Anda di halaman 1dari 29

Case Report Session

Selasa/16 Mei 2017

F33.2 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG,


EPISODE KINI BERAT TANPA GEJALA
PSIKOTIK

Oleh : Annisa Suhaimi P. 2090 B


Putri Syeli P. 2091 B
Fitri Ramadewi P. 2094 B

Pembimbing : dr. Shinta Brisma, SP.KJ

0
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMILPADANG
2017

BAB I LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tuan SM
Jenis Kelamin : Laki-laki
MR : 97.79.10
Umur : 30 tahun
Tempat Lahir : Jambi
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan/Pendidikan : -/ SMA
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Melayu
Alamat :Desa Muaro Panco Timur, Kec. Renah Pembarap, Kab.
Merangin, Jambi
Pasien datang ke IGD RSUP M Djamil pada tanggal 6 Mei 2017 pukul 20.45 WIB
diantar oleh orang tua dan kakak ipar.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Keterangan/ anamnesis di bawah ini Diperoleh dari :
- Autoanamnesis pada tanggal 6 Mei 2017 di IGD M Djamil.
- Alloanamnesis pada tanggal 6 Mei 2017 di Bangsal Jiwa M Djamil
Pasien datang ke RSUP M Djamil atas keinginan keluarga
A. Sebab Utama
Pasien tidak mau makan dan membuka mulut sejak 1 minggu sebelum masuk RS
B. Keluhan Utama
-
C. Riwayat Penyakit Sekarang

1
Pasien tidak mau makan dan membuka mulut sejak 1 minggu sebelum masuk RS.
Ketika keluarga hendak menyuapi pasien, pasien mengeraskan rahangnya sehingga
makanan tidak dapat dimasukkan ke mulut pasien. Pasien hanya mendapat asupan dari
makanan cair dan minuman yang disuapi oleh keluarganya setiap hari.
Keluhan muncul secara tiba-tiba karena satu hari sebelumnya pasien masih mau
melakukan aktivitas seperti biasa, bahkan bisa shalat Jumat di Masjid. Keluhan dimulai
dengan pasien tidak mau turun dari tempat tidur dan keluar kamar, tidak mau mandi
ketika disuruh oleh keluarga. Pasien hanya tidur telentang di atas tempat tidur. Ketika di
ajak berkomunikasi oleh keluarga, pasien hanya menjawab dengan suara-suara yang
tidak jelas. Kadang pasien tampak bersedih dan menangis tanpa diketahui penyebabnya.
Satu hari sebelum masuk RS keluhan pasien semakin berat. Pasien mematung di
atas tempat tidur, kaki dan tangan pasien ikut sulit digerakkan. Rahang pasien sangat
keras untuk dibuka, bahkan minuman yang disuapi keluarga sulit untuk masuk. Pasien
tidak mempunyai keluhan dalam menelan, karena makanan ataupun minuman yang
masuk ke dalam tenggorokan pasien dapat pasien telan.
Menurut keluarga, sebelum keluhan muncul, pasien sempat didatangi oleh
seorang perempuan yang mengaku menyukai pasien, tetapi pasien tidak mempunyai
perasaan terhadap perempuan tersebut. Perempuan tersebut memang sering mengunjungi
rumah pasien. Saat terakhir kali berkunjung, perempuan tersebut sempat memberikan
makanan dan dimakan oleh pasien.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat Gangguan Psikiatri.
Saat anak dan Remaja
Menurut keluarga, pasien memiliki sifat pemalu dan pendiam sejak kecil. Pasien
jarang main keluar rumah, kurang bergaul, dan hanya memiliki beberapa teman
dekat. Pasien hanya mau main keluar rumah jika diajak oleh teman dekatnya.
Dalam keluarga, pasien jarang bercerita tentang sekolah dan teman-temannya.
Pasien lebih senang berada di dalam kamar. Ketika ada masalah, terkadang pasien
bercerita kepada ibunya.
Tahun 2015
Pasien sedang kuliah di Universitas Muaro Bungo, jurusan Sastra Indonesia
semester akhir. Pasien tiba-tiba menelpon orang tuanya dan mengatakan ingin
pulang ke rumah. Di rumah, pasien bercerita kepada ibunya bahwa pasien
mempunyai masalah dalam pembuatan skripsinya dan tidak lagi ingin
melanjutkan kuliahnya.
2
Semenjak saat itu pasien sering mengurung diri di kamar dan tidak mau keluar
rumah. Pasien sering merasa sedih dan menangis tanpa diketahui penyebabnya.
Pasien sering murung dan tidak mau berkomunikasi dengan keluarga.
Pasien dibawa oleh keluaga ke RS Puti Bungsu Padang dan dirawat selama 1
bulan. Setelah keluar dari RS Puti Bungsu, pasien pulang dan melanjutkan
pengobatan di RSUD Bangko, tetapi pasien tidak kontrol rutin. Pasien sudah
mulai mau beraktivitas seperti biasa. Pasien mau keluar rumah jika yang mengajak
adalah teman dekatnya.
Tiga bulan kemudian pasien kembali mengurung diri di kamar dan tidak mau
keluar rumah walaupun di ajak teman dekatnya. Pasien sering murung dan
menangis sendiri tanpa sebab. Pasien tidak mau makan dan hanya berbaring di
atas tempat tidur
Tahun 2016
Pasien dibawa oleh keluarga untuk kontrol rawat jalan di RSJ Prof. HB. Saanin
Padang karena keadaan pasien tidak membaik. Pasien diberikan terapi obat untuk
6 bulan. Pasien minum obat rutin dan teratur.
Keluhan pasien berkurang, keadaan pasien mulai membaik. Pasien mau
beraktivitas seperti biasa dan mau keluar rumah. Pasien mau berbincang-bincang
dengan keluarga dan membantu pekerjaan rumah. Pasien mulai mau kembali
berinteraksi dengan teman-teman dekatnya. Karena keluarga merasa keadaan
pasien sudah normal, keluarga tidak lagi membawa pasien kontrol ke RSJ Prof.
HB. Saanin sehingga pasien putus obat.

2. Riwayat Gangguan Medis


Pasien tidak menderita hipertensi, DM, trauma, tumor, gangguan kesadaran, HIV, dan
penyakit fisik lainnya
3. Riwayat Penggunaan Napza
Pasien tidak merokok, mengkonsumsi obat-obatan dan alkolhol.
E. Riwayat Keluarga
a. Identitas orang tua/ pendamping
Identitas Orang Tua Keterangan
Bapak:Tn. Muhammad Ibu : Ny. Fatimah

3
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Melayu Melayu
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Umur 80 tahun 75 tahun
Alamat Jambi Jambi
Hubungan Biasa Akrab
Dan lain-lain

b. Sifat/ Prilaku orang tua kandung/ pengganti


Ayah (dijelaskan oleh keluarga, dapat dipercaya) : banyak teman, pendiam
Ibu (dijelaskan oleh keluarga, dapat dipercaya) : pendiam, penyayang, pencemas
c. Saudara
Jumlah saudara sembilan orang dan pasien anak ke enam
d. Urutan bersaudara dan cantumkan usianya
1. LK 2. PR 3. LK
4. LK 5. PR 6. LK
7. PR 8. PR 9. LK
e. Gambaran sikap/prilaku masing - masing saudara pasien dan hubungan pasien
terhadap masing-masing saudara tersebut
Saudara ke Gambaran sikap dan Kualitas hubungan dengan
prilaku saudara
1 Baik, pendiam Biasa
2 Baik Biasa
3 Baik Biasa
4 Baik, pendiam Biasa
5 Baik Biasa
6 Baik Biasa
7 Baik, pendiam Biasa
8 Baik, pendiam Biasa

Skema Pedegree

Bikin ya cuu cell

Skema Perjalanan Penyakit


4
BIKIN YAA CUU cell

h. riwayat tempat tinggal yang pernah di diami pasien


No. Rumah Tempat Tinggal Keadaan Rumah
Tenang Cocok Nyaman Tidak Nyaman
1 Rumah sendiri V V V
2 Kostan V

F. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan
Selama mengandung, ibu pasien tidak mempunyai riwayat penyakit fisik dan
mental yang serius.
2. Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan anak seusianya. Pasien tidak
pernah mengalami demam tinggi dan kejang. Pasien memiliki sifat pemalu dan
pendiam.
3. Masa Sekolah

Perihal SD SMP SMA


Umur 7-13 tahun 13-15 tahun 15-17 tahun
Prestasi* Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang
Aktivitas sekolah* Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang
Sikap terhadap teman* Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang
Sikap terhadap guru* Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang
Kemampuan khusus (bakat) - - -
Tingkah laku Baik Baik Baik

4. Masa remaja

5
Pasien merasa rendah diri dan pendiam
5. Masa dewasa
a. Riwayat pendidikan
Pasien kuliah di Universitas Muaro Bungo jurusan Sastra Indonesia semester
akhir. Pasien memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya karena
bermasalah dengan pembuatan skripsi.
b. Riwayat pekerjaan
Pasien tidak memiliki pekerjaan
c. Riwayat perkawinan dan rumah tangga
Pasien belum menikah
d. Situasi sosial saat ini :
1. Tempat tinggal : rumah orang tua (+)
2. Polusi lingkunga : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-), nyaman (+)
e. Ciri kepribadian sebelumnya / gangguan kepribadian (untuk aksis II)

Kepribadian Gambaran Klinis


Skizoid Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (-), perasaan
hangat atau lembut pada orang lain (-), peduli terhadap pujian
maupun kecaman (-), kurang teman (+), pemalu (+), sering
melamun (-), kurang tertarik untuk mengalami pengalaman
seksual (-), suka aktivitas yang dilakukan sendiri (+)

Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan (-), kewaspadaan


berlebihan (-), sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi (-),
tidak mau menerima kritik (-), meragukan kesetiaan orang
lain (-), secara intensif mencari-cari kesalahan dan bukti
tentang prasangkanya (-), perhatian yang berlebihan terhadap
motif-motif yang tersembunyi (-), cemburu patologik (-),
hipersensitifitas (-), keterbatasan kehidupan afektif (-)
Skizotipial Pikiran gaib (-), ideas of reference (-). Isolasi sosial (-), ilusi
berulang (-), pembicaraan yang ganjil (-), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tak acuh (-)

6
Siklotimik Ambisi berlebihan (-), optimis berlebihan (-), aktivitas seksual
berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan (-),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang
merugikan dirinya (-), melucu berlebihan (-), kurangnya
kebutuhan tidur (-), pesimis (-), putus asa (-), insomnia (-),
hipersomnia (-), kurang bersemangat (+) rasa rendah diri (+),
penurunan aktivitas (+), mudah merasa sedih dan menangis
(+) dan lain-lain

Histrionik Dramatisasi (-), selalu berusaha menarik perhatian bagi


dirinya(-), mendambakan rangsangan aktivitas yang
menggairahkan (-), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal yang
sepele (-), egosentris (-), suka menuntut (-), dependen (-), dan
lain-lain
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya (-),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan, dan
kecantikan (-), ekshibisionisme (-), membutuhkan perhatian
dan pujian yang terus menerus (-) hubungan interpersonal
yang eksploitatif (-), merasa marah, malu, terhina, dan rendah
diri bila dikritik (-), dan lain-lain
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikap yang amat
tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus (-),
tidak mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat
dari pengalaman (-), tidak peduli pada norma-norma,
peraturan dan kewajiban seseorang (-), tidak mampu
memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama (-),
iritabilitas (-), agresivitas (-), impulsif (-), sering berbohong
(-), sangat cenderung menyalahkan orang lain atau
menawarkan rasionalisasi yang masuk akal untuk perlaku
yang membuat pasien konfil dengan masyarakat (-)

Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil


(-), kurangnya pengendalian terhadap kemarahan (-),
gangguan identitas (-), afek yang tidak mantap (-), tidak tahan
untuk berada sendirian (-), tindakan mencederai diri sendiri
(-), rasa bosan kronik (-), dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya
tidak mampu (-), tidak menarik atau lebih rendah dari orang
lain (-), keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali
merasa yakin disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap
kritik dan penolakan dalam situasi sosial (-), menghindari
aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung, atau
ditolak (-)

7
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati dan berlebihan (-),
preokupasi pada hal-hal yang rinci (details), peraturan daftar,
urutan, organisasi dan jadwal (-), perfeksionisme (-),
ketelitian yang berlebihan (-), kaku dan keras kepala (-),
pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga
menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai hubungan
interpersonal (-), pemaksaan yang berlebihan agar orang lain
mengikuti persis caranya melakukan sesuatu (-), keterpakuan
yang berlebihan pada kebiasaan sosial (-), dan lain-lain

Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari


tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan
orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal
dalam hidupnya (-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya
apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan
tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut
ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-)

G. Stressor Psikososial (Aksis IV)


Masalah pendidikan (+), Masalah dengan teman dekat (+)
H. Pernah Suicide
Tidak pernah suicide
I. Riwayat agama
Pasien beragama islam
J. Riwayat psikoseksual
Tidak ada gangguan orientasi seksual.
K. Aktivitas sosial
Pasien pendiam, tidak mudah bergaul dengan orang lain
L. Riwayat pelanggaran hukum
Tidak pernah ditangkap ataupun terlibat masalah hukum
M. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien sekarang ini tinggal di rumah orang tua
N. Persepsi Dan Harapan Keluarga
Keluarga pasien mengerti keadaan pasien dan berharap pasien dapat segera sembuh
dari penyakitnya.
O. Persepsi Dan Harapan Pasien
Pasien berharap sembuh dari penyakitnya.

8
STATUS INTERNUS
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : 123/78 mmHg
Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi 104x/menit
Nafas : Abdominalthorakal, teratur, frekuensi 22x/menit
Suhu : 36,20 C
Tinggi Badan : 173 cm
Berat Badan : 60 kg
Bentuk Badan : Normal
Status Gizi : Gizi sedang
Sistem respiratorik : Inspeksi : simetris kiri dan kanan, statis dan dinamis
Palpasi : sukar dinilai
Perkusi : sonor kiri dan kanan
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Sistem kardiovaskular : Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 2 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : suaru jantung normal, bising (-)
Abdomen : Inspeksi : tidak ada kelainan
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Kelainan Khusus : tidak ditemukan kelainan khusus

III. STATUS NEUROLOGIKUS


* GCS : 15 (E4M6V5)
* Tanda Rangsang Meningeal : kaku kuduk (-)
* Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal:
- Tremor tangan : tidak ada
- Akatisia : tidak ada
- Bradikinesia : tidak ada
- Cara berjalan : Normogait
- Keseimbangan : tidak terganggu
- Rigiditas : tidak ada
* Motorik :
9
- Tonus : eutonus
- Turgor : baik
- Kekuatan : 555 555
555 555
- Koordinasi : tidak dapat dinilai
*Sensorik : proprioseptif dan eksterioseptif normal
*Refleks :
- Refleks Fisiologis : ++/++
- Refleks Patologis : -/-
IV. STATUS MENTAL

A. Keadaan Umum

1. Kesadaran / sensorium : composmentis (+), somnolen (-), stupor (-), kesadaran

terkabut (-), koma (-), delirium (-), kesadaran berubah (-), dan lain-lain.

2. Penampilan :

Sikap tubuh: biasa (-), diam (+), aneh (-), sikap tegang (-), kaku (+), gelisah

(-), kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (-), berpakaian sesuai

gender (+)

cara berpakaian : rapi (-), biasa (+), tak menentu (-), sesuai dengan situasi

(-), kotor (-), kesan (dapat/tidak dapat mengurus diri)

kesehatan fisik : sehat (+), pucat (-), lemas (-), apatis (-), telapak tangan

basah (-), dahi berkeringat (-), mata terbelalak (-)

3. Kontak psikis : Dapat dilakukan (+), tidak dapat dilakukan (-), wajar (-), kurang

wajar (-), sebentar (+), lama (-)

3. Sikap :Kooperatif (+), penuh perhatian (+), berterus terang (-), menggoda (-),

bermusuhan (-), suka main-main (-), berusaha supaya disayang (-), selalu menghindar

(-), berhati-hati (-), dependen (-), infantil (-), curiga (-), pasif (+), dan lain-lain

4. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor

10
Cara berjalan : biasa (+), sempoyongan (-), kaku (-), dan lain-lain

Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-),

rigiditas katatonik (-), posturing katatonik (+), cerea fleksibilitas (-),

negativisme (-), katapleksi (-), stereotipik (-), mannerisme (-), otomatisme

(-), otomatisme perintah (-), mutisme (-), agitasi psikomotor (-),

hiperaktivitas/hiperkinesis (-), tik (-), somnabulisme (-), akathisia (-),

kompulsi (-), ataksia (-), hipoaktivitas (-), mimikri (-)

Agresi (-), acting out (-), abulia (-), tremor (-), ataksia (-), chorea (-),

distonia (-), bradikinesia (-), rigiditas otot (-), diskinesia (-), konvulsi (-),

seizure (-), piomanisa (-), vagabondage (-)

B. Verbalisasi dan cara berbicara

Arus pembicaraan* : lambat

Produktivitas pembicaraan* : sedikit

Perbendaharaan* : sedikit

Nada pembicaraan* : menurun

Volume pembicaraan* : menurun

Isi pembicaraan* : sesuai

Penekanan pada pembicaraan* : tidak ada

Spontanitas pembicaraan * : spontan

Logorrhea (- ), poverty of speech (-), diprosodi (-), disatria (-), gagap (-), afasia

(-), bicara kacau (-).

C. Emosi

Hidup emosi*: stabilitas (stabil), pengendalian (adekuat), arus emosi (lambat).

1. Afek
11
Afek appropriate/ serasi(-), afek inappropriate/ tidak serasi(-), afek tumpul

(-), afek yang terbatas (-), afek datar (+), afek yang labil (-).

2. Mood

mood eutimik (-), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive mood)

(-), mood yang iritabel (-), mood yang labil (swing mood)(-), mood meninggi

(elevated mood/ hipertim) (-), euforia (-), ectasy (-), mooddepresi (hipotim)

(+), anhedonia (-), dukacita (-), aleksitimia (-), elasi (-), hipomania (-),

mania(-), melankolia(-), La belle indifference (-), tidak ada harapan (-).

3. Emosi lainnya

Ansietas (-), free floating anxiety (-), ketakutan (-), agitasi (-), tension

(ketegangan) (-), panic (-), apati (+), ambivalensi (-), abreaksional (-), rasa

malu (-), rasa berdosa/ bersalah(-), kontrol impuls (-).

4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood

Anoreksia (-), hiperfagia (-), insomnia (-), hipersomnia (-), variasi diurnal (-),

penurunan libido (-), konstispasi (-), fatigue (-), pica (-), pseudocyesis (-),

bulimia (-)

D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)

Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)

Mutu proses pikir (jelas/tajam)

1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran

Gangguan mental (-), psikosis (-), tes realitas ( terganggu/ tidak ), gangguan

pikiran formal (-), berpikir tidak logis (-), pikiran autistik (-), dereisme (-),

berpikir magis (-), proses berpikir primer (-).

2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran

12
Neologisme (-), word salad (-), sirkumstansialitas (-), tangensialitas (-),

inkohenrensia (-), perseverasi (-), verbigerasi (-), ekolalia (-), kondensasi (-),

jawaban yang tidak relevan (-), pengenduran asosiasi (-), derailment (-), flight

of ideas (-), clang association (-), blocking (-), glossolalia (-).

3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran

Kemiskinan isi pikiran (-), Gagasan yang berlebihan (-)

Delusi/ waham

waham bizarre (-), waham tersistematisasi (-), waham yang sejalan dengan

mood (-), waham yang tidak sejalan dengan mood (-), waham nihilistik (-),

waham kemiskinan (-), waham somatik (-), waham persekutorik (-), waham

kebesaran (-), waham referensi (-), though of withdrawal (-), though of

broadcasting (-), though of insertion (-), though of control (-), Waham

cemburu/ waham ketidaksetiaan (-), waham menyalahkan diri sendiri (-),

erotomania (-), pseudologia fantastika (-), waham agama.

Idea of reference.....

Preokupasi pikiran (-), egomania (-), hipokondria (-), obsesi (-), kompulsi (-),

koprolalia (-), hipokondria (-), obsesi (-), koprolalia (-), fobia (-)..,

noesis (-), unio mystica (-).

E. Persepsi

Halusinasi

Non patologis: Halusinasi hipnagogik (-), halusinasi hipnopompik (-),

Halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (-), halusinasi olfaktorik (-),

halusinasi gustatorik (-), halusinasi taktil (-), halusinasi somatik (-), halusinasi

liliput (-), halusinasi sejalan dengan mood (-), halusinasi yang tidak sejalan

13
dengan mood (-), halusinosis (-), sinestesia (-), halusinasi perintah (command

halusination), trailing phenomenon (-).

Ilusi (-)

Depersonalisasi (-), derealisasi (-)

F. Mimpi dan Fantasi

Mimpi : -

Fantasi :-

C. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual

1. Orientasi waktu (baik), orientasi tempat (baik), orientasi personal (baik),

orientasi situasi (baik).

2. Atensi (perhatian) (+), distractibilty (-), inatensi selektif (-), hipervigilance (-),

dan lain-lain

3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi ( baik )

4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote (-), gangguan

memori jangka menengah/ recent past (-), gangguan memori jangka pendek/ baru

saja/ recent (-), gangguan memori segera/ immediate (-).Amnesia (-), konfabulasi

(-), paramnesia (-).

5. Luas pengetahuan umum: baik

6. Pikiran konkrit : baik

7. Pikiran abstrak : baik

8. Kemunduran intelek : (tidak), Retardasi mental (-), demensia (-),

pseudodemensia (-).

H. DI / DJ

I. Discriminative insight : derajat IV

14
II. Discriminative Judgment : judgment tes : baik, judgment sosial : baik

I. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Telah diperiksa pasien pria, usia 30 tahun dengan sebab utama pasien dibawa

karena tidak mau makan dan membuka mulut . Saat dilakukan anamnesis di RSUP Dr.

M. Djamil Padang, pasien mengatakan bahwa tidak mempunyai keluhan saat dibawa ke

IGD M. Djamil

Menurut keluarga, keluhan dimulai dengan pasien tidak mau turun dari tempat
tidur dan keluar kamar, tidak mau mandi ketika disuruh oleh keluarga. Pasien hanya tidur
telentang di atas tempat tidur. Ketika di ajak berkomunikasi oleh keluarga, pasien hanya
menjawab dengan suara-suara yang tidak jelas. Kadang pasien tampak bersedih dan
menangis tanpa diketahui penyebabnya.
Keluhan semakin berat, pasien hanya mematung di atas tempat tidur, kaki dan
tangan pasien ikut sulit digerakkan. Rahang pasien sangat keras untuk dibuka, bahkan
minuman yang disuapi keluarga sulit untuk masuk. Menurut keluarga, sebelum keluhan
muncul, pasien sempat didatangi oleh seorang perempuan yang mengaku menyukai
pasien, tetapi pasien tidak mempunyai perasaan terhadap perempuan tersebut.
Perempuan tersebut memang sering mengunjungi rumah pasien.
Keluhan yang dirasakan pasien sudah berulang sejak tahun 2015 sebanyak tiga kali.

Diantara bangkitan keluhan, pasien sehat dan normal, dan sempat kembali melakukan

aktivitas seperti biasa. Keluhan pertama kali muncul karena pasien gagal dalam

menyelesaikan skripsinya. Selama wawancara, pasien menjawab pertanyaan dengan

lambat dan suara yang kadang tidak keluar.

II. FORMULASI DIAGNOSIS


Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan, pada pasien
ini ditemukan adanya perubahan perasaan yang secara klinis bermakna dan hendaya
(disability) dalam fungsi sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan suasana alam perasaan.

15
Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami
riwayat gangguan medis sehingga pada kasus ini, gangguan mental organik dapat
disingkirkan (F00-09).
Pada pasien tidak ditemukan riwayat pemakaian NAPZA, maka pada pasien ini
tidak terdapat diagnosis Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Zat Psikoaktif bisa
disangkal (F10-19).
Pada pasien ditemukan adanya gejala-gejala perubahan suasana alam perasaan
seperti sedih, menangis tanpa sebab, tidak mau makan, sering menyendiri , tidak mau
melakukan aktivitas apapun. Gejala tersebut telah berlangsung sekitar satu minggu yang
lalu dan juga gejala-gejala tersebut telah berulang sebanyak tiga kali, dimana antara
munculan gejala-gejala tersebut pasien dalam keadaan normal. Maka dari itu diagnosis
pasien ini adalah gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik
(F33.2).
Dari riwayat kepribadian pasien, ditemukan sifat pasien pemalu, kurang berteman,
dan suka melakukan aktivitas yang dilakukan sendiri. Maka dari itu didapatkan
gangguan kepribadian, sehingga aksis II pada pasien ini adalah gangguan kepribadian
skizoid (F60.1)
Pada pasien ini tidak ditemukan suatu kondisi medis umum yang cukup bermakna,
sehingga aksis III pada pasien ini tidak ada diagnosis.
Pasien memiliki masalah dalam pendidikannya, yaitu pasien gagal dalam
menyelesaikan skripsinya. Selain itu pasien juga merasa tertekan dengan perempuan
yang selalu mengunjungi pasien. Perempuan tersebut menyukai pasien sedangkan pasien
tidak memiliki perasaan terhadap perempuan tersebut. Oleh karena itu, ditemukan
masalah pendidikan dan masalah yang berkaitan dengan lingkungan sosial untuk aksis
IV pada pasien.
Pada aksis V berdasarkan penilaian GAF (Global Assessment of Functional Scale)
saat ini pasien berada pada nilai 70-61, beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F33.2 Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala
psikotik
Aksis II : F60.1 gangguan kepribadian skizoid

16
Aksis III : Tidak ada diagnosa
Aksis IV : masalah pendidikan dan masalah yang berkaitan dengan lingkungan
sosial
AksisV : GAF 70-61

Differensial Diagnosis:
F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik
VIII. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik : tidak ada

B. Psikologis

Mood : hipotim
Afek : datar
Halusinasi : tida ada
Waham : tidak ada

C. Lingkungan dan psikososial: ada

RENCANA PENATALAKSANAAN
A. Farmakoterapi :
Risperidon 2x1 tab @2 mg
Fluoxetine 1x1 tab @10mg
B. Non Farmakoterapi
1. Kepada pasien

Psikoterapi supportif

Berempati pada pasien, memahami keadaan pasien,

mengidentifikasi faktor pencetus dan memecahkan masalah secara

terarah.

2. Kepada keluarga

Psikoedukasi pada keluarga mengenai penyakit yang diderita

pasien

Dukungan sosial dan perhatian keluarga terhadap pasien

17
Terapi kepatuhan minum obat pada pasien.

I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

XI. DISKUSI

Telah diperiksa seorang pasien Tn. MS umur 30 tahun di RSUP Dr. M. Djamil Padang
pada tanggal 6 Mei 2017. Pasien dengan diagnosis Gangguan depresif berulang, episode
kini berat tanpa gejala psikotik. Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaaan
fisik dan pemeriksaaan psikiatri.
Pasien datang diantar keluarga karena pasien tidak mau makan dan membuka

mulut. Menurut keluarga, keluhan dimulai dengan pasien tidak mau turun dari tempat

tidur dan keluar kamar, tidak mau mandi ketika disuruh oleh keluarga. Pasien hanya tidur

telentang di atas tempat tidur. Ketika di ajak berkomunikasi oleh keluarga, pasien hanya

menjawab dengan suara-suara yang tidak jelas. Kadang pasien tampak bersedih dan

menangis tanpa diketahui penyebabnya.

Keluhan semakin berat, pasien hanya mematung di atas tempat tidur, kaki dan
tangan pasien ikut sulit digerakkan. Rahang pasien sangat keras untuk dibuka, bahkan
minuman yang disuapi keluarga sulit untuk masuk. Keluhan sudah berulang sebanyak
tiga kali semenjak tahun 2015.
Berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan diagnosis axis I pada pasien ini adalah

F33.2 gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik. Terdapat

gangguan kepribadian pada pasien ini dan diagnosa axis II adalah F60.1 gangguan

kepribadian skizoid. Pada pasien ini tidak ditemukan gangguan medis umum sehingga

aksis III pada pasien ini tidak ada diagnosis. Pada pasien ini ditemukan adanya masalah

pendidikan dan masalah berkaitan dengan lingkungan sosial sehingga menjadi diagnosa
18
axis IV. Pada aksis V, pasien mengalami gejala gejala ringan dan menetap, disabilitas

ringan dalam fungsi, secara umum masih bk yaitu GAF 70-61. Pasien harus rutin minum

obat agar keluhannya tidak kambuh lagi.

19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EPISODE DEPRESIF
a. Definisi

Episode depresif merupakan gangguan mental dimana yang menonjol adalah


suasana persaan yang depresif, kehilanganminat dan kegembiraan, dan berkurangnya
energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas.
Meliputi:
1. Episode depresif ingan
2. Episode depresif sedang
3. Episode depresif berat tanpa gejala psikitk
4. Episode depresif berat dengan gejala psikotik

b. Etiologi Depresi

- Faktor biologi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada
aminbiogenik, seperti: 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA (Homovanilic acid),
MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin dan cairan
serebrospinal pada pasien gangguan mood. Neurotransmiter yang terkait dengan patologi
depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi,
dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi
despiran mendukung teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi
(Kaplan, 2010). Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut
tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti Respirin, dan
penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson, adalah disertai gejala
depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine,
dan bupropion, menurunkan gejala depresi (Kaplan, 2010).

Disregulasi neuroendokrin.
Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis neuroendokrin, menerima input
neuron yang mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien depresi
ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi akibat kelainan
fungsi neuron yang mengandung amin biogenik. Sebaliknya, stres kronik yang
mengaktivasi aksis Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) dapat menimbulkan
perubahan pada amin biogenik sentral. Aksis neuroendokrin yang paling sering
terganggu yaitu adrenal, tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan. Aksis HPA merupakan
aksis yang paling banyak diteliti (Landefeld et al, 2004). Hipersekresi CRH merupakan
gangguan aksis HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi. Hipersekresi yang
terjadi diduga akibat adanya defek pada sistem umpan balik kortisol di sistem limpik
atau adanya kelainan pada sistem monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur
CRH (Kaplan, 2010). Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut
dan marah berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan organ
utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem limbik. Emosi
mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH (Landefeld,

14
2004). Pada orang lanjut usia terjadi penurunan produksi hormon estrogen. Estrogen
berfungsi melindungi sistem dopaminergik negrostriatal terhadap neurotoksin seperti
MPTP, 6 OHDA dan methamphetamin. Estrogen bersama dengan antioksidan juga
merusak monoamine oxidase (Unutzer dkk, 2002).
Kehilangan saraf atau penurunan neurotransmiter
Sistem saraf pusat mengalami kehilangan secara selektif pada sel sel saraf selama
proses menua. Walaupun ada kehilangan sel saraf yang konstan pada seluruh otak selama
rentang hidup, degenerasi neuronal korteks dan kehilangan yang lebih besar pada sel-sel
di dalam lokus seroleus, substansia nigra, serebelum dan bulbus olfaktorius (Lesler,
2001). Bukti menunjukkan bahwa ada ketergantungan dengan umur tentang penurunan
aktivitas dari noradrenergik, serotonergik, dan dopaminergik di dalam otak. Khususnya
untuk fungsi aktivitas menurun menjadi setengah pada umur 80-an tahun dibandingkan
dengan umur 60-an tahun (Kane dkk, 1999).
2. Faktor Genetik
Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di antara anggota
keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat (unipolar)
diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan
sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot (Davies, 1999).
Oleh Lesler (2001), Pengaruh genetik terhadap depresi tidak disebutkan secara
khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam ketahanan dan kemampuan
dalam menanggapi stres. Proses menua bersifat individual, sehingga dipikirkan kepekaan
seseorang terhadap penyakit adalah genetik.
3. Faktor Psikososial
Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah kehilangan
objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi
sebagai penyebab gangguan mental pada lanjut usia yang pada umumnya berhubungan
dengan kehilangan. Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial,
hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan,
peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif (Kaplan,
2010) Sedangkan menurut Kane, faktor psikososial meliputi penurunan percaya diri,
kemampuan untuk mengadakan hubungan intim, penurunan jaringan sosial, kesepian,
perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik (Kane, 1999).
Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa kehidupan dan
stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif
dan dukungan sosial (Kaplan, 2010).
Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan
Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode
pertama gangguan mood dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa
peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan
bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi.
Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah
kehilangan pasangan (Kaplan, 2010). Stressor psikososial yang bersifat akut, seperti
kehilangan orang yang dicintai, atau stressor kronis misalnya kekurangan finansial yang
berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat
menimbulkan depresi (hardywinoto, 1999).
Faktor kepribadian

15
Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu, seperti kepribadian
dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya
depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid (kepribadian yang memakai
proyeksi sebagai mekanisme defensif) mempunyai resiko yang rendah (Kaplan, 2010).
Faktor psikodinamika
Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan bahwa kehilangan objek yang
dicintai dapat menimbulkan depresi (Kaplan, 2010). Dalam upaya untuk mengerti
depresi, Sigmud Freud sebagaimana dikutip Kaplan (2010) mendalilkan suatu hubungan
antara kehilangan objek dan melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan
pasien depresi diarahkan secara internal karena identifikasi dengan objek yang hilang.
Freud percaya bahwa introjeksi mungkin merupakan cara satu-satunya bagi ego untuk
melepaskan suatu objek, ia membedakan melankolia atau depresi dari duka cita atas
dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang melanda dalam
hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri, sedangkan orang yang
berkabung tidak demikian.
Kegagalan yang berulang
Dalam percobaan binatang yang dipapari kejutan listrik yang tidak bisa dihindari,
secara berulang-ulang, binatang akhirnya menyerah tidak melakukan usaha lagi untuk
menghindari. Disini terjadi proses belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada manusia
yang menderita depresi juga ditemukan ketidakberdayaan yang mirip (Kaplan, 2010).
Faktor kognitif
Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan distorsi pikiran
menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif, pesimisme dan
keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan perasaan depresi (Kaplan,
2010).
c. Kriteria diagnosis:

EPISODE DEPRESIF (F32)


Gejala utama:
1. Afek depresif
2. Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
3. Bekurangnya energi yang menuju meningkatnya keaadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

Gejala lainnya:
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f) Tidak terganggu
g) Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat
16
EPISODE DEPRESIF BERAT (F32.2)
1) Semua 3 gejala utama depresi harus ada
2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya
harus berintensitas berat.
3) Bila ada gejala penting (misalnya retardasi psikomotor) yang menyolok, maka
pasien mungkin tidak mau dan tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya
secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode
depresif berat masih dapat dibenarkan.
4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial ,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

EPISODE DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK (F32.3)


1) Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut
2) Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan
ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien
merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik
biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau
daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada
stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi
atau tidak serasi dengan afek (mood-congruent)

GANGGUAN DEPRESIF BERULANG (F33)


1) Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari:
Episode depresi ringan
Episode depresi sedang
Episode depresi berat

Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi


frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.
2) Tanpa riwayat adanya episode tersendri dari peningkatan afek dan hiperaktivitas
yang memenuhi kriteria mania. Namun kriteria ini tetap harus digunakan jika
ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang
memenuhi kriteria hipomania segera sesudah suatu episode depresif (kadang-
kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi.
3) Pemulihan keaadaanya biasanya sempurna diantara episode, namun sebagai kecil
pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia
lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan)
4) Episode masing-masing dalam berbagai tingkat keparahan , seringkali dicetuskan
oleh perisiwa kehidupan yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres
tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).

Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala Psikotik (F33.3)
Untuk diagnosis pasti

17
1) Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuh kriteria untuk episode depresif berat dengan
gejaa psikotik.
2) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing
selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna.
3)
d. Tatalaksana
1. Farmakoterapi

Penggolongan Antidepresan:
1. Antidepresan Klasik (Trisiklik & Tetrasiklik)
Mekanisme kerja : Obatobat ini menghambat resorpsi dari serotonin dan
noradrenalin dari sela sinaps di ujung-ujung saraf.
Obat-obat yang termasuk antidepresan klasik :
Imipramin
Dosis lazim : 25-50 mg 3x sehari bila perlu dinaikkan sampai maksimum 250-
300 mg sehari.
Kontra Indikasi : Infark miokard akut
Klomipramin
Dosis lazim : 10 mg dapat ditingkatkan sampai dengan maksimum dosis 250 mg
sehari.
Kontra Indikasi : Infark miokard, pemberian bersamaan dengan MAO, gagal
jantung, kerusakan hati yang berat, glaukoma sudut sempit.
Amitriptilin
Dosis lazim : 25 mg dapat dinaikan secara bertahap sampai dosis maksimum
150-300 mg sehari.
Kontra Indikasi : penderita koma, diskrasia darah, gangguan depresif sumsum
tulang, kerusakan hati, penggunaan bersama dengan MAO.
Lithium karbonat
Dosis lazim : 400-1200 mg dosis tunggal pada pagi hari atau sebelum tidur
malam.
Kontra Indikasi : kehamilan, laktasi, gagal ginjal, hati dan jantung.
2. Antidepresan Generasi ke2
Mekanisme kerja :
1. SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) : Obat-obat ini menghambat
resorpsi dari serotonin.
2. NaSA ( Noradrenalin and Serotonin Antidepressants ): Obat-obat ini tidak
berkhasiat selektif, menghambat re-uptake dari serotonin dan noradrenalin.
Terdapat beberapa indikasi bahwa obat-obat ini lebih efektif daripada SSRI.
Obat-obat yang termasuk antidepresan generasi ke-2 :
Fluoxetin
Dosis lazim : 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80 mg/hari dalam dosis
tunggal atau terbagi.

18
Kontra Indikasi : hipersensitif terhadap fluoxetin, gagal ginjal yang berat,
penggunaan bersama MAO.
Sertralin
Dosis lazim : 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200
mg/hr. Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap sertralin.
Interaksi Obat : MAO, Alkohol, Lithium, obat seretogenik.
Citalopram
Dosis lazim : 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari.
Kontra indikasi : hipersensitif terhadap obat ini.
Fluvoxamine
Dosis lazim : 50mg dapat diberikan 1x/hari sebaiknya pada malam hari,
maksimum dosis 300 mg.
Mianserin
Dosis lazim : 30-40 mg malam hari, dosis maksimum 90 mg/
hari Kontra Indikasi : mania, gangguan fungsi hati.
Mirtazapin
Dosis lazim : 15-45 mg / hari menjelang tidur.
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap mitrazapin.
Venlafaxine
Dosis lazim : 75 mg/hari bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 150-250 mg
1x/hari. Kontra Indikasi : penggunaan bersama MAO, hamil dan laktasi, anak < 18
tahun.
3. Antidepresan MAO (Inhibitor Monoamin Oksidase)
Mekanisme kerja:Monoamin oksidase merupakan suatu sistem enzim kompleks yang
terdistribusi luas dalam tubuh, berperan dalam dekomposisi amin biogenik, seperti
norepinefrin, epinefrin, dopamine, serotonin. MAOI menghambat sistem enzim ini,
sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi amin endogen.
Moclobemid

Dosis lazim : 300 mg/ hari terbagi dalam 2-3 dosis dapat dinaikkan sampai dengan
600 mg/ hari .

Untuk Episode Depresi berat dengan gejala psikotik: Regimen antidepresi ditambah
antipsikotik per oral, yaitu golongan antipsikotik atipikal, Risperidon dengan dosis
anjuran 2-6 mg/h.

2. Non Farmakoterapi
1. Terapi Fisik dan Terapi Perubahan Perilaku

ELECTRO CONVULSIVE THERAPY ( ECT )


Diberikan pada pasien:
1. Ada ide bunuh diri atau membunuh orang lain
2. Tidak mau atau menolak makan
3. Sangat gelisah sekali

19
4. Apabila tidak menunjukan kemajuan stelah 10 hari pengobatan
psikofarmaka

Terapi perubahan perilaku meliputi penghapusan perilaku yang mendorong


terjadinya depresi dan pembiasaan perilaku baru yang lebih sehat. Berbagai
metode dapat dilakukan seperti CBT (Cognitive Behaviour Therapy) yang
biasanya dilakukan oleh konselor, psikolog dan psikiater.

2. Psikoterapi
Psikoterapi merupakan terapi yang digunakan untuk menghilangkan atau
mengurangi keluhan-keluhan dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola
perilaku maladaptif. Terapi dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan profesional
antara terapis dengan penderita. Psikoterapi pada penderita gangguan depresif dapat
diberikan secara individu, kelompok, atau pasangan disesuaikan dengan gangguan
psikologik yang mendasarinya. Psikoterapi dilakukan dengan memberikan kehangatan,
empati, pengertian dan optimisme. Dalam pengambilan keputusan untuk melakukan
psikoterapi sangat dipengaruhi oleh penilaian dari dokter atau penderitanya.

DAFTAR PUSTAKA

20
Depkes RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa diIndonesia III. Jakarta. Departemen Kesehatan.1993.
DSM-IV-TR, 2000. Diagnostic and statistical manual of mental disorders, Fourth
edition. American Psyciatric association.
Kaplan HI, SadockBJ, GrebbJA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis Jilid Satu. Jakarta. Binarupa Aksara.2010.
Kaplan HI, SadockBJ, GrebbJA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis Jilid Dua. Jakarta. BinarupaAksara. 2010.

21
22

Anda mungkin juga menyukai