HEPERTENSI
NAMA : IJAR
NIM : 16163043
CI LAHAN CI INSTITUSI
(....) ()
A. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg ( Smeltzer, 2001).
Menurut Price (2005) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang artinya
tekanan darah. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah
suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
di atas 90 mmHg.
B. Etiologi
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka
menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya.
Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder). (
Smeltzer, 2001).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya
adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). ( Smeltzer, 2001)
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada
1. Penyakit Ginjal
b. Pielonefritis
c. Glomerulonefritis
d. Tumor-tumor ginjal
2. Kelainan Hormonal
a. Hiperaldosteronism
b. Sindroma Cushing
c. Feokromositoma
3. Obat-obatan
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin
d. Eritropoietin
e. Kokain
f. Penyalahgunaan alkohol
4. Penyebab Lainnya
a. Koartasio aorta
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti umur,
jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong
bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi. (Smeltzer, 2001).
merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap
timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi
saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf
parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas. (Price, 2005)
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten
(tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh
stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. (Price, 2005)
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan
dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi
dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi
esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. (Smeltzer,
2001).
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. (Price, 2005)
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan
diastolik turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori yang lebih
tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang dilakukan pada setiap
dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal. (Smeltzer, 2001).
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat
jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai
"normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi
tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal.
Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir
setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang
hypertension/PIH) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya reversible setelah
bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi peningkatan curah jantung dan TPR.
Selama kehamilan normal volume darah meningkat secara drastis. Pada wanita sehat,
hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan TPR berkurang pada
kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak terjadi penurunan
secara langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat
dari gangguan imunologik yang mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya
bagi wanita dan dapat menyebabkan kejang, koma, dan kematian. (Smeltzer, 2001).
G. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA RS
Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah diantaranya :
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack
(TIA).
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran USU,
menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab
hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium,
3. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium
dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi),
A. Pengkajian
2. Sirkulasi
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk
Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis ; perbedaan denyut seperti denyut
femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal,
tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah. Frekuensi/irama : takikardia berbagai
disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran ventrikel
kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer) ; pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda
(vasokonstriksi)
3. Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah kronik
Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik cepat,
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); kandungan tinggi kalori.
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu);
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun
dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ). Episode kebas/kelemahan pada satu
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir,
atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan /atau
ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada
(feokromositoma)
8. Pernafasan
(krekles/mengi). Sianosis.
9. Keamanan
posturnal.
penyakit serebrovaskular/ginjal.
4. Memaksimalkan
pernafasan dan
menurunkan kerja
otot pernafasan
2 Gangguan perfusi Setelah diberikan 2.1. Pantau TD, catat 1. Normalnya
serebral asuhan keperawatan adanya hipertensi autoregulasi
berhubungan diharapkan Perfusi sistolik secara terus mempertahankan
dengan penurunan jaringan serebral pasien menerus dan tekanan aliran darah otak
suplai oksigen kembali efektif, dengan nadi yang semakin yang konstan pada
otak kriteria hasil : berat. saat ada fluktuasi TD
1. GCS normal ( 15 ) 2.2. Pantau frekuensi sistemik. Kehilangan
2. Nilai TIK dalam batas jantung, catat adanya autoregulasi dapat
normal ( 0-15 mmHg Bradikardi, Tacikardia mengikuti kerusakan
) atau bentuk Disritmia kerusakan
3. TTV normal ( RR 16- lainnya. vaskularisasi serebral
20 ) 2.3. Pantau pernapasan lokal/menyebar.
meliputi pola dan 2. Perubahan pada ritme
iramanya (paling sering
2.4. Catat status neurologis Bradikardi) dan
dengan teratur dan Disritmia dapat
bandingkan dengan timbul yang
keadaan normalnya mencerminkan
2.5. Berikan obat anti adanya
hipertensi depresi/trauma pada
batang otak pada
pasien yang tidak
memiliki kelainan
jantung sebelumnya.
3. Napas yang tidak
teratur dapat
menunjukkan lokasi
adanya gangguan
serebral dan
memerlukan
intervensi yang lebih
lanjut.
4. Pengkajian
kecenderungan
adanya perubahan
tingkat kesadaran
adalah sangat
berguna dalam
menentukan lokasi
penyebaran/luasnya
dan perkembangan
dari kerusakan
serebral.
5. Efektif dalam
menurunkan tekanan
3 Penurunan curah Setelah diberikan 3.1 Pantau TD. Ukur pada1. Perbandingan dari
jantung asuhan keperawatan kedua tangan untuk tekanan memberikan
berhubungan diharapkan curah evaluasi awal. gambaran yang lebih
dengan jantung pasien mulai Gunakan ukuran lengkap tentang
Peningkatan normal dengan criteria manset yang tepat dan keterlibatan/ bidang
afterload, hasil : teknik yang akurat. masalah vaskular.
vasokontriksi 1. tidak adanya sianosis 3.2 Catat keberadaan, 2. Denyutan karotis
pembuluh darah. 2. CRT < 2 dtk kualitas denyutan ,jugularis,radialis dan
3. Akral hangat sentral dan perifer femoralis mungkin
4. RR Normal ( 16-20 3.3 Auskultasi tonus terpalpasi. Denyut
x/mnt) jantung dan bunyi pada tungkai
5. Tidak ada bunyi nafas mungkin menurun,
jantung tambahan 3.4 Amati warna kulit, mencerminkan efek
6. GCS normal (E,V,M = kelembaban, suhu dan dari vasokontriksi (
15) masa pengisian kapiler peningkatan SVR )
7. Haluaran urine dalam 3.5 Pertahankan dan kongesti vena
batas normal (400 ml / pembatasan aktivitas 3. S4 umum terdengar
24 jam) warna kuning seperti istirahat di pada pasien
jernih. tempat tidur/ kursi, hipertensi berat
jadwal periode istirahat karena adanya
tanpa gangguan, bantu hipertrofi atrium.
pasien melakukan Adanya krakel, mengi
aktivitas perawatan diri dapat
sesuai kebutuhan mengindikasikan
3.6 Berikan lingkungan kongesti paru
tenang, nyaman, sekunder terhadap
kurangi aktivitas / terjadinya atau gagal
keributan lingkungan. jantung kronik
Batasi
4. jumlah Adanya pucat,
pengunjung dan dingin, kulit lembab
lamanya tinggal. dan masa pengisian
3.7 Kolaborasi : kapiler lambat
Berikan obat-obat mungkin berkaitan
sesuai indikasi seperti dengan vasokontriksi
Diuretik dan tiazid atau mencerminkan
dekompensasi/penuru
nan curah jantung.
5. Menurunkan stres
dan ketegangan yang
mempengaruhi
tekanan darah dan
perjalanan penyakit
hipertensi
6. Membantu untuk
menurunkan rangsang
simpatis;
meningkatkan
relaksasi.
7. Tiazid mungkin
digunakan sendiri
atau dicampur dengan
obat lain untuk
menurunkan TD pada
pasien dengan fungsi
ginjal yang relatif
normal. Diuretik ini
memperkuat agen-
agen antihipertensi
lain dengan
membatasi retensi
cairan. Vasodilator
menurunkan aktivitas
kontriksi arteri dan
vena pada ujung saraf
simpatik.
4 Nyeri akut / kronis Setelah diberikan 4.1 Kaji derajat nyeri 1. Mengetahui derajat
berhubungan asuhan keperawatan 4.2 Pertahankan tirah nyeri yang dirasakan
dengan diharapkan Nyeri pasien baring selama fase pasien dan
peningkatan berkurang dengan akut mempermudah
tekanan vascular kriteria hasil : 4.3 Berikan tindakan intervensi
serebral dan 1. Mengungkapkan nonfarmakologi untuk2. Meminimalkan
iskemia miokard metode yang menghilangkan sakit stimulasi/meningkatk
memberikan kepala atau nyeri dada an relaksasi
pengurangan misal, kompres dingin3. Tindakan yang
2. Mengikuti regimen pada dahi, pijat menurunkan tekanan
farmakologi yang punggung dan leher, vaskular serebral dan
diresepkan teknik relaksasi yang memperlambat/
3. Skala nyeri 0-1 (panduan imajinasi, memblok respon
4. Wajah tidak meringis / distraksi) dan aktivitas simpatis efektif
wajah nampak rileks waktu senggang. dalam menghilangkan
5. Menyatakan nyeri
4.4 Minimalkan aktivitas sakit kepala dan
berkurang vasokontriksi yang komplikasinya.
dapat meningkatkan4. Aktivitas yang
sakit kepala misalnya, meningkatkan
mengejan saat BAB, vasokontriksi
batuk panjang, menyebabkan sakit
membungkuk. kepala pada adanya
4.5 Kaji tanda-tanda vital penigkatan tekanan
4.6 Kolaborasi : vaskular serebral.
Analgesik,Antiansietas5. Mengetahui keadaan
mis, lorazepam, umum pasien.
diazepam Peningkatan tanda-
tanda vital
mengindikasikan
nyeri belum dapat
terkontrol.
6.
Menurunkan/mengon
trol nyeri dan
menurunkan rangsang
sistem saraf simpatis.
5 Kelebihan volume Setelah diberikan 5.1 Awasi denyut jantung,1. Tacikardi dan
cairan asuhan keperawatan TD, CVP hipertensi terjadi
berhubungan diharapkan pasien 5.2 Catat pemasukan dan karena kegagalan
dengan edema menunjukkan pengeluaran secara ginjal untuk
keseimbangan volume akurat. mengeluarkan urine,
cairan dengan kriteria 5.3
: Awasi berat jenis urine pembatasan cairan
1. Masukan dan haluaran5.4 Timbang tiap hari berlebih selama
seimbang dengan alat dan mengobati
2. BB stabil pakaian yang sama hipovolemia/hipotens
3. Tanda vital dalam 5.5 Kaji kulit, wajah area i atau perubahan fase
rentang normal ( N : 70 tergantung untuk oliguri gagal ginjal
80 x mnt, R : 16 20 edema dan perubahan pada
x /mnt, S : 36 37,2, T5.6
: Berikan obat sesuai renin-angiotensin.
120 / 80 mmHg) indikasi (diuretik) 2. Perlu untuk
4. Oedema tidak ada menentukan fungsi
gnjal, kebutuhan
penggantian cairan
3. Mengukur
kemampuan ginjal
untuk
mengkonsentrasikan
urine
4. Penimbangan berat
badan harian adalah
pengawasan status
cairan terbaru.
Peningkatan berat
badan lebih dari 0,5
kg per hari diduga
ada retensi cairan.
5. Edema terjadi
terutama pada
jaringan yang
tergantung pada
tubuh contoh :
tangan, kaki, area
lumbosakral
6. Membantu dalam
pengeluaran cairan
6 Intoleransi Setelah diberikan 6.1 Kaji respon pasien 1. Menyebutkan
aktivitas asuhan keperawatan terhadap aktivitas, parameter membantu
berhubungan diharapkan pasien dapat perhatikan frekuensi dalam mengkaji
dengan Kelemahan berpartisipasi dalam nadi lebih dari 20 kali respons fisiologi
umum dan aktivitas yang per menit di atas terhadap stres
ketidakseimbangan diinginkan/diperukan frekuensi istirahat, aktivitas dan bila ada,
antara suplai dan dengan kriteria hasil : peningkatan tekanan merupakan indikator
kebutuhan oksigen1. Melaporkan darah yang nyata dari kelebihan kerja
peningkatan dalam selama /sesudah yang berkaitan
toleransi aktivitas yang aktivitas, dpsnea atau dengan tingkat
dapat diukur nyeri dada, keletihan aktivitas.
2. Menunjukkan dan kelemahan yang 2. Teknik menghemat
penurunan dalam tanda- berlebihan, diaforesis, energi mengurangi
tanda intoleransi pusing atau pingsan penggunaan energi,
fisiologi 6.2 Instruksikan pasien juga membantu
tentang teknik keseimbangan antara
penghematan energi , suplai dan kebutuhan
misalnya oksigen.
menggunakan kursi 3. Mengidentifikasi
saat mandi, duduk saat sejauh mana
menyisir rambut atau kemampuan pasien
menggosok gigi, dalam melakukan
melakukan aktivitas aktivitas dan prwt
dengan perlahan diri.
6.3 Kaji sejauh mana 4. Kemajuan aktivitas
aktivitas yang dapat bertahap mencegah
ditoleransi peningkatan kerja
6.4 Mendorong jantung tiba-tiba.
kemandirian dalam Memberikan bantuan
melakukan aktivitas hanya sebatas
kebutuhan hanya
akan mendorong
kemandirian dalam
melakukan aktivitas
7 Gangguan persepsi Setelah diberikan 7.1 Kaji kemampuan 1. Untuk
sensori : tindakan keperawatan, melihat pasien mengidentifikasi
penglihatan diharapkan pengelihatan
7.2 Berikan kompres kemampuan melihat
berhubungan pasien semakin hangat pada mata dan menyusun
dengan penekanan membaik, dengan 7.3 Bantu kebutuhan rencana tindakan.
saraf optikus criteria : pasien dalam rentang 2. Meningkatkan
1. Menyatakan pasien mengalami vaskularisasi pada
pengelihatan semakin penurunan area mata
membaik pengelihatan 3. Menghindari resiko
2. Visus normal ( 6/6 ) 7.4 Kolaborasi dalam cidera dan kesalahan
3. Refraksi mata baik pemeriksaan mata dan intepretasi yang dapat
4. Tidak ada disorientasi penggunaan alat bantu mengancam jiwa
waktu, orang dan pengelihatan pasien
tempat 4. Menghindari
disorientasi waktu,
orang dan tempat
8 Risiko cedera Setelah diberikan 8.1Jauhkan dari benda- 1. Meminimalkan
berhubungan asuhan keperawatan benda tajam risiko cedera
dengan penurunan diharapkan pasien tidak8.2Berikan penerangan 2.yg Meminimalkan
kesadaran , mengalami cidera cukup terjadinya benturan
penglihatan ganda dengan kriteria hasil :8.3Usahakan lantai tidak3. Meminimalkan klien
( diplopia ) 1. Pasien tidak mengalami licin dan basah jatuh
cedera. 8.4Pasang side rail 4. Menghindari klien
2. Tidak 8.5Anjurkan pada terjatuh pada saat
keluarga klien untuk istirahat
selalu menemani klien5. Untuk meningkatkan
dalam beraktivitas menjaga keamanan
9 PK : Gagal Setelah diberikan 1.1 Pantau adanya tanda 1. Pemantauan,
Jantung tindakan keperawatan, tanda gagal jantung penanganan sedini
diharapkan pasien tidak
1.2 Kolaborasi dengan mungkin dan
mengalami gagal dokter bagian dalam ( mencegah kerusakan
jantung jantung) lebih lanjut
1. Nadi 70 80 x/mnt 2. Pemberian therapi
2. Nyeri tidak ada sedini mungkin
3. Sianosis tidak ada dengan pertimbangan
therapi yang tepat
akan mampu m
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta : EGC
Chung, E.K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh
Petrus Andryanto, Jakarta : EGC
Doenges,M. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit
Kanisius
Marvyn, Leonard. 1995. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta :
Penerbit Arcan
NANDA.2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: definisi dan Klasifikasi.
Jakarta : EGC.