Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

Latar belakang

Konsumsi susu di Indonesia masih sangat rendah. Rendahnya konsumsi

susu di Indonesia, berdampak rendahnya kualitas gizi masyarakat terutama balita

dan anak. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat konsumsi susu di

Indonesia, diantaranya adalah tingkat perekonomian masyarakat yang masih

rendah terutama golongan menengah kebawah. Menurut Harahap (2015), Direktur

Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, masyarakat Indonesia

mengkonsumsi susu masih terlalu rendah jika dibandingkan dengan negara Asia

lainnya. Sebagai perbandingan: Indonesia 12,8 liter/kapita/tahun, Malaysia 50,9

liter/kapita/tahun, India 47,1 liter/kapita/tahun, Singapura 44,5 liter/kapita/tahun,

Thailand 33,7 liter/kapita/tahun dan Filipina 13,7 liter/kapita/tahun. Berdasarkan

sumber dari Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, populasi sapi

perah tahun 2014 sebesar 438.000 ekor dimana 99,3 % tersentralisir di Pulau Jawa

dan sisanya di beberapa wilayah diluar Jawa.

Secara umum sapi perah yang ada di Indonesia merupakan sapi keturunan

Friesian Holstein (FH). Jenis sapi FH ini produk air susunya cukup tinggi karena

didaerah asalnya dipelihara secara modern, sedangkan di Indonesia masih ada

yang dipelihara secara konvensional/tradisional meskipun ada juga yang modern.

Kondisi manajemen pemeliharaan sapi perah sangat mempengaruhi tingkat

produksi susu. Faktor lain seperti keturunan (bibit), imbangan pakan, jenis

1
2

rumput, cuaca/iklim merupakan penyebab utama stres sehingga kualitas maupun

produksi susu akan mengalami penurunan.

Hasil yang ingin dianalisa yaitu adakah hubungan antara genotipe -kasein

dengan produksi susu. Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Perah

Baturraden merupakan salah satu unit pelaksana teknis pemerintah yang

mempunyai tugas dan fungsi pokok sebagai pusat pengembangan sapi perah

nasional. Produksi susu, kualiatas susu, reproduksi dan kesehatan ternak

merupakan aspek yang digunakan untuk seleksi dalam meramalkan produksi susu

yang akan datang, pemuliaan ternak dan perencanaan usaha. Seleksi yang

dilakukan secara konvensional untuk sifat produksi susu tersebut masih berjalan

lambat dan kurang akurat. Pencapaian perbaikan mutu genetik melalui seleksi

tersebut perlu diakselerasi dan ditingkatkan dengan dukungan teknik genetika

molekuler melalui pemanfaatan penciri genetik (Marker Assisted Selection) yang

diprediksi mempunyai fungsi sebagai gen pengontrol untuk sifat produksi susu.

Perkembangan yang menggembirakan dilaporkan oleh DPKH Provinsi Jateng

(2015) bahwa populasi sapi perah di Jawa Tengah selang kurun waktu 2011-2015

meningkat dari 115.158 ekor menjadi 149.931 ekor, sehingga meningkatkan

produksi susu sebanyak 6.723.382 liter/tahun. Kenaikan produksi susu ini

sehingga secara nasional tampak bermakna. Namun demikian, estimasi produksi

susu sapi perah individual di Jawa Tengah ternyata sangat rendah (bervariasi

antara 5,83-6,62 liter/ekor/hari) bila dibandingkan dengan potensi produksinya

(>15 liter/ekor/hari). Purwokerto (BBPTUHPT Baturraden) dan Magelang


3

merupakan daerah potensial pengembangan sapi perah karena produktivitas yang

cukup tinggi di Jawa Tengah dibandingkan dengan provinsi lainnya.

Kasein merupakan salah satu protein susu yang paling banyak dan

menentukan kualitas dari susu itu sendiri. Beberapa variasi genetik kasein susu

terdiri atas: , dan -kasein serta -laktoglobulin. Variasi inilah yang dapat

mempengaruhi komposisi serta hasil pengolahan susu. Bagian -kasein

memainkan peran penting dalam formasi, stabilisasi, dan agregasi dari misel

kasein dan dengan demikian mempengaruhi teknologi dan sifat gizi dari susu. -

kasein yang diprodusi oleh sapi telah diidentifikasi terdiri atas dua alel: yaitu A

dan B. Hubungan antara alel A dan alel B gen -kasein dengan produksi susu

dipengaruhi oleh perbedaan bangsa ataupun dari populasi sapi tersebut. Salah satu

cara untuk meningkatkan produksi susu adalah dengan memperbaiki mutu

genetik. Peningkatan mutu genetik merupakan upaya dalam program pemuliaan

untuk meningkatkan frekuensi gen yang menguntungkan.

Hasil-hasil penelitian yang telah banyak dilakukan menunjukan bahwa

penciri genetik gen -kasein pada sapi dapat dipergunakan sebagai alat bantu

dalam menyeleksi produksi susu dan komposisi susu. Beberapa variasi genetik

ditemukan pada sebagian besar protein susu dan berpengaruh pada produksi susu,

komposisi susu serta secara tidak langsung akan mempengaruhi produk olahan

dari susu seperti keju, yoghurt dan mentega. Gen penyandi -kasein susu

disebabkan oleh adanya variasi genetik dan varian dapat diwariskan (Otaviano

dkk., 2005). Penciri indikator sifat produksi dapat dimanfaatkan untuk melakukan

seleksi dengan lebih efisien serta bebas dari pengaruh lingkungan. Dengan penciri
4

genetik tersebut potensi produksi ternak sapi perah dapat diketahui lebih dini.

Berdasarkan hasil penelitian yang banyak dilakukan, manajemen pemeliharaan,

pakan, cuaca merupakan faktor utama yang menyebabkan produksi susu dari

masing-masing individu berbeda. Apakah perbedaan tersebut dapat dianalisis

secara molekular dan apakah gen penyandi -kasein dapat dideteksi pada level

protein maupun DNA, sehingga dilakukanlah penelitian ini dengan mengunakan

-kasein sebagai sampel.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gen penyandi -kasein dari sapi

perah dengan menggunakan urutan DNA gen -kasein di daerah BBPTUHPT

Baturraden dan Magelang.

Manfaat

Kajian tentang gen penyandi -kasein pada sapi perah di daerah

BBPTUHPT Baturraden dan Magelang diharapkan dapat digunakan sebagai

landasan atau marker yang dapat dikaitkan dengan tingkat produksi susu, kualitas

susu serta dapat digunakan untuk memperbaiki produktivitas sapi perah dan

perbaikan seleksi perkembangbiakan sapi perah yang ada di Indonesia pada era

mendatang. Kajian analisa ini juga dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti-

peneliti yang membutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai