Anda di halaman 1dari 19

BAB II LANDASAN

TEORI

2.1. LTE
LTE (Long Term Evolution) adalah teknologi jaringan telekomunikasi
berkecepatan tinggi dengan standar yang telah diterapkan oleh 3GPP (Third
Generation Partnership Project) sebagai penerus teknologi jaringan seluler 3G.
Menurut Rumney (2008), meskipun belum memenuhi seluruh standar teknologi
4G (Fourth Generation), namun LTE dipasarkan dengan nama 4G LTE. LTE
merupakan penerus dari teknologi jaringan telekomunikasi 3G, seperti WCDMA
(Wide Band CDMA) dan HSPA (High Speed Packet Access).

Sumber:
MTS Long Term Evollution LTE Tahun 2012
ikasi
Gambar 2.1. Evolusi Teknologi Jaringan Telekomun
Menurut 3GPP (2013), LTE bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan
kecepatan pengiriman data, menggunakan spektrum yang tidak pernah digunakan
sebelumnya, mengurangi biaya pengiriman data, dan menyederhanakan arsitektur
jaringan seluler. Arsitektur jaringan yang lebih sederhana menyebabkan perangkat
node-node yang terhubung pada jaringan LTE menjadi lebih sedikit dibandingkan
jaringan 3G. LTE memiliki keunggulan sebagai berikut :

II-1
1. Kecepatan transfer data hingga 100 Mbps Downlink & 50 Mbps Uplink.
2. Latensi transfer data yang lebih rendah ~10 ms.
3. Ukuran bandwidth yang lebih besar dan fleksibel, mulai dari 1.4 MHz, 3
MHz, 5 MHz, 10 MHzm, 15 MHz dan 20 MHz.
4. Dapat melayani user yang bergerak dengan kecepatan hingga 500 km/h.
5. Jangkauan cell yang lebih jauh hingga 100 km.
6. Menggunakan protokol IP (Internet Protocol) dalam pengiriman data.
7. Arsitektur jaringan yang lebih sederhana.

2.1.1. Arsitektur Jaringan LTE


Jaringan LTE yang disebut sebagai SAE (System Architec ture Evolution)
hanya terdiri atas dua bagian, yaitu EPC (Evolved Packet Core) & E-UTRAN
(Evolved UMTS Terrestrial Radio Access Network).

Sumber: An Introduction to LTE Tahun 2012


Gambar 2.2. Arsitektur Jaringan LTE

Gambar diatas merupakan gambar arsitektur jaringan LTE secara sederhana.


EPC terdiri dari 3 komponen berikut:

II-2
1. Serving Gateway (S-GW)
2. Packet Data Network Gateway (P-GW)
3. Mobility Management Entity (MME).
Bagian E-UTRAN hanya terdiri dari komponen Evolved Node B (eNB). User
Equipment (UE) merupakan perangkat yang digunakan user untuk berkomunikasi
dengan jaringan LTE melalui komponen eNB. UE dapat berupa
handphone/smartphone, tablet, laptop, atau perangkat lain yang dilengkapi
dengan network adapter LTE.
Alur kerja hubungan downlink LTE dimulai dari P-GW hingga ke UE. Pada
tahap awal, paket data yang berasal dari jaringan di luar jaringan LTE masuk
LTE melalui P-GW. Menurut Poikselk a et al. (201
ke jaringan 2: 16), P-
GW berfungsi
menangani paket-paket data, menetapkan peraturan/i zin paket
data, penyaring
an paket data, pemotongan aliran paket data, dan meng hubungkan
UE kepada j
aringan yang berada di luar jaringan LTE yang biasa diseb ut sebagai
IMS (IP Multi
media Subsystem), IMS dapat berupa jaringan operator seluler
ataupun jaringan
nternet. iP-GW juga merupakan pintu masuk dan pintu ke luar
bagi setiap paketakan
a yang dat dikirimkan dari UE, ataupun paket data yan g
akan diterima
UE. W berfungsi sebagai meneruskan paket data antara e
S-GE hanya boleh terhubung kepada satu S-GW. MME ad NB dan P-GW,
setiap U ungsi menangani pensinyalan radio seperti mendeteksi alah komponen
yang berflacak keberadaan UE, menangani proses pendaftara status aktivitas
UE, me n UE sebagai
pelanggan dari sebuah operator jaringan seluler, yaitu dengan berkomunikasi
dengan HSS, menangani autentikasi UE sebagai pelanggan.
HSS (Home Subscriber Server) adalah server yang berfungsi sebagai pusat
penyimpanan informasi data pelanggan dari operator jaringan seluler, seperti
informasi langganan data yang dimiliki user, nomor pelanggan, dlsb.
eNB adalah komponen yang menangani pengelolaan radio resource dan
transmisi data langsung kepada UE, proses transmisi data dilakukan dengan
menggunakan gelombang radio. Penggunaan gelombang radio sebagai media
II-3
transmisi data menyebabkan dibutuhkannya pengelolaan radio resource yang
tepat agar semua UE dapat terlayani dengan maksimal (Poikselk a et al., 2012).

Komponen Keterangan
Berfungsi sebagai end device yang digunakan user untuk mengirim
UE dan menerima data, dapat berupa handphone/smartphone, tablet,
laptop, dlsb.
Berfungsi menangani transmisi data dari dan kepada UE. eNB juga
eNB berfungsi mengelola radio resource atau bandwidth yang digunakan
dalam proses transmisi data ke UE.
Berfungsi mengatur pensinyalan radio, ketika UE berpindah posisi
atau melakukan perpindahan eNB, mengidentifikasi status aktivitas
MME
UE, melacak keberadaan UE, melakukan proses pendaftaran UE,
dlsb.
Berfungsi menyimpan informasi yang berkaitan dengan UE sebagai
pelanggan operator seluler, seperti nomor pelanggan dan langganan
HSS
data, melakukan otorisasi dan autentikasi terhadap UE yang akan
mengakses jaringan LTE, dlsb.
Berfungsi sebagai router yang meneruskan paket data ke UE,
S-GW
sebagai jembatan antara eNB & P-GW.
Berfungsi mengatur keluar masuknya paket data daridan ke jaringan
yang berada di luar LTE (IMS), menetapkan peraturan/izin paket
P-GW
data, melakukan penyaringan paket data, pemotongan aliran paket
data, dlsb.
Tabel 2.1.Keterangan Komponen SAE

2.1.2. Hubungan Downlink eNB dan UE


Menurut Cox et al. (2012: 2), Hubungan downlink antara eNB dan UE
adalah hubungan komunikasi satu arah yang dimana eNB berperan sebagai pengirim
paket data dan UE sebagai penerima paket data. Transmisi data dilakukan
melalui proses layering pada lapisan protokol LTE.

II-4
Sumber: Downlink Packet Scheduling in LTE CellularNetworks: Key Design Issues and a Survey Tahun 2012

Gambar 2.3. Lapisan Protokol Downlink LTE

2.2. Lapisan Protokol LTE


Menurut Sesia et al. (2011), Proses transmisi data pada jaringan LTE
dilakukan melalui pensinyalan radio dan pengiriman/penerusan paket data yang
dibagi ke dalam 3 lapisan, yaitu lapisan L3, L2 dan L1. Lapisan L3 berfungsi
menangani proses pensinyalan radio dari awal hingga akhir proses transmisi data.
Lapisan L2 berfungsi mengolah data, agar data yang ditransmisikan dapat sampai
ke tujuan. Lapisan L1 berfungsi mentransmisikan data kepada UE.

II-5
2.2.1. Lapisan L3
Lapisan L3 adalah lapisan yang berfungsi menangani pensinyalan radio
selama proses transmisi data dilakukan. Lapisan L3 terdiri dari 1 sub-layer RRC
(Radio Resource Control). RRC berfungsi mendukung terjadinya proses transmisi
data, termasuk dalam menyediakan hubungan antara eNB dan UE, dan menangani
proses perpindahan cell atau eNB (Sesia et al., 2011: 58).
Sebelum eNB dapat mentransmisikan data, terlebih dahulu dilakukan
pembangunan koneksi antara eNB dan UE, RRC membangun koneksi tersebut
menggunakan radio bearer. Radio bearer adalah gelombang radio yang digunakan
untuk menghubungkan komponen-komponen jaringan LTE dan juga berfungsi
sebagai media transmisi data (Cox et al., 2012).
Radio bearer sebagai media transmisi data juga berfung si memisahkan
paket-paket data berdasarkan tujuan dan QoS (Quality of Service) masing-masing
paket dat a. Bearer mengklasifikasikan paket data berdasarkan prioritas, delay
maksimum, packet loss rate dengan menggunakan QCI (QoS C lass Identifier).
Paket-paket data yang dipisahkan ke dalam radio bearer selanjutny a diteruskan ke
lapisan L2.

QCI P rioritas Delay Packet Loss Rate Layanan


1 2 100 102 Conversational VoLTE
Conversational Video (live
2 4 150 103
streaming)
Non-Conver sational Video
3 5 300 106
(buffered streaming)
4 3
3 50 10 Real Time Gaming
6
5 1 100 10 IMS Signalling
Voice, Video (live streaming),
6 7 100 103
interactive gaming
6
7 6 300 10 Video (buffered streaming)
TCP based (e.g., WWW, e-
8 8 300 106
mail), chat, FTP
6
9 9 300 10 P2P file Sharing
Tabel 2.2. Bearer berdasarkan Class Paket Data

II-6
2.2.2. Lapisan L2
Lapisan L2 adalah lapisan yang berfungsi mengolah paket-paket data yang
diterima dari lapisan aplikasi dan melakukan pendistribusian resource radio
kepada UE. Lapisan L2 terdiri dari 3 sub-layer PDCP, RLC, MAC yang memiliki
fungsi sebagai berikut :

Gambar 2.4. Kompresi paket data pada lapisan L2 & L1 protokol LTE

2.2.2.1. PDCP
Sub-layer PDCP (Packet Data Convergence Protocol) berfu ngsi melakukan
kompresi/dekompresi header paket data, melakukan pemecah an paket data
ciphering/de-ciphering untuk memberikan keamanan pada setiap paket data yang
akan ditransmisikan. Pada eNB, PDCP juga berfungsi melakuka n penghapusan
paket data yang melewati batas delay maksimum dalam dafta r antrian pada
lapisan MAC (MAC queue). Paket data hasil kompresi PDCP PDU (Packet Data
Unit) selanjutnya diteruskan ke lapisan RLC (Sesia et al., 2011: 87).

2.2.2.2. RLC
Sub-layer RLC (Radio Link Control) berfungsi melakukan
segmentasi/penggabungan paket data PDCP PDU ke dalam bentuk RLC PDU
agar dapat dibaca oleh sub-layer MAC/PDCP. Pada eNB, RLC juga berfungsi
melakukan proses deteksi data duplikat dan proses penyusunan ulang paket data,
paket data duplikat dan daftar pengiriman yang tidak berurutan disebabkan oleh

II-7
proses re-transmisi data yang dilakukan oleh modul HARQ pada sub-layer MAC
(Sesia et al., 2011). Setelah data sampai ke UE, apabila ditemukan data duplikat,
maka RRC akan megecek data berdasarkan nomor urut dan menghapus data
tersebut. Fungsi deteksi dan penyusunan tersebut dijalankan pada RLC Entity.

2.2.2.3. MAC
Sub-layer MAC (Medium Access Control) berfungsi melakukan kompresi
data ke dalam bentuk Transport Block agar data dapat dibaca oleh sub-layer
Physical. MAC juga berfungsi dalam proses pendistribusian radio resource ke
semua paket data. Sub-layer MAC terdiri dari beberapa modul, yaitu AMC,
Packet Scheduler, HARQ (Sesia et al., 2011).
1. AMC (Adaptive Modulation and Coding) adalah modul yang berfungsi
memetakan nilai CQI yang diterima UE ke dalam nilai MC S (Modulation
Coding Scheme) yang akan digunakan dalam proses transmisi data. Pemetaan
nilai CQI terhadap MCS dapat dilihat pada tabel 2.3.
2. Packet Scheduler adalah modul yang berfungsi dalam proses pendistribusian
radio resource dengan menentukan proses pengiriman data be rdasarkan radio
resource yang tersedia, penjelasan lebih lanjut dilakukan pada poin 2.4.1
Pengalokasian Resource Block.
3. HARQ (Hybrid Automatic Repeat reQuest) adalah modul yang b erfungsi dalam
proses transmisi & re-transmisi data, menerima dan me mproses pesan
ACK/NACK.

2.2.3. Lapisan L1
Menurut Capozzi et al. (2012), lapisan L1 terdiri dari sub-layer Physical, yang
berfungsi melakukan pengiriman data dengan menggunakan frekuensi radio
channel. Sebelum data ditransmisikan, data di-modulasi/de-modulasi ke dalam
gelombang radio berdasarkan paket data dan informasi yang diterima dari PDSCH
dan PDCCH.
Setelah data dimodulasikan ke gelombang radio, data dikirimkan melalui
frekuensi radio channel yang berasal dari radio resource/bandwidth. Pada LTE,

II-8
pengiriman data melalui frekuensi radio channel dilakukan dengan menggunakan
teknik OFDM. OFDM membagi-bagi bandwidth dalam bentuk frekuensi dan waktu
(Capozzi et al., 2012).

2.3. OFDM
OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah teknik
pengiriman data menggunakan gelombang radio, OFDM bekerja dengan membagi
bandwidth ke dalam bentuk frekuensi dan waktu sub-channel dan frame. OFDM
memungkinkan data dengan jumlah yang besar dapat dikirimkan dalam waktu
yang sing kat, namun OFDM hanya dapat melayani 1 UE dalam s atu waktu. Pada
hubungan downlink, LTE menggunakan teknik OFDMA (Orthog onal Frequency
Division Multiple Access) dalam pengiriman data (Capozzi et al., 2012).
OFDMA merupakan teknik pengiriman data OFDM yang an
memungkinkan
pengirimdata dapat dilakukan kepada banyak UE dala n. m waktu yang
bersamaaTeknik OFDM menghasilkan kumpulan sub-channel dan frame yang
disebut sebagai resource grid (Capozzi et al., 2012). Satuan fr ekuensi dalam
resource grid disebut sebagai sub-channel yang bernilai 180 k Hz dan satuan
waktu disebut sebagai frame yang bernilai 10 ms.

Sumber: Downlink Packet Scheduling in LTE CellularNetworks: Key Design Issues and a Survey Tahun 2012

Gambar 2.5. Arsitektur Resource Grid

II-9
Resource grid terdiri dari kumpulan beberapa resource block. Resource
block merupakan blok radio resource yang memiliki satuan frekuensi bernilai 15
kHz yang disebut sebagai sub-carrier dan satuan waktu bernilai 71.4 microsecond
yang disebut sebagai OFDM symbol. Satu resource block terdiri dari 12 sub- carrier
dan 7 OFDM symbol. Setiap 1 sub-carrier dan 1 OFDM symbol
membentuk 1 resource element.

Gambar 2.6. Arsitektur Resource Block


Pengiriman paket data flow membutuhkan pengalokasian sej umlah resource
block. Jumlah resource block yang dibutuhkan dalam pengiri gman satu flow
tergantundari ukuran data flow tersebut dan nilai CQI dari UE yang akan
menerima flow tersebut (Capozzi et al., 2012). Jumlah da ta yang dapat
ditransmisikan satu resource element bergantung pada teknik modulasi MCS
(Modulation Code Scheme) yang digunakan. MCS terdiri dari 3 jenis, yaitu :
1. QPSK (2 bit)
2. 16QAM (4 bit)
3. 64QAM (6 bit)
Proses penentuan teknik modulasi MCS dilakukan berdasarkan
penghitungan nilai CQI yang dilakukan oleh modul AMC (Adaptive Modulation
and Coding) pada sub-layer MAC (Ahson et al., 2009).

II-10
CQI Modulation Maximum Number of Bits Efficiency
0 - - -
1 QPSK 2 0.1523
2 QPSK 2 0.2344
3 QPSK 2 0.377
4 QPSK 2 0.6016
5 QPSK 2 0.877
6 QPSK 2 1.1758
7 16QAM 4 1.4766
8 17QAM 4 1.9141
9 18QAM 4 2.4063
10 19QAM 4 2.7305
11 64QAM 6 3.3223
12 65QAM 6 3.9023
13 66QAM 6 4.5234
14 67QAM 6 5.1152
15 68QAM 6 5.5547
Tabel 2.3. Penghitungan Nilai MCS
Jumlah resource block yang dapat digunakan bergantung pada jumlah
bandwidth yang tersedia, pemetaan bandwidth terhadap r esource block
ditunjukkan pada tabel berikut :

Total Bandwidth Resource Block Sub-carriers


1.4 MHz 6 72
3 MHz 15 180
5 MHz 25 300
10 MHz 50 600
15 MHz 75 900
20 MHz 100 1200
Tabel 2.4. Pemetaan Bandwidth terhadap Resource Block

2.4. Pengalokasian Resource Block


Fungsi eNB sebagai pengelola radio resource adalah melakukan
pendistribusian radio resource ke dalam setiap flow paket data yang akan
dikirimkan ke UE (Sesia et al., 2011). Setiap pengiriman data flow membutuhkan
pengalokasian resource block.
Terbatasnya jumlah resource block yang dapat dialokasikan kepada setiap
flow menyebabkan diperlukannya strategi algoritma pengalokasian yang tepat,
agar resource block dapat digunakan dengan optimal dan UE mendapatkan

II-11
kualitas layanan yang maksimal. Algoritma pengalokasian resource block disebut
sebagai packet scheduler.

2.4.1. Packet Scheduler


Menurut Fu et al. (2013), packet scheduler adalah algoritma yang digunakan
untuk mengalokasikan resource block ke semua UE, packet scheduler bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bandwidth, dan memberikan layanan data
kepada UE dengan standar QoS dan tingkat keadilan fairness yang
dibutuhkan.

Sumber: Downlink Packet Scheduling in LTE CellularNetworks: Key Design Issues and a Survey Tahun 2012

Gambar 2.7. Proses Pendistribusian Resource B lock


Proses pendistribusian resource block terhadap flow dapat dijelaskan,
sebagai berikut (Capozzi et al., 2012):
1. eNB menerima paket-paket data yang akan dikirimkan ke UE, setiap
paket data dipisahkan oleh bearer berdasarkan QCI dan diteruskan ke sub-
layer PDCP hingga ke sub-layer MAC.
2. Sub-layer MAC menerima daftar paket-paket data flow yang akan
dikirimkan ke UE, dan daftar resource block yang dapat dialokasikan.
Setiap flow memiliki keterangan tentang QoS paket data, nomor antrian
dan nilai CQI yang diperoleh UE yang dituju.

II-12
3. Nilai CQI selanjutnya diproses modul AMC sehingga menghasilkan tipe
MCS yang akan digunakan dalam pengiriman data.
4. Packet scheduler melakukan penghitungan nilai metric terhadap setiap
flow dan resource block yang akan dialokasikan.
5. Resource block dialokasikan kepada flow yang memiliki nilai metric
tertinggi, selanjutnya informasi tentang flow & resource block dan jenis
MCS yang akan digunakan dalam pengiriman data diteruskan ke
PDCCH (Physical Downlink Control Channel).
6. PDCCH menjalankan fungsinya, yaitu memberi informasi kepada UE
tentang flow yang akan diterima, MCS yang akan digunakan dalam
pengiriman data, dan resource block/frekuensi yang a kan digunakan
dalam transmisi data.

2.4.1.1. Maximum Throughput


Maximum Throughput (MT) adalah packet scheduler yang bertujuan
memaksimalkan throughput dalam cell, dengan cara mengaloka sikan resource
block kepada UE yang dapat menerima througput tertinggi atau d engan kata lain,
UE yang memiliki nilai data rate terbaik (Capozzi et al., 2012) . Penghitungan
nilai data rate dapat diperoleh dari pemetaan CQI ke nilai efficiency, lihat tabel
2.3.

Dimana :
m = nilai metric
i = flow ke-i
k = resource block ke-k
d = data rate yang dapat diterima
t = waktu penghitungan metric

II-13
Resource
Flows
Block

Metric

Max
Datarate?

Schedule

Gambar 2.8. Flowchart Packet Scheduler MT

2.4.1.2. Proportional Fair


Proportional Fair (PF) adalah packet scheduler yang bertujuan
memaksimalkan throughput cell sekaligus meningkatkan nilai keadilan fairness.
PF menghitung nilai metric berdasarkan penghitungan nilai dat ut
a rate dan nilai
throughprata-rata yang diperoleh dari penghitungan metric ter akhir
a pada flow
yang sam(Capozzi et al., 2012).

Dimana :
m = nilai metric
i = flow ke-i
k = resource block ke-k
d = data rate yang dapat diterima
R = throughput rata-rata
t = waktu penghitungan metric
r = data rate yang telah diterima

II-14
Resource
Flows Block

Metric : Data
rate, Past
Average TP

Metric
Priority

Highest
Priority?

Schedule

Gambar 2.9. Flowchart Packet Scheduler PF


Apabila perhitungan metric dilakukan untuk yang pertama kalinya, maka
nilai rata -rata throughput yang diperoleh dari penghitungan metric terakhir
bernilai 1 (Capozzi et al., 2012).

2.5. VoLTE
VoLTE (Voice over LTE) adalah layanan suara bersifat real-time yang
berjalan menggunakan paket data berbasis IP (Internet Protocol) pada jaringan
LTE. VoIP adalah layanan suara bersifat real-time yang berjalan pada jaringan paket
data berbasis IP.
Menurut Spirent (2012), meskipun VoIP dan VoLTE memiliki perbedaan
dari segi teknologi, namun secara konseptual layanan suara VoIP yang berjalan pada
jaringan LTE dapat disebut sebagai VoLTE.

II-15
Teknologi VoIP VoLTE
Jaringan 2G/3G 4G
Dibuat 1990s 2000s
Pengguna Web, VoIP phone Modern smartphone
Kualitas PLR tinggi ketika jaringan Bandwidth dan kecepatan
dipenuhi trafik data transfer data yang lebih tinggi
Jangkauan Luas (2G/3G) 4G, masih dikembangkan
Tabel 2.5. Perbedaan VoIP dan VoLTE
Layanan suara dan layanan paket data pada jaringan sebelumnya 3G
dikelola oleh dua sistem yang berbeda, yaitu Circuit Switch Domain, dan Packet
Switch Domain. Penyederhanaan arsitektur pada jaringan LTE menyebabkan
layanan suara dan layanan paket data dikelola oleh satu sistem yang disebut EPC.
Perbedaan sistem yang digunakan memungkinkan kualitas laya nan suara yang
dihasilkan menjadi berbeda.
Menurut Anehill et al. (2012), layanan suara yang dihasilkan oleh teknologi
LTE dituntut harus menghasilkan nilai kualitas rata-rata MOS yang lebih baik atau
sama dengan kualitas suara yang dihasilkan 3G, yaitu sebesar 3.5.

2.5.1. MOS dengan E-Model (ITU-T. G107)


Menurut Olariu et al. (2012), MOS (Mean Opinion Score) adalah metode
numerik bersifat subjektif digunakan untuk mengidentifikasi kuali tas performansi
layanan suara. Nilai kualitas MOS ditunjukkan dari angka 1 hingga 5:
1. 1 Sangat Buruk, tidak dapat berkomunikasi sama sekali.
2. 2 Buruk, suara yang dihasilkan tidak jelas hampir tidak dapat
berkomunikasi.
3. 3 OK, suara dapat didengar, namun sedikit tidak jelas dan delay
4. 4 Baik, suara jelas, namun ada sedikit delay
5. 5 Sangat Baik, percakapan dilakukan seperti tatap muka
Penghitungan MOS dengan metode E-Model dipengaruhi oleh nilai faktor
performansi jaringan atau disebut sebagai R-Faktor (R). Nilai R-Faktor
dipengaruhi oleh delay, packet loss ratio yang dihasilkan jaringan dalam proses

II-16
pengiriman data dan codec yang digunakan dalam kompresi paket data.
Penjelasan lebih lanjut dilkukan pada bab 4.

2.5.2. Codec
Menurut Cisco (2006), Codec (Compressor/de-compressor) adalah
algoritma yang digunakan dalam proses kompresi suara analog ke dalam bentuk
paket-paket data. Setiap codec membutuhkan kecepatan transfer data bitrate tertentu
dalam proses pengiriman data, sebagai contoh codec G.729 bekerja dengan
bitrate 8.4 kbps, sedangkan codec G.107 bekerja dengan bitrate 64 kbps.

2.6. LTE-Sim
LTE-Sim merupakan software simulasi jaringan downlink LTE yang bersifat
open so urce. LTE-Sim pertama kali dipublikasikan oleh Gius oeppe Piro dan
FrancescCapozzi et al. sebagai LTE network simulator pada tahu n 2010 melalui
paper yang dituliskan pada IEEE (Piro et al., 2010).
Berikut ini beberapa keuntungan penggunaan LTE-Sim seb agai simulator
jaringan downlink LTE:

1. Mudah digunakan
2. Didukung bahasa pemrograman C++ yang mudah dipahami pengguna
3. Didukung dengan jenis-jenis paket data & packet scheduler yang
bervariasi
4. Representasi dukungan grafik.

2.6.1. Arsitektur Dasar LTE-Sim


LTE-Sim berjalan pada bahasa pemrograman C++. File simulasi dan
skenario di-compile secara bersamaan, file simulasi menghasilkan objek simulasi,
namun file skenario tidak menghasilkan fille objek skenario, sehingga diperlukan
script simulasi untuk menjalankan LTE-Sim dengan menggunakan skenario.

II-17
Gambar 2.10. Arsitektur Dasar LTE-Sim
Setelah simulasi dijalankan, setiap kejadian yang terjadi selama proses
simulasi terekam pada file sim. Dari file sim tersebut dapat dipero leh grafik hasil
analisis dan gambar dari topologi simulasi yang telah dijalankan. Beberapa tool
yang membantu kinerja LTE-Sim adalah Matlab dan Gnuplot, m atlab digunakan
untuk menghasilkan gambar topologi simulasi, Gnuplot untuk me nghasilkan graf
dari hasilanalisis simulasi yang telah dilakukan.
LTE-Sim telah banyak digunakan dalam penelitian seja k pertama kali
dipublikasika, namun LTE-Sim masih memiliki beberapa k eterbatasan &
kekurangan, seperti:
1. Menggunakan rekaman kejadian selama simulasi dijalankan untuk
pengumpulan data.
2. Hanya mendukung simulasi antara komponen eNB dan UE.
3. Waktu simulasi yang cukup lama untuk skenario jaringan yang besar
4. Tidak adanya dukungan animasi untuk mengetahui kerja simulasi secara
langsung.

II-18
Scenario
Parameters

Compile
C++

File skenario.h

Shell Script
Simulation

O utput
LTE-Sim
MT. o & PF.o

Plot Travel Path C ompile


Trace file .sim
File .m C++

Analyze Packet Scheduler


Matlab module (file) cod e .cpp .h

Topology Output file .ods


graphic

Gnuplot

Performance
Graph

Gambar 2.11. Flow Diagram LTE-Sim

II-19

Anda mungkin juga menyukai