Anda di halaman 1dari 11

Jejak 7 (1) (2014): 102-112 DOI: 10.15294/jejak.v7i1.

3847

JEJAK
Journal of Economics and Policy
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jejak

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


IMPOR JAGUNG DI INDONESIA TAHUN 1982 2012
Lisa Revania

Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15294/jejak.v7i2.3847

Received: 3 Desember 2013; Accepted: 27 Desember 2013; Published: Maret 2014

Abstract
Total corn production is found to be larger than the consumption of maize. This implies that the imbalance condition between
production and consumption of corn in nationwide level never happened. However, from 1982 to 2012, the imports of maize increased.
In addition, the increase of GDP, the strengthening exchange rate, the increase of domestic price, and the falling import prices rise
were alleged to affect on the volume of imports of maize in Indonesia. This study aims to analyze the factors affecting the import of
maize in Indonesia. The variables that are used in this study is the production, exchange rate, GDP, industrial consumption,
household consumption, price of domestic corn, and price of imported corn. Econometric analysis model used is Error Correction
Model (ECM). This research reveals : (1) the data is stationary at first difference; (2) data used cointegrated means an association of
long-term parameters; and (3) ECT coefficient is 0.612997 and is significant at = 5 % meaning that the model used is valid. The
conclusions of this study are: (1) In the short term, production, GDP, industrial consumption, and household consumption have a
significant effect on the import of corn; (2) In the long term, production, exchange rate, GDP, industrial consumption, household
consumption, and the price of domestic corn have a significant effect on maize imports in Indonesia.
Keywords: ECM, import, and corn.

Abstrak
Jumlah produksi jagung yang lebih besar dibandingkan dengan konsumsi jagung menunjukkan bahwa tidak pernah terjadi
ketimpangan antara produksi dan konsumsi jagung secara nasional. Akan tetapi, selama kurun waktu 1982 - 2012 impor jagung
Indonesia memiliki kecenderungan meningkat. Selain itu, kenaikan GDP, menguatnya kurs, kenaikan harga domestik, dan
turunnya harga impor diduga berpengaruh terhadap kenaikan volume impor jagung di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor jagung di Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
produksi, kurs, GDP, konsumsi industri, konsumsi rumah tangga, harga jagung domestik, dan harga jagung impor. Model analisis
ekonometrika yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
(1) data stasioner pada first difference (2) data yang digunakan terkointegrasi artinya adanya hubungan parameter jangka panjang
(3) nilai koefisien ECT adalah 0,612997 dan signifikan pada =5%, artinya model yang digunakan sudah sah atau valid. Kesimpulan
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Dalam jangka pendek, variabel produksi, GDP, konsumsi industri, dan konsumsi rumah
tangga berpengaruh signifikan terhadap impor jagung (2) Dalam jangka panjang, produksi, kurs, GDP, konsumsi industri,
konsumsi rumah tangga dan harga jagung impor, terbukti berpengaruh signifikan terhadap impor jagung di Indonesia.

Kata Kunci: ECM, impor, dan jagung


How to Cite: Revania, L. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Jagung di Indonesia Tahun 1982
2012. JEJAK Journal of Economics and Policy, 7 (1): 102-112 doi: 10.15294jejak.v7i1.3847

2014 Semarang State University. All rights reserved

Corresponding author : ISSN 1979-715X


Address: Kampus Unnes Sekaran, Semarang 50229
E-mail:revanialisa@gmail.com
JEJAK Journal of Economics and Policy 7 (1) (2014): 102-112 103

PENDAHULUAN masih cenderung bergantung pada keterse-


Pembangunan pertanian memiliki diaan sumber daya alam. Hal ini terlihat
peran yang strategis dalam perekonomian dengan tingginya ketergantungan komoditas
nasional. Rumusan Rencana Strategis pertanian pada faktor musim. Saptana
(Renstra) Kementrian Pertanian Negara (2009).
Republik Indonesia tahun 2010-2014 menjadi Jagung sebagai salah satu komoditas
dasar pembangunan pertanian. Berdasarkan pangan utama memiliki peranan sangat pen-
rumusan Renstra 2010-2014 target utama ting dalam mendukung ketersediaan pangan.
pembangunan pertanian di Indonesia, meli- Produksi jagung Negara Indonesia mening-
puti: Pencapaian Swasembada dan Swasem- kat dari waktu ke waktu karena permintaan
bada Berkelanjutan, Peningkatan Diversifi- global yang terus meningkat. Jagung sedang
kasi Pangan, Peningkatan Nilai Tambah, digunakan untuk pangan, pakan, mengguna-
Daya Saing, dan Ekspor, dan Peningkatan kan industri dan produksi etanol, tetapi ada
Kesejahteraan Petani (Kementerian Perta- banyak faktor yang mempengaruhi tingkat
nian Republik Indonesia, 2009). global penawaran dan permintaan. Karena
Dewasa ini, penelitian untuk diversifi- faktor-faktor ini, industri jagung telah ber-
kasi jagung lebih intensif daripada untuk kembang beberapa dekade untuk memenuhi
biji-bijian pakan lainnya. Pertanian biotekno- permintaan yang terus meningkat.
logi digunakan untuk meningkatkan karak- Pada Tabel 1 terlihat bahwa tahun 2008
teristik dan kualitas jagung yang tahan - 2012 perkembangan produksi jagung di
serangga dan toleran terhadap herbisida. Indonesia menunjukkan kecenderungan
Varietas jagung ini diharapkan dapat yang meningkat. Tingkat produksi komodi-
meningkatkan lebih lanjut (Rattray, 2012). tas jagung yang tinggi di Indonesia diikuti
Dalam rangka peningkatan produksi pula oleh tingginya tingkat konsumsi secara
pertanian pada periode 2010-2014, Kemente- total. Selain dikonsumsi langsung oleh
rian Pertanian akan lebih fokus pada pening- rumah tangga, jagung juga digunakan seba-
katan 39 komoditas unggulan nasional. Dari gai makanan ternak dan bahan baku industri
ke-39 komoditas unggulan nasional, ada 5 pakan.
komoditas pangan utama yang dijadikan tar- Pertumbuhan produksi jagung di Indo-
get swasembada, yaitu: padi, jagung, kedelai, nesia telah mampu mencukupi konsumsi
gula dan daging sapi. Akan tetapi pola jagung secara nasional. Bahkan produksi
pengembangan sektor pertanian di Indonesia jagung dapat dikatakan surplus. Akan tetapi

Tabel 1. Produksi, konsumsi Industri, Konsumsi Rumah Tangga, dan


Impor Jagung di Indonesia Tahun 2008 2012
Produksi Konsumsi Industri Konsumsi Rumah Tangga Impor
Tahun
(ton) (Ton) (Ton) (Ton)
2008 16.317.000 2.713.000 822.226 264.665
2009 17.630.000 3.415.000 579.119 338.798
2010 18.328.000 4.432.000 469.826 1.527.516
2011 17.643.000 4.941.000 358.498 3.207.657
2012 18.962.000 6.473.000 341.000 1.120.152
Sumber: Pusdatin Kementrian Pertanian (2012)
104 Lisa Revania, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Jagung di Indonesia Tahun 1982 2012

selama kurun waktu tersebut impor jagung Kemampuan impor suatu negara juga
di Indonesia mengalami kecenderungan ditentukan dari nilai kurs mata uang yang
meningkat secara fluktuatif. Impor dapat berlaku pada saat itu. Kurs merupakan salah
diartikan sebagai pembelian barang dan jasa satu harga yang lebih penting dalam pereko-
dari luar negeri ke dalam negeri dengan nomian terbuka, karena ditentukan oleh
perjanjian kerjasama antara 2 negara atau adanya keseimbangan antara permintaan
lebih. Impor juga bisa dikatakan sebagai dan penawaran yang terjadi di pasar, meng-
perdagangan dengan cara memasukkan ingat pengaruhnya yang besar bagi neraca
barang dari luar negeri ke wilayah Indonesia transaksi berjalan maupun bagi variabel-
dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. variabel makro ekonomi lainnya. Kurs dapat
Ghoshray (2011). dijadikan alat untuk mengukur kondisi pere-
Indonesia merupakan salah satu dari 10 konomian suatu negara. Pertumbuhan nilai
negara produsen jagung terbesar di dunia mata uang yang stabil menunjukkan bahwa
dengan share sebesar 1,94% dari total negara tersebut memiliki kondisi ekonomi
produksi jagung di dunia. Rata-rata produksi yang relatif baik atau stabil. Biedermann
jagung di Indonesia mencapai 15,44 juta ton (2008).
per tahun (Pusdatin, 2012). Secara agregat Ketidakstabilan nilai tukar ini mempe-
Indonesia adalah negara importir produk ngaruhi arus modal atau investasi dan perda-
pertanian termasuk jagung yang cenderung gangan Internasional. Indonesia sebagai
mengalami peningkatan. Mahalnya harga negara yang banyak mengimpor bahan baku
jagung dalam negeri dan murahnya harga industri mengalami dampak dan ketidaksta-
jagung impor diduga mengakibatkan produk bilan kurs ini, yang dapat dilihat dari melon-
jagung impor membanjiri pasar jagung jaknya biaya produksi sehingga menyebab-
dalam negeri. Semakin tingginya impor kan harga barangbarang milik Indonesia
jagung juga diduga didukung oleh GDP. mengalami peningkatan. Dengan melemah-
Perkembangan GDP meningkat riil di Indo- nya rupiah menyebabkan perekonomian
nesia memiliki kecenderungan meningkat Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis
sejalan dengan meningkatnya volume impor ekonomi dan kepercayaan terhadap mata
jagung. Selain GDP, kurs juga diduga memi- uang dalam negeri.
liki keterkaian dengan impor. Perkembangan
GDP, Kurs, dan harga jagung dapat dilihat METODE PENELITIAN
pada tabel 2. PDB mencerminkan kesejahteraan ma-
syarakat dalam suatu negara, PDB yang
Tabel 2. GDP, Kurs, Harga Jagung Domestik,
dan Harga Jagung Impor di meningkat menunjukkan bahwa pendapatan
Indonesia Tahun 2008 2012 masyarakat meningkat. Ketika pendapatan
GDP Harga Harga mengalami peningkatan berarti daya beli
Kurs
Th (Milyar Domestik Impor masyarakat meningkat, namun ketika pasar
(Rupiah)
Rupiah) (Rp/kg) (Rp/kg) dalam negeri supply barang lebih kecil dari-
2008 1.986.843 10.950 3.573 2.484
pada demand, maka untuk memenuhi kebu-
2009 2.094.358 9.400 3.952 1.581
2010 2.313.838 8.991 4.616 1.699
tuhan dalam negeri pemerintah akan meng-
2011 2.464.676 9.078 5.336 1.412 ekspor barang baik barang konsumsi
2012 2.618.139 10.066 5.306 1.913 maupun bahan baku untuk meningkatkan
Sumber: BPS, Pusdatin Kementrian Pertanian, dan IMF produksi dalam negeri. Biasanya kebutuhan
JEJAK Journal of Economics and Policy 7 (1) (2014): 102-112 105

impor barang konsumsi melalui kebijakan HASIL DAN PEMBAHASAN


pemerintah sedangkan bahan produksi mela- Uji Stasioneritas
lui mekanisme pasar. Linnemann (2008).
Dalam analisis data time series sangat
Penelitian tentang analisis impor ja- penting untuk melihat stasioneritas data.
gung di Indonesia diarahkan untuk mengkaji Apabila tidak dilakukan uji stasioneritas
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi maka kemungkinan besar data akan menjadi
impor jagung di Indonesia. Data yang digu- semu. Uji Stasioneritas data dalam penelitian
nakan adalah data time series selama 31 ini dilakukan dengan Uji Philip Peron (PP).
tahun (1982-2012) yang diperoleh dari berba- Jika Nilai absolut statistik PP > nilai kritisnya
gai sumber diantaranya; Pusdatin, Kemen- maka data yang diamati menunjukkan
trian Pertanian, BPS, dan IMF. stasioner, dan sebaliknya jika nilai absolut
Pendekatan yang digunakan dalam statistik PP < nilai kritisnya maka data yang
penelitian ini adalah pendekatan Error diamati tidak stasioner (Widarjono, 2009).
Correction Model. Error Correction Model Setelah dilakukan olah data dengan
(ECM). Model ECM dikatakan valid jika menggunakan E views 7, hasil uji stasio-
tanda koefisien koreksi kesalahan ini bertan- neritasnya terlihat pada tabel 3.
da positif dan signifikan secara statistik
Tabel 3. Hasil Uji Akar Unit dengan Metode
(Widarjono, 2009). Penelitian ini mengguna-
PP pada Tingkat Level
kan model ECM Domowitz Elbadawi.
Variabel Nilai Statistik PP Keterangan
Adapun bentuk ECM dari penelitian ini
IMPOR -2,646486 Tidak Stasioner
adalah sebagai berikut:
PROD 1,146438 Tidak Stasioner
D(IMPOR)t = 0+ 1D(PROD)t KURS -0,728775 Tidak Stasioner
GDP 1,030224 Tidak Stasioner
+2D(KURS)t+3D(GDP)t+4(KIND)t KIND -2,413461 Tidak Stasioner
+5 D(KRT)t + 6D(PD)t + 7 D(PM)t KRT -1,967197 Tidak Stasioner
PD 2,889068 Tidak Stasioner
+8PRODt-1+ 9KURSt-1+ 10GDPt-1 PM 0,124668 Tidak Stasioner
+11KINDt-1+ 12KRTt-1 +13 PDt-1 +14PMt-1 Nilai Kritis
-2,963972
=5%
+ 15ECT+t (1)
Berdasarkan hasil uji stasioneritas pada
Melihat fenomena yang terjadi maka tabel 3 semua variabel tidak signifikan pada
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis =5% Dengan demikian dapat disimpulkan
faktor-faktor yang mempengaruhi impor bahwa semua variabel yang digunakan belum
komoditas jagung di Indonesia selama stasioner pada tingkat level.
periode tahun 1982-2012.
Uji Derajat Integrasi
Dari persamaan 1 dapat pula diestimasi
koefisien regresi jangka panjang seperti yang Uji derajat integrasi merupakan kelan-
pada persamaan 2 dibawah ini: jutan dari uji unit root sebagai konsekuensi
dari tidak terpenuhinya asumsi stasioneritas
IMPt = 0+ 1PRODt + 2 KURSt + 3GDPt pada derajat nol. Uji derajat integrasi dilaku-
+ 4KINDt + 5 KRTt+ 6PDt kan untuk mengukur pada tingkat diferensi
+ 7 PM t +t (2) ke berapa semua variabel stasioner.
106 Lisa Revania, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Jagung di Indonesia Tahun 1982 2012

Uji derajat integrasi dilakukan melalui bahwa data terkointegrasi atau dengan kata
uji Philip Pheron (PP) pada tingkat first lain terdapat keseimbangan dalam jangka
difference. Data dikatakan stasioner apabila panjang.
nilai PP > nilai kritisnya. Sebaliknya data
Tabel 5. Hasil Uji Cointegration Regression
tidak stasioner jika nilai hitung PP < nilai
Durbin Watson (CRDW)
kritis distribusi t statistik. Tabel 4 merupa-
CRDW Nilai Kritis
kan hasil dari uji derajat integrasi. Persamaan Regresi
Hitung =5%
Tabel 4. Hasil Uji Unit dengan Metode PP IMPOR=PROD, KURS,
2,419758 0,386
pada Tingkat First Difference GDP, KIND, KRT, PD, PM

Variabel Nilai Statistik PP Keterangan Error Correction Model (ECM)


IMPOR -12,93621 Stasioner ECM merupakan teknik untuk mengo-
PROD -7,213234 Stasioner
KURS -5,217705 Stasioner
reksi ketidakseimbangan jangka pendek
GDP -5,210672 Stasioner menuju pada keseimbangan jangka panjang.
KIND -9,034253 Stasioner Model ECM dikatakan valid jika tanda koefi-
KRT -8,222168 Stasioner sien koreksi kesalahan ini bertanda positif
PD -5,043863 Stasioner
dan signifikan secara statistik (Widarjono,
PM -11,23629 Stasioner
2009). Tabel 6 merupakan hasil estimasi
Nilai Kritis
-2,967767 ECM model Domowitz Elbadawi.
=5%

Setelah dilakukan uji derajat integrasi Tabel 6. Hasil Estimasi Error Correction
dengan derajat integrasi 5%, diperoleh hasil Model
bahwa nilai PP semua variabel berada dia tas Variabel Koefisien t-stastistik Prob
nilai kritisnya (Tabel 4). Dengan demikian C 3,24E+09 2,239963 0,0432
dapat disimpulkan bahwa semua variabel D(PROD) -0,341243 -4,342480 0,0008
yang digunakan sudah stasioner. D(KURS) -24362,27 -0,358696 0,7256
D(GDP) 523,4934 2,628964 0,0073
Uji Kointegrasi D(KIND) 0,222640 4,461875 0,0006
D(KRT) -0,691902 -1,922870 0,0767
Dalam penelitian ini, uji kointegrasi
D(PD) 242560,7 0,604474 0,5559
yang dilakukan adalah dengan menggunakan
D(PM) 330188,8 0,927077 0,3708
metode Durbin-Watson (CRDW). Tahapan PROD(-1) -1,019700 -2,607040 0,0217
pertama adalah melakukan estimasi model KURS(-1) 126176,2 2,235788 0,0435
regresi, kemudian mendapatkan nilai DW. GDP(-1) 57,05487 2,168523 0,0088
Kemudian dari nilai DW tersebut diban- KIND(-1) -0,462219 -1,795908 0,0958
KRT(-1) -1,159815 -2,064554 0,0595
dingkan dengan =1%, =5%, =10%, yang
PD(-1) 1486402, 5,472635 0,0001
masing-masing besarnya 0,511; 0,386; dan
PM(-1) 32742,69 0,070128 0,9452
0,322 Jika nilai hitung d lebih besar dari nilai ECT 0,612997 2,328049 0,0367
kritisnya, maka data terkointegrasi R2 = 0,940771
(Widarjono, 2009). Ajd R2 = 0,872429
Pada Tabel 5 terlihat bahwa nilai F-statistik = 13,76576
CRDW hitung lebih besar dari nilai kritis DW Statistik = 2,220057
t-tabel = 1,717
mutlak pada =5% (2,419758 > 0,386).
Sumber: Data diolah
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan Keterangan: Signifikan pada lebel 5%
JEJAK Journal of Economics and Policy 7 (1) (2014): 102-112 107

Berdasarkan tabel 6, hasil ECM nya perubahan dalam jangka panjang. Nilai
terlihat bahwa nilai koefisien ECT sebesar koefisien jangka panjang diperoleh dengan
0,612997 menunjukkan bahwa ketidakseim- cara nilai koefisien lag jangka pendek
bangan dalam jangka pendek akan disesuai- dijumlahkan dengan nilai koefisien ECT
kan dalam waktu 6 tahun 1 bulan. Model kemudian dibagi dengan ECT. Berdasarkan
ECM dikatakan valid jika tanda koefisien perhitungan nilai koefisien jangka panjang
koreksi kesalahan ini bertanda positif dan maka diperoleh model jangka panjang
signifikan secara statistik (Widarjono, 2009). sebagai berikut:

D(IMPOR) = 3240000000,0 0,341243 D(PROD)t IMPORt = 5285507106 - 0,96786 PRODt +


24362,27 D(KURS)t + 523,4934 D(GDP)t 205835,9 KURSt + 94,0752 GDPt +
+ 0,222640 (KIND)t 0,691902 D(KRT)t 0,24596 KINDt - 0,89204 KRTt +
2424812,2 PDt-1 + 53415,11 PM t +
+ 242560,7 D(PD)t+ 330188,8 D(PM) t
0,612997 ECT + t (4)
1,019700 PRODt-1+ 126176,2 KURSt-1
+ 57,05487 GDPt-1 0,462219 KINDt-1 Dari perhitungan tersebut akan diper-
1,159815 KRTt-1+ 1486402 PDt-1 oleh nilai koefisien jangka panjang. Tabel 7
menunjukkan nilai koefisien jangka pendek
+ 32742,69 PM t-1 + 0,612997 ECT + t (3)
dan jangka panjang.
Hasil Estimasi ECM pada tabel 6
Tabel 7. Nilai Koefisien Regresi Jangka
menunjukkan nilai koefisien ECT sebesar
Pendek dan Jangka Panjang
0,612997 menunjukkan bahwa model koreksi
Variabel Jangka Pendek Jangka Panjang
kesalahan ini valid dan dapat digunakan
untuk menganalisis faktor-faktor yang mem- C 3,24E+09 5,28E+07
pengaruhi impor komoditas jagung di PROD -0,341243 -0,96786
Indonesia, antara lain produksi, kurs, GDP, KURS -24362,27 205835,9
konsumsi industri, konsumsi rumah tangga, GDP 523,4934 94,0752
harga jagung domestik, dan harga jagung
KIND 0,222640 0,24596
impor.
KRT -0,691902 -0,89204
Uji Asumsi Klasik PD 242560,7 2424812,2
PM 330188,8 53415,11
Multikolinieritas
Multikolinearitas berarti adanya hubu-
Berdasarkan hasil uji pada tabel 8 dapat
ngan yang linier atau pasti, diantara bebe-
diketahui bahwa dalam jangka pendek model
rapa atau semua variabel yang menjelaskan
bebas dari multikolinieritas, sedangkan
dari model regresi. Untuk melakukan uji
dalam jangka panjang terdapat permasalahan
multikolinieritas digunakan metode Klein.
multikolinieritas di dalam model. Namun,
Jika R2 regresi auxiliary < R2 model utamanya
menurut Sumodiningrat (1996), multikolinie-
maka model terbebas dari multikolinieritas,
ritas terjadi karena penggunaan nilai kelam-
dan sebaliknya (Sumodiningrat, 1996).
banan (lagged value) dari variabel bebas
Selain dapat menjelaskan perubahan tertentu dalam model regresi atau model
variabel bebas terhadap variabel terikat da- empiris. Dengan demikian masalah multiko-
lam jangka pendek, ECM dapat menjelaskan linieritas dalam model ECM dapat diabaikan
108 Lisa Revania, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Jagung di Indonesia Tahun 1982 2012

Tabel 8. Hasil Estimasi Error Correction Model


Variabel R2 r2 Kesimpulan
D(PROD) 0,940771 0,763660 Bebas Multikolinieritas
D(KURS) 0,940771 0,652055 Bebas Multikolinieritas
D(GDP) 0,940771 0,576948 Bebas Multikolinieritas
D(KIND) 0,940771 0,744197 Bebas Multikolinieritas
D(KRT) 0,940771 0,695828 Bebas Multikolinieritas
D(PD) 0,940771 0,842730 Bebas Multikolinieritas
D(PM) 0,940771 0,815809 Bebas Multikolinieritas
PROD(-1) 0,940771 0,999199 Multikolinieritas
KURS(-1) 0,940771 0,961000 Multikolinieritas
GDP(-1) 0,940771 0,976202 Multikolinieritas
KIND(-1) 0,940771 0,990689 Multikolinieritas
KRT(-1) 0,940771 0,986365 Multikolinieritas
PD(-1) 0,940771 0,984810 Multikolinieritas
PM(-1) 0,940771 0,977809 Multikolinieritas
Sumber: Data diolah
Keterangan: Signifikan pada lebel 5%

Heteroskedastisitas 0,5464 > 0,05 maka dapat disimpulkan bah-


Untuk membuktikan ada tidaknya wa model yang digunakan berbentuk linier.
heteroskedastisitas dalam suatu model, maka
Normalitas
dapat dilakukan melalui Uji White. Berda-
Uji normalitas dimaksudkan untuk
sarkan hasil pengolahan data pada model
menguji apakah nilai residual yang telah
ECM diperoleh hasil nilai prob Chi-Squared
distandardisasi pada model regresi berdis-
sebesar 0,7290 > 0,05. Dengan demikian
tribusi normal atau tidak (Suliyanto 2011: 69).
dapat disimpulkan bahwa dalam model ECM
Metode yang digunakan adalah mengguna-
tidak terjadi heteroskedastisitas.
kan uji Jarque Berra (JB Test). Berdasarkan
Otokorelasi hasil pengolahan data pada model diperoleh
Untuk mendeteksi adanya otokorelasi bahwa nilai Jarque-Bera (JB) 1,007051 < 2
dengan melakukan Uji LM (Bruesch tabel sebesar 32,6705. Dengan demikian
Godfrey). Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa residual berdis-
dengan Uji L-M diketahui besarnya Obs* R- tribusi normal.
squared sebesar 3,687284 < nilai 2 tabel
Uji t-Statistik
dengan = 5% yaitu sebesar 32,6705. Dengan
Uji t digunakan untuk mengetahui pe-
demikian model empirik yang digunakan
ngaruh masing-masing variabel bebas terha-
bebas dari masalah otokorelasi.
dap variabel terikatnya. Dalam penelitian ini
Linieritas digunakan uji t dengan satu sisi. Jika t
Uji Linieritas digunakan untuk melihat statistik > t tabel maka variabel independen
apakah model mempunyai hubungan linier berpengaruh terhadap variabel dependen,
atau tidak. Berdasarkan hasil Ramsey Reset dan sebaliknya. Tabel 9 merupakan hasil uji
Test diketahui bahwa nilai Prob F sebesar t.
JEJAK Journal of Economics and Policy 7 (1) (2014): 102-112 109

Tabel 9. Hasil Uji-t variasi perubahan impor komoditas jagung di


Variabel Jangka Pendek Jangka Panjang Indonesia sebesar 87%, sedangkan sisanya
PROD Berpengaruh Berpengaruh
sebesar 13% dijelaskan oleh variabel lain di
KURS Tidak berpengaruh Berpengaruh luar model.
GDP Berpengaruh Berpengaruh
PEMBAHASAN
KIND Berpengaruh Berpengaruh
KRT Berpengaruh Berpengaruh Pada tingkat signifikan =5% Variabel
PD Tidak berpengaruh Berpengaruh PROD (Produksi) berpengaruh signifikan
PM Tidak berpengaruh Tdk berpengaruh terhadap impor jagung. Variabel PROD
Sumber: Data diolah (Produksi) memiliki koefisien -0,341243,
Keterangan: Signifikan pada lebel 5% artinya impor jagung akan menurun sebesar
Berdasarkan tabel 9, hasil uji-t menun- 0,341243 kg jika produksi meningkat sebesar 1
jukkan dalam jangka pendek variabel yang kg dalam jangka pendek.. Koefisien variabel
berpengaruh terhadap impor jagung di produksi dalam jangka panjang sebesar
Indonesia adalah variabel produksi, GDP, -1,019700 dengan t-statistik sebesar -2,607040
konsumsi industri, konsumsi rumah tangga. > t-tabel (=5%) sebesar -1,717. Hal ini
Sedangkan dalam jangka panjang variabel menunjukkan bahwa produksi jagung di
produksi, Kurs, GDP, konsumsi industri, Indonesia mempunyai pengaruh negatif dan
konsumsi rumah tangga, dan harga jagung signifikan terhadap impor jagung di Indone-
domestik berpengaruh terhadap impor sia baik dalam jangka panjang maupun
jagung di Indonesia. dalam jangka pendek. Tinggi rendahnya
produksi dipengaruhi oleh produktivitas dan
Uji F-statistik luas panen. Salah satu hal yang hal yang
Uji F digunakan untuk mengetahui menyebabkan adanya surplus produksi
pengaruh secara bersama-sama variabel jagung, namun impor jagung di Indonesia
bebas terhadap variabel terikatnya. Berda- semakin tinggi yaitu kurangnya pasokan
sarkan hasil estimasi ECM menunjukkan F- jagung gigi kuda (Zea mays indentata) yang
statistik sebesar 13,76576 > F tabel dengan digunakan sebagai bahan baku industri pa-
tingkat signifikan 5% sebesar 2,40, maka H0 kan sedangkan di Indonesia, sebagian besar
ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa petani lebih banyak menanam jagung lokal.
variabel produksi, kurs, GDP, konsumsi Hasil estimasi jangka pendek menun-
industri, konsumsi rumah tangga, harga jukkan variabel kurs memiliki nilai koefisien
jagung domestik, dan harga jagung impor regresi sebesar -24362,27 dengan t-statistik
berpengaruh secara bersama-sama terhadap sebesar -0,358696. Berdasarkan ketentuan
impor komoditas jagung di Indonesia. statistik, maka dapat diketahui variabel kurs
tidak berpengaruh signifikan terhadap impor
Adjusted R-squared (R2)
jagung di Indonesia. Hal ini terlihat dari nilai
Berdasarkan hasil estimasi ECM diketa- statistik sebesar -0,358696 < t-tabel =5%
hui nilai Adjusted R-square adalah 0,872429. sebesar 1,717. Dalam jangka panjang koefisien
Nilai ini menunjukkan bahwa variabel regresi sebesar 126176,2 dengan t-statistik
produksi, kurs, GDP, konsumsi industri, kon- sebesar 2,235788 yang menunjukkan bahwa
sumsi rumah tangga, harga jagung domestik, dalam jangka panjang variabel kurs berpe-
dan harga jagung impor dapat menjelaskan
110 Lisa Revania, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Jagung di Indonesia Tahun 1982 2012

ngaruh positif signifikan terhadap impor jagung akan meningkat sebesar 0,222640 kg
jagung di Indonesia. jika konsumsi industri mengalami kenaikan
Hasil estimasi jangka pendek menun- sebesar 1 kg. Dalam jangka panjang nilai
jukkan variabel GDP riil Indonesia memiliki koefisien sebesar -0,462219 dan nilai t
nilai koefisien regresi sebesar 523,4934 statistik sebesar -1,795908 > nilai t-tabel =
dengan t-statistik sebesar 2,628964. Dalam 5% sebesar 1,717. Hasil ini menunjukkan
ketentuan statistik pengaruh GDP terhadap bahwa variabel konsumsi industri berpenga-
impor komoditas jagung di Indonesia dapat ruh negatif dan signifikan terhadap impor
dibuktikan yang ditandai dengan nilai t- jagung di Indonesia dalam jangka panjang.
statistik sebesar 2,628964 > nilai t-tabel = Ada beberapa alasan mengapa industri pakan
5% sebesar 1,717. Hasil ini menunjukkan melakukan impor jagung: (1)Terdapat
bahwa variabel GDP berpengaruh positif dan perbedaan jenis jagung yang dibutuhkan. (2)
signifikan terhadap impor di Indonesia. Buruknya sistem pemasaran (3) Efisiensi,
Impor jagung akan meningkat sebesar artinya pengusaha (industri pakan) dalam
523,4934 kg jika GDP mengalami kenaikan mengimpor jagung akan berurusan hanya
sebesar 1 miliar rupiah. Dalam jangka dengan satu eksportir dari negara asal.
panjang variabel GDP riil Indonesia memiliki Namun, jika menggunakan jagung lokal
nilai koefisien regresi sebesar 57,05487 harus mengumpulkan sedikit demi sedikit
dengan t-statistik sebesar 2,168523. Dalam dari petani lokal yang tersebar di berbagai
ketentuan statistik pengaruh GDP terhadap daerah.
impor komoditas jagung di Indonesia dapat Hasil estimasi jangka pendek menun-
dibuktikan yang ditandai dengan nilai t- jukkan variabel konsumsi rumah tangga
statistik sebesar 2,168523 > nilai t-tabel = memiliki nilai koefisien regresi sebesar -
5% sebesar 1,717. Hasil ini menunjukkan 0,691902 dengan t-statistik sebesar -1,922870.
bahwa dalam jangka panjang variabel GDP Dalam ketentuan statistik konsumsi rumah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tangga berpengaruh negatif dan signifikan
impor di Indonesia. GDP sangat berpengaruh yang ditandai dengan nilai t-statistik sebesar
terhadap impor karena GDP merupakan --1,922870 > nilai t-tabel = 5% sebesar
sumber pembiayaan impor. Semakin besar -1,717. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel
GDP (pendapatan nasional) di Indonesia, konsumsi rumah tangga berpengaruh negatif
maka impor jagung semakin besar. dan signifikan terhadap impor jagung di
Hasil estimasi jangka pendek menun- Indonesia. Impor jagung akan turun sebesar
jukkan variabel konsumsi industri memiliki 0,691902 kg jika konsumsi rumah tangga
nilai koefisien regresi sebesar 0,222640 mengalami kenaikan sebesar 1 kg. Dalam
dengan t-statistik sebesar 4,461875. Dalam jangka panjang variabel konsumsi rumah
ketentuan statistik pengaruh konsumsi tangga memiliki nilai koefisien regresi
industri terhadap impor komoditas jagung di sebesar -1,159815 dengan t-statistik sebesar -
Indonesia dapat dibuktikan yang ditandai 2,064554. Nilai t-statistik sebesar -2,064554 >
dengan nilai t-statistik sebesar 4,461875 > nilai t-tabel = 5% sebesar -1,717. Hasil ini
nilai t-tabel = 5% sebesar 1,717. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang
menunjukkan bahwa variabel konsumsi variabel konsumsi rumah tangga berpenga-
industri berpengaruh positif dan signifikan ruh negatif dan signifikan terhadap impor di
terhadap impor jagung di Indonesia. Impor Indonesia. Impor jagung akan menurun
JEJAK Journal of Economics and Policy 7 (1) (2014): 102-112 111

sebesar 1,159815 kg jika konsumsi rumah Kesimpulan yang dapat diambil adalah baik
tangga mengalami kenaikan sebesar 1 kg. dalam jangka panjang maupun jangka
Variabel PD (Harga Domestik) dalam pendek variabel harga jagung impor tidak
jangka pendek memiliki koefisien 242560,7. berpengaruh terhadap impor jagung di
Pada tingkat signifikan =5% harga domestik Indonesia.
tidak berpengaruh terhadap impor yang
KESIMPULAN
dilihat melalui nilai tstatistik sebesar
0,604474 < t-tabel sebesar 1,717. Dalam jang- Produksi, kurs, GDP, konsumsi indus-
ka panjang koefisien variabel harga domestik tri, konsumsi rumah tangga, harga jagung
sebesar 1486402 dengan t-statistik sebesar domestik, dan harga jagung impor berpenga-
5,472635 > t-tabel ( = 5%) sebesar -1,717. Hal ruh secara bersama-sama terhadap impor
ini menunjukkan bahwa dalam jangka komoditas jagung di Indonesia. Untuk varia-
panjang harga jagung domestik di Indonesia bel produksi jagung di Indonesia mempunyai
mempunyai pengaruh positif dan signifikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap
terhadap impor jagung di Indonesia. impor jagung di Indonesia baik dalam jangka
Menurut Pusdatin (2012), kenaikan harga pendek maupun dalam jangka panjang.
domestik merupakan dampak meningkatnya Kurs terbukti tidak berpengaruh signi-
biaya transportasi secara signifikan akibat fikan terhadap impor jagung di Indonesia
kualitas jalan yang rusak, atau sarana jalan dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang,
yang semakin tidak seimbang dengan kurs berpengaruh positif dan signifikan
pertumbuhan jumlah kendaraan sehingga terhadap impor di Indonesia GDP riil berpe-
mengganggu setem distribusi. Artinya, harga ngaruh positif dan signifikan terhadap impor
jagung domestik akan semakin mahal jagung di Indonesia baik dalam jangka
dengan bertambahnya biaya-biaya. Tinggi- pendek maupun dalam jangka panjang.
nya harga domestik inilah yang memicu Konsumsi industri berpengaruh positif
impor dan signifikan terhadap impor jagung di
Hasil estimasi jangka pendek menun- Indonesia dalam jangka pendek. Sedangkan,
jukkan variabel PM (Harga Impor) memiliki dalam jangka panjang variabel konsumsi
nilai koefisien regresi sebesar 330188,8 industri berpengaruh negatif dan signifikan
dengan t-statistik sebesar 0,927077. Nilai t- terhadap impor jagung di Indonesia. Sedang-
statistik sebesar 0,927077 < nilai t-tabel = kan konsumsi rumah tangga berpengaruh
5% sebesar 1,717. Hasil ini menunjukkan negatif dan signifikan terhadap impor jagung
bahwa dalam jangka pendek variabel harga di Indonesia baik dalam jangka pendek
impor tidak berpengaruh terhadap impor maupun dalam jangka panjang.
jagung di Indonesia. Dalam jangka panjang Harga jagung domestik terbukti tidak
variabel harga jagung impor memiliki nilai berpengaruh signifikan terhadap impor
koefisien regresi sebesar 32742,69 dengan t- jagung di Indonesia dalam jangka pendek.
statistik sebesar 0,070128. Hasil ini menun- Dalam jangka panjang variabel harga jagung
jukkan bahwa dalam jangka panjang variabel domestik berpengaruh positif dan signifikan
harga impor tidak berpengaruh terhadap terhadap impor jagung di Indonesia. Begitu
impor jagung di Indonesia dapat dibuktikan juga degan harga jagung impor tidak berpe-
yang ditandai dengan nilai t-statistik sebesar ngaruh terhadap impor jagung di Indonesia
0,070128 < nilai t-tabel =5% sebesar 1,717.
112 Lisa Revania, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Jagung di Indonesia Tahun 1982 2012

baik dalam jangka panjang maupun jangka IMF. (2014). World Economic Outlook (WEO) data.
Website:
pendek.
http://www.econstats.com/weo/V091.htm
Berdasarkan hasil penelitian, maka diakses pada tanggal 26 Februari 2014
Kebijakan pemerintah dalam memacu pro- Kementrian Pertanian Republik Indonesia. (2009).
duksi jagung hendaknya lebih ditingkatkan Rencana Strategis Kementrian Pertanian Tahun
2010-2014. website: http://www.deptan.go.id/
melalui perluasan penggunaan benih hibrida.
renbsngtan/rancangan%20renstra%20deptan
Kebijakan pemerintah sebaiknya juga diarah- %202010- 2014%20 lengkap.pdf. di akses pada
kan untuk peningkatan kualitas sumber daya Tanggal 10 Januari 2014.
manusia (petani) melalui pendidikan dan Linnemann, Ludger. (2008). Balanced Budget Rules and
Macroeconomics Stability with non Separable
pelatihan teknis budidaya jagung melalui
Utility. Journal of Macroeconomics. 30 (2008) :
kemitraan dengan lembaga terkait seperti 199-215
BPTP. Pemerintah juga sebaiknya terus Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin)
meningkatkan pengadaan peralatan pena- Kementrian Pertanian Negara Republik Indone-
nganan pasca- panen bagi petani. Sedangkan sia. (2012). Outlook Komoditas Pertanian
Tanaman Pangan Jagung. Jakarta: Kementrian
bagi industri pakan perlu membangun sistem
Pertanian.
kemitraan yang terstruktur dengan petani Rattray, Jennifer. (2012). The Implications of The
jagung agar lebih mudah memperoleh jagung Increasing Global Demand for Corn. UW-L
sebagai bahan baku industri pakan. Journal of Undergraduate Research XV.
Ribeiro, Marcos. (2008). The Political Economy of
DAFTAR PUSTAKA Structural Reforms Under a Deficit Restriction.
Journal of Macroeconomics: 30: 2008
Badan Pusat Statistik. (1983). Statistik Indonesia 1983- Saptana, Ashari. (2009). Pembangunan Pertanian
2012. Jakarta: BPS. Berkelanjutan Melalui Kemitraan Usaha. Jurnal
Biedermann, Daniel. (2008). A Life-cycle Approach to Litbang Pertanian. 26(4)
the Intemporal Elasticity of Substitution. Suliyanto. (2011). Ekonometrika Terapan : Teori dan
Journal of Macroeconomics. 30 (2008): 481-498 Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: Andi offset.
Ghoshray, Atanu. (2011). Underlying Trends and Inter- Sumodiningrat, Gunawan. (1996). Ekonometrika
national Price Transmission of Agricultural Pengantar. Yogyakarta: BPFE.
Commodities. ADB Economic Paper Series Widarjono, Agus. (2009). Ekonometrika Pengantar dan
No.257. Aplikasinya. Yogyakarta: Ekonisia.

Anda mungkin juga menyukai