Oleh :
Herman Suwardi
01.207.5384
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMARANG
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
ekstrak daun mimba yang digunakan untuk memperbaiki fungsi hepar dari
paparan zat toksik. Maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang
pengaruh ekstrak daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap kadar
SGPT pada tikus putih galur wistar yang diinduksi parasetamol dengan
dosis 1 ml (4,5mg/200grBB) dan dosis 1,4 ml (6,3mg/200grBB).
Parasetamol di Indonesia mudah didapatkan, maka overdosis obat
baik sengaja maupun tidak disengaja sering terjadi (Rahman Suwardi, 2010).
Pemberian dosis tunggal parasetamol 10-15 gr (200-250 mg/kg BB) dapat
menimbulkan hepatotoksisitas (Wilmana, 2007) karena akibat dari
pembentukan metabolit beracun yaitu N-Asetil-P-Benzoquinonimin
(NAPQI) oleh oksidasi sitokrom P-450 (Barton, 2005). Tanda-tanda jika
parasetamol dikonsumsi dalam dosis berlebihan sampai mencapai dosis
toksik yang menyebabkan hepatotoksik adalah kenaikan kadar Serum
Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan SGPT serta kadar
bilirubin serum (Rahman Suwardi, 2010).
Di era industri maju sekarang ini, perhatian manusia akan kesehatan
semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan sikap yang selektif terhadap
apa yang dikonsumsi, memilih komoditas yang memiliki nilai kesehatan
tinggi, serta lebih memilih untuk kembali ke alam (Sri Handajani, 2006).
Gerakan memanfaatkan obat tradisional timbul karena banyak dijumpai efek
samping yang tidak dikehendaki akibat penggunaan obat kimia murni.
Indonesia memiliki beberapa spesies tanaman yang memiliki khasiat untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit dan beberapa khasiat lainnya
yang berguna bagi kesehatan manusia. Tanaman tradisional atau obat yang
berkhasiat relatif kecil efek sampingnya dibandingkan obat kimia (Rifatul,
2009). Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional adalah
daun mimba (Azadirachta indica A. Juss). Mimba tergolong tanaman perdu
yang lebih suka tumbuh di daerah tropis dan sering ditemukan di tepi jalan
atau hutan yang tidak terlalu banyak semaknya. Dibandingkan dengan
tanaman herbal lainnya, mimba cenderung tidak terlalu popular di tengah
masyarakat, namun tidak banyak yang tahu bahwa tanaman ini tergolong
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Hati
Hati adalah organ pencernaan terbesar dalam tubuh dengan berat antara
1,2 1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa. Hati
merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh. Hati terletak di rongga perut di
bawah diafragma dan menempati sebagian besar kuadran kanan atas
abdomen. Hati merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang
sangat kompleks, dimana fungsi hati dalam sistem sirkulasi adalah untuk
menampung, mengubah, menimbun metabolit, menetralisir dan
mengeluarkan substansi toksik yang terbawa oleh aliran darah. Sebagian
besar darah yang menuju ke hati dipasok dari vena porta dan sebagian kecil
dipasok dari arteri hepatika (Rifal Amirudin, 2007).
6
Secara makroskopis, hati terbagi atas beberapa lobus dan tiap lobus hati
terbagi menjadi struktur yang dinamakan lobules, yang merupakan unit
mikroskopis dan fungsional organ. Secara mikroskopis, di dalam hati
manusia terdapat 50.000 100.000 lobuli. Setiap lobulus berbentuk
heksagonal yang terdiri atas lembaran sel hati berbentuk kubus yang tersusun
radial mengelilingi vena sentralis. Diantara lembaran sel hati terdapat kapiler-
kapiler yang disebut sinusoid, sinusoid merupakan cabang vena porta dan
arteri hepatica. Selain cabang-cabang vena porta dan arteri hepatika yang
melingkari bagian perifer lobules hati, juga terdapat saluran empedu yang
membentuk kapiler empedu, dinamakan kanalikuli empedu yang berjalan
diantara lembaran sel hati (Rifal Amirudin, 2007).
2.2.1. Fungsi Hati
Menurut Husadha (dalam Mohandis Haki, 2009) hati
mempunyai fungsi yang sangat banyak dan kompleks yang penting
untuk mempertahankan hidup, yaitu :
a. Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Empedu
Hati mengekskresikan sekitar satu liter empedu setiap hari.
Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbs lemak dalam
usus halus.
b. Fungsi Metabolik
Hati berperan penting dalam metabolism karbohidrat, lemak,
protein, vitamin dan juga memproduksi energi. Hati mengubah
amonia menjadi urea, untuk dikeluarkan melalui ginjal dan usus.
c. Fungsi Pertahanan Tubuh
Hati merupakan fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan.
Fungsi detoksifikasi dilakukan oleh enzim-enzim hati dan fungsi
perlindungan dilakukan oleh sel kupfer yang terdapat di dinding
sinusoid hati.
d. Fungsi Vaskuler Hati
Hati berfungsi sebagai ruang penampung dan bekerja sebagai
filter karena letaknya antara usus dan sirkulasi umum.
7
2.3. Parasetamol
Parasetamol atau asetaminofen merupakan salah satu dari obat yang
sering digunakan. Parasetamol bertanggungjawab atas efek analgesiknya.
Parasetamol bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin dalam
susunan saraf pusat yang mempengaruhi pusat hipotalamus untuk pengontrol
suhu tubuh. Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek
antipiretik. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Di
Indonesia, parasetamol tersedia sebagai obat bebas dan dapat dengan mudah
mendapatkannya. Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala, mialgia, dan
keadaan lain. Parasetamol tidak menimbulkan gangguan pernafasan dan
keseimbangan asam basa. Sebagai analgesik sebaiknya parasetamol tidak
diberikan terlalu lama karena menimbulkan nefropati analgesik. Reaksi alergi
karena parasetamol jarang terjadi. Manifestasi dari reaksi alergi berupa eritem
atau urtikaria. Parasetamol juga menyebabkan anemia hemolitik, terutama
pada pemakaian kronik. Hal ini dapat terjadi karena mekanisme autoimun,
defisiensi G6PD, dan metabolit yang abnormal (Wilmana dan Gunawan,
2007).
Parasetamol diberikan secara peroral. Absorbsinya cepat dan sempurna
melalui saluran cerna, tergantung pada kecepatan pengosongan lambung.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan
masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.
Dalam plasma 25% parasetamol terikat protein plasma dan sebagian
8
pada manusia pertama kali dilaporkan pada tahun 1966 (Suarsana dan
Budiasa, 2005).
aktifitas sel Kuffer. Sel Kuffer yang aktif akan menghasilkan beberapa
sitokin, interleukin dan TGF- (Transforming Growth Factor ).
Sitokin adalah polipeptida yang dilepaskan oleh sel sewaktu kontak
dengan antigen spesifik, yang mengatur reaksi imun dan reaksi
peradangan. Kemudian interleukin merespon rangsang antigenik
tersebut. Dan TGF- (Transforming Growth Factor ) berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan sel-sel hati baru, aktifitas ini mengarah pada
perbaikan jaringan setelah reaksi peradangan dapat dikendalikan
(Abbas, 2011).
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
Tikus putih lebih besar dari family tikus umumnya dimana tikus ini
panjangnya dapat mencapai 40 cm diukur dari hidung sampai ujung ekor,
dan berat 140-500 gr. Tikus jantan biasanya memiliki ukuran yang lebih
besar dari tikus betina, berwarna putih, memiliki ukuran ekor yang lebih
panjang dari tubuhnya (Kusumawati, 2005).
2.7. Kerangka Teori
Parasetamol
Ekstrak Daun
Mimba
Flavonoid
& Saponin
CYP-450
TGF - Sitokin
NAPQI
Interleukin
Kerusakan
Sel Hepar
Regenerasi
Sel Hepar
Variabel lain :
Kerusakan sel-sel hati
oleh virus, obat-obatan SGPT
atau toksin.
15
Ekstrak Daun
Mimba
2.9. Hipotesis
Ekstrak daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) dapat
mempengaruhi kadar enzim SGPT pada tikus putih galur wistar yang
diinduksi parasetamol.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
Bandingkan
Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan diolah
menggunakan program komputer SPSS 15.0 dengan uji parametrik Anova,
sebelumnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas sebagai uji prasyarat
Anova dengan derajat kemaknaan = 0,05 dan apabila ada perbedaan rata-
rata yang bermakna dilanjutkan dengan uji lanjut Post Hoc Test. Uji statistik
Anova untuk mengetahui adanya perbedaan dalam seluruh kelompok
populasi. Hasil yang diharapkan dalam uji ini adalah perbedaan yang
bermakna atau terdapat perbedaan kadar SGPT hati tikus putih jantan
kelompok kontrol K, kelompok perlakuan PI, PII, dan PIII. Uji lanjut Post
Hoc Test untuk mengetahui letak adanya perbedaan dalam populasi. Uji ini
antara kelompok K dengan PI, K dengan PII, K dengan PIII, PI dengan PII,
PI dengan PIII, dan PII dengan PIII.
Apabila data tidak berdistribusi normal dan homogen, maka uji Anova
tidak dapat dilakukan. Jika terjadi hal seperti itu, maka dilakukan uji non
parametrik menggunakan Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan Mann Whitney.
22
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Abul K., Lichtman, Andrew H., Pober, Jordan S, 2011, Cellular and
Molecular Immunology, Edisi 7, Philadelphia : W.B. Saunders Company,
261.
Bhanwra, S., Singh, J., and Khosla, P., 2005, Effect of Azadirachta indica (Neem)
Leaf Aqueous Axtract on Paracetamol-Induced Liver Damage in Rats,
Indian J Physiol Pharmacol, 44 (1) : 64-68.
Brunton, L., Laso, J.S., Parker, K.L., 2006, Goodman & Gillmans The
Pharmacological Basis of Therapeutics, 11th Edition, McGraw-Hill
Companies, p : 174.
Dharma, H,S., 2008, Efek Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap
Aktivitas Enzim SGOT dan SGPT pada Mencit dengan Induksi Karbon
Tetraklorida, Skripsi, Fakultas Kedokteran UNS Surakarta.
Duran, L., Sisman, B., Dogruel, C., Yardan, T., Baydin, A., Yavuz, Y., 2011,
Parasetamol Zehirlenmesinde Intravenoz N-Asetil Sistein Kullanimi : Use
of Intravenous N-Acetyl Sistein in Paracetamol Intoxication. Turkey :
Ondokuz Mayis Universitesi Tip Fakultesi.
Gaze, D.C., 2007, The Role of Existing and Novel Cardiac Biomarkers for
Cardioprotection, Curr. Opin. Invest. Drugs. 8 (9) : 711-717.
Gusti Ngurah Bagus Tirta, 2011, Pemberian Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda
Citrifolia L) Menurunkan Tekanan Darah Tikus Putih Jantan Galur
Wistar (Rattus Norvegicus) yang Hipertensi, Tesis, Program Studi Ilmu
Biomedik Universitas Udayana, Bali.
Laely Widjajati, 2013, Khasiat dan Manfaat Daun Mimba, Dalam : http://laely-
widjajati.blogspot.com/2013/11/khasiat-dan-manfaat-daun-mimba.html,
dikutip tanggal 25 Februari 2015.
Mohandis Haki, 2009, Efek Ekstrak Daun Talok (Muntingia calabura L.)
Terhadap Aktivitas Enzim SGPT Pada Mencit Yang Diinduksi Karbon
Tetraklorida, Skripsi, Fakultas Kedokteran UNS Surakarta.
Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., & Rodwell, V.W., 2014, Biokimia
Harper, Edisi 29, Jakarta : Buku Kedokteran EGC, 743-9.
Price, S.A., & Wilson, L.M., 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi 6, Jakarta : EGC, 472-6.
Rifal Amirudin, 2007, Fisiologi dan Biokimia Hati, Dalam : Sudoyo, A.W.,
Setyohadi, B., Alwi, I., Simadribata, M.K., Setiati, S. (eds), Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 4, Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI, pp : 415-9.
Robbins, S.L., Kumar, V., Cotran, R.S., 2006, Buku Ajar Patologi I dan II, Edisi
5, Alih Bahasa : Pendit B.U., Jakarta : EGC, pp : 663-90.
Sacher, R. A., dan McPerson, R. A., 2004, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Edisi 11, Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Sri Handajani, 2006, The Queen of Seeds : Potensi Agribisnis Komoditas Wijen,
Yogyakarta : Andi.
Thomas, C., 2010, Histopatologi, Edisi IX, Alih Bahasa : Tonang, dkk. Jakarta :
EGC, p : 169.
Wenas, N.T., 2009, Kelainan Hati Akibat Obat, Dalam Buku Ajar Penyakit
Dalam, Edisi 5, Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 363-369.
25
Yenny., Elly, H., Wirasmi, M., Rianto, S., 2011, Efek Schizandrine Cterhadap
kerusakan hati akibat pemberian parasetamol pada tikus, Universa
Medicina, Volume 24 No.4.
Zakaria, Z. A., Mustapha, S., Sulaiman, M.R., Jais, A.M.M., Somchit, M.N.,
Abdullah, F.C., 2007, The antinociceptive action of aqueous extract from
muntingia calabura leaves : the role of opioid receptors, Med Princ Pracyt.
16:130-136.