Anda di halaman 1dari 3

AKTIVITAS PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ASMA OLEH

PASIEN ASMA

Diva Petrina Purba* Nunung Febriany Sitepu**


*Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
**Dosen Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara
Jl. Prof. Maas No.3 Kampus USU Medan 20155, INDONESIA
Phone/Fax : 061-8213318
E-mail : div_purba@yahoo.com

Abstrak
Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara-negara sedang
berkembang. Prevalensi asma di dunia cukup tinggi. Di Indonesia Asma merupakan sepuluh besar penyebab
kesakitan dan kematian di Indonesia. Penderita asma masih dapat hidup produktif jika mereka dapat
mengendalikan asmanya dengan melakukan aktivitas pencegahan asma. Aktivitas pencegahan asma antara lain:
menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindarkan faktor pencetus serangan asma dan
menggunakan obat-obat antiasma. Desain yang digunakan adalah deskriptif dengan populasi 180 orang, sampel
41orang, teknik pengambilan sampel yang digunakan sampling aksidental, di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi
Medan pada bulan Juli s/d Oktober 2012.

Kata Kunci : Aktivitas pencegahan kekambuhan asma, pasien asma.

PENDAHULUAN Selain itu 7,3% orang Amerika dewasa ini


Asma adalah gangguan inflamasi menderita asma, dan 9,3% orang-orang berusia
kronik saluran napas yang melibatkan banyak 15 tahun atau lebih muda ( Plottel, 2010).
sel dan elemennya dengan gejala klasik asma Asma merupakan sepuluh besar penyebab
ada tiga yaitu mengi, batuk, dan sensasi napas kesakitan dan kematian di Indonesia hal itu
tak normal atau dispnea. Pengelolaan asma tergambar dari data studi survei kesehatan
yang terbaik haruslah dilakukan pada saat dini rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di
dengan berbagai tindakan pencegahan agar Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga
penderita tidak mengalami serangan, karena (SKRT) 1986 menunjukkan asma menduduki
penyakit asma pada dasarnya tidak kambuh, urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan
bila tidak terpapar oleh pencetus. Penderita (morbiditi) bersama-sama dengan bronkitis
asma masih dapat hidup produktif jika mereka kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma,
dapat mengendalikan asmanya dengan bronkitis kronik dan emfisema sebagai
melakukan aktivitas pencegahan asma. penyebab kematian (mortaliti) ke-4 di
Aktivitas pencegahan asma antara lain : Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995,
menjaga kesehatan, menjaga kebersihan prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar
lingkungan, menghindarkan faktor pencetus 13/1000, di bandingkan bronkitis kronik
serangan asma dan menggunakan obat-obat 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000.
antiasma. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
Asma merupakan masalah kesehatan 2006).Berdasarkan survey awal yang
di seluruh dunia, baik di negara maju maupun dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa
di negara-negara sedang berkembang. jumlah penderita asma bronkial dewasa yang
Prevalensi asma di seluruh dunia adalah dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada
sebesar 8-10% pada anak dan 3-5% pada tahun 2011 adalah 180 orang.
dewasa, dan dalam sepuluh tahun terakhir ini
meningkat sebesar 50%. Pusat Pengendalian AKTIVITAS
dan Pencegahan Penyakit (CDC) Pusat Aktivitas adalah keaktifan atau
Nasional untuk Statistik kesehatan National kegiatan berupa usaha, pekerjaan, kekuatan
melaporkan bahwa asma saat ini mengenai dan ketangkasan dalam berusaha atau
lebih dari 22,2 juta orang Amerika atau 7,9% kegairahan. Aktivitas yang dimaksudkan di
dari populasi, termasuk lebih dari 6,7 juta sini adalah pada pasien asma. Aktivitas
anak-anak yang berusia kurang dari 18 tahun. pencegahan kekambuhan asma adalah usaha
yang dilakukan oleh pasien asma sebagai Mekanisme yang pasti dari perubahan ini tidak
upaya untuk mencegah kekambuhan asma. diketahui, tetapi apa yang paling diketahui
Aktivitaspencegahan kekambuhan asma yang adalah keterlibatan sistem imunologis dan
dapat dilakukan adalah dengan menjaga sistem saraf otonom.
kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, Penegakan diagnosis asma didasarkan
menghindarkan faktor pencetus serangan asma pada : (a) Pemeriksaan riwayat kesehatan yang
dan menggunakan obat-obat antiasma lenkap, termasuk keluarga, lingkungan, dan
(Sundaru, 2007). riwayat pekerjaan, dapat mengungkapkan
faktor-faktor atau substansi yang mencetuskan
ASMA serangan asma. (b) Pemeriksaan fisik, dengan
Asma adalah gangguan inflamasi penekanan khusus pada saluran pernapasan
kronik saluran napas yang melibatkan banyak bagian atas (hidung, tenggorokan,sinus), paru-
sel dan elemennya. Asma sering dicirikan paru dan kulit. (c) Tes fungsi paru dengan
sebagai alergi, idiopatik atau nonalergi atau spirometri (d) Tes darah untuk penilaian fungsi
gabungan. Sebenarnya telah banyak penelitian imun dan alergi (e) Tes radiografi, foto sinar X
yang dilakukan oleh para ahli di bidang asma dan CT scan memberikan informasi tentang
untuk menerangkan sebab terjadinya asma, anatomi dan struktur paru-paru dan saluran
namun belum satupun teori atau hipotesis yang napas yang lebih besar. Pada keadaan asma
dapat diterima atau disepakati semua ahli. terkendali seharusnya foto sinar X dada
Meskipun demikian ada beberapa hal yang normal, begitu juga gambar pencitraan dada
dapat disebut sebagai penyebabnya antara lain yang dihasilkan CT scan. Namun selama
kepekaan saluran napas yang berlebihan dan eksaserbasi, tampilan paru pada sinar X dapat
Peranan faktor keturunan dan lingkungan. memperlihatkan apa yang disebut ahliradiologi
Gejala klasik asma ada tiga yaitu sebagai hiperinflasi, dan CT scan mungkin
mengi, batuk, dan sensasi napas tak normal menunjukkan udara yang terkurung. Kedua
atau dispnea. Tanda dan gejala serius asma temuan ini mencerminkan pengisian dan
antara lain (a) tanda sesak napas dimana pengosongan paru yang tidak merata saat
penderita sulit untuk berbicara dalam kalimat bernapas karena inflamasi dan penyempitan
yang penuh, sulit berjalan, dada terasa sesak, saluran udara. (Smeltzer, 2001).
dan mudah letih, (b) bernapas dengan
berusaha, bahu naik dengan bernapas, leher DAFTAR PUSTAKA
dan tulang rusuk bergerak ke dalam dengan Alwi, Hasan. 2003. Kamus besar bahasa
bernapas, cepat, pernapasan tidak Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka
nyaman,batuk, siang dan/ malam hari, mengi, Dempsey, P. 2004. Riset Keperawatan : buku
(c) pikiran berubah-ubah, penderita sulit ajar dan latihan edisi 4. Jakarta:EGC.
berpikir dengan jelas, bingung, kehilangan Mangunnegoro, H., 2006. Asma Pedoman
kewaspadaan, (d) oksigen yang rendah, yang diagnosis dan penatalaksanaan di
membuat bibir abu-abu atau biru, jari telunjuk Indonesia cetakan ii. Jakarta :
biru atau abu-abu, (e) nilai PEF (Arus puncak Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
respirasi) rendah, PEF <60% terbaik personal, Nursalam., 2008. Konsep dan penerapan
(f) obat-obatan tidak bekerja PEF gagal naik metodologi penelitian ilmu
setelah menggunakan obat yang bekerja untuk keperawatan, edisi 2. Jakarta:Salemba
melegakan pernapasan, dan gejala berlanjut. Medika.
Menurut Smeltzer (2001) asma adalah Notoatmodjo,S. 2005. Metodologi penelitian
obstruksi jalan napas difus reversibel. Obstuksi kesehatan edisi revisi. Jakarta: PT
disebabakan oleh salah satu atau lebih dari Rineka Cipta.
yang berikut ini: (1) kontraksi otot-otot yang Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi penelitian
mengelilingi bronki, yang menyempitkan jalan kesehatan edisi revisi. Jakarta: PT
napas; (2) pembengkakan membran yang Rineka Cipta.
melapisi bronki; dan (3) pengisian bronki Plottel, C., 2010. 100 Tanya-Jawab Mengenai
dengan mukus yang kental. Selain itu, otot- Asma Edisi Kedua, Jakarta:PT Indeks
otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar; Purwanto, H., 1998. Pengantar perilaku
sputum yang kental, banyak dihasilkan dan manusia untuk keperawatan, Jakarta:
alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara EGC
terperangkap di dalam jaringan paru.
Ritonga, P. 2011. Bahasa Indonesia Praktis.
Medan:Bartong Jaya
Smeltzer, S. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.
Vol 1. Edisi 8, Jakarta:EGC.
Sundaru,H. 2007. ASMA : apa dan
bagaimana pengobatannya? Edisi IV,
Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Suryabrata, S. 2011. Psikologi Pendidikan
Edisi 5 Cetakan 18, Jakarta:Rajawali
Pers.
Winardi, J. 2007. Motivasi dan pemotivasian
dalam manajemen edisi 1. Jakarta:PT
Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai