jenuh dapt direduksi, dihidrogenasi,
dioksidasi, dan mengaddisi.
Asam lemak yang jenuh kurang reaktif dari pada asam lemak tidak jenuh. Banyaknya
Jod yang diaddisi oleh 100 gr lemak dinamakan angka Yod.
3. Ketengikan
Rasa bau yang tidak enak timbul bila minyak dan lemak disimpan kemudian terjadi
hidrolisis dan oksidasi. Hidrolisis dari lemak akan menghasilkan asam lemak bebas
dan gliserol. Kecepatannya dipengaruhi oleh adanya jasad renik yang mungkin
tumbuh dan mengeluarakan lipase atau asam.
4. Asam lemak jenuh

Perbedaan lemak dengan minyak :


1. Lemak berasal dari hewan, kecuali dari buah coklat sedangkan minyak berasal dari
tanaman kecuali minyak ikan.
2. Lemak pada suhu kamar berbentuk padat, sedangkan minyak berbentuk cair.
3. Lemak dalam gugusan sisa asamnya hanya sedikit ikatan rangkapnya, sedangkan
minyak ikatanrangkapnya banyak.

Lemak tumbuhan disebut minyak karena dalam temperatur kamar biasanya dalam
keadaan cair mengandung asam lemak dengan rantai C panjang dan hanya memiliki
sedikit ikatan ganda ( jenuh ). Minyak mengandung asam lemak dengan rantai C pendek
dan memiliki banyak ikatan ganda ( tidak jenuh ).

C. Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
- tabung reaksi - khloroform
- pipet - pereaksi Hubl
- gelas ukur - minyak kacang
- tabung erlemeyer - minyak kelapa
- asam palmitat
- asam stearat
- asam oleat
- minyak kacang tengik
- minyak kelapa tengik
- larutan HCl pekat
- larutan phlorogusinol 1%
D. Cara Kerja
Percobaan 1 : Uji ketidakjenuhan minyak
- Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih, campurkan 10 ml chloroform dan 10 tetes
pereaksi hubl dan uangkan isinya ke dalam 5 tabung reaksi

- Kemudian pada tabung


(1) tambahkan minyak kelapa
(2) tambahkan asam palmitat
(3) tambahkan minyak kacang
(4) tambahkan asam stearat
(5) tambahkan asam oleat
- Setelah itugojok dan amati perubahan warnanya
- Bandingkan perubahan warna yang terjadi
- Bila warna merah muda itu belum hilang, tambahkan lagi larutan tersebut hingga
warnanya hilang
- Catat beberapa tetes minyak yang dipergunakan untuk menghilangkan warna

Percobaan 2 : uji hasil oksidasi


- Siapkan 4 tabung erlemeyer yang bersih, isilah masing masing dengan:
Tabung bahan
(1) 2 ml minyak kacang
(2) 2 ml minyak kacang tengik
(3) 2 ml minyak kelapa
(4) 2 ml minyak kelapa tengik
- Tambahkan ke dalam masing masing tabung 2 ml larutan 1% phloroglusinol (dalam
ether) dan 2 ml larutan HCl pekat, gojok baik baik
- Bandingkan perubahan warnanya
ACARA I
KARBOHIDRAT

A. Maksud dan Tujuan


Mengetahui sifat umum dan reaksi pada karbohidrat
Mengetahui kadar karbohidrat pada buah
Mengetahui macam-macam karbohidrat

B. Tinjauan Pustaka
Karbohidrat didefinisikan sebagai polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton.
Golongan senyawa karbohidrat dibagi menjadi 3 sub golongan atas dasar jumlah satuan
dasar yang menyusun. Satuan dasar yang dimaksud adalah polihidroksi aldehid dan
polihidroksi keton tunggal. Kedua jenis satuan penyusun ini mengandung gugus
karboksil. Jika gugus karboksil itu terdapat pada ujung bangun molekul liniear, maka
satuan itu dinamakan aldosa. Jika gugus itu terdapat pada urutan kedua rantai atom C,
maka dinamakan ketosa.
Sakarida hanya terdiri dari sebuah satuan dasar, maka karbohidrat termasuk sub
golongan monosakarida. Sub golongan yang kedua adalah oligosakarida, karena
mengandung dua sampai sepuluh satuan dasar. Kemudian yang terakhir adalah
polisakarida yang mengandung satuan dasar yang jumlahnya lebih dari sepuluh. Ikatan
antara satuan dasar yang satu dengan yang lainnya dinamakan ikatan glikosidik.
Monosakarida yang banyak terdapat di alam ialah yang beratom 3 sampai 6,
terutama terdiri dari rantai atom C 5 dan 6. Misalnya glukosa, fruktosa, arabinosa, sillosa
dll.
Golongan oligosakarida yang terdiri dari 2 buah satuan disebut disakarida,
misalnya maltosa, sakarosa, laktosa, silobinosa dll.
Golongan polisakarida dibedakanmenjadi dua macam atas dasar panjang rantai
dan derajat percabangannya. Monosakarida adalah karbohidrat yang mengandung satu
jenis satuan dasar (monomer), sedangkan yang lebih dari satu jenis disebut
heteropolisakarida. Atas dasar fungsinya polisakarida dibagi menjadi polisakarida
cadangan misalnya pati, glikogen, khitin, selulose, pectin dll.
Beberapa sifat umum dan reaksi karbohidrat antara lain :
1. Asam sulfat pekat dapat menghidrolisa ikatan glikosidik karbohidrat menjadi
monosakarida, selanjutnya mengalami dehidrasi membentuk furfural dan derifatnya.
Senyawa ini jika ditambah sulvonated alpha naphtol akan menjadi zat yang berubah
warnanya.
2. Sakarida yang mempunyai gugus aldehid bebas mempunyai sifat mereduksi.Hal ini
dapat diketahui jika larutan tersebut ditambah larutan cupri dalam suasana alkalis,
kemudian dipanaskan akan terbentuk endapan yang berwarna merah bata. Uji adanya
gugus reduksi dapat dilakukan dengan menambah larutan yang mengandung ion
cupri, yaitu larutan fehling, barfoed, luff dll. Larutan barfed hanya dapat direduksi
oleh monosakarida.
3. Dehidrasi monosakarida keton akan menghasilkan furfural. Peristiwa dehidrasi
ketosa menjadi furfural lebih cepat dibandingkan dengan dehidrasi
monosakarida.aldosa. Hal ini disebabkan karena aldosa mengalami transmasi
menjadi ketosa terlebih dahulu sebelum dehidrasi. Furfural yang terbentuk dari
dehidrasi tersebut dapar bereaksi dengan resolsinol menjadi warna merah (uji
seliwanoff).
4. Jodin dapat diabsorbsi oleh pilosakarida hingga terjadi pewarnaan dengan amilum
akan memberikan warna biru. Sedangkan dengan glikogen akan memberikan wana
coklat. Kemudian dengan dekstrin akan memberikan warna merah coklat.
5. Polisakarida memiliki gugus reduksi pada ujung rantai saja. Bila mengalami hidrolisa
akan menghasilkan rantai monosakarida yang lebih pendek yang memiliki gugus
reduksi. Hidrolisa amilum menghasilkan dekstrin dan akhirnya terbentuk glukosa.
Mula-mula dengan jod berwarna biru akhirnya tidak terjadi pewarnaan.

C. Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
- gelas ukur 10 ml - glukosa 0,01 M; 0,02 M; 0,04 M
- tabung reaksi - silosa 0,01 M
- lampu spirtus dan kaki 3 - larutan pati 70% dan buah mentah
- cawan porselen - furtural 0,01 M dan buah lewat masak
- pipet - alpha naphtol 5% dan buah masak
- gelas piala 600 ml dan 250 ml
- alcohol dan inulin 1%
- asam sulfat pekat
- larutan benedict dan larutan Jod 0,05 N
- fruktosa 0,01 M
- laktosa 0,01 M dan 0,03 M
- sakarosa 0,01 M dan 0,03 M
- HCl pekat larutan glikogen 1%
- larutan resolsinol 0,5%
- larutan selulosa 1%
D. Cara Kerja
Percobaan 1 : uji molish
Siapkan 4 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 1 ml larutan glukosa 0,02 M,
silosa 0,01 M, Larutan pati 0,7% dan furtural 0,01 M
Tambahkan ke dalam masing-masing tabung 2 tetes larutan alpha naphtol 5 % dan
alcohol. Campur baik-baik.
Tuangkan 3 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung masing-masing dengan
hati-hati. Jangan digojok atau digoyang-goyangkan sehingga nampak 2 lapisan.
Amati timbulnya warna pada perbatasan kedua lapisan tersebut.

Percobaan 2 : uji benedict


Siapkan 3 tabung reaksi dan masukkan 3 ml larutan benedict ke dalam masing-
masing tabung.
Kemudian tambahkan 1 ml 0,01 M; 0,02 M; 0,04 M glukosa dan campur baik-baik.
Panaskan dalam air mendidih Selama 10 menit.
Amati perubahan dan perbandingan kecepatan perubahannya.

Percobaan 3 : uji barfoed


Siapkan 6 buah tabung reaksi untuk diisi dengan larutan :
Tabung
1. 5ml larutan barfoed ditambah 5 ml 0,01 M glukosa
2. 5ml larutan barfoed ditambah 5 ml 0,01 M fruktosa
3. 5ml larutan barfoed ditambah 5 ml 0,01 M laktosa
4. 5ml larutan barfoed ditambah 5 ml 0,03 M laktosa
5. 5ml larutan barfoed ditambah 5 ml 0,01 M sakarosa
6. 5ml larutan barfoed ditambah 5 ml 0,03 M sakarosa
Panaskan keenam tabung tersebut ke dalam air mendidih selama 10 menit, kemudian
dinginkan segera.
Bandingkan kecepatan mereduksinyasatu dengan yang lainnya.
Percobaan 4 : uji seliwanoff
Siapkan 2 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 2 ml larutan glukosa dan 2 ml
0,01 M fruktosa, ditambah 2 ml HCl pekat
Campur baik-baik dan panaskan dalam air mendidih selama 30 menit
Kemudian tambahkan 0,5 ml larutan resolsinol 5 % (dalam alcohol)
Catat perubahan warnanya

Percobaan 5 : uji jod


Teteskan larutan selulose 1 %, glikogen 1%, inulin 1%, dan amilum1% pada cawan
porselen kering
Tambahkan beberapa tetes larutan jod (0,05 N jod dalam 3% Kj)
Catat warna yang terjadi

Percobaan 6 : uji karbohidrat pada buah


Siapkan 3 macam bahan ( buah mentah, buah masak, buah lewat masak ) dikupas
kulitnya dan dicuci bersih
Ambil masing-masing 100gram bahan, diblender dan ditambah air sampai 250 ml
kemudian disaring dengan kertas saring
Filtrate yang diperoleh diuji kandungan karbohidratnya dengan uji molish, benedict,
barfoed, seliwanoff dan jod
Catat perubahan warna yang terjadi pada masing-masing bahan maupun pengujian
dan bandingkan
E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Percobaan 1 : uji denaturasi oleh pH dan panas yang ekstrim
Tabung (1) 5 ml putih telur ditambah 0,5 ml HCl setelah diletakkan pada air mendidih
selama 10 menit menggumpal paling cepat karena dipanaskan dalam air mendidih dan
pHnya yang terlalu asam sehingga akan menyebabkan kerusakan protein yang
dipengaruhi oleh enzim. pH yang terlalu ekstrim terutama pH asam akan mempercepat
proses penggumpalan protein atau disebut dengan koagulasi. Kemudian untuk
menetralkan pH asam ditambah dengan larutan NaOH.
Tabung (2) 5 ml putih telur ditambah 0,5 ml NaOH setelah diletakkan pada air
mendidih selama 10 menit menggumpal paling terakhir. Penggumpalan terjadi karena
protein dipanaskan pada suhu yang tinggi, dan pH basa yang menyebabkan proses
penggumpalan atau koagulasi berjalan paling lambat dibandingkan dengan tabung yang
lainnya. Kemudian untuk menetralkan pH basa digunakan larutan HCl.
Tabung (3) 5 ml putih telur ditambah dengan 0,5 ml air suling setelah diletakkan pada
air mendidih selama 10 menit akan menggumpal. Gumpalannya terjadi karena protein
dipanaskan dalam air mendidih. Pada tabung (3) ini reaksi penggumpalan berjalan
normal. Tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat karena pHnya netral.

Percobaan 2 : uji prespitasi dengan logam berat


Putih telur 2 ml ditambah setetes ZnSO4 encer terjadi koagulasi karena adanya
kandungan logam berat. Tetapi setelah ditambah setelah ditambah dengan ZnSO4
berlebihan gumpalannya malah semakin encer hal ini terjadi karena adanya prespitasi
dengan logam berat. Adanya ZnSO4 mengakibatkan kerusakan protein yang semakin
lama akan menyebabkan protein menggumpal. Tetapi dengan penambahan terus
menerus, gumpalan tersebut akan semakin mencair (prspitasi logam berat).

Percobaan 3 : Uji biuret


Tabung (1) 2 ml putih telur yang semula berwarna bening kemudian ditambah dengan
KOH 1% berubah bentuk menjadi padat.ditambah CuSO4 setetes bentuknya tetap padat
tetapi warnanya berubah menjadi ungu tua.
Tabung (2) 2 ml aquadest yang semula bening setelah ditambah KOH 1% warnanya
tetap bening. Kemudian setelah ditambahkan larutan CuSO4 warnanya berubah menjadi
biru keruh.
Percobaan 4 : Reaksi Ninhidrin
Tabung (1) 4 ml kasein 2% mula-mula berwarna kuning kemudian ditambah ninhidrin
warnanya berubah menjadi kuning bening. Setelah itu larutan tersebut dipanaskan
dalamair mendidih selama 2 menit dan warnanya berubah menjadi ungu tua.
Tabung (2) 4 ml glysin 0,1 N yang mula-mula berwarna putih bening setelan ditambah
ninhidrin warnanya berubah menjadi ungu. Kemudian larutan tersebut dipanaskan dalam
air mendidih selama 2 menit dan warnanya berubah menjadi biru keuguan.

Percobaan 5 : Pengujian protein dengan reaksi biuret dan reaksi ninhidrin


Percobaan 5 dengan menggunakan percobaan 3 :
Tabung (1) tepung gaplek 2 ml mula-mula berwarna putih setelah ditambah dengan
KOH 1% warnanya tetap putih bening. Kemudian ditambah larutan CuSO4 warnanya
berubah menjadi biru muda bening.
Tabung (2) beras 2 ml mula-mula berwarna putih setelah ditambah dengan KOH 1%
warnanya tetap bening. Kemudian ditambahkan CuSO4 sebanyak 5 tetes warnanya
berubah menjadi biru muda bening.
Tabung (3) kedele 2 ml mula-mula berwarna kuning setelah ditambah dengan KOH 1%
sebanyak 2 ml warnanya berubah menjadi coklat. Kemudian setelah diteteskan CuSO4
sebanyak 5 tetes warnanya berubah menjadi semakin coklat.

Percobaan 5 dengan menggunakan percobaan 4 :


Tabung (1) beras 4 ml mula-mula berwarna bening setelah ditambah ninhidrin tetap
berwarna bening. Kemudian dipanaskan dengan air mendidih selama 2 menit dan
warnanya tetap putih bening.
Tabung (2) gaplek 4 ml mula-mula berwarna putih bening, setelah ditambahkan
ninhidrin wananya tetap putih bening. Kemudian setelah dipanaskan pada air mendidih
selama 2 menit warnanya berubah menjadi coklat
Tabung (3) kedelai 4 ml ditambah dengan ninhidrin larutan berubah warna menjadi
coklat keruh dan setelah dipanakan warnanya menjadi ungu.

F. Kesimpulan
Pembentukan warna yang terjadi pada uji protein adalah karena adanya reaksi
antara gugus asam amino yang terdapat dalam protein dengan pereaksi tertentu. Reaksi
kimia tersebut menyebabkan pembentukan warna yang berbeda antara perlakuan yang
satu dengan yang lain.
E. Hasil pengamatan
Percobaan 1 : pengaruh pH terhadap aktivitas enzim diastase
Tabung (1) diisi 6 ml larutan buffer pH 4 ditambah substrat berupa larutan amilum 1%
mula-mula berwarna putih keruh, kemudian setelah ditambah enzim diastase berwarna
putih keruh dan terdapat gumpalan.
Tabung (2) diisi 6 ml larutan buffer pH 6 ditambah substrat berupa larutan amilum 1%
mula-mula berwarna putih keruh, kemudian setelah ditambah enzim diastase berwarna
kuning dan terdapat gumpalan berwarna putih.
Tabung (3) diisi 6 ml larutan buffer pH 8 ditambah substrat berupa larutan amilum 1%
mula-mula berwarna putih keruh, kemudian setelah ditambah enzim diastase berwarna
putih bening dan terdapat gumpalan di atas larutan.
Kemudian ketiga tabung tersebut diinkubasi pada suhu 40 C selama 30 menit dan
setiap 3 menit larutan diambil dan diletakkan pada cawan porselen yang nantinya
ditambah dengan Jod, warnanya adalah :

3 menit Tabung
ke- (1) (2) (3)
1 Biru kehitaman Biru sedikit kuning Biru sedikit hitam
2 Biru kekuningan Biru kekuningan Biru kekuningan
3 Biru Biru Biru kekuningan
4 Biru Biru kecoklatan Biru kekuningan
5 Biru kehitaman Biru keunguan Biru kecoklatan
6 Biru keputihan Biru muda kekuningan Biru kehitaman
7 Biru keunguan Biru kecoklatan Biru sedikit keputihan
8 Biru hitam kecokelatan Biru keunguan Biru kehitaman
9 Biru kekuningan Biru keunguan Biru kekuningan
10 Biru kehitaman Biru kehitaman Biru kehitaman

Kemudian larutan yang telah diinkubasi dibandingkan dengan :


- amilum ditambah Jod ---------> biru tua
- dekstrin ditambah Jod ---------> biru kemerahan
- glikogen ditambah Jod ---------> coklat

Sisa larutan yang telah diinkubasi pada suhu 40 C selama 30 menit diuji dengan larutan
benedict,
Pada tabung (1) terdapat gumpalan berwarna biru
tabung (2) terdapat biru bening
tabung (3) terdapat gumpalan berwarna biru
pada percobaan diatas, enzim yang diperlakukan dengan pH yang ekstrim
menyebabkan terjadinya kogulasi. Teruatama pada pH yang rendah. pH ekstrim
mengakibatkan rusaknya enzim. Enzim merupakan gugusan dari protein yang berfugsi
sebagai katalisator dalam reaksi kimia. Sehingga sifat-sifat enzim sama dengan protein
yang dapat mengalami denaturasi dan koagulasi karena pH yang ekstrim.

Percobaan 2 : pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim diastase


Tabung (1) sampai (6) diisi dengan larutan amilum 1% sebanyak 2 ml ditambah
enzim diastase 2 ml.
Tabung (1) dan (2) dipanaskan pada suhu 40 C selama 30 menit setelah itu ditambah
1 ml Jod warnanya berubah menjadi coklat bening
Tabung (3) dan (4) dipanaskan pada suhu 100 C selama 10 menit setelah itu ditambah
dengan 1 ml Jod maka warnanya berubah menjadi kuning keruh
Tabung (5) dan (6) dipanaskan pada suhu kamar selama 30 menit setelah itu
ditambahkan Jod sebanyak 1 ml warnanya berubah menjadi coklat keruh

Perubahan warna yang ditunjukkan adalah reaksi enzim yang mengalami


denaturasi karena perubahan suhu. Enzim akan terdenaturasi oleh suhu yang ekstrim,
terutama oleh suhu yang tinggi. Jika suhu terlalu tinggi, maka proses denaturasi akan
berlanjut sehingga akan terjadi penggumpalan yang disebut dengan koagulasi.

Percobaan 3 : uji amilum dari kecambah


Tabung (1) dan (2) diisi dengan amilum 1% ditambah larutan buffer pH 6 sebanyak 6
ml ditambah dengan ekstrak kacang hijau kemudian diinkubasi pada suhu 40 C selama
20 menit. Pada saat menit ke-0 warnanya kuning kebiruan. Pada saat menit ke-20
warnanya berubah menjadi biru keunguan
Tabung (3) dan (4) diisi dengan amilum 1% ditambah larutan buffer pH 6 sebanyak 6
ml ditambah ekstrak taoge, kemudian diinkubasi selama 20 menit pada air dengan suhu
40 C. Pda menit ke-0 warnanya biru kehitaman, setelah menit ke-20 berubah warna
menjadi biru semakin kehitaman.

Hasil hidrolisis amylum berupa sakarida yang sederhana dan dekstrin. Makin
lama dekstrin yang terbentuk makin kecil BM-nya. Dengan larutan Jod dapat diketahui
perubahan warna yang terjadi seiring dengan perubahan dekstrin yang dihidrolisakan.
F.Kesimpulan
Enzim merupakan katalisator dari reaksi kimia yang mengandung gugusan
peptide, sehingga memiliki sifat yang hampir sama dengan protein. Pada pengujian dalam
praktikum, dibuktikan bahwa enzim terdenaturasi oleh pH dan suhu yang ekstrim. Bahkan
rusaknya gegesan peptide yang semakin lama akan menyebabkan terjadinya koagulasi.
Pada uji amilum dari kecambah ditunjukkan warna yang terjadi bersamaan dengan
perubahan dektrin dalam polisakarida yang terhidrolisis. Hal ini ditunjukkan dengan
ditambahkannya larutan Jod yang mengindikasikan kandungan polisakarida pada suatu
bahan dengan timbulnya warna biru tua. Semakin lama dekstrin yang terbentuk, maka BM-
nya akan semakin kecil sehingga warna yang ditunjukkan akan semakin gelap medekati
biru kehijauan.

E. Hasil pengamatan dan Pembahasan


Percobaan 1 : uji ketidakjenuhan minyak
Tabung
1. 10 ml chloroform ditambah 10 ml pereaksi hubl, mula-mula berwarna ungu tua
dan tidak mau bercampur. Setelah digojok beberapa saat larutan bercampur dan
warnanya berubah menjadi merah muda. Kemudian ditambahkan asam palmitat
sebanyak satu tetes. Asam palmitat tersebut tidak mau bercampur dengan larutan
karena sifatnya yang jenuh sehingga untuk merubah warna larutan menjadi putih
bening dibutuhkan asam palmitat sebanyak 50 tetes. Saat ditambah asam palmitat
terus menerus larutan berubah menjadi hangat. Hal ini karena adanya reaksi
kimia yang terjadi di dalamnya. Jumlah tetesan yang banyak menandakan bahwa
asam palmitat merupakan golongan minyak yang bersifat jenuh.
2. 10 ml chloroform ditambah 10 ml pereaksi hubl, mula-mula berwarna ungu tua
dan tidak mau bercampur. Setelah digojok beberapa saat larutan bercampur dan
warnanya berubah menjadi merah muda. Kemudian setelah ditambahkan minyak
kelapa satu tetes warnanya berubah menjadi merah muda keruh di bagian bawah
dan putih keruh di bagian atas. Setelah itu ditambahkan minyak kelapa setetes
demi setetes sampai warnanya berubah menjadi bening. Banyaknya minyak
kelapa yang digunakan untuk berubah warna adalah sebanyak 12 tetes. Hal ini
menandakan bahwa minyak kelapa bersifat tidak jenuh.
3. 10 ml chloroform ditambah 10 ml pereaksi hubl, mula-mula berwarna ungu tua
dan tidak mau bercampur. Setelah digojok beberapa saat larutan bercampur dan
warnanya berubah menjadi merah muda. Kemudian setelah ditambahkan setetes
minyak kacang warnanya berubah menjadi merah muda bening tetapi larutan
tersebut tidak mau bercampur secara homogen. Setelah itu ditambahkan lagi
minyak kacang setetes demi setetes sampai warnanya berubah menjadi bening.
Jumlah minyak kacang yang digunakan adalah sebnyak 13 tetes. Hal ini
menandakan bahwa minyak kacang bersifat tidak jenuh, karena semakin banyak
jumlah minyak yang ditambahkan untuk berubah warna (bening), maka minyak
tersebut semakin jenuh.
4. 10 ml chloroform ditambah 10 ml pereaksi hubl, mula-mula berwarna ungu tua
dan tidak mau bercampur. Setelah digojok beberapa saat larutan bercampur dan
warnanya berubah menjadi merah muda. Perubahan warna disebabkan karena
adanya reaksi kimia yang terjadi dalam penyampuran. Kemudian setelah
ditambahkan asam stearat sebanyak satu tetes terjadi perbedaan warna yaitu
merah muda pada bagian bawah dan putih keruh di bagian atas. Setelah itu
ditambahkan lagi asam stearat sampai warnanya berubah menjadi bening, untuk
itu diperlukan asam stearat sebanyak 65 tetes. Hal ini menandakan bahwa asam
stearat bersifat jenuh.
5. 10 ml chloroform ditambah 10 ml pereaksi hubl, mula-mula berwarna ungu tua
dan tidak mau bercampur. Setelah digojok beberapa saat larutan bercampur dan
warnanya berubah menjadi merah muda. Kemudian ditambah asam oleat
sebanyak satu tetes. Asam oleat dan larutan tersebut membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk dapat bercampur dengan larutan yang lain. Setelah itu
ambahkan lagi asam oleat sampai berwarna bening. Asam oleat yang dibutuhkan
untuk berubah menjadi bening adalah sebanyak 5 tetes. Jumlah tetesan yang
sedikit untuk berubah warna menjadi bening menunjukkan bahwa asam oleat
bersifat tidak jenuh.

Percobaan 2 : uji hasil oksidasi


Tabung
(1) minyak kacang 2 ml ditambah larutan 1% plorogusinol sebanyak 2 ml minyak
kacang tidak dapat bercampur, kemudian ditambah lagi dengan larutan HCl pekat
dan digojok minyak tetap tidak dapat bercampur. Hal ini terjadi karena minyak
kacang merupakan asam lemak jenuh sehingga kurang kurang reaktif jika
direaksikan dengan larutan.
(2) 2 ml minyak kacang tengik ditambah dengan larutan 1% plorogusinol sebanyak 2
ml dapat bercampur. Hal ini karena kacang tengik mengalami oksidasi sehingga
lebih mudah bereaksi. Kemudian ditambah lagi dengan HCl pekat. Minyak
tersebut dapat bercampur.
(3) minyak kelapa 2 ml ditambah larutan 1% plorogusinol sebanyak 2 ml minyak
kelapa tidak dapat bercampur, kemudian ditambah lagi dengan larutan HCl pekat
dan digojok minyak tetap tidak dapat bercampur. Hal ini terjadi karena minyak
kelapa merupakan asam lemak jenuh.
(4) 2 ml minyak kelapa tengik ditambah dengan larutan 1% plorogusinol sebanyak 2
ml dapat bercampur. Kemudian ditambah lagi dengan HCl pekat. Minyak
tersebut tidak dapat bercampur, dan warnanya berubah menjadi coklat. Hal ini
terjadi karena minyak kelapa tengik mengalami oksidasi sehingga lebih mudah
bereaksi.

F. Kesimpulan
Asam lemak yang tidak jenuh memiliki rantai C pendek dan banyak ikatan ganda
yang menyebabkan suatu asam lemak tidak jenuh dapat direduksi, dihidrogenase,
dioksidasi, dan mengaddisi contohnya asam oleat. Sedangakan minyak yang mengandung
asam lemak dengan rantai C panjang dan memiliki sedikit ikatan ganda disebut asam
lemak jenuh, contohnya asam palmitat, asam stearat dll.
E. Hasil pengamatan dan Pembahasan
Uji Molish
Tabung
(1) Sillosa mula-mula berwarna bening ditambah 2 tetes alpha naphtol 5% berubah
warna menjadi coklat. Kemudian ditambah 3 ml HCl pekat tidak digojok
berubah warna menjadi merah dan terdapat endapan berwarna merah
kecoklatan. Endapan merah bata menunjukkan kandungan disakarida yang
terdapat dalam sillosa
(2) Glukosa mula-mula berwarna putih bening ditambah 2 tetes alpha naphtol 5%
berubah warna menjadi coklat kemerahan. Kemudian ditambah 3 ml HCl pekat
tidak digojok berubah warna menjadi putih keruh dan terdapat endapan
dibawahnya.
(3) Pati mula-mula berwarna putih ditambah 2 tetes alpha naphtol 5% berubah
warna menjadi coklat. Kemudian ditambah 3 ml HCl pekat tidak digojok
warnanya berubah menjadi putih keruh dan terdapat endapan berwarna merah
tua. Warna endapan yang semakin tua menunjukkan kandungan sakarida yang
semakin sedikit. Pati merupakan karbohidrat yang termasuk dalam golongan
oligosakarida.
(4) Furtural mula-mula berwarna kuning bening ditambah 2 tetes alpha naphtol 5%
berubah warna menjadi kuning keruh. Kemudian ditambah 3 ml HCl pekat dan
tidak digojok berubah warna menjadi kuning keruh dan terdapat endapan
berwarna merah tua.

Uji benedict
Tabung
(1) Larutan benedict 3 ml ditambah glukosa 0,01 M 1 ml kemudian digojok
warnanya yang semula biru muda berubah menjadi biru tua
(2) Larutan benedict 3 ml ditambah glukosa 0,04 M 1 ml kemudian digojok
warnanya yang semula biru muda berubah menjadi biru tua dan ada endapan
berwarna merah tua
(3) Larutan benedict 3 ml ditambah glukosa 0,02 M 1 ml kemudian digojok
warnanya yang semula biru muda berubah menjadi biru tua dan terdapat endapan
berwarna merah tua tetapi hanya sedikit

Uji barfoed
Tabung

(1) Larutan barfoed 5 ml ditambah glukosa 0,01 M mula-mula berwarna biru setelah
dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit terdapat endapan berwarna
coklat
(2) Larutan barfoed 5 ml ditambah fruktosa 0,01 M mula-mula berwarna biru setelah
dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit terdapat endapan berwarna
merah tua
(3) Larutan barfoed 5 ml ditambah laktosa 0,01 M mula-mula berwarna biru setelah
dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit terdapat endapan berwarna
merah tua
(4) Larutan barfoed 5 ml ditambah laktosa 0,03 M mula-mula berwarna biru setelah
dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit terdapat endapan berwarna
merah kecoklatan
(5) Larutan barfoed 5 ml ditambah sakarosa 0,01 M mula-mula berwarna biru setelah
dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit tidak bereaksi apa-apa dan tidak
terjadi endapan
(6) Larutan barfoed 5 ml ditambah sakarosa 0,03 M mula-mula berwarna biru setelah
dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit tidak bereaksi apa-apa dan tidak
terjadi endapan

Uji Seliwanof

Tabung

(1) Glukosa 0,01 M 2 ml ditambah 2 ml HCl pekat dicampur dan kemudian


dipanaskan dalam air mendidih selama 30 menit. Setelah dipanaskan tidak terjadi
perubahan warna, begitu juga saat ditambahkan resolsinol. Larutan tersebut tidak
berubah warna. Hal ini terjadi karena glukosa bukan merupakan oligosakarida
sehingga ketika diuji dengan uji seliwanof tidak berubah warna.
(2) Fruktosa 0,01 M 2 ml ditambah 2 ml HCl pekat dicampur dan kemudian
dipanaskan dalam air mendidih selama 30 menit. Setelah dipanaskan larutan
tersebut berubah warna menjadi kuning dan pada saat ditambahkan resolsinol
larutan berubah warna lagi menjadi coklat. Hal ini karena fruktosa merupakn
golongan oligosaakrida, sehingga ketika diuji dengan uji seliwanof larutan akan
berubah warna.

Uji Jod
- 2 tetes amilum yang semula berwarna putih bening ditambah dengan Jod 0,05 N
dalam Kj berubah warna menjadi biru tua. Hal ini terjadi karena amilum yang
merupakan polisakarida dapat mengasorbsi larutan Jodin yang menyebabkan
perubahan warna menjadi biru
- 2 tetes selulose yang semula berwarna putih bening ditambah dengan Jod 0,05 N
dalam Kj berubah warna menjadi kuning. Hal ini terjadi karena sellulose yang
merupakan polisakarida dapat mengasorbsi larutan Jodin yang menyebabkan
perubahan warna menjadi biru
- 2 tetes glikogen yang semula berwarna putih bening ditambah dengan Jod 0,05 N
dalam Kj berubah warna menjadi coklat.
- 2 tetes inulin yang semula berwarna putih bening ditambah dengan Jod 0,05 N dalam
Kj berubah warna menjadi kuning muda.

Uji karbohidrat pada buah

Dengan menggunakan uji molish


Tabung
(1) Ekstrak buah mentah 1 ml yang semula berwarna putih bening kemudian
ditetesi dengan alpha naphtol 5% berubah warna menjadi kuning kecoklatan
(2) Ekstrak buah masak 1 ml yang semula berwarna kuning kemudian ditetesi
dengan alpha naphtol 5% berubah warna menjadi coklat. Hal ini terjadi
karena kandungan karbohidratnya (sakarida) tinggi.
(3) Ekstrak buah lewat masak 1 ml yang semula berwarna orange kemudian
ditetesi dengan alpha naphtol 5% berubah warna menjadi coklat tua

Dengan uji benedict


Tabung
(1) Larutan benedict 3 ml ditambah dengan ekstrak buah mentah 1 ml semula
berwarna biru setelah dipanaskan warnanya berubah menjadi merah bata.
(2) Larutan benedict 3 ml ditambah dengan ekstrak buah matang 1 ml semula
berwarna biru setelah dipanaskan terdapat endapan berwarna merah bata
(3) Larutan benedict 3 ml ditambah dengan ekstrak buah lewat masak 1 ml semula
berwarna biru setelah dipanaskan terdapat endapan berwarna merah bata

Dengan uji barfoed


Tabung
(1) Larutan barfoed 3 ml ditambah dengan ekstrak buah mentah 1 ml semula
berwarna biru kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit.
Setelah dipanaskan larutan tersebut berubah warna menjadi hijau muda
kekuningan dan terdapat endapan berwarna merah bata
(2) Larutan barfoed 3 ml ditambah dengan ekstrak buah matang 1 ml semula
berwarna biru kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit.
Setelah dipanaskan larutan tersebut berubah warna menjadi hijau muda
kekuningan agak kemerahan dan terdapat endapan berwarna merah bata
(3) Larutan barfoed 3 ml ditambah dengan ekstrak buah lewat masak 1 ml semula
berwarna biru kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit.
Setelah dipanaskan larutan tersebut berubah warna menjadi orange kehijauan
dan terdapat endapan berwarna merah bata

Dengan uji seliwanof


Tabung
(1) Larutan seliwanof 3 ml ditambah dengan ekstrak buah mentah mula-mula
berwarna biru. Setelah ditambah dengan HCl pekat larutan berubah menjadi
hangat. Kemudian setelah dipanaskan pada air mendidih selama 30 menit
berubah menjadi gumpalan berwarna coklat muda.
(2) Larutan seliwanof 3 ml ditambah dengan ekstrak buah matang mula-mula
berwarna biru. Setelah ditambah dengan HCl pekat larutan berubah menjadi
panas. Kemudian setelah dipanaskan pada air mendidih selama 30 menit
berubah menjadi gumpalan berwarna coklat yang mengumpul dan terdapat
endapan berwarna coklat.
(3) Larutan seliwanof 3 ml ditambah dengan ekstrak buah lewat masak mula-
mula berwarna biru. Setelah ditambah dengan HCl pekat larutan berubah
menjadi agak hangat. Kemudian setelah dipanaskan pada air mendidih
selama 30 menit berubah menjadi gumpalan berwarna coklat yang tersebar
dan terdapat endapan berwarna coklat tua.

Dengan uji Jod


Tabung
(1) Ekstrak buah mentah 2 tetes yang semula berwarna putih bening ditambah
dengan larutan Jod sebanyak 2 tetesberubah warna menjadi kuning tua.
(2) Ekstrak buah matang 2 tetes yang semula berwarna kuning ditambah
dengan larutan Jod 2 tetes berubah warna menjadi jingga.
(3) Ekstrak buah lewat masak 2 tetes yang semula berwarna kuning ditambah
dengan larutan Jod 2 tetes berubah warna menjadi jingga.

Pembahasan
Pada uji seliwanof peristiwa dehidrasi ketosa menjadi furfural lebih cepat
dibanding monosakarida. Hal ini karena furfural yang terbentuk bereaksi dengan
resolsinol yang kemudian akan berubah warna menjadi merah.
Polisakarida akan mengasorbsi Jodin hingga terjadi pewarnaan. Contohnya pada amylum
dan sellulose akan memberikan warna biru, glikogen warna coklat dan inulin warna
kuning. Polisakarida juga memiliki gugus reduksi pada ujung rantai saja. Hidrolisa
amylum akan menghasilkan dekstrin dan akhirnya glukosa, sehingga warna mula-mula
dengan Jod berwarna biru lama-lama warnanya akan pudar. Kemudian akarida yang
mempuyai gugus aldehid bebas mempunyai sifat mereduksi, dibuktikan dengan uji
barfoed yang nantinya akan terbentuk endapan berwarna merah bata. Larutan barfoed
hanya dapat direduksi oleh monosakarida.
Asam sulfat pekat dapat menghidrolisa ikatan glikosidik karbohidrat menjadi
monosakarida yang selanjutnya mengalami dehidrasi dan membentuk furfural dari
derifat-derifatnya. Apabila ditambah sulvonated alpha naphtol akan membentuk endapan
berwarna merah bata.
Uji kandungan karbohidrat pada buah menunjukkan bahwa buah yang masak
lebih banyak mengandung karbohidrat dari pada buah yang mentah dan lewat masak.

F. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan disimpulkan bahwa macam-macam karbohidrat memiliki
reaksi yang berbeda pada setiap pengujian. Reaksi ini ditunjukkan dengan warna yang
berbeda, misalnya pada uji Jod kandungan pati yang tertinggi ditunjukkan dengan warna biru
tua. Pada uji molish yang digunakan untuk menganalisa kandungan sakarida, menunjukkan
adanya endapan merah bata pada bahan yang mengandung sakarida.

Anda mungkin juga menyukai