Anda di halaman 1dari 13

HAKIKAT KEBERAGAMAN DAN

KESETARAAN
Mata Kuliah ISBD

KELOMPOK 5

Disusun oleh:

1. Miftahul Avidatur Rohmah (201110340311027)


2. Muhammad Nur Ridho (201110340311028)
3. Ahmad Muhajir (201110340311029)
4. Irdianti Dwi Cahyani (201110340311030)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas hakekat keberagaman dan kesetaraan, kemajemukan dalam
dinamika sosial budaya, keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya bangsa,
problematika kesetaraan gender.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada semuapihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Malang, 01 Oktober 2011

Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................... iii
1) BAB 1 PENDAHULUAN
a) Latar Belakang ............................................................................
b) Rumusan masalah ......................................................................
c) Tujuan permasalahan .................................................................
2) BAB II ISI ...........................................................................................
a) Hakikat keberagaman dan kesetaraan pada manusia ................
b) Kemajemukan dalam dinamika social budaya ............................
c) Keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya bangsa
d) Problematika kesetaraan gender ................................................
e) Pengaruh keragaman dan kesetaraan bagi manusia secara social dan budaya
3) BAB III PENUTUP ...............................................................................
a) Kesimpulan..................................................................................
b) Penutup ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada hakikatnya Allah SWT menciptakan manusia dengan sifat dan latar belakang yang
berbeda-beda meski saudara kembar sekalipun. Perbedaan ini menyebabkan terjadinya keberagaman,
yang manakala akan menimbulkan sebuah kesetaraan, misalnya kesetaraan gender. Keragaman dan
kesetaraan tersebut merupakan salah satu bagian dari kekayaan sosial budaya bangsa, yang
didalamnya juga tak jarang terjadi suatu kemajemukan dinamika sosial budaya.
Dengan seiring berjalannya waktu perkembangan zaman, Keragaman dan kesetaraan
diharapkan tidak hanya menimbulkan problematika dalam dinamika sosial budaya, tetapi juga
mempunyai solusi yang terbaik dalam dinamika sosial budaya serta memberikan pengaruh positif
terhadap bidang-bidang lain. Yangmana hal tersebut diharapkan dapat menghasilkan sebuah
pemikiran baru yang akan melahirkan suatu karya cipta yang bermanfaat bagi kemaslahatan manusia.

B. RUMUSAN MASALAH
Pengaruh apa saja yang diberikan oleh keragaman dan kesetaraan bagi kehidupan manusia
secara sosial dan budaya?

C. TUJUAN PERMASALAHAN
Tujuan dari permasalahan ini adalah mengkaji pengaruh yang diberikan oleh keragaman dan
kesetaraan bagi kehidupan manusia secara sosial dan budaya.
BAB II

ISI

A. HAKIKAT KEBERAGAMAN DAN KESETARAAN PADA MANUSIA


Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dibandingkan
makhluk ciptaan Allah yang lain. Dikatakan paling sempurna karena manusia dibekali akal sekaligus
nafsu. Meskipun manusia mempunyai nafsu tetapi yang paling berperan adalah akal. Akal ini
bertujuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, akal juga sebagai alat untuk
berfikir, berhitung, dan berkreasi sehingga kerja sama antara keduanya sangat diperlukan dalam
kehidupan manusia.

Pada hakekatnya manusia adalah makhluk monopluralis yaitu makhluk yang terdapat banyak
keragaman dalam dirinya. Keragaman-keragaman manusia tersebut diantaranya:

Pada hakekatnya manusia adalah makhluk monopluralis yaitu makhluk yang terdapat banyak
keragaman dalam dirinya. Keragaman-keragaman manusia tersebut diantaranya:

Susunan kodrat manusia adalah mempunyai dua dimensi yaitu:

a. Jasmani
Sebagai bodi/badan atau rangka, yang terlihat oleh indera kita.

b. Rohani
Ruh atau yang mengisi dan menjalankan badan tersebut. Di mana dalam dimensi rohani
manusia terdapat cipta, rasa, dan karsa.

Susunan kodrat manusia adalah mempunyai dua dimensi yaitu:

Manusia dikatakan sebagai makhluk individu karena setiap manusia tercipta


dengan kepribadian, keunikan, serta kekurangan dan kelebihan masing-masing sehingga
setiap individu manusia berbeda-beda dan memiliki ciri khas masing-masing.

a. Makhluk sosial
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena manusia tidak dapat hidup
sendiri. Setiap manusia saling membutuhkan untuk dapat melangsungkan hidupnya.
1. Kedudukan kodrat
Dalam kodratnya manusia memiliki kedudukan sebagai:

a. Makhluk pribadi
Sebagai makhluk pribadi manusia mempunyai hak dan kewajiban. Dalam
menjalankan hak dan kewajiban ini haruslah berlandaskan moral dan tanggung jawab
sehingga dapat berjalan seimbang sebagaimana mestinya.

b. Makhluk Tuhan
Sebagai makhluk tuhan manusia memiliki kewajiban beribadah kepada Allah
SWT serta segala sesuatu tindakan manusia akan diminta pertanggung jawaban oleh
Allah. Selain mempunyai hakekat hidup, manusia juga memiliki sifat-sifat, diantaranya
yaitu:

1) Sebagai makhluk yang berakal.


2) Sebagai makhluk yang berbahasa.
3) Sebagai makhluk yang beragama.

Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas yang disandang.
Kesetaraan merupakan hal yang inheren yang dimiliki manusia sejak lahir. Setiap individu memiliki
hak-hak dasar yang sama yang melekat pada dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut dengan hak
asasi manusia.
Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata dengan adanya
pranata-pranata sosial, terutama pranata hukum, yang merupakan mekanisme kontrol yang secara
ketat dan adil mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip-prinsip kesetaraan dalam kehidupan
nyata. Kesetaraan derajat individu melihat individu sebagai manusia yang berderajat sama dengan
meniadakan hierarki atau jenjang sosial yang menempel pada dirinya berdasarkan atas asal rasial,
sukubangsa, kebangsawanan, atau pun kekayaan dan kekuasaan.

B. KEMAJEMUKAN DALAM DINAMIKA SOSIAL BUDAYA


Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan masyarakat majemuk.
Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakat majemuk (plural society)
pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya
adalah berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan
sosial dan tergabung dalam sebuah satuan politik.
Konsep masyarakat majemuk Furnivall di atas , dipertanyakan validitasnya sekarang ini sebab telah
terjadi perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Usman Pelly (1989) mengkategorikan masyarakat majemuk di suatu kota berdasarkan dua hal, yaitu
pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.

Secara horizontal, masyarakat majemuk, dikelompokkan berdasarkan:

1. Etnik dan ras atau asal usul keturunan.


2. Bahasa daerah.
3. Adat Istiadat atau perilaku.
4. Agama.
5. Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.

Secara vertical, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan:

1. Penghasilan atau ekonomi.


2. Pendidikan.
3. Pemukiman.
4. Pekerjaan.
5. Kedudukan social politik.

Keragaman atau kemajemukkan, masyarakat terjadi karena unsur-unsur seperti ras, etnik, agama,
pekerjaan (profesi), penghasilan, pendidikan, dan sebagainya. Pada bagian ini akan diulas tentang
kemajemukan masyarakat Indonesia karena unsur-unsur ras dan etnik.

1. Ras

Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza. Pertama kali istilah ras diperkenalkan
Franqois Bernier, antropolog Prancis, untuk mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia
berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah. Setelah itu, orang lalu menetapkan
hierarki manusia berdasarkan karakteristik fisik atau biologis.
Berdasarkan karakter biologis, pada umumnya manusia dikelompokkan dalam berbagai ras. Manusia
dibedakan menurut bentuk wajah, rambut, tinggi badan, warna kulit, mata, hidung, dan karakteristik fisik
lainnya. Jadi, ras adalah perbedaan manusia menurut berdasarkan ciri fisik biologis. Ciri utama pembeda
antarras antara lain ciri alamiah rambut pada badan, warna alami rambut, kulit, dan iris mata, bentuk
lipatan penutup mata, bentuk hidung serta bibir, bentuk kepala dan muka, ukuran tinggi badan. Misalnya,
ras Melayu secara umum bercirikan sawo matang, rambut ikal, bola mata hitam, dan berperawakan badan
sedang. Ras negro bercirikan kulit hitam dan berambut keriting.
Ciri-ciri yang menjadi identitas dari ras bersifat objektif atau somatik. Secara biologis, konsep ras
selalu dikaitkan dengan pemberian karakteristik seseorang atau sekelompok orang ke dalam suatu
kelompok tertentu yang secara genetik memiliki kesamaan fisik, seperti warna kulit, mata, rambut,
hidung, atau potongan wajah. Pembedaan seperti itu hanya mewakili faktor tampilan luar.
Di dunia ini dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat klasifikasi ras atas
tiga kelompok, yaitu kaukasoid, Negroid, dan Mongoloid. Sedangkan Koentjaraningrat (1990) membagi
ras di dunia ini dalam 10 kelompok, yaitu Kaukasoid, Mongoloid, Negroid, Australoid, Polynesia,
Malenesia, Micronesia, Ainu, Dravida, dan Bushmen.
2. Etnik atau suku bangsa

Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok sosial atau kesatuan hidup
manusia yang memiliki sistem interaksi, yang ada karena kontinuitas dan rasa identitas yang
mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri.
F. Baart (1988) menyatakan etnik adalah suatu kelompok masyarakat yang sebagian besar secara
biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai budaya, membentuk jaringan
komunikasi dan interaksi sendiri dan menentukan sendiri ciri kelompok yang diterima kelompok lain dan
dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.
Bila merujuk pendapat F. Baart di atas, identitas kesukubangsaan antara lain dapat dilihat dari
unsur-unsur suku bangsa bawaan (etnictraits). Ciri-ciri tersebut meliputi natalitas (kelahiran) atau
hubungan darah, kesamaan bahasa, kesamaan adat istiadat, kesamaan kepercayaan (religi), kesamaan
mitologi, dan kesamaan totemisme.
Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan jumlah etnik yang besar.
Berapa persis jumlah etnik di Indonesia sukar ditentukan. Sebuah buku pintar Rangkuman Pengetahuan
Sosial Lengkap menuliskan jumlah etnik atau suku bangsa di Indonesia ada 400 buah (Sugeng HR, 2006).
Klasifikasi dari suku bangsa di Indonesia biasanya didasarkan sistem lingkaran hukum adat. Van
Vollenhoven mengemukakan adanya 19 lingkaran hukum adat di Indonesia (Koentjaraningrat, 1990).
Keanekaragaman kelompok etnik ini dengan sendirinya memunculkan keanekaragaman kebudayaan di
Indonesia. Jadi, berdasarkan klasifikasi etnik secara nasional, bangsa Indonesia adalah heterogen.

C. KERAGAMAN DAN KESETARAAN SEBAGAI KEKAYAAN SOSIAL BUDAYA BANGSA


Keragaman berasal dari kata ragam yang artinya; tingkah laku, macam, jenis, lagu (musik,
langgam), warna (corak, ragi), laras (ling, tata bahasa). Sehingga keragaman berarti perihal beragam-
ragam (berjenis-jenis).
Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam
berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat kesopanan, serta
situasi ekonomi.
Kesetaran adalah suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada manusia tetap
memiliki satu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki.

a) Unsur-unsur keragaman dalam masyarakat Indonesia:

1. Suku Bangsa dan Ras


Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke sangat beragam.
Sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya pengelompokan besar manusia yang memiliki ciri-
ciri biologis lahiriah yang sama seperti rambut, warna kulit, ukuran-ukuran tubuh, mata, ukuran
kepala, dan lain sebagainya.
2. Agama dan Keyakinan
Agama mendukung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia.Ikatan yang dimaksud
berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat
ditangkap dengan pancaindra.
Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain:
a. Berfungsi edukatif: ajaran agama secara yuridis berfungsi menyeluruh dan melarang
b. Berfungsi penyelamat
c. Berfungsi sebagai perdamaian
d. Berfungsi sebagai social control
e. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
f. Berfungsi sebagai transformative
g. Berfungsi kreatif
h. Berfungsi sublimatif

3. Ideologi dan Poklitik


Ideologi adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang berpengaruh kuat terhadap tingkah
laku.
Politik adalah usaha untuk menegakkan ketertiban sosial.

4. Tata Krama
Tata krama adalah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai
kaidah atau norma tertentu.

5. Kesenjangan Ekonomi
Bagi sebagian negara berkembang, perekonomian akan menjadi salah satu perhatian yang akan
terus di tingkatkan.

6. Kesenjangan Sosial
Kesenjagan sosial dapat terlihat dan dirasakan dengan jelas dengan adanya penggolongan oaring
berdasarkan kasta.
D. PROBLEMATIKA KESETARAAN GENDER
Secara Umum, pengertian gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan
apabila dilihat dari nilai dan tingkat laku. Dalam Women studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender
adalah konsep cultural, berupaya membuat perbedaan dalam hal peran,perilaku,mentalitas dan
karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.

Hubungan yang sub-ordinasi tersebut di alami oleh kaum perempuan di seluruh dunia karena hubungan
yang sub-ordinasi tidak saja di alami oleh masyarakat yang sedang berkembang seperti masyarakat
Indonesia,namun juga di alami oleh masyarakat Indonesia,namun juga di alami oleh masyarakat Negara-
negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat dan Lainnya. Keadaan yang demikian tersebut di
karenakan adanya pengaruh dari ideologi patriarki yakni ideology yang menempatkan kekuasaan pada
tangan laki-laki dan ini terdapat diseluruh dunia.

Subording atau Penomor duaan ialah Sikap atau tindakan masyarakat yang menempatkan perempuan
pada posisi yang lebih rendah di banding laki-laki di bangun atas dasar keyakinan satu jenis kelamin, di
anggap lebih penting atau lebih utama di banding yang lain.

SURAT Al NISA DAN KESETARAAN GENDER

Al Quran secara umum dan dalam banyak ayatnya telah membicarakan relasi gender, hubungan
antara laki- laki dan perempuan, hak- hak mereka dalam konsepsi yang rapi, indah dan bersifat adil. Al
Quran yang diturunkan sebagai petunjuk manusia, tentunya pembicaraannya tidaklah terlalu jauh dengan
keadaan dan kondisi lingkungan dan masyrakat pada waktu itu. Seperti apa yang disebutkan di dalam Q.s.
Al- Nisa, yang memandang perempuan sebagai makhluk yang mulia dan harus di hormati, yang pada
satu waktu masyarakat Arab sangat tidak menghiraukan nasib mereka.

Surat Al Nisa benar- benar memperhatikan kaum lemah, yang di wakili oleh anak- anak yatim,
orang-orang yang lemah akalnya, dan kaum perempuan.

Maka , pada ayat pertama surat al-Nisa kita dapatkan , bahwa Allah telah menyamakan kedudukan laki-
laki dan perempuan sebagai hamba dan makhluk Allah, yang masing- masing jika beramal sholeh , pasti
akan di beri pahala sesuai dengan amalnya. Kedua-duanya tercipta dari jiwa yang satu, yang
mengisyaratkan bahwa tidak ada perbedaan antara keduanya. Semuanya di bawah pengawasan Allah serta
mempunyai kewajiban untuk bertaqwa kepada-Nya .

Kesetaraan yang telah di akui oleh Al Quran tersebut, bukan berarti harus sama antara laki- laki
dan perempuan dalam segala hal. Untuk menjaga kesimbangan alam , harus ada sesuatu yang berbeda,
yang masing-masing mempunyai fungsi dan tugas tersendiri. Tanpa itu , dunia, bahkan alam ini akan
berhenti dan hancur. Oleh karenanya, sebgai hikmah dari Allah untuk menciptakan dua pasang manusia
yang berbeda, bukan hanya pada bentuk dan postur tubuh serta jenis kelaminnya saja, akan tetapi juga
pada emosional dan komposisi kimia dalam tubuh. Hal ini akibat membawa efek kepada perbedaan
dalam tugas ,kewajiban dan hak. Dan hal ini sangatlah wajar dan sangat logis. Ini bukan sesuatu yang di
dramatisir sehingga merendahkan wanita, sebagaimana anggapan kalangan feminis dan ilmuan Marxis.
Tetapi merupakan bentuk sebuah keseimbangan hidup dan kehidupan, sebagiamana anggota tubuh
manusia yang berbeda- beda tapi menuju kepada persatuan dan saling melengkapi.Oleh karenanya, suatu
yang sangat kurang bijak, kalau ada beberapa kelompok yang ingin memperjuangkan kesetaraan antara
dua jenis manusia ini dalam semua bidang.
Al Quran telah meletakkan batas yang jelas dan tegas di dalam masalah ini, salah satunya adalah
ayat- ayat yang terdapatdi dalam surat al Nisa. Terutama yang menyinggung konsep pernikahan poligami,
hak waris dan dalam menentukan tanggungjawab di dalam masyarakat dan keluarga.

E. PENGARUH KERAGAMAN DAN KESETARAAN BAGI MANUSIA SECARA SOSIAL DAN


BUDAYA
a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali memiliki kebudayaan
yang berbeda.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat
nonkomplementer.
c. Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang lain.
d. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok lain.

BAB III
PENUTUP
A . KESIMPULAN

Keterbukaan , kedewasaan sikap, pemikiran global yang bersifat inklusif, serta kesadaran
kebersamaan dalam mengarungi sejarah, merupakan modal yang sangat menentukan bagi terwujudnya
sebuah bangsa yana Bhineka Tunggal Ika. Menyatu dalam keragaman,dan beragam dalam kesatuan.
Segala suatu bentuk kesenjangan didekatkan, segala keragaman dipandang sebagai kekayaan
Bangsa milik bersama. Sikap inilah yang perlu dikembangkan dalam pola piker masyarakat untuk menuju
Indonesia Raya Merdeka.

B . PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini. Tidak ada gading yang tak retak, tentunya makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan
berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.

Daftar pustaka
http://ahmadzain.wordpress.com/2007/03/14/kesetaraan-gender-1/

http://pt-br.facebook.com/topic.php?uid=168726619656&topic=13015

http://pendidikan-emaagustina.blogspot.com/2011/05/ckemajemukan-dan-kesetaraan-
sebagai.html

http://pt-br.facebook.com/topic.php?uid=168726619656&topic=13015

Anda mungkin juga menyukai