Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Filsafat pendidikan islam

Dosen Pengampu

Dr. H. `ISROFIL AMAR, M.Ag

Oleh

SUPRIYO

PROGAM PASCA SARJANA


JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
2017
filsafat pend. islam

TUGAS DAN FUNGSI PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Jhon Dewey pernak menyatakan bahwa : education is the process

without end, pendidikan itu adalah suatu proses tanpa akhir. Sejalan

dengan strategi pendidikan yang secara universal ditetapkan perserikatan

bangsa-bangsa sebagai life long education pendidikan sepanjang hayat.

Dengan demikian tugas dan fungsi pendidikan berlangsung secara kontinu

dan berkesinambungan bagaikan spiral yang sambung menyambung sari

satu jenjang ke jenjang yang yang lain yang bersifat progresif mengikuti

kebutuhan manusia dalam bermasyarakat secara luas.

2. Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Apa saja tugas-tugas pendidikan?

b. Apa fungsi pendidikan?


3. Batasan pembahasan

Dari rumusan diatas, maka dapat dibatasi dari pokok pembahasannya

sebagai berikut:

a. Membahas tentang tugas-tugas pendidikan.

b. Menjelaskan fungsi pendidikan.


BAB II

PEMBAHASAN

TUGAS DAN FUNGSI PENDIDIKAN

Tugas dan fungsi pendidikan itu bersasaran pada manusia yang senantiasa

tumbuh dan berkembang mulai dari periode kandungan ibu sampai

meninggal dunia.

2.1. Tugas Pendidikan

Tugas pendidikan dapat dibedakan dari fungsinya sebagai berikut:

a. Tugas pendidikan adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan

dan perkembangan kehidupan anak didik dari satu tahap ketahap lain

sampai meraih kemampuan yang optimal.

Bimbingan dan pengarahan tersebut menyangkut potensi predisposisi

(kemampuan dasar) serta bakat manusia yang mengandung kemungkinan-

kemungkinan yang berkembang kearah kematangan yang optimal. Potensi

atau kemungkinan berkembang dalam diri manusia itu baru dapat

berlangsung dengan baik bila mana diberi kesempatan yang cukup baik dan

favorable untuk berkembang melalui pendidikan yang terarah. Kemampuan

potensial pada diri manusia baru aktual dan fungsional bila disediakan

kesempatan untuk muncul dan berkembang dengan menghilangkan segala

gangguan yang dapat menghambatnya. Hambatan-hambatan mental dan


spiritual banyak corak dan jenisnya, seperti hambatan pribadi dan hambatan

sosial, yang berupa hambatan emosional dan lingkungan masyarakat yang

tidak mendorong kepada kemajuan pendidikan dan sebagainya.

2.2. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan

tugas pendidikan tersebut dapat berjalan lancar. Penyediaan fasilitas ini

mengandung arti dan tujuan bersifat struktural dan institusional.

Arti dan tujuan struktural menuntut terwujudnya struktur organisasi yang

mengatur jalannya proses kependidikan, baik dilihat dari segi vertikal

maupun dari segi horisontal, dan dimana faktor-faktor pendidikan dapat

berfungsi secara interaksional (saling pengaruh mempengaruhi satu sama

lain) yang berarah tujuan kepada pencapaian tujuan pendidikan yang

diinginkan.

Arti dan tujuan institusional mengandung implikasi bahwa proses

kependidikan yang terjadi didalam struktur organisasi itu di lembangkan

untuk lebih menjamin proses pendidikan itu berjalan secara konsisten dan

berkesinambungan mengikuti kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan

manusia yang cenderung kearah tingkat kemampuan yang optimal. Oleh

karena itu terwujudlah dari berbagai jenis dan jalur pendidikan yang firmal

dan nonformal dalam masyarakat, yang akomodatif terhadap


kecenderungan tersebut.

Bentuk bentuk (struktur) organisasi dan institusi kependidikan yang pernah

dan masih ada berkembang dalam masyarakat muslim, dapat kita kenal

suatu sistem pendidikan islam. Sistem-sistem kependidikan islam tersebut

pada umumnya terpisah dari satu dengan yang lainnya dalam pengertian

kurikuler, sebagaimana halnya sistem pendidikan klasik non formal zaman

sahabat bernama al-kuttab dimana pelajaran membaca kitab suci al-quran,

tidak ada kaitan kurikuler dengan sistem kependidikan yang lain seperti

halaqah dan zawiyah yang berlangsung di masjid-masjid atau di sudut

amsjid pada waktu itu. Apalagi bila dihubungkan dengan sistem pendidikan

ynag berbentuk Shalunat Al Adabijjah yang lebih bersikap diskusif tentang

masalah-masalah kebudayaan daripada mengandung implikasi

kependidikan secara sengaja kepada pesertanya. Maka sistem-sistem

demikian tampak terpisah satu dari yang lainnya. Lebih-lebih bila dilihat

dari segi pendidikan modern maka sistem pendidikan islam yang pernah

melembaga itu dapat dikatakan sebagai bukan sebagai sistem pendidikan

institusional terpadu, melainkan institusi kependidikan yang bersifat

atomistis yang dilembagakan tanpa adanya kaitan dengan mata rantai

kurikuler progresif seperti dalam sistem pendidikan yang berjenjang dan

taman kanak-kanak sampai keperguruan tinggi.

Di indonesia sistem pendidikan yang paling tua diantara sistem pendidikan


yang ada dan masih berkembang sampai kini adalah pondok pesantren dan

sejenisnya seperti dayah di aceh, surau disumatra barat, rangkang di cirebon

dan sebagainya. Sistem ini dilihat dari segi perspektif pendidikan modern

dianggap unik, karena lembaga ini dalam melaksanakan proses

kependidikan tidak mendasarkan diri pada kurikulum, tidak terdapat sistem

jenjang, metode yang dipakai unik, karena tidak didapatkan disekolah-

sekolah biasa, yaitu metode pengajian, sorogan maupun weton, serta

metode mengajar secara verbalistik.

Namun secara institusional, lembaga pendidikan pada umumnya dan

lembaga pendidikan islam pada khususnya, pada dasarnya berfungsi utama

untuk melaksanakan transmisi (perpindahan) dan transformasi (pengoperan

atau pengalihan) nilai kebudayaan islam serta kebudayaan pada

umumnyadari generasi ke generasi, dimana didalamnya terdapat unsur-

unsur dan nilai-nilai kemanusiaan dan keadaban yang secara slektif sangat

diperlukan bagi kesinambungan hidup islam dan umat islam didunia ini.

Proses transmisi dan transformasi kulturaal tersebut hanya dapat

berlangsung secara mantap dan progresif, bilamana diarahkan melalui

proses kependidikan dalam lembaga-lembaga yang terorganisasikan secara

struktural dan institusional itu.

Pada hakikatnya, dilihat dari segi identitas sosiokultural muslim,

pendidikan merupakan alat pembudayaan (enkultrasi) umat manusia yang


paling diperlukan diantara keperluan hidupnya, meskipun pendidikan itu

sendiri padamulanya timbul dan berkembang dari sumber kultural itu

sendiri.

Sebagai suatu alat, pendidikan merupakan suatu aplikasi dari apa yang kita

sebut kebudayaan, yang posisinya tidak netral, melainkan selalu bergantung

pada siapa dan bertujuan apa pendidikan itu dilakdanakan. Maka disinilan

pentingnya falsafah pendidikan islam yang harus berfungsi sebagai

pengarah secara tepat penggunaan pendidikan dalam mencapai sasarannya

yang longitudinal. Resultante (hasil) yang diperoleh pendidikan bersifat

lebih crucial (rawan) dalam hal tiodak cepat dapat dilihat dan diniknati

serta bilamana terjadi kesalahan-kesalahan tidak mudah diubah/ diperbaiki.

Tidak sama halnya dengan resultante dari usaha dibidang lainnya yang

bersifat teknologis dan material. Dengan mengingat hal-hal tersebut,

diperlukanlah suatu pandangan dasar yang akan dapat melandasi dan

menuntun proses pendidikan dasar tersebut, yaitu tidak lain adalah falsafah

pendidikan itu sendiri.pada akhirnya sebagai hamba tuhan yang diberi

kelengkapan berupa potensi psikologis berupa akal budi, kemauan dan

perasaan yang diciptakan oleh tuhan untuk berdaya cipta, berdaya karsa,

serta berdaya rasa dalam hidup bermasyarakat yang dilandasi iman dan

taqwanya serta harmonisasi, proses kependidikan senantiasa ditentukan

oleh manusia sendiri dalam pengertian teknis edukatif.


Dr. Muhammad S.A. Ibrahimy, sarjana pendidikan islam Bangladesh,

dalam salah satu penerbitan mass media islamic Gazatte, tahun 1983yang

lalu menguraikan tentang wawasan dan pengertian serta jangkauan

pendidikan islam, bahwa Islamic Education in true sense of the term, is a

system of education which enables a man to lead his life according to the

islamic ideology, so thet he may easily mould his life in accordance with

tenets of islam ... the scope of islamic education has bin changing at

different of science and theology, its scope has also widened.

Pendidikan islam menurut pandangannya, dalam pengertian sebenarnya,

adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat

mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi islam (citra islami)

sehingga ia dengan mudah dapat membentuk kehidupan dirinya sesuai

dengan ajaran islam. Ruang lingkup pendidikan islam telah mengalami

perubahan menurut tuntutan waktu yang berbeda-beda.

Sejalan dengan tuntutan zaman dan perkembangan ilmu dan teknologi,

ruang lingkup pendidikan islam itu juga makin meluas.

Pendidikan islam sebagai alat pembudayaan dan masyarakat. Dengan

demikian, memiliki watak lentur terhadap perkembangan aspirasi

kehidupan manusia sepanjang zaman. Watak demikian, dengan tanpa

menghilangkan prinsip-prinsip nilai yang mendasarinya. Pendidikan islam

mampu mengakomodasi tuntutan hidup manusiadari zaman kezaman,


termasuk tuntutan dibidang ilmu dan teknologi.

Khusus berkaitan dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi,

pendidikan islam bersikap mengarahkan dan mengendalikannya, sehingga

nilai fundamental yang bersumber dari iman dan taqwa kepada allah SWT,

dapat berfungsi di kehidupan manusia yang menciptakan ilmu dan

teknologi itu. Iman dan taqwanya menjiwai ilmu dan teknologi yang

diciptakan. Sehingga penggunaannyapun diarahkan kepada upaya

menciptakan kesejahteraan hidup umat manusia, bukan untuk

menghancurkannya.

Karena iman dan taqwa kepada allah SWT, pada hakikatnya adalah

merupakan rujukan tingkah laku manusia yang memancarkan getaran hati

nurani manusia (conscience) yang berkecenderungan kearah

perikemanusiaan. Dengan demikian, manusia muslim hasil pendidikan

adalah manusia yang berkemampuan menguasai dan menciptakan ilmu dan

teknologi pada khususnyadan sistem budaya hidupnyaberdasarkan nilai-

nilai islami yang berorientasi pada kesejahteraan hidup didunia untuk

meraih kebahagiaan hidup dialam baka.

Islam yang hendak diwujudkan dalam perilaku manusia melalui proses

kependidikan bukanlah semata-mata sistem teologinya saja, melainkan

lebih dari itu. Yaitu termasuk peradabannya yang sempurna. Oleh karena

itu, islam berhadapan dengan segala bentuk kemajuan atau


kemodernisasimasyarakat, tidaklah akan mengalami shock ideal mengingat

wataknya yang lentur dan akomodatif terhadap segala perkembangan dan

kemajuan itu diserap seraya menyeleksi nilai-nilainya untuk disesuaiakn

dengan islam atau diberi makna islami.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tugas pendidikan adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan

dan perkembangan kehidupan anak didik dari satu tahap ketahap lain

sampai meraih kemampuan yang optimal.

2. Fungsi pendidikan adalah menyediakan fasilitas yang dapat

memungkinkan tugas pendidikan tersebut dapat berjalan lancar. Penyediaan


fasilitas ini mengandung arti dan tujuan bersifat struktural dan institusional.

DAFTAR PUSTAKA

Nurcholis Madjid, Khasanah Intlektual Islam, Pt Bulan Bintang, Jakarta

1994

Ahmad Daudy, Kuliah filsafat Islam, Pt Bulan Bintang, Jakarta, 1989

Arfifin Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam. PT Bumi Aksara.. Jakarta,

2005

Ahmad Tafsir, Filsafat pendidikan Islam, Pt Remaja Rosda, Bandung,


2006

Hasyimsyah, Filsafat Islam, Gaya Gramedia Pratama, Jakarta 1999

Diposting oleh MANBA'UL ULUUM GS di 03.25

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Anda mungkin juga menyukai