Anda di halaman 1dari 20

TUGAS LANDASAN ILMU PENGETAHUAN

KONSEP NEGARA, POLITIK & PENDIDIKA

Oleh
Kelompok 1
1. Dwivelia Aftika Sari (16176002)

2. Elfi Rahmi (16176003)

3. Hidayati (16176004)

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ellizar, M.Pd

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan nikmatNya sehingga makalah yang berjudul Konsep Negara, Politik
dan Pendidikan dapat diselesaikan. Terima kasih diucapkan kepada Ibu Prof.
Dr. Ellizar, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Landasan Ilmu
Pendidikan Program Studi Pendidikan Magister FMIPA UNP.

Disadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh


sebab itu diharapkan kritik dan saran untuk perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Oktober 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara, politik dan pendidikan merupakan tiga komponen penting, karena
semuanya adalah bagian yang ikut mempengaruhi sistem kehidupan sosial dan
kebudayaan manusia. Negara memiliki wilayah, rakyat, pemerintah dan
kedaulatan yang melindungi potensi manusia dan alam serta
pemberdayaannnya. Sedangkan politik adalah system ketatanegaraan yang
disepakati untuk menghantarkan bangsa menuju cita-cita seluruh rakyatnya,
dan suatu sistem yang mengatur kehidupan dalam berbangsa dan bernegara.
Pendidikan adalah proses kulturisasi agar lebih maju, dan proses
pengembangan potensi manusia sesuai bakat dan minat untuk memperkuat
dukungan terhadap penggalian sumber daya alam menuju terciptanya
masyarakat yang dicita-citakan. Sementara itu masyarakat merupakan
kelompok sosial yang selalu dan ingin berinteraksi dengan masyarakat lainnya.
Untuk kepentingan ini masyarakat sudah tentu memerlukan aturan-aturan
sosial dalam menjalani kehidupannya di dunia ini. Salah satu ssstem social
yang dimaksud adalah system
politik. Politik tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat karena pada
dasarnya politik itu lahir dari tengah-tengah masyarakat dan berguna bagi
masyarakat terutama dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara,
sebagaimana yang dikemukakan oleh G.A. Jacobsen & M.H. Lipman dalam
B.C. Smith (1988), Politic science is correctly designated the science of the
state: objectively gathering and classifying fact about the state is the main
purpose of this branch of learnig. Ini menunjukkan bahawa antara politik,
masyarakat, negara dan pendidikan merupakan suatu sinergi yang dapat
berkembang dan membawa manfaat bagi orang banyak. Dalam kehidupan yang
moderen terutama dalam masyarakat yang sedang berkembang dan
membangun politik adalah suatu ruh untuk mencapai suatu pembangunan yang
telah dicita-citakan. Tulisan ini akan memaparkan defenisi negara, politik dan
pendidikan serta menghubungkan ketiganya sebagai bagian yang saling
mempengaruhi dalam membangun budaya dan peradaban manusia.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian Negara?
b. Apa pengertian Politik?
c. Apa pengertian Pendidikan?
d. Bagaimana hubungan Negara, Politik dan Kebudayaan?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar kita mampu
mengetahui apa pengertian dari Negara, Politik dan Pendidikan serta
mengetahui hubungan ketiganya.
BAB II
ISI

A. Eksistensi Negara
Untuk memahami pengertian negara terlebih dahulu marilah kita pahami
dahulu istilah negara. Istilah negara berasal dari (bahasa Jerman dan Belanda)
staat, bahasa Inggris state, dan Prancis etat, serta menurut bahasa Latin
statum. Menurut MarcusTullis Ciciro, statum diartikan sebagai kedudukan
yang berkaitan dengan kedudukan persekutuan orang. Menurut Prof. Mr. L.J.
Van Apeldoorn, dalam bukunya yang berjudul Inleiding tot de Studie van
Het Nederlandsche Recht negara diartikan penguasa, yaitu untuk
menyatakan bahwa orang atau orang-orang yang melakukan kekuasaan
tertinggi atas persekutuan rakyat yang bertempat tinggal dalam suatu daerah.
Berdasarkan peristilahan tersebut maka negara dapat diartikan sebagai
organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang mempunyai
cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam daerah tertentu dan mempunyai
pemerintah yang berdaulat. Sejak kata negara diterima secara umum
sebagai pengertian yang menunjukkan organisasi teritorial suatu bangsa yang
memiliki kedaulatan, ia pun mengalami berbagai pemahaman tentang hakikat
dirinya.
Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, ia adalah organisasi
pokok dari kekuasaan politik. Negara adalahagency (alat) dari masyarakat
yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia
dalam masyarakat. Manusia hidup dalam suasana kerjasama, sekaligus dalam
suasana antagonistis dan penuh pertentangan.
Negara merupakan sebuah organisasi masyarakat, maka dapat berdiri
dengan kokoh apabila seluruh unsur-unsurnya dapat terpenuhi semuanya.
Beberapa pakar mengemukakan pendapat tentang unsur-unsur negara.
Meriam Budiardjo (1986 : 41), menyatakan bahwa unsur-unsur pembentukan
negara ada empat macam, yaitu:
a. Wilayah,
b. Penduduk,
c. Pemerintah, dan
d. Kedaulatan.
Menurut A.G. Pringgodigdo, negara adalah sebuah organisasi kekuasaan
atau organisasi kewibawaan yang harus memenuhi persyaratan unsur-unsur
tertentu, yaitu adanya pemerintahan yang berdaulat, wilayah yang pasti, dan
rakyat yang hidup teratur sehingga merupakan sebuah nation (bangsa).
Menurut para ahli kenegaraan, Oppenheimer dan Lauterpacht, syarat
berdirinya negara meliputi empat hal yaitu:
a. Adanya rakyat yang bersatu,
b. Adanya daerah atau wilayah,
c. Pemerintah yang berdaulat, dan
d. Pengakuan dari negara lain.
Berdasarkan Konvensi Montevideo (1933), unsur-unsur negara, meliputi
unsur konstituttif dan unsur deklaratif. Adapun yang termasuk unsur
konstitutif antara lain; rakyat (penghuni), wilayah yang permanen, penguasa
yang berdaulat. Sedangkan yang termasuk dalam unsur deklaratif adalah
kesanggupan menjalin hubungan dengan negara lain, dan pengakuan dari
negara lain.
1. Rakyat
Rakyat adalah semua orang yang terdiam dalam suatu negara atau
menjadi penghuni negara yang tunduk pada kekuasaan negara itu. Dalam
satu negara rakyat merupakan unsur yang sangat penting. Suatu negara tidak
dapat berdiri apabila tidak memiliki rakyat. Rakyat dalam suatu negara dapat
dibedakan menjadi penduduk dan bukan penduduk, warga Negara dan bukan
warga negara. Penduduk adalah mereka yang bertempat tinggal atau
berdomisili di dalam suatu wilayah negara secara tetap. Penduduk dalam
suatu negara harus memenuhi unsur kediaman yang tetap. Bagi penduduk,
mereka lahir secara turun temurun dan besar di dalam suatu negara tertentu.
Bagi mereka yang tidak mendiami suatu wilayah secara tetap, penduduk
tersebut tidak dapat disebut penduduk suatu negara. Bukan penduduk adalah
mereka yang berada di dalam suatu wilayah negara hanya untuk sementara
waktu. Misalnya, para turis mancanegara atau tamu-tamu instansi di dalam
suatu negara. Yang dapat membedakan antara penduduk dan bukan penduduk
adalah berdasarkan hak dan kewajibannya. Umpamanya, hanya yang
berstatus penduduk saja yang dapat memiliki KTP di suatu negara.
Berdasarkan hubungan dengan pemerintah negara, rakyat dapat
dibedakan menjadi, warga negara dan bukan warga negara. Warga negara
adalah mereka yang berdasarkan hukum tertentu merupakan anggota dari
suatu negara. Yang bukan warga negara adalah mereka yang berada pada
suatu negara tetapi secara hukum tidak menjadi anggota Negara yang
bersangkutan, tetapi tunduk pada pemerintahan tempat mereka berada.
Bangsa merupakan rakyat yang telah mempunyai kesatuan tekad untuk
membangun masa depan bersama. Secara sosiologis bangsa merupakan
kelompok paguyuban yang secara kodrati untuk hidup bersama dan senasib
dan sepenanggungan di dalam suatu negara.
2. Wilayah
Wilayah merupakan tempat berlindung bagi rakyat sekaligus sebagai
tempat pemerintah untuk mengorganisir dan menyelenggarakan
pemerintahan. Berdirinya suatu negara, tidak terpengaruh dengan luas atau
sempitnya wilayah yang dimilikinya. Ada suatu Negara wilayah sempit dan
ada juga suatu negara dengan wilayah kekuasaan luas. Wilayah suatu negara
harus permanen. Mengapa wilayah suatu negara harus permanen? Apabila
negara tidak memiliki wilayah yang permanen, maka negara tersebut tidak
dapat terbentuk. Oleh karena itu, penduduknya tidak dapat berdiam di
dalamnya. Akan tetapi, ada kalanya suatu negara memiliki wilayah daerahnya
yang berada di kawasan yang berbeda. Misalnya Prancis yang berada di
daratan Eropa memiliki wilayah-wilayah di perairan Pasifik (Kaledonia,
Wallis, Folinesia, dan Fortuna).
Wilayah suatu negara meliputi darat, laut, dan udara. Batas wilayah darat
suatu negara dibatasi oleh wilayah darat dan/atau wilayah laut negara lain
yang berbatasan dengan Negara yang bersangkutan. Perbatasan suatu wilayah
negara ditentukan melalui perjanjian internasional. Batas wilayah suatu
Negara dapat berupa batas alam seperti sungai, danau, laut, pegunungan, atau
lembah. Sedang yang termasuk batas buatan misalnya pagar tembok, dan
pagar kawat berduri. Perbatasan negara menurut ilmu pasti yaitu
mempergunakan garis lintang.
3. Pemerintah yang Berdaulat
Suatu negara yang berdiri harus mempunyai pemerintah yang
mempunyai kekuasaan untuk menjalankan roda pemerintahan. Pemerintah
yang bagaimanakah yang mempunyai kekuasaan mengatur negaranya?
Pemerintah yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur negara adalah
pemerintah yang berdaulat penuh. Pemerintah yang berdaulat adalah suatu
pemerintah yang mempunyai kedaulatan, baik kedaulatan ke dalam maupun
ke luar, untuk menjalankan tugas dan wewenang. Kedaulatan ke dalam berarti
bahwa kekuasaan Negara tersebut dapat mengatur kehidupan negaranya yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kedaulatan ke luar
berarti bahwa kekuasaan Negara tersebut dapat mempertahankan negaranya
sebagai Negara merdeka dan berdaulat. Negara pun dapat menjalin hubungan
diplomatik dengan negara-negara lainnya. Negara lain harus pula
menghormati kekuasaan negara yang bersangkutan, dengan tidak
mencampuri urusan dalam negerinya.
4. Pengakuan dari Negara Lain
Pengakuan dari negara lain merupakan unsur deklaratif. Unsur
pengakuan dari negara lain meliputi pengakuan secara de facto dan secara de
jure. Pengakuan dari negara lain merupakan unsur tambahan bagi berdirinya
suatu negara. Mengapa demikian? Suatu Negara yang berdiri yang baru
berdiri memerlukan adanya pengakuan dari negara lain yang berdaulat hal ini
dikarenakan adanya pengakuan dari negara lain berarti awal bagi adanya
hubungan diplomatik antarnegara. Pengakuan secara de facto adalah
pengakuan berdasarkan kenyataan (fakta). Pengakuan de facto bersifat
sementara. Pengakuan secara de facto untuk berdirinya negara Republik
Indonesia adalah tanggal 17 Agustus 1945. Pengakuan secara de jure adalah
pengakuan terhadap syahnya suatu negara menurut hukum internasional.
Dengan adanya pengakuan secara de jure, suatu negara yang baru berdiri
mendapat hak-hak dan kewajiban sebagai bagian dari masyarakat
internasional. Hak yang diperoleh adalah suatu negara dapat diperlakukan
sebagai negara yang berdaulat penuh oleh Negara lain. Adapun yang menjadi
kewajibannya adalah bertindak sebagai negara dan berusaha menyesuaikan
dengan peraturan perundang-undangan internasional. Negara Kesatuan
Republik Indonesia secara de jure oleh dunia internasional sejak tanggal 18
Agustus 1945.

B. Hakikat Politik
Politik ialah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka
proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang
kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
Para ilmuan politik kontemporer berpandangan bahwa politik ialah
proses pembuatan keputusan dan pelaksanaan keputusan-keputusan yang
mengikat bagi suatu masyarakat. Perilaku dan pelaksanaan keputusan politik
dan yang melakukan kegiatan tersebut ialah pemerintah dan masyarakat.
Warga negara memang tidak memiliki fungsi menjalankan pemerintahan,
tetapi mereka memiliki hak untuk mempengaruhi orang yang menjalankan
fungsi pemerintahan itu.
Politik dalam makna yang luas, menurut Deutsch yang dikutip suprayogo
adalah koordinasi usaha-usaha serta pengharapan-pengharapan manusia yang
dapat diandalkan untuk mencapai tujuan masyarakat. Mirip dengan itu,
person menyatakan politik sebagai perangkat-perangkat tertentu yang
bertalian dan diperlukan untuk mengupayakan pemenuhan kebutuhan
masyarakat guna mencapai tujuan, atau menentukan tujuan bersama.
Menurut jamaluddin kafie dalam pengantar buku politik islam konsepsi
dan dekumentasi, bahwa politik adalah suatu kebijaksanaan untuk mengatur
suatu pemerintahan yang berdaulat atau masyarakat dalam bernegara.
Bagi masyrakat pada lapisan bawah, politik lebih diinterprestasikan
sebagai kepatuhan. Atau sebagai keterkaitan kepada pemimpin atau calon
pemimpinyang dianggapnya baik. Sedangkan bagi mereka yang terglng
masyarakat pada gloongan lapisan atas, memiliki anggapan beragam terhadap
politik. Diantaranya mereka beranggapan bahwa politik adalah usaha
menggerakan anggota masyarakat untuk tujuan kebaikan, politik merupakan
upaya mencari pengaruh, atau politik adalah sebagai memperjuangkan
kepentingan dan lain lain.
Melihat beragamnya anggapan masyarakat dalam memaknakan satu
istilah yang sama tersebut, menunjukan bahwa ternyata didalam masyarakat
belum ada keseragaman daam mengartikan istilah politik. Bahkan diantara
para ahli ilmu politik sendiri belum memiliki satu kesepakatan tentang arti
yang pas untuk istilah itu. Diantara para ahli politik terdapat lima pengertian
terhadap istilah ini.
Pertama, politik ialah usaha usaha yang ditempuh warga negara untuk
membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama. Kedua, politik adalah
segaalla hal yang berkaitn dengan penyelengaraan negara dan pemerintahan.
Ketiga, politik merupakan suatu kegiatan yag diarahkan untuk mencari dan
me mepertahankan kekuasaan dalam masyarakat. Keempat, politk merupakan
kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
umum. Sedangkan kelima, politik adalah konflik dalam rangka mencari dan
mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting.
Kata politik merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian
besar anggota masyarakat. Pada event tertentu, istilah ini sering menjadi buah
bibir, seperti pada saat hangat-hangatnya pemilihan umum (pemilu),
pemilihan presiden (pilpres), atau pemilihan kepala daerah berlangsung.
Semua anggota masyarakat dalam semua tingkatannya termasuk mereka yang
tergolong sebagai lapisan atas maupun lapisan paling bawah sekali pun
sebenarnya telah mengenal istilapolitik.
Menurut Maran (1999) politik merupakan studi khusus tentang cara-
can manusia memecahkan permasalahan bersama dengan manusia yang lain.
Dengan kata lain, politik merupakan bermacam-macam kegiatan dalam suatu
sistem politik atau negara yang menyangkut proses penentuan dan
pelaksanaan tujuan-tujuan. Untuk melaksanakan tujuan itu perlu ditentukan
kebijakan-kebijakan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau
alokasi sumber-sumber dan berbagai sumber dava vang ada. Untuk itu
diperlukan kekuatan {power) dan kewenangan {aiitliorlty). yang dipakai baik
untuk membina kerja sama rnaupun untuk menyelesaikan konflik yang
mungkin timbul dalam proses tersebut. Kekuasaan itu bisa dipakai secara
persuasif bisa juga secara koersif (paksaan)
Arti politik yang terekam dari berbagai referensi ilmu politik
disimpulkan terdapat tiga penjelasan. Pertama, rnengidentifikasikan
kategori-kategori aktivitas yang membentuk politik. Dalam hal ini Paul Conn
menganggap konflik sebagai esensi politik. Kedua, menyusun suatu rumusan
yang dapat merangkum apa saja yang dapat dikategorikan sebagai politik.
Politik dapat dirumuskan sebagai siapa mendapat apa, kapan dan
bagaimana. Ketiga, menyusun daftar pertanyaan yang harus dijawab untuk
memahami politik. Melalui daftar pertanyaan diharapkan dapat memberi
jawaban dengan gambaran yang tepat mengenai politik (Surbakti, 1992). jadi
politik akan terkait dengan kekuasaan, negara dan pengaturan hidup bersama
dalam upaya mencapai kebaikan bermasyarakat.
Menurut Dahl dalam Dede Rosyada (2000) sistem politik ditinjau dari
aspek ketatanegaraan memiliki mekanisme dan unsur yang saling
mempengaruhi yang akhirnya lebih tepat disebut sinergi antara lembaga
ketatanegaraan yang saling menunjang dan mengontrol untk menggiring
sebuah negara. Dalam melaksanakan tugas politik dituntut keseimbangan
antar sub-sub sistem termasuk masyarakat. Kehidupan berbangsa dan
bernegara tidak terlepas dari kehidupan berpolitik, karena hidup itu sendiri
merupakan bagian dari suatu politik. Menurut Miftah Thoha (2003)
kehidupan yang demikian harus memiliki elastisitas demokrasi dan memberi
ruang gerak lebih luas terhadap kehadiran partai politik, oposisi politik,
kelompok penekan, media komunikasi politik dan figur politik.
Dalam kehidupan politik, pemerintah berperan mengendalikan negara.
Untuk itu perlu legitimasi dan dukungan dari segenap lapisan. Karena itu
interaksi antara pengambil keputusan dengan kelompok lain di masyarakat
harus dilakukan. Politik mengandung aspek-aspek dari sekian banyak
pranata-pranata sosial yang meliputi ekonomi, pertahanan dan keamanan,
hukum (rule of law), sosial budaya, agama, dan pendidikan
C. Hakikat Pendidikan
Menurut Hasan Langgulung (1987) bahwa pendidikan dapat ditinjau dari
dua aspek yaitu :
1. Ditinjau dari aspek sosial masyarakat, pendidikan berarti pewarisan
kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar kehidupan
masyarakat tetap berkelanjutan, atau dengan lain kata
masyarakatmempunyai nilai budaya yang disalurkan kepadagenerasi
muda.
2. Ditinjau dari aspek individu, pendidikan berartipengembangan potensi-
potensi yang terpendam dantersembunyi, dan diangkat untuk dipoles
agarmengkilap dan bersinar menyinari kegelapan manusia. Pendidikan
yang berlaku di Indonesia harus mampu untuk mengangkat harkat dan
martabat bangsa, karena denganmajunya pendidikan maka bangsa lain
tidak akan memandangsebelah mata negara kita ini.

D. Hubungan Negara Politik dan Pendidikan


Hubungan politik dan pendidikan adalah dua elemen penting dalam
system sosial politik disetiap Negara, baik Negara maju maupun Negara
berkembang. Keduanya sering dilihat sebagai bagianbagian yang terpisah,
yang satu sama lain tidak memiliki hubungan apaapa. Padahal, keduanya
bahu membahu dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat disuatu
Negara. Lebih dari itu, keduanya saling menunjang dan saling mengisi
lembagalembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam membentuk
perilaku politik masyarakat di Negara tersebut. Ada hubungan erat dan
dinamis antara pendidikan dan politik disetiap Negara. Hubungan tersebut
adalah realitas empiris yang telah terjadi sejak awal perkembangan peradaban
manusia dan menjadi perhatian para ilmuan.
Pendidikan sering dijadikan media dan wadah untuk menanamkan
ideology Negara atau tulang yang menopang kerangka politik. Pendidikan
dan politik adalah dua hal yang berhubungan erat dan saling mempengaruhi.
Dengan kata lain, berbagai aspek pendidikan senantiasa mengandung unsur
unsur politik. Begitu juga sebaliknya, setiap aktivitas politik ada kaitannya
dengan aspek aspek kependidikan.
Sebagai suatu proses yang banyak menentukan corak dan kualitas
kehidupan individu dan masyarakat, tidak mengherankan apabila semua pihak
memandang pendidikan sebagai wilayah strategis bagi kehidupan manusia
sehingga program program dan proses yang ada di dalamnya dapat
dirancang, diatur, dan diarahkan sedemikian rupa untuk mendapatkan output
yang diinginkan. Ini yang menjadi salah satu alasan mengapa suatu Negara
sangat pedulu dan menyediakan anggaran dalam jumlah yang besar untuk
bidang pendidikan. Semua itu dilakukan dalam rangka membangun suatu
system pendidikan yang memiliki kharakteristik, kualitas, arah, dan output
yang diinginkan. Untuk memastikan terwujudnya keinginan tersebut, banyak
Negara yang menerapkan control yang sangat ketat terhadap program
program pendidikan, baik yang diselenggarakan sendiri oleh Negara maupun
yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Pemerintah adalah bagian dari Negara yang paling kasat mata dan dapat
juga menjadi bagian paling penting dan paling aktif dari Negara, tetapi
pemerintah bukanlah keseluruhan dari Negara. Negara terdiri dari berbagai
institusi yang masing masing memiliki fungsi dan peran tersendiri dalam
tatanan kehidupan kenegaraan.
Menurut Dale (1989), control Negara terhadap pendidikan umunnya
dilakukan melalui empat cara. Pertama, system pendidkan diatur secara legal.
Kedua, system pendidikan dijalankan sebagai birokrasi, menekankan ketaatan
pada aturan dan objektivitas. Ketiga, penerapan wajib pendidikan
(compulsory education). Keempat, reproduksi politik dan ekonomi yang
berlangsung disekolah berlangsung dalam konteks tertentu. Dale (1989)
menambahkan bahwa perangkat Negara dalam bidang pendidikan, sepeti
sekolah dan administrasi pendidikan memiliki efek tersendiri terhadap pola,
proses, dan praktik pendidikan.
Dalam mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional pemerintah Indonesia memiliki suatu peraturan yang tercantum
dalam Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Negara harus
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% (ayat 4).
Dan pemerintah harus memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradapan kesejahteraan umat manusia (ayat 5).
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang merupakan hasil dari konsesus politik. Setidaknya ada 5
pengaruh politik terhadap pendidikan yaitu: (a) Politik berpengaruh pada
aktivitas pendidikan dalam penciptaan nilai-nilai dan harapan-harapan warga
negara seperti apa yang dibutuhkan oleh negara, (b) politik berpengaruh pada
anggaran pendidikan, (c) politik berpengaruh terhadap sumberdaya
pendidikan seperti gaji guru, sarana prasarana penunjang kegiatan belajar,
dan pelatihan guru, (d) politik berpengaruh pada sistem persekolahan seperti
struktur sekolah, sistem penghargaan terhadap guru, dan sistem penerimaan
siswa, (e) politik berpengaruh pada mutu lulusan. yang diihat dari bagaimana
lulusan pendidikan berperilaku politik, berperilaku budaya, berperilaku
ekonomi dan berperilaku sosial.

a) Politik berpengaruh pada aktivitas pendidikan dalam penciptaan


nilai-nilai dan harapan-harapan warga Negara
Dalam pelaksanaan sistem Pendidikan Nasional sangat dipengaruhi
oleh politik baik dalam penetuan nilai-nilai dan karakter manusia yang
dibutuhkan. Dibawah ini akan mendeskripsikan beberapa contoh
ketidakkonsistenan yang dilakukan para pengambil kebijakan baik DPR
maupun Pemerintah dalam menindaklanjuti tujuan pendidikan yang
tertuang dalam UUD 1945.

b) Politik berpengaruh pada anggaran pendidikan


Pendanaan Pendidikan seperti yang telah disebutkan dalam Pasal 31
ayat (4) UUD 1945 bahwa Negara meprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya 20% dari APBN/APBD dengan kenyataan dan
praktik pendanaan pendidikan. Kenyatannya bahwa anggran
penyelenggaraan pendidikan sebesar 20% APBN/APBD tersebut
didalamnya sudah termasuk gaji guru dan lain-lain. Ketidakonsistenan
dalam pendanaan pendidikan meyebabkan sarana pendukung pendidikan
seperti gedung sekolah, lapangan olahraga, dan alat prasarana lainnya
menjadi tidak sesuai dengan kebutuhan.
Anggaran pendidikan tahun 2016 sangatlah tinggi, pasalnya anggaran
pendidikan dalam APBN 2016 mencapai Rp. 419, 2 triliun atau 20% dari
total belanja negara RP. 2.095,7 triliun. Anggaran tersebut akan
dikucurkan melalui belanja negara pemerintah pusat untuk Kementrian
Pendidikan dan Kebuadayaan sebesar Rp. 49,2 triliun. Kementrian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi Rp. 39,5 triliun, kementrian Agama Rp
46,8 triliun. Kemudian untuk Kementrian Negara dan lembaga lainnya RP
10,7 triliun. Selain itu anggaran pendidikan melalui transfer kedaerah dan
dana desa mendapat kucuran sebesar Rp 267,9 triliun dan anggaran
pendidikan melalui pengeluaran Pembiayaan sebesar Rp 5 triliun. Dengan
begitu total seluruh anggaran pendidikan sebesar R 419,2 triliun dan
dengan hal tersebut amaka telah memenuhi Undang-Undang Dasar
diamana anggaran untuk pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN.

c) Politik berpengaruh terhadap sumberdaya pendidikan seperti gaji


guru, sarana prasarana penunjang kegiatan belajar, dan pelatihan
guru.
Salah satu hal penting dalam pengembangan proses pembelajaran
yang bermakna adalah tersedianya guru-guru yang profesional. Dari 2,7
juta guru di Indonesia, kualifikasi pendidikannya masih rendah, yaitu 65%
pendidikan guru mereka dibawah 4 tahun. Penyediaan guru yang
profesional selama ini terabaikan. Jika jabatan profesionalitas guru
disejajarkan dengan jabatan profesional lainnya seperti dokter dan
pengacara, maka profesionalitas guru masih tertinggal. Dalam UU No.14
tahun 2005 tentang guru dan dosen yang menuntut guru sebagai
pendidikan bertaraf A1 dan D4+. Salah satu kekurangan dalam pendidikan
guru sebelum menjabat sebagai guru yaitu praktek profesional. Pada tahap
ini selama 2 semester para mahasiswa belajar menerapkan berbagai
pengetahuan dasar akademik profesional. Para mahasiswa 2/3 waktunya
berada dalam lingkungan sekolah untuk mengamati, memimpin, dan
membimbing proses pembelajaran dibawah supervise tim dosen
profesional. Kebijakan sertifikasi guru, awalnya sebagai upaya untuk
menjadikan guru yang ada menjadi guru yang profesional. Namun
beberapa indikasi menunjukkan kebijakan sertifikasi guru gagal
menjadikan guru menjadi profesional. Karena guru yang mengejar
sertifikasi hanya semata-mata bermotif mengejar tunjangan sertifikasi,
setalah mereka mendapatkan sertifikat, tidak ada tanda-tanda mereka
berubah menjadi guru profesional, baik dalam merancang,
mengembangkan, melaksanakan, menilai, dan mendiagnosa berbagai
masalah yang dihadapi peserta didik terlihat tidak bedanya antara guru
yang bersertifikat dengan yang belum bersetifikat.

d) Politik berpengaruh pada sistem persekolahan seperti struktur


sekolah, sistem penghargaan terhadap guru, dan sistem penerimaan
siswa
Perluasan akses pendidikan merupakan pilar kebijakan yang diarahkan
untuk memperluas daya tampung satuan pendidikan dengan tujuan akhir
agar semua warga negara mempunyai kesempatan yang sama dalam
mendapatkan layanan pendidikan. Selama kurun waktu 2012-2015 telah
dilaksanakan sejumlah progam perluasan akses pendidikan sebagai
implementasi dari kebijakan pokok perluasan dan pemerataan akses
pendidikan. Peningkatan dan pengembangan kapasitas institusi pendidikan
secara sistemik dan terencana dengan memfokuskan pada perubahan
secara internal guna menumbuhkan rasa kepemilikan, kepemimpinan serta
komitmen bersama.
Kebijakan ini meliputi pembiayaan pendidikan berbasis kinerja,
pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, dan pelibatan secara penuh
peran serta masyarakat dalam perencanaan, pengelolaan serta pengawasan
kinerja pendidikan, termasuk mewujudkan pelayanan pendidikan yang
lebih bermutu, efektif, efisien sesuai kebutuhan masyarakat serta bersih
dan bebas KKN. Di samping itu guna mewujudkan tata kelola
penyelenggaraan pendidikan yang sehat dan akuntabel, akan dilakukan
secara intensif melalui sistem pengendalian internal, pengawasan
masyarakat serta pengawasan fungsional yang terintegrasi dan
berkelanjutan.

e) Politik berpengaruh pada mutu lulusan yang diihat dari bagaimana


lulusan pendidikan berperilaku politik, berperilaku budaya,
berperilaku ekonomi dan berperilaku sosial
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 menganut model pembelajaran
active learning dan student center learning untuk mewujudkan sekolah
sebagai pusat pembudayaan kemampuan, nilai dan sikap. Ujian Nasional
yang dilakukan sekali pada akhir jenjang pendidikan dalam beberapa mata
elajaran dalam bentuk tes objektif sukar diharapkan dapat membudayakan
berbagai dimensi pembelajaran.
Ekses dari ujian Nasional adalah terjadinya proses belajar di Sekolah
sebagi proses menghafal dan latihan menjawab soal. Ujian Nasional
hakekatnya memperkuat model pembelajaran yang menggunakan kegiatan
mendengar, mencatat, dan menghafal suatu proses pembelajaran yang sejak
tahun 1971 ingin ditinggalkan, tetapi karena alasan ketersediaan dana model
ini terus berjalan. Melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mode
semacam ini sesungguhnya ingin ditinggalkan tetapi malah diperkuat
dengan ditetapkannya UN sebagai penetu kelulusan. Ujian Nasional disebut-
sebut sebagai cara menguji dimensi kognitif. Padahal, kemampuan kognitif
dalam arti luas yaitu meliputi kemampuan meneliti, kemampuan
menganalisis, kemampuan menilai, kemampuan mengidentifikasi masalah,
dan kemampuan memecahkan maslaah yang kesemuaannya memerlukan
kemampuan membaca, kemampuan menuliskan pemikiran dan laporan,
kemampuan kalkulasi, yang kesemuannya perlu dibudayakan sehingga
segala kemampuan yang berkembang menjadi bagian dari sistem
kepribadian peserta didik yang meliputi watak dan moralnya.
Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing di masa depan diharapkan
dapat memberikan dampak bagi perwujudan eksistensi manusia dan
interaksinya sehingga dapat hidup bersama dalam keragaman sosial dan
budaya, meningkatnya taraf hidup masyarakat, meningkatnya penghayatan
dan pengamalan nilai-nilai humanisme yang meliputi keteguhan iman dan
taqwa serta berakhlak mulia, etika, wawasan kebangsaan, kepribadian
tangguh, ekspresi estetika dan kualitas jasmani. Kebijakan peningkatan
mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu pendidikan yang semakin
meningkat yang mengacu pada standar nasional pendidikan (isi, proses,
kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian). Untuk keperluan
tersebut, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan diarahkan
pada perluasan inovasi pembelajaran yang efeisien, menyenangkan,
mencerdaskan sesuai tingkatan usia, kematangan serta tingkat
perkembangan peserta didik. Dalam rangka peningkatan mutu, relevansi dan
daya saing, Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Boyolali melakukan pengembangan dan pemberdayaan
Standar Nasional Pendidikan, pelaksanaan evaluasi pendidikan melalui
ujian sekolah dan ujian nasional, melaksanakan penjaminan mutu,
pelaksanaan tindakan afirmatif dengan memberikan perhatian yang lebih
besar pada satuan pendidikan serta melaksanakan kegiatan akreditasi
sekolah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manusia dalam menjalani
kehidupan di atas dunia ini tidak terlepas dari politik. Politik adalah sebagian
daripada alat atau sarana yang mengantarkan individu atau masyarakat
kepada tercapainya tujuan tertentu dalam kehidupan berbangsa dan negara.
Negara adalah organisasi yang ada dalam suatu masyarakat tertentu yang
mempunyai cita-cita yang sama untuk bersatu, hidup dalam di dalam daerah
tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Adapun pendidikan
adalah suatu proses transfer ilmu dan nilai-nilai yang diarahkan padatujuan
yang mulia.
DAFTAR ISI

Damsar. 1999. Jurnal Politik dan Sosiologi, Tahun I. Nomor 2 Januari Juni
1999. Padang: Laboratorium Mantawai.

Derajat, Zakiyah. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Langgulung, Hasan. 1987. Azas-Azas Pendidikan. Jakarta: Al-Husna.

Legge, J.D. 1972. Indonesia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Manan, Imran. 1989. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tenaga Kependidkan.

Mubaraq, Zulfi. 2010. Sosiologi Agama. Malang: UIN Press

Rosyada, Dede, dkk. 2000. Demokrasi, Hak asasi Manusia dan Masyarakat
Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah.

Smith, B.C. 1988. Bureaucracy and Political Power. New York: St. Martins
Press, Inc.

Subakti, Ramlan. 1992. Memahami lImu Politik (Jakarta: Gramedia Widiasarana


Indonesia

Thoha, Miftah. 2003. Birokrasi dan Politik di Indonesia. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai