Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes,
terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul
sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini
berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Depkes RI, 2016).
Kasus DBD di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2014 tercatat sebanyak 100.347 kasus DBD, meningkat menjadi 129.650
kasus pada tahun 2015 dimana 1.071 orang diantaranya meninggal (Depkes RI,
2015). Tahun 2016 kasus terdapat 204.171 kasus DBD dengan jumlah kematian
1.598 orang (Depkes RI, 2016).
Provinsi Kalimantan Barat merupakan daerah endemik untuk penyakit DBD.
Hal ini disebabkan letak geografis Kalimantan Barat sebagian besar merupakan
dataran rendah dan daerah rawa. Selain itu, budaya masyarakat perkotaan di
Kalimantan Barat cenderung menyimpan persediaan air pada tempat-tempat
penampungan air di sekitar rumahnya. Hal ini akan menjadi tempat perindukan
nyamuk Aedes Aegypti yang paling disukai (Dinkes Provinsi Kalbar, 2014).
Pada tahun 2013 tercatat 838 kasus DBD meningkat menjadi 5.049 kasus
DBD pada tahun 2014 (Dinkes Provinsi Kalbar, 2014). Kasus DBD mengalami
penurunan pada tahun 2015 yaitu 951 kasus (Dinkes Provinsi Kalbar, 2015).
Kasus DBD di Kota Pontianak sendiri berjumlah 3.545 kasus tahun 2014, 7
diantaranya meninggal dunia. (Dinkes Provinsi Kalbar, 2014). Tahun 2015 kasus
DBD di kota Pontianak mengalami penurunan yaitu 49 kasus, namun Kota
Pontianak masih menjadi 4 besar daerah di Kalimantan Barat dengan kasus DBD
(Dinkes Provinsi Kalbar, 2015). Banyak faktor yang menyebabkan tingginya
jumlah penderita DBD antara lain kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan
sehat dari masyarakat di Kota Pontianak yang belum optimal dalam

1
2

pemberantasan sarang nyamuk, kurang tersedianya sumber daya yang memadai


baik dari segi sarana dan prasarana, tenaga maupun pembiayaan operasional
kegiatan, semakin tinggi kasus DBD di kabupaten yang berbatasan dengan Kota
Pontianak dan tingginya mobilisasi penduduk dari kabupaten ke kota yang dapat
meningkatkan penularan DBD (Dinkes Kota Pontianak, 2015).
Upaya pengendalian penyakit DBD dilakukan dengan memutus rantai penularan
DBD (Kemenkes RI, 2012). Upaya yang optimal dilakukan adalah dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang dilakukan secara periodik (Kemenkes
RI, 2010). PSN dilakukan dengan menerapkan 3M plus (Kemenkes RI, 2012).
Kegiatan PSN dengan 3M plus yaitu kegiatan 3M berupa menguras tempat-
tempat penampungan air seminggu sekali, menutup rapat-rapat tempat
penampungan air, mendaur ulang barang-barang yang dapat menampung air
hujan, serta plus yang meliputi ganti air di vas bunga, minuman burung dan
tempat-tempat lainnya seminggu sekali, perbaiki saluran dan talang air yang tidak
lancer atau rusak, tutup lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lain dengan
tanah, menaburkan bubuk larvasida, memelihara ikan pemakan jentik di kolam
atau bak penampunan air, memasang kawat kasa, menghindari kebiasaan
menggantung pakaian di dalam kamar dan cara spesifik lain di masing-masing
daerah (Kemenkes RI, 2014).
Keberhasilan PSN dapat dilihat dari Angka Bebas Jentik (ABJ) (Kemenkes
RI, 2010). ABJ merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk upaya
pengendalian penyakit DBD. Sampai dengan tahun 2016, ABJ secara nasional
belum mencapai target program yang sebesar 95% (Depkes RI, 2016).
ABJ puskesmas Kampung Dalam Kecamatan Pontianak Timur tahun 2015
sebesar 59,8% (Puskesmas Kampung Dalam, 2015), meningkat menjadi 61,9%
pada tahun 2016, namun masih belum mencapai target ABJ Kota Pontianak yaitu
85%. Salah satu kendala dalam mencapai target ABJ adalah kesadaran masyarakat
yang masih kurang (Puskesmas Kampung Dalam, 2016).
Oleh karena itu peneliti ingin meneliti hubungan antara perilaku
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) di
wilayah kerja Puskesmas Kampung Dalam Kecamatan Pontianak Timur.
3

- alas an knp abj msh rendah


1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dirumuskan permasalahan yaitu :
Apa ada hubungan antara perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) di wilayah kerja Puskesmas Kampung Dalam
Kecamatan Pontianak Timur?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi hubungan antara perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) di wilayah kerja Puskesmas Kampung
Dalam Kecamatan Pontianak Timur tahun 2017.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kampung Dalam Kecamatan
Pontianak Timur tahun 2017.
b. Mengetahui gambaran Angka Bebas Jentik (ABJ) di wilayah kerja
Puskesmas Kampung Dalam Kecamatan Pontianak Timur tahun 2017.

1.4. Manfaat Penulisan


1.4.1. Bagi Peneliti
a. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang penelitian
dan permasalahan dalam ilmu kedokteran komunitas.
b. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai perilaku
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di wilayah kerja Puskesmas
Kampung Dalam Kecamatan Pontianak Timur.
c. Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.
1.4.2. Bagi Puskesmas Kampung Dalam
a. Memberikan informasi mengenai hubungan antara perilaku Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) di wilayah kerja
Puskesmas Kampung Dalam Kecamatan Pontianak Timur
4

b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Puskesmas Kampung Dalam


dalam rangka menyusun strategi pembinaan yang efektif dan efisien kepada
masyarakat mengenai perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
1.4.3. Bagi Masyarakat
c. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai perilaku Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dan Angka Bebas Jentik (ABJ)
a. Meningkatkan kesadaran dan sebagai motivasi masyarakat mengenai
pentingnya perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
1.4.4. Bagi Pemerintah
a. Memberikan informasi mengenai hubungan antara perilaku Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) di wilayah kerja
Puskesmas Kampung Dalam Kecamatan Pontianak Timur.
b. Memberikan referensi bagi pemerintah untuk membuat kebijakan terkait
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Angka Bebas Jentik (ABJ)
di Kota Pontianak.
1. Depkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Depkes
RI.
2. Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Depkes
RI.
3. Dinkes Provinsi. 2014. Profil Kesehatan Kalimantan Barat Tahun 2014.
Pontianak: Dinkes Provinsi Kalbar.
4. Dinkes Provinsi. 2015. Profil Kesehatan Kalimantan Barat Tahun 2015.
Pontianak: Dinkes Provinsi Kalbar.
5. Dinkes Kota Pontianak. 2015. Profil Kesehatan Kota Pontianak Tahun
2015. Pontianak: Dinkes Provinsi Kalbar.
6. Kemenkes RI. 2012. Petunjuk Teknis Pemberntasan Sarang Nyamuk
Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik
(Jumantik). Jakarta: Kemenkes RI.
7. Kemenkes RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi: Demam Berdarah
Dengue. Jakarta: Kemenkes RI.
8. UPK Puskesmas Kampung Dalam. 2015. Profil Unit Pelaksana Kegiatan
Puskesmas Kampung Dalam Tahun 2015. Pontianak: UPK Puskesmas
Kampung Dalam.
9. UPK Puskesmas Kampung Dalam. 2015. Profil Unit Pelaksana Kegiatan
Puskesmas Kampung Dalam Tahun 2016. Pontianak: UPK Puskesmas
Kampung Dalam.
5

10. Kemenkes RI. 2014. Infodatin: Situasi Demam Berdarah Dengue di


Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai