Dosen
Dr. Ir. Sukardi, MS
Oleh
Kelompok 2
Adetiya Prananda Putra (P056111693.10EK)
Saleh Assagaf (P056111893.10EK)
Tantri Wijayanti (P056111953.10EK)
Uri Anjarwati (P056111973.10EK)
2.3 Singkong
Singkong yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, dalam
bahasa inggris bernama cassava, adalah pohon dari keluarga Euphorbiaceae dan
merupakan tanaman tahunan dari negara tropis dan subtropis (Wikipedia
Indonesia).
Input Domestic
Production Trading Processing Consumtion/ekspor
Supply
Input Domestic
Production Trading Processing Consumtion/ekspor
Supply
Input Domestic
Production Trading Processing Consumtion/ekspor
Supply
Produsen
75%
100 %
100 %
30% 50%
Distributor
25% Industri
Rumah Tangga
35 %
25% 15%
45%
Agen pembelian
23%
54% 12%
34%
63% 37%
Marketing
Cost 300 200 500 1.000
Marketing
Margin 2.700 2.000 1.800 1.900
Net Margin
2.400 1.800 1.300 900
Producers
share of final 49,5 %
Price (%)
3.8 Peta Matriks Dalam Rantai Nilai Singkong
Apabila pemetaan berbagai dimensi rantai nilai telah dirampungkan, suatu
matriks peta rantai nilai dapat disusun dengan memasukkan rangkuman berbagai
informasi utama dari peta yang telah dibuat sebelumnya ke dalam suatu tabel.
Matriks ini dapat digunakan sebagai dasar penyusunan kuesioner, menentukan
kelompok pelaku mana yang perlu diwawancara, serta lokasi geografis mana
yang akan dijadikan pusat kerja lapangan. Matriks ini juga dapat memuat
rangkuman sektor yang dapat dengan mudah ditafsirkan dari perspektif rantai
nilai.
Hambatan terjadi hampir di semua tingkatan proses di rantai nilai
manapun. Misalnya, hambatan efisiensi, hambatan peningkatan (upgrading),
atau hambatan meningkatkan keterlibatan masyarakat miskin. Identifikasi awal
atas hambatan-hambatan ini harus dilakukan di seluruh tingkatan proses, dan
selain itu, potensi solusi juga dapat diidentifikasi.
Tabel berikut merupakan peta matriks dari rantai nilai singkong (tepung
tapioka) :
VALUE CHAIN MAP MATRIX
CORE INPUT DOMESTIC
PRODUCTION TRADING PROCESSING
PROCESS SUPPLY COMPSUMTION/EXPORT
Penyusunan peta awal rantai nilai dan matriks peta memberikan landasan
yang kuat untuk melakukan analisis rantai nilai secara menyeluruh. Setelah
kegiatan pemetaan dirampungkan, para praktisi seharusnya dapat menentukan
pelaku rantai nilai mana saja yang harus diwawancara, informasi apa saja yang
perlu dikumpulkan, kesenjangan informasi apa yang terjadi dan signifikan, serta
lokasi geografis untuk kegiatan lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Valeria D, C. Muslimin, Andi Askin. 2009. Analisa Usaha Tani dan Pemasarang
Ubi kayu Serta eknologi Pengolahan Tapioka di Kabupaten Pati Jawa
tengah. Seminar Nasional.
http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/MKP_A6.pdf (diakses 4 Juni
2013).
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/6CF6DF79-7A5E-4162-9BB1-
CB709987FE3C/16058/PengolahanTepungTapioka.pdf