3847
JEJAK
Journal of Economics and Policy
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jejak
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15294/jejak.v7i2.3847
Abstract
Total corn production is found to be larger than the consumption of maize. This implies that the imbalance condition between
production and consumption of corn in nationwide level never happened. However, from 1982 to 2012, the imports of maize increased.
In addition, the increase of GDP, the strengthening exchange rate, the increase of domestic price, and the falling import prices rise
were alleged to affect on the volume of imports of maize in Indonesia. This study aims to analyze the factors affecting the import of
maize in Indonesia. The variables that are used in this study is the production, exchange rate, GDP, industrial consumption,
household consumption, price of domestic corn, and price of imported corn. Econometric analysis model used is Error Correction
Model (ECM). This research reveals : (1) the data is stationary at first difference; (2) data used cointegrated means an association of
long-term parameters; and (3) ECT coefficient is 0.612997 and is significant at = 5 % meaning that the model used is valid. The
conclusions of this study are: (1) In the short term, production, GDP, industrial consumption, and household consumption have a
significant effect on the import of corn; (2) In the long term, production, exchange rate, GDP, industrial consumption, household
consumption, and the price of domestic corn have a significant effect on maize imports in Indonesia.
Keywords: ECM, import, and corn.
Abstrak
Jumlah produksi jagung yang lebih besar dibandingkan dengan konsumsi jagung menunjukkan bahwa tidak pernah terjadi
ketimpangan antara produksi dan konsumsi jagung secara nasional. Akan tetapi, selama kurun waktu 1982 - 2012 impor jagung
Indonesia memiliki kecenderungan meningkat. Selain itu, kenaikan GDP, menguatnya kurs, kenaikan harga domestik, dan
turunnya harga impor diduga berpengaruh terhadap kenaikan volume impor jagung di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor jagung di Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
produksi, kurs, GDP, konsumsi industri, konsumsi rumah tangga, harga jagung domestik, dan harga jagung impor. Model analisis
ekonometrika yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
(1) data stasioner pada first difference (2) data yang digunakan terkointegrasi artinya adanya hubungan parameter jangka panjang
(3) nilai koefisien ECT adalah 0,612997 dan signifikan pada =5%, artinya model yang digunakan sudah sah atau valid. Kesimpulan
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Dalam jangka pendek, variabel produksi, GDP, konsumsi industri, dan konsumsi rumah
tangga berpengaruh signifikan terhadap impor jagung (2) Dalam jangka panjang, produksi, kurs, GDP, konsumsi industri,
konsumsi rumah tangga dan harga jagung impor, terbukti berpengaruh signifikan terhadap impor jagung di Indonesia.
selama kurun waktu tersebut impor jagung Kemampuan impor suatu negara juga
di Indonesia mengalami kecenderungan ditentukan dari nilai kurs mata uang yang
meningkat secara fluktuatif. Impor dapat berlaku pada saat itu. Kurs merupakan salah
diartikan sebagai pembelian barang dan jasa satu harga yang lebih penting dalam pereko-
dari luar negeri ke dalam negeri dengan nomian terbuka, karena ditentukan oleh
perjanjian kerjasama antara 2 negara atau adanya keseimbangan antara permintaan
lebih. Impor juga bisa dikatakan sebagai dan penawaran yang terjadi di pasar, meng-
perdagangan dengan cara memasukkan ingat pengaruhnya yang besar bagi neraca
barang dari luar negeri ke wilayah Indonesia transaksi berjalan maupun bagi variabel-
dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. variabel makro ekonomi lainnya. Kurs dapat
Ghoshray (2011). dijadikan alat untuk mengukur kondisi pere-
Indonesia merupakan salah satu dari 10 konomian suatu negara. Pertumbuhan nilai
negara produsen jagung terbesar di dunia mata uang yang stabil menunjukkan bahwa
dengan share sebesar 1,94% dari total negara tersebut memiliki kondisi ekonomi
produksi jagung di dunia. Rata-rata produksi yang relatif baik atau stabil. Biedermann
jagung di Indonesia mencapai 15,44 juta ton (2008).
per tahun (Pusdatin, 2012). Secara agregat Ketidakstabilan nilai tukar ini mempe-
Indonesia adalah negara importir produk ngaruhi arus modal atau investasi dan perda-
pertanian termasuk jagung yang cenderung gangan Internasional. Indonesia sebagai
mengalami peningkatan. Mahalnya harga negara yang banyak mengimpor bahan baku
jagung dalam negeri dan murahnya harga industri mengalami dampak dan ketidaksta-
jagung impor diduga mengakibatkan produk bilan kurs ini, yang dapat dilihat dari melon-
jagung impor membanjiri pasar jagung jaknya biaya produksi sehingga menyebab-
dalam negeri. Semakin tingginya impor kan harga barangbarang milik Indonesia
jagung juga diduga didukung oleh GDP. mengalami peningkatan. Dengan melemah-
Perkembangan GDP meningkat riil di Indo- nya rupiah menyebabkan perekonomian
nesia memiliki kecenderungan meningkat Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis
sejalan dengan meningkatnya volume impor ekonomi dan kepercayaan terhadap mata
jagung. Selain GDP, kurs juga diduga memi- uang dalam negeri.
liki keterkaian dengan impor. Perkembangan
GDP, Kurs, dan harga jagung dapat dilihat METODE PENELITIAN
pada tabel 2. PDB mencerminkan kesejahteraan ma-
syarakat dalam suatu negara, PDB yang
Tabel 2. GDP, Kurs, Harga Jagung Domestik,
dan Harga Jagung Impor di meningkat menunjukkan bahwa pendapatan
Indonesia Tahun 2008 2012 masyarakat meningkat. Ketika pendapatan
GDP Harga Harga mengalami peningkatan berarti daya beli
Kurs
Th (Milyar Domestik Impor masyarakat meningkat, namun ketika pasar
(Rupiah)
Rupiah) (Rp/kg) (Rp/kg) dalam negeri supply barang lebih kecil dari-
2008 1.986.843 10.950 3.573 2.484
pada demand, maka untuk memenuhi kebu-
2009 2.094.358 9.400 3.952 1.581
2010 2.313.838 8.991 4.616 1.699
tuhan dalam negeri pemerintah akan meng-
2011 2.464.676 9.078 5.336 1.412 ekspor barang baik barang konsumsi
2012 2.618.139 10.066 5.306 1.913 maupun bahan baku untuk meningkatkan
Sumber: BPS, Pusdatin Kementrian Pertanian, dan IMF produksi dalam negeri. Biasanya kebutuhan
JEJAK Journal of Economics and Policy 7 (1) (2014): 102-112 105
Uji derajat integrasi dilakukan melalui bahwa data terkointegrasi atau dengan kata
uji Philip Pheron (PP) pada tingkat first lain terdapat keseimbangan dalam jangka
difference. Data dikatakan stasioner apabila panjang.
nilai PP > nilai kritisnya. Sebaliknya data
Tabel 5. Hasil Uji Cointegration Regression
tidak stasioner jika nilai hitung PP < nilai
Durbin Watson (CRDW)
kritis distribusi t statistik. Tabel 4 merupa-
CRDW Nilai Kritis
kan hasil dari uji derajat integrasi. Persamaan Regresi
Hitung =5%
Tabel 4. Hasil Uji Unit dengan Metode PP IMPOR=PROD, KURS,
2,419758 0,386
pada Tingkat First Difference GDP, KIND, KRT, PD, PM
Setelah dilakukan uji derajat integrasi Tabel 6. Hasil Estimasi Error Correction
dengan derajat integrasi 5%, diperoleh hasil Model
bahwa nilai PP semua variabel berada dia tas Variabel Koefisien t-stastistik Prob
nilai kritisnya (Tabel 4). Dengan demikian C 3,24E+09 2,239963 0,0432
dapat disimpulkan bahwa semua variabel D(PROD) -0,341243 -4,342480 0,0008
yang digunakan sudah stasioner. D(KURS) -24362,27 -0,358696 0,7256
D(GDP) 523,4934 2,628964 0,0073
Uji Kointegrasi D(KIND) 0,222640 4,461875 0,0006
D(KRT) -0,691902 -1,922870 0,0767
Dalam penelitian ini, uji kointegrasi
D(PD) 242560,7 0,604474 0,5559
yang dilakukan adalah dengan menggunakan
D(PM) 330188,8 0,927077 0,3708
metode Durbin-Watson (CRDW). Tahapan PROD(-1) -1,019700 -2,607040 0,0217
pertama adalah melakukan estimasi model KURS(-1) 126176,2 2,235788 0,0435
regresi, kemudian mendapatkan nilai DW. GDP(-1) 57,05487 2,168523 0,0088
Kemudian dari nilai DW tersebut diban- KIND(-1) -0,462219 -1,795908 0,0958
KRT(-1) -1,159815 -2,064554 0,0595
dingkan dengan =1%, =5%, =10%, yang
PD(-1) 1486402, 5,472635 0,0001
masing-masing besarnya 0,511; 0,386; dan
PM(-1) 32742,69 0,070128 0,9452
0,322 Jika nilai hitung d lebih besar dari nilai ECT 0,612997 2,328049 0,0367
kritisnya, maka data terkointegrasi R2 = 0,940771
(Widarjono, 2009). Ajd R2 = 0,872429
Pada Tabel 5 terlihat bahwa nilai F-statistik = 13,76576
CRDW hitung lebih besar dari nilai kritis DW Statistik = 2,220057
t-tabel = 1,717
mutlak pada =5% (2,419758 > 0,386).
Sumber: Data diolah
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan Keterangan: Signifikan pada lebel 5%
JEJAK Journal of Economics and Policy 7 (1) (2014): 102-112 107
Berdasarkan tabel 6, hasil ECM nya perubahan dalam jangka panjang. Nilai
terlihat bahwa nilai koefisien ECT sebesar koefisien jangka panjang diperoleh dengan
0,612997 menunjukkan bahwa ketidakseim- cara nilai koefisien lag jangka pendek
bangan dalam jangka pendek akan disesuai- dijumlahkan dengan nilai koefisien ECT
kan dalam waktu 6 tahun 1 bulan. Model kemudian dibagi dengan ECT. Berdasarkan
ECM dikatakan valid jika tanda koefisien perhitungan nilai koefisien jangka panjang
koreksi kesalahan ini bertanda positif dan maka diperoleh model jangka panjang
signifikan secara statistik (Widarjono, 2009). sebagai berikut:
ngaruh positif signifikan terhadap impor jagung akan meningkat sebesar 0,222640 kg
jagung di Indonesia. jika konsumsi industri mengalami kenaikan
Hasil estimasi jangka pendek menun- sebesar 1 kg. Dalam jangka panjang nilai
jukkan variabel GDP riil Indonesia memiliki koefisien sebesar -0,462219 dan nilai t
nilai koefisien regresi sebesar 523,4934 statistik sebesar -1,795908 > nilai t-tabel =
dengan t-statistik sebesar 2,628964. Dalam 5% sebesar 1,717. Hasil ini menunjukkan
ketentuan statistik pengaruh GDP terhadap bahwa variabel konsumsi industri berpenga-
impor komoditas jagung di Indonesia dapat ruh negatif dan signifikan terhadap impor
dibuktikan yang ditandai dengan nilai t- jagung di Indonesia dalam jangka panjang.
statistik sebesar 2,628964 > nilai t-tabel = Ada beberapa alasan mengapa industri pakan
5% sebesar 1,717. Hasil ini menunjukkan melakukan impor jagung: (1)Terdapat
bahwa variabel GDP berpengaruh positif dan perbedaan jenis jagung yang dibutuhkan. (2)
signifikan terhadap impor di Indonesia. Buruknya sistem pemasaran (3) Efisiensi,
Impor jagung akan meningkat sebesar artinya pengusaha (industri pakan) dalam
523,4934 kg jika GDP mengalami kenaikan mengimpor jagung akan berurusan hanya
sebesar 1 miliar rupiah. Dalam jangka dengan satu eksportir dari negara asal.
panjang variabel GDP riil Indonesia memiliki Namun, jika menggunakan jagung lokal
nilai koefisien regresi sebesar 57,05487 harus mengumpulkan sedikit demi sedikit
dengan t-statistik sebesar 2,168523. Dalam dari petani lokal yang tersebar di berbagai
ketentuan statistik pengaruh GDP terhadap daerah.
impor komoditas jagung di Indonesia dapat Hasil estimasi jangka pendek menun-
dibuktikan yang ditandai dengan nilai t- jukkan variabel konsumsi rumah tangga
statistik sebesar 2,168523 > nilai t-tabel = memiliki nilai koefisien regresi sebesar -
5% sebesar 1,717. Hasil ini menunjukkan 0,691902 dengan t-statistik sebesar -1,922870.
bahwa dalam jangka panjang variabel GDP Dalam ketentuan statistik konsumsi rumah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tangga berpengaruh negatif dan signifikan
impor di Indonesia. GDP sangat berpengaruh yang ditandai dengan nilai t-statistik sebesar
terhadap impor karena GDP merupakan --1,922870 > nilai t-tabel = 5% sebesar
sumber pembiayaan impor. Semakin besar -1,717. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel
GDP (pendapatan nasional) di Indonesia, konsumsi rumah tangga berpengaruh negatif
maka impor jagung semakin besar. dan signifikan terhadap impor jagung di
Hasil estimasi jangka pendek menun- Indonesia. Impor jagung akan turun sebesar
jukkan variabel konsumsi industri memiliki 0,691902 kg jika konsumsi rumah tangga
nilai koefisien regresi sebesar 0,222640 mengalami kenaikan sebesar 1 kg. Dalam
dengan t-statistik sebesar 4,461875. Dalam jangka panjang variabel konsumsi rumah
ketentuan statistik pengaruh konsumsi tangga memiliki nilai koefisien regresi
industri terhadap impor komoditas jagung di sebesar -1,159815 dengan t-statistik sebesar -
Indonesia dapat dibuktikan yang ditandai 2,064554. Nilai t-statistik sebesar -2,064554 >
dengan nilai t-statistik sebesar 4,461875 > nilai t-tabel = 5% sebesar -1,717. Hasil ini
nilai t-tabel = 5% sebesar 1,717. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang
menunjukkan bahwa variabel konsumsi variabel konsumsi rumah tangga berpenga-
industri berpengaruh positif dan signifikan ruh negatif dan signifikan terhadap impor di
terhadap impor jagung di Indonesia. Impor Indonesia. Impor jagung akan menurun
JEJAK Journal of Economics and Policy 7 (1) (2014): 102-112 111
sebesar 1,159815 kg jika konsumsi rumah Kesimpulan yang dapat diambil adalah baik
tangga mengalami kenaikan sebesar 1 kg. dalam jangka panjang maupun jangka
Variabel PD (Harga Domestik) dalam pendek variabel harga jagung impor tidak
jangka pendek memiliki koefisien 242560,7. berpengaruh terhadap impor jagung di
Pada tingkat signifikan =5% harga domestik Indonesia.
tidak berpengaruh terhadap impor yang
KESIMPULAN
dilihat melalui nilai tstatistik sebesar
0,604474 < t-tabel sebesar 1,717. Dalam jang- Produksi, kurs, GDP, konsumsi indus-
ka panjang koefisien variabel harga domestik tri, konsumsi rumah tangga, harga jagung
sebesar 1486402 dengan t-statistik sebesar domestik, dan harga jagung impor berpenga-
5,472635 > t-tabel ( = 5%) sebesar -1,717. Hal ruh secara bersama-sama terhadap impor
ini menunjukkan bahwa dalam jangka komoditas jagung di Indonesia. Untuk varia-
panjang harga jagung domestik di Indonesia bel produksi jagung di Indonesia mempunyai
mempunyai pengaruh positif dan signifikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap
terhadap impor jagung di Indonesia. impor jagung di Indonesia baik dalam jangka
Menurut Pusdatin (2012), kenaikan harga pendek maupun dalam jangka panjang.
domestik merupakan dampak meningkatnya Kurs terbukti tidak berpengaruh signi-
biaya transportasi secara signifikan akibat fikan terhadap impor jagung di Indonesia
kualitas jalan yang rusak, atau sarana jalan dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang,
yang semakin tidak seimbang dengan kurs berpengaruh positif dan signifikan
pertumbuhan jumlah kendaraan sehingga terhadap impor di Indonesia GDP riil berpe-
mengganggu setem distribusi. Artinya, harga ngaruh positif dan signifikan terhadap impor
jagung domestik akan semakin mahal jagung di Indonesia baik dalam jangka
dengan bertambahnya biaya-biaya. Tinggi- pendek maupun dalam jangka panjang.
nya harga domestik inilah yang memicu Konsumsi industri berpengaruh positif
impor dan signifikan terhadap impor jagung di
Hasil estimasi jangka pendek menun- Indonesia dalam jangka pendek. Sedangkan,
jukkan variabel PM (Harga Impor) memiliki dalam jangka panjang variabel konsumsi
nilai koefisien regresi sebesar 330188,8 industri berpengaruh negatif dan signifikan
dengan t-statistik sebesar 0,927077. Nilai t- terhadap impor jagung di Indonesia. Sedang-
statistik sebesar 0,927077 < nilai t-tabel = kan konsumsi rumah tangga berpengaruh
5% sebesar 1,717. Hasil ini menunjukkan negatif dan signifikan terhadap impor jagung
bahwa dalam jangka pendek variabel harga di Indonesia baik dalam jangka pendek
impor tidak berpengaruh terhadap impor maupun dalam jangka panjang.
jagung di Indonesia. Dalam jangka panjang Harga jagung domestik terbukti tidak
variabel harga jagung impor memiliki nilai berpengaruh signifikan terhadap impor
koefisien regresi sebesar 32742,69 dengan t- jagung di Indonesia dalam jangka pendek.
statistik sebesar 0,070128. Hasil ini menun- Dalam jangka panjang variabel harga jagung
jukkan bahwa dalam jangka panjang variabel domestik berpengaruh positif dan signifikan
harga impor tidak berpengaruh terhadap terhadap impor jagung di Indonesia. Begitu
impor jagung di Indonesia dapat dibuktikan juga degan harga jagung impor tidak berpe-
yang ditandai dengan nilai t-statistik sebesar ngaruh terhadap impor jagung di Indonesia
0,070128 < nilai t-tabel =5% sebesar 1,717.
112 Lisa Revania, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Jagung di Indonesia Tahun 1982 2012
baik dalam jangka panjang maupun jangka IMF. (2014). World Economic Outlook (WEO) data.
Website:
pendek.
http://www.econstats.com/weo/V091.htm
Berdasarkan hasil penelitian, maka diakses pada tanggal 26 Februari 2014
Kebijakan pemerintah dalam memacu pro- Kementrian Pertanian Republik Indonesia. (2009).
duksi jagung hendaknya lebih ditingkatkan Rencana Strategis Kementrian Pertanian Tahun
2010-2014. website: http://www.deptan.go.id/
melalui perluasan penggunaan benih hibrida.
renbsngtan/rancangan%20renstra%20deptan
Kebijakan pemerintah sebaiknya juga diarah- %202010- 2014%20 lengkap.pdf. di akses pada
kan untuk peningkatan kualitas sumber daya Tanggal 10 Januari 2014.
manusia (petani) melalui pendidikan dan Linnemann, Ludger. (2008). Balanced Budget Rules and
Macroeconomics Stability with non Separable
pelatihan teknis budidaya jagung melalui
Utility. Journal of Macroeconomics. 30 (2008) :
kemitraan dengan lembaga terkait seperti 199-215
BPTP. Pemerintah juga sebaiknya terus Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin)
meningkatkan pengadaan peralatan pena- Kementrian Pertanian Negara Republik Indone-
nganan pasca- panen bagi petani. Sedangkan sia. (2012). Outlook Komoditas Pertanian
Tanaman Pangan Jagung. Jakarta: Kementrian
bagi industri pakan perlu membangun sistem
Pertanian.
kemitraan yang terstruktur dengan petani Rattray, Jennifer. (2012). The Implications of The
jagung agar lebih mudah memperoleh jagung Increasing Global Demand for Corn. UW-L
sebagai bahan baku industri pakan. Journal of Undergraduate Research XV.
Ribeiro, Marcos. (2008). The Political Economy of
DAFTAR PUSTAKA Structural Reforms Under a Deficit Restriction.
Journal of Macroeconomics: 30: 2008
Badan Pusat Statistik. (1983). Statistik Indonesia 1983- Saptana, Ashari. (2009). Pembangunan Pertanian
2012. Jakarta: BPS. Berkelanjutan Melalui Kemitraan Usaha. Jurnal
Biedermann, Daniel. (2008). A Life-cycle Approach to Litbang Pertanian. 26(4)
the Intemporal Elasticity of Substitution. Suliyanto. (2011). Ekonometrika Terapan : Teori dan
Journal of Macroeconomics. 30 (2008): 481-498 Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: Andi offset.
Ghoshray, Atanu. (2011). Underlying Trends and Inter- Sumodiningrat, Gunawan. (1996). Ekonometrika
national Price Transmission of Agricultural Pengantar. Yogyakarta: BPFE.
Commodities. ADB Economic Paper Series Widarjono, Agus. (2009). Ekonometrika Pengantar dan
No.257. Aplikasinya. Yogyakarta: Ekonisia.